Namaku Tini Silviani, lahir dari keluarga yang sangat miris. tapi Tini tak gengsi dengan kehidupan nya.
"Tini? tolong kamu masak, buat adik kamu. mamak mau ke ladang dulu." teriak Ibu tasya mamak dari Tini dan sifa.
"Iya mak, sebentar aku siap siap dulu." jawab Tini yang selalu kena kemarahan sang ibu.
"Gak usah bantah, cepat sini." teriakan ibu sifa bak sembaran petir, yang menggonjang ganjing kan rumah nya, sampai sampai bergoyang goyang tu rumah, saking kenceng nya.
Tini pun bergegas ke tempat sumber suara, tak ingin ibu nya menunggu lebih lama.
"Adekmu mana? kalau belum bangun cepat bangunin sana." ketus ibu tasya.
Padahal ibu nya sendiri loh ini, kasar amat ya sama Tini. kenapa dengan sikap ibu nya Tini ya guys?
"Iya Mak. Tini mau ke kamar dulu." jawab Tini selembut mungkin.
"Iya." ujar tasya ibu nya tini.
Gegas Tini mulai melangkah menuju kamar sang adik, yang sangat susah untuk di bangun kan.
Sesabar itu ya tini dengan sikap acuh sang ibu! kalau aku mah dah pergi tuh dari hadapan nya.
Tini melangkah masuk menuju kamar sang adik, dan membangun kan nya. namun sang adik tak mengindahkan nya, jika sang kakak telah membangun kan nya.
Iya si sifa ini watak nya sebela dua belas lah sama tasya ibu nya, mungkin tak heran lah ya tini seperti itu. sudah makanan setiap hari nya.
"Dek ayo bangun, ibu sudah nunggu di ruang makan." ujar tini.
"Apaan sih kamu ini. enak enak tidur malah di bangunin." ketus sifa.
Huuu! orang lagi tidur kok di ganggu." gerutu sifa dalam hati.
Tini pun berlalu, dari hadapan adik nya itu. lanjut ke dapur lagi menyiap kan sarapan yang di buat tadi.
Tak terdengar suara suara petir yang menyambar di pagi hari, saat iya sedang tertidur lelap. mungkin sudah ke ladang ayah sama ibu pikir nya.
Bergegas Tini merapikan sragam dan berlalu meninggal kan adik ke sayangan nya itu.
Iya tak ingin terlambat ke sekolah nya.
Saat Tini sudah pergi, adik nya sifa pun bangun. dan terkejut saat melihat jam di atas nakas.
"Allohuakbar. sudah sangat terlambat ini aku ke sekolah! kak Tini mana sih nggak bangunin aku." ujar Sifa bermolog sendiri.
"Ah! tuh kan rasa nya rumah sudah sangat kosong, kayak di kuburan, sepi amat sih." sambung Sifa.
Gegas Sifa berlarian mencari handuk, tak di temukan di tempat nya.
kesal sih iya, karena hari sudah sangat siang dan sangat sangat terlambat.
"Ah, sebel deh. kemana sih naruh handuk kok susah amat." gerutu Sifa.
"Bisa bisa kena omel nih aku nanti, mau bolos aja deh. dari pada di sana kena hukuman, gak papa nanti aku bilang sama ibu kalau di tinggalin kak Tini aja. biar dia yang kena omel ibu." sambung sifa sambil bermain handphone, tak jadi membersihkan diri.
"Scrol scrol aja ternyata bosan juga ya, tidur aja deh kalau gitu." gumam nya dalam hati.
Saat menjelang siang, ibu serta ayah nya pulang dari ladang. serta membawa singkong untuk di makan nya.
Ya seperti itu lah keluarga Tini, makan apa adanya yang penting kenyang, tapi Tini tak mendapatkan perlakuan dari sang ibu dengan baik.
Suara ketukan pintu mengagetkan Sifa, yang tengah tertidur di atas ranjang yang tidak terlalu empuk itu.
"Siapa sih yang ngetuk pintuk, nggak tau apa aku lagi tidur gini." monolog Sifa dalam kamar.
"Ah bikin kesal aja sih tamu nya." sambung Sifa keluar dari dalam kamar ternyaman nya, menurut nya sih.
Sifa berjalan keluar kamar mengitari dapur, kamar mandi, ruang tamu biar cepat sampai ke depan pintu.
namun naas, saat di depan pintu di kira tamu terhormat, tapi yang muncul sang Ibu dan Ayah nya, yang pulang dari kebun sawo.
"Mamak sama ayah kok cepat pulangnya."ujar Sifa yang gugup menerima tatapan dari sang ayah nya.
"Kamu bolos kah? atau malas berangkat sekolah? tanya pria agak sepuh itu.
"Enggak yah. Si....empty Sifa tadi tidak enak badan, jadi tidak masuk sekolah yah." ujar Sifa yang gugup akan interogasi ayah nya.
"Alasan aja kamu yah. ayah kira tidak tau kelicikan mu itu, nanti ujung ujung nya Tini yang kena omel ibu mu itu." sergah sang ayah.
Sifa pun tak bisa membantah, apa yang di ucap kan sang ayah ada benar nya juga. dalam benak nya menggerutu "kenapa sih, ayah selalu bela kak Tini terus" dalam hati nya berkata demikian.
"Ada apa sih yah, ribut ribut mulu. lagian Sifa kan baru bolos sekali aja kok diributin." ujar tasya ibu dari kedua anak yang cantik cantik itu.
"Belain aja terus sana, anak mu ini yang tidak bisa di atur." ketus ayah Rojak.
"Kenapa sih ayah selalu membeda bedakan kami." tanya Sifa.
Tak ada sahutan dari sang ayah, yang sedari tadi masih menyesap Roko** di genggaman nya itu.
"Mak? kenapa ayah seperti ini! padahal aku juga anak nya, kenapa di beda bedain seperti ini. ayah lebih sayang kepada kak tini Mak, kenapa? ujar Slagi
"Karna kamu tidak bisa di atur, seperti kakak mu." jawab Bapak Rojak.
"Ayah kenapa sih. jangan pilih kasih gitu kenapa pak, kasian Sifa. dari kecil kamu tidak pernah yang nama nya gendong Sifa, nimang nimang Sifa. selalu Tini yang kau selalu dapat perlakuan baik darimu. ucap Tasya.
Tak ingin di pojok kan sang istri Rojak pun beranjak ke dalam, sambil membawa ketela rebus untuk umpan mancing. eh salah deng untuk di makan di dalam toilet, sambil bernyanyi dan berdendang ria.
"Ayah kenapa sih Mak, kayak tidak sayang sama Sifa." tanya sifa lagi.
"Ayah lagi pusing palingan Sif. kan bentar lagi kamu lulus, pengen lanjutin sekolah lagi. kamu mau lanjutin di mana Nak." ujar Tasya.
"aku mau lanjutin di SMA N X kota Mak. Kak Tini juga mau Mak sekolahin lagi kan? nanti biar Sifa nggak usah belajar belajar lagi, biar kak Tini yang ngerjain tugasku Mak." jawab Sifa.
tasya yang tak mau jika sang kakak dari Sifa utu melanjut kan ke jenjang lebih tinggi, dia mendapat kan ide cemerlang untuk itu.
"Em! kasih tau gak ya? kalau memang Kak Tini tidak sama di sekolah kamu nggak apa apa kan sifa." ucap tasya.
"Aku mau nya sih kak Tini sama di sekolahan ku Mak, kan enak dia yang selalu ngerjain tugas aku mulu." jawab Sifa.
"Mamak usahakan ya." ucap tasya. dalam hati dia menyeringai demi menutupi kejahatan yang selama ini dia susun, dan tasya juga nggak mau terus terusan menjadi orang miskin. malu lah sama tetangga, yang terus saja menggosip kam diri nya, selalu ingin hidup glamour. tapi kenyataan nya harta tak punya, cuma ngontrak."
Hari di mana kelulusan tiba, saat itulah Tini yang awal nya bahagia berubah menjadi kesedihan. bagai tersambar petir di siang bolong, kehidupan nya yang awal nya tidak terlalu senang, menjadi suram dalam hitungan detik.
"Ye! akhir nya kita lulus juga ya kak, kita lanjut sekolah bareng deh nantinya." ujar Sifa.
"Iya Sif." jawab Tini.
"Kenapa wajah mu kayak nggak senang gitu sih Kak." ucap Sifa.
"Nggak apa apa Sif." padahal hati nya sangat gelisah, sedih campur aduk menjadi satu, tapi dia bisa menyembunyikan nya dari sang adik.
"Nanti kita rayain ya kak di rumah, pasti seru deh." ucap Sifa.
"oke. ayo kita siap siap pulang ke rumah Sif." jawab Tini.
Singkat cerita ya guys, Tini sama Sifa sudah kembali ketempat dia berasal, bukan gua atau pun hutan ya! tapi rumah.
Dia di sambut hangat, sang ibu serta ayah nya di depan pintu. sampai sampai Sifa serta Tini kaget dan terjengkang ke luar. hahahaha ada ada saja ya.
"Mak ini apa apa an sih. ngagetin Sifa aja, kalau mau nungguin ya duduk manis di bangku no, di sono aja mak." ketus Sifa.
"Mak seneng Sif, akhir nya kamu lulus. mak kira kamu tidak lulus! kan bisa nerusin apa yang kamu pengen Nak." jawab Tasya.
"Oh iya ya. Sifa mau nya sama kak Tini juga ikut ya Mak." ucap Sifa.
"Tini. nggak mak boleh in sekolah lagi, Tini harus kerja. ke ekonomi bapak dan mak tidak cukup untuk membiayai kalian berdua." jawab Tasya.
"Kan nanti Tini tak sambi kerja serabutan Mak, biar tidak ngerepotin mak." sahut Tini.
"Tidak ya tidak Tini, mak sudah cari kerjaan yang bagus untuk kamu. gaji nya gede bisa buat aku shoping shoping.... eh maksud nya buat biayaya perkonomian mak serta bapak." jawab Tasya yang keceplosan tapi sudah di ralat nya, namun Tini curiga akan hal itu.
"Ibu kenapa sih ngatur ngatur Tini mulu! gantian Sifa dong jangan Tini aja." ketus Tini pada ibu nya.
"Dia tidak suka dengan Sifa, suka nya sama kamu." ketus Tasya tanpa sadar dia sudah keceplosan.
"Maksud dari perkataan Mak yang tadi apa? jawab Tini yang memalingkan wajah nya ke arah lain.
"Nggak apa apa." ketus Tasya yang tak mau di salah kan.
Terus aja gitu, nanti pasti ada balasan nya kan? apakah Tini mau, di jerat oleh sang ibu dalam lobang siksaan?
Kenapa mak kok kayak menyembunyikan sesuatu ya dari aku, perasaanku juga berubah jadi gelisah gini ya. apakah firasat ku aja, yang berlebihan gini." batin nya Tini.
Ya alloh ya tuhanku, kenapa hatiku jadi gelisah begini. tolong lindungi keluargaku dalam mara bahaya." ucap nya dalam hati.
Tini yang tidak tau, kelicikan sang ibu pun terus berdoa untuk keluarga nya. terbuat dari apa itu hati nya sabar banget ya.
Sang ayah yang tak memahami, tak ikut andil dalam persoalan istrinya. itu yang membuat Tasya jadi bernafas lega, karna sang suami tak curiga terhadap nya.
Akankah Bapak Rojak selaku ayah dari Tini serta Sifa tau akan kelicikan sang istri? yuk simak cerita nya ya guys.
Tini yang sedari pagi, memikirkan hal hal yang membuat nya gelisah pun, tak bisa tidur. sesaat dia menguap namun mata nya, nggak bisa terpejam kan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!