NovelToon NovelToon

Falling In Love With Boss

1

“Sekarang 10.30, bagus sekali kamu baru muncul 3 jam setelah hari kerja dimulai,” ucap Harry.

“Aku memang salah, Dad. Semalam aku pulang larut malam,” balas Laura.

Laura yang baru sampai di firma, langsung diikuti oleh ayahnya sampai masuk ke ruangannya.

“Sudah Daddy bilang, jangan panggil Dad selama kita di firma, Laura,” ucap Harry.

“Maaf, Harry.”

“Ha-Ha- apa?”

“Secara teknis, Daddy bukan pengacara disini. Jadi, aku tidak bisa memanggil Daddy dengan Pengacara Harry.”

“Tapi kamu bisa memanggil Daddy dengan Direktur.”

“Kalau begitu, aku juga tidak ingin dipanggil Laura.”

“Tapi itu ‘kan memang namamu?”

“Harry juga nama Daddy.”

Harry memang tidak bisa menang melawan anak tunggalnya. Harry memang membesarkan Laura dengan kemampuan khusus di mulutnya yang mampu memproduksi kalimat yang mematahkan argument lawan. Tapi siapa sangka Harry terkena senjatanya sendiri.

“Baiklah, baiklah. Wawancaramu telah ditetapkan besok,” ucap Harry.

“Apa? Kenapa kita tidak langsung mengambil ‘pecundang’ dari universitas AAA saja? Kita hanya membutuhkan orang yang bisa berpikir dan bertindak cepat,” balas Laura.

(*Universitas AAA dikenal sebagai universitas dengan lulusan hukum terbaik peringkat 1)

“Kamu dari AAA,” balas Harry.

“Aku pengecualian,”

“Carikan Daddy satu lagi yang sepertimu,”

“Dad, bisakah aku tidak usah melakukan ini? Aku merasa lebih baik kalau aku bekerja sendiri,”

“Bisa, Laura. Kalau kamu bersedia menjadi partner junior. Semua partner senior harus memiliki associate. Ini aturannya,”

“Apa? Itu artinya? Aku akan diangkat menjadi senior partner?!”

Laura tidak dapat berkata-kata lagi. Dia terpaksa mengikuti kemauan ayahnya untuk mencari bawahan/asisten.

HARI REKRUTMEN.

“Selamat pagi, Bu. Sudah siap dengan rekrutmen hari ini?” tanya Bradley, sekretaris Laura.

“Sejujurnya tidak. Ada berapa kandidat, Brad?”

“Total ada 25 orang yang berhasil lolos penyaringan,”

“Apa?! Brad, kita harus menyaringnya lagi. Demi efektivitas dan efisiensi, berikan aku kode dengan kedipan mata saat kamu menemukan orang yang tepat,”

“Ok. Orang seperti apa yang tepat, yang ibu cari?” tanya Bradley.

“Yang seperti saya.” Laura tersenyum lalu masuk ke dalam ruangan yang telah disiapkan perekrutan.

“Richard Allison. Richard Allison?” Bradley memanggil nama kandidat.

Lalu muncullah seorang pria dengan setelan jas dan tas koper di tangannya. Napasnya begitu terengah-engah, dan begitu waspada dengan memperhatikan sekitarnya.

“Pak Richard, anda terlambat 5 menit. Apakah ada alasan mengapa saya harus membiarkan anda masuk?” ucap Brad.

“Sa-saya… saya hanya menghindar dari polisi. Saya benar-benar tidak peduli anda mengizinkan saya masuk atau tidak,”

Brad mengedipkan matanya ke Laura yang tengah berada di dalam ruangan.

“Bu Phoenix akan menemui anda di dalam,” ucap Brad.

“Hah?”

“Apa ada yang bisa aku ambilkan? Air putih? Atau kopi?”

“Halo, saya Richard Allison,”

“Saya Laura Phoenix, senang bertemu dengan anda. Silakan duduk,”

Tas yang dibawa oleh pemuda itu tiba-tiba saja terbuka dan barang di dalamnya jatuh berceceran.

Laura pun menyaksikannya. Bubuk putih halus yang sudah dibagi ke dalam beberapa bungkus plastic kecil.

“Whoa, apa ini?” tanya Laura.

Seorang berseragam cleaning service tiba di dekat ruangan perekrutan dan berusaha mencuri pandang ke dalam ruangan. Bradley segera menghampirinya.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya Brad.

“Tidak,” jawabnya lalu pergi.

“Bagaimana anda tahu kalau mereka polisi?” tanya Laura.

“Saya sering menonton drama tentang ini saat masih sekolah dasar,”

“Anda menonton drama saat masih sekolah dasar,”

“Kenapa? Saya suka menonton.”

“Apa firma ini menjadi titik pertemuan peredaran nark*ba?” tanya Laura.

“Saya masuk untuk mengalihkan. Saya hanya kebetulan lewat dan melihat firma hukum besar. Polisi mana yang berani menggeledah firma hukum besar hanya untuk mencari sebuah tas yang berisi 5,25 kg ganja, bukan?”

“Kita harus memperkerjakanmu. Saya akan memberikan 25 juta sebagai bonus penandatanganan kontrak,” ucap Laura.

“Saya bersedia menerima tawaran itu.”

“Sayangnya, kita hanya merekrut dari AAA saja. Dan anda tidak saja bukan lulusan fakultas hukum AAA, anda pengedar nark*ba. Anda juga tidak sekolah hukum,” ucap Laura.

“Bagaimana kalau saya bilang saya memiliki pengetahuan melebihi dari siapa pun yang pernah anda temui dan saya pernah mengikuti ujian advokat?”

“Saya akan menjawab ‘Mulut anda sangat besar’,” balas Laura.

“Itu buku the rule of law, bukan? Buka saja halaman berapa pun,”

Laura membuka asal buku yang berada di atas meja.

“Apa yang disebut aturan keadilan alami adalah untuk menuntut, yang pertama,-”

“Bahwa pikiran pembuat keputusan tidak boleh dinodai oleh bias atau kepentingan pribadi. Seseorang tidak boleh menjadi hakim untuk kepentingannya sendiri. dan, kedua, bahwa siapa pun yang bertanggung jawab untuk membuat keputusan yang merugikan untuknya harus memiliki hak untuk didengar.”

Laura mendengar jawaban pemuda tersebut dan membaca buku. Kata demi kata yang disampaikan laki-laki itu persis dengan apa yang tertulis di buku. Hal ini membuat Laura heran.

“Bagaimana anda tahu?” tanya Laura.

“Saya pernah membacanya untuk belajar ujian.”

Laura menutup buku yang dipegangnya dan menaruh buku tersebut di atas meja.

“Ini hal yang menarik. Tapi sayangnya saya harus kembali bekerja. Saya pastikan cleaning service di firma saya tidak akan mencarimu,” ucap Laura lalu berjalan menuju pintu.

Begitu Laura membuka pintu, dia melihat belasan orang sedang duduk di depan menunggu giliran wawancara. Laura segera menutup pintu kembali.

“Anda memiliki pengetahuan yang cukup, kenapa anda tidak mengambil kuliah hukum?” tanya Laura.

“Saat saya masih kuliah, mimpi saya adalah menjadi pengacara. Saya butuh uang dan Karel, temanku memberiku pekerjaan. Menjadi joki ujian matematika dan menjual soalnya. Kita menjual ke anak Dekan. Beasiswa saya dicabut, dan dikeluarkan dari kampus. Saya terpental ke kehidupan yang berbeda. Dan di setiap detiknya, saya selalu ingin kembali ke saat itu.”

“Saya ingin memberitahu anda sesuatu. Firma ini bukan sekolah dasar. Melainkan kerja keras, penuh tekanan, lembur. Saya butuh orang yang tangguh,” ucap Laura.

“Jika anda memberi saya kesempatan ini, saya akan bekerja keras seperti lulusan AAA dan menjadi pengacara terbaik yang pernah anda temui.”

“Saya berniat memberi anda kesempatan. Saya akan email kantor, saya telah menemukan orang yang tepat. Baiklah, anda akan mulai minggu depan. Dimulai dari Senin. Yang harus anda perhatikan, pertama, tidak ada lagi gan*a. Kami ada tes nar*oba. Berhenti merok*k.”

“Bagaimana anda tahu?”

“Anda menonton drama, saya menonton orang. Dan penjual gan*a pasti merok*k gan*a. dan, siapa nama anda?”

“Ya?”

“Richard Allison bukan nama anda, jadi siapa nama anda?”

“Jack. Jack Andrew.”

Sesampainya di rumah, Jack segera menyembunyikan tas kopernya yang berisi gan*a itu di antara tumpukan boks yang berantakan di dalam rumahnya yang hanya sepetak.

Bersambung...

2

“Richard Allison bukan nama anda, jadi siapa nama anda?”

“Jack. Jack Andrew.”

Sesampainya di rumah, Jack segera menyembunyikan tas kopernya yang berisi gan*a itu di antara tumpukan boks yang berantakan di dalam rumahnya yang hanya sepetak.

HARI SENIN MINGGU BERIKUTNYA.

Firma Hukum Phoenix Carpenter.

“Jack Andrew? Saya Olivia yang akan mengorientasi anda. Siapkan catatan, saya tidak akan mengulang perkataan saya,” Olivia membawa Jack berkeliling di dalam firma.

“Firma beroperasi dengan hierarki. Laura adalah atasanmu, namun, Raphael Meyer, dia mengawasi semua associate. Jadi, anda juga harus nurut padanya,” ucap Olivia.

“Apa yang anda Pikirkan tentang Laura?” tanya Jack.

“Orang-orang kagum padanya. Mereka bilang dia yang terbaik. Saya tidak begitu tahu banyak tentangnya,”

“Bagaimana dengan Raphael Meyer?”

“Anda harus menyelesaikan tur anda.”

Laura berjalan menuju ruangannya dengan menggenggam sebuah cup berisi kopi yang dia beli di bawah tadi dan tas di tangan satunya. Suasana hatinya pagi itu sedang baik. Dia pun bersikap ramah ke setiap orang yang melewatinya.

“Hari ini adalah hari dimana mereka akan mengumumkan promosiku. Hey, Magda, pekerjaanmu belakangan ini pasti sedikit, kantung matamu mengecil. Steve, apa kamu sedang diet? Atau pekerjaanmu menggunung? Tunggu, kenapa anda menghapus ‘senior’ dari pintuku?” ucap Laura begitu tiba di depan ruangan dan melihat ada petugas yang menghapus ukiran “senior” di kaca.

“Saya mendapat perintah untuk menghapusnya,”

“Siapa yang memberikan perintah?”

“Atasanku.”

“Kenapa dia memberikan perintah seperti itu?”

“Kalau aku tahu, aku yang menjadi atasan.”

“Bradley! Seseorang mencoba melucu denganku disini,” ucap Laura.

“Ayah-tidak, Direktur Harry ingin bertemu denganmu di ruangannya,” balas Bradley.

“Daniel Josh memecat firma kita,” ucap Harry.

“Jadi, karena itu Daddy membatalkan promosiku?”

“Kamu tahu, kebanyakan firma lain mungkin akan memperkarakanmu dan membuat lisensimu dicabut. Kamu sudah membohongi klien, dan kamu tahu itu.”

“Aku membohongi dia, supaya dia melakukan hal yang benar. Dan Daddy tidak masalah kalau aku berhasil.”

“Tapi kamu gagal. Dan Daddy tidak bisa mempromosikanmu di hari yang sama kita kehilangan klien besar.”

“Satu klien tidak akan menjatuhkan firma kita.”

“Daddy tidak tahu apa kamu akan mengerti ini atau tidak, tapi kita berada di tengah krisis ekonomi. Perusahaan tidak lagi berbaris untuk menghabiskan uang membayar jasa pengacara di Phoenix Carpenter.”

“Daddy, kalau saja Daddy tidak melakukan banyak hal untukku, aku sudah angkat kaki dari Phoenix Carpenter.” Laura berjalan keluar dari ruangan ayahnya.

“Laura, dan jangan lagi berbuat ulah. Daddy sendiri yang akan menindakmu,”

Laura keluar dari ruangan ayahnya dan kembali ke ruangan pribadinya. Di dalam sudah ada Jack yang menunggu dirinya sedari tadi.

“Jack,”

“Laura, sudah siap untuk mengawali hari yang besar?” balas Jack.

“Maaf, tapi saya harus memecatmu,”

“Apa?”

“Saya baru saja disanksi karena berbohong kepada klien. Dan jika dia tahu kalau kamu bukan lulusan AAA, dia akan mencabut lisensiku. Saya harus mementingkan kepentingan saya. Jadi, anda dipecat,” ucap Laura lalu duduk di kursinya.

“Tunggu, jadi anda khawatir dengan keberadaanku di sini karena ayahmu bisa mengetahui kalau kamu berbohong tentangku, dan kamu akan kehilangan lisensi. Tapi, jika kamu memecatku, aku bisa memberitahu mereka kalau kamu berbohong tentangku. Dan kamu pasti akan kehilangan lisensimu,” balas Jack.

Laura bangkit berdiri dan mendekati Jack. “Apa kamu sekarang sedang mengatakan kalau kamu terjatuh, kamu akan menyeretku untuk ikut bersamamu?”

“Seperti kamu, aku sedang mementingkan kepentinganku,”

“Kamu diperkerjakan lagi,” ucap Laura lalu keluar dari ruangannya.

Laura kembali ke ruangan Harry.

“Daddy, mau tahu apa yang akan terjadi dalam 5 menit? Daddy akan mengembalikan promosiku, dan-”

“Daddy sudah tidak ingin membahasnya.”

“Kalau Daddy tidak mengembalikan promosiku, aku akan pergi ke firma hukum Orlando Clements, dan melintasi kota, bahkan pulau, mendekati setiap klien yang aku bawa ke firma ini, dan membawa mereka ikut denganku,” balas Laura.

(*Orlando Clements adalah firma hukum competitor)

“Kalau kamu melakukan itu, sama saja kamu memaksa Daddy untuk mengadukan ini ke dewan.”

“Daddy tidak mungkin melakukan itu.”

“Kenapa tidak?”

“Karena Daddy sebagai managing partner diwajibkan untuk memberitahu mereka saat aku berbohong kepada klien, tapi itu tidak Daddy lakukan.”

“Hm. Baiklah, Daddy akan mempromosikanmu. Tapi ada yang harus kamu lakukan untuk Daddy. Pro bono.” Harry memberikan sebuah berkas kepada Laura.

(*Pro bono: pekerjaan professional yang dilakukan secara sukarela/kerja sosial/tanpa bayaran/Cuma-Cuma terhadap orang yang membutuhkan.)

Namun langkah kaki Laura malah bergerak mundur.

“Apa pun, selain itu,” ucap Laura.

“Laura, kasus pro bono adalah kasus bagaimana kita, sebagai sebuah firma dapat menunjukkan bahwa kita peduli pada sesama, bukan hanya pada diri kita sendiri,” ucap Harry.

“Aku tidak mengatakan, kita tidak perlu menunjukkan kepedulian itu. Aku mengatakan, aku tidak perlu menunjukkan itu,” balas Laura.

“Dan itulah cara bagaimana kamu dapat menunjukkan pada Daddy kalau kamu juga peduli pada yang lain, tidak hanya pada dirimu sendiri saja. kamu harus mengerjakan kasus ini sendiri. kamu tidak boleh melempar atau mengoper kasus ini.”

“Tentu saja.” Laura mengambil berkas tersebut dari ayahnya dan kembali ke ruangannya.

Sesampainya, dia melempar berkas itu pada Jack. “Kasus pertamamu.”

“Wow. Apa ini?” tanya Jack.

“Pro bono. Pelecehan seksual. Jangan bilang siapa-siapa kalau aku menyerahkannya padamu dan jangan mengacaukannya,” jawab Laura.

“Baiklah. Kamu bisa mempercayakannya padaku. Aku akan menyelesaikannya.”

“Sabar dulu, Albert Einstein. Temui saja kliennya,” ucap Laura.

DI SEBUAH TAMAN.

“Bu Sandra?”

“Pengacara Jack?”

“Iya. Bagaimana kalau anda mulai ceritakan kisahmu?”

“Ini berawal dari 3 tahun yang lalu. Saya ibu rumah tangga. Suamiku meninggal karena kecelakaan mobil,”

“Saya turut berduka.”

“Saya melakukan yang terbaik yang saya bisa untuk membesarkan anak semata wayang saya. Saya mendapat pekerjaan sebagai sekretaris di Hands In Company. Saya bahkan dipromosikan menjadi sekretaris untuk CEO, George Fame. Dan, sejak saat itu semuanya berubah.”

“Baiklah. ceritakan apa yang terjadi.”

“Dia memintaku pulang agak malam, memesan makan malam dan makan bersama-sama di ruangannya. Suatu malam, dia memintaku tidur dengannya. Dan jika saya tidak mau, dia akan memecat saya dan mengancam saya tidak akan bisa bekerja di perusahaan manapun.”

“Lalu, apa yang anda lakukan?”

“Saya mengadu ke personalia. Mereka mengatakan mereka akan menyelidiki. Namun, mereka tidak menemukan bukti atas pengaduanku. dua minggu kemudian saya dipecat dengan alasan kinerjaku yang menurun. Mereka bahkan tidak mengizinkan aku bertemu atau mengucapkan kalimat perpisahan pada temanku disana, mereka juga tidak memberikan surat rekomendasi. Saya bukannya meminta ganti rugi. Tapi ini terasa tidak adil. Bisakah anda membantuku?”

“Ya, aku bisa.”

DI RUANGAN LAURA.

“Beri tahu aku perkembangannya,” ucap Laura tanpa melihat Jack.

“Kamu tahu, dia adalah wanita yang baik,” ucap Jack.

“Yang aku ingin tahu adalah perkembangan kasusnya,”

“Wanita ini hidupnya menjadi berantakan.”

“Aku tidak ingin terlibat perasaan dengan klien.”

“Kamu bahkan tidak peduli?”

Bersambung...

3

DI RUANGAN LAURA.

“Beri tahu aku perkembangannya,” ucap Laura tanpa melihat Jack.

“Kamu tahu, dia adalah wanita yang baik,” ucap Jack.

“Yang aku ingin tahu adalah perkembangan kasusnya,”

“Wanita ini hidupnya menjadi berantakan.”

“Aku tidak ingin terlibat perasaan dengan klien.”

“Kamu bahkan tidak peduli?”

“Aku tidak peduli dengan perasaan. Aku peduli dengan kemenangan.”

“Kenapa tidak keduanya?”

Laura meletakkan bolpoin yang sedang dia gunakan di atas meja. Baru kali ini Laura menatap Jack yang berdiri di depan meja kerjanya.

“Biar aku katakan sekali lagi. Laporkan perkembangan kasusnya, Jack Andrew. Kamu mengerti maksudku, kan?” ucap Laura.

“Mereka mengirim data hasil investigasi sebagai bukti-”

“Tidak. mereka tidak melakukan itu. tidak ada yang melakukan penyelidikan,” Laura memotong kalimat Jack.

“Mereka mengirim file-file itu karena ingin dilihat olehmu sebagai pengacara. Dengarkan aku. Menjadi pengacara itu sama seperti dokter,” sambung Laura.

“Maksudmu seperti kamu tidak terikat perasaan dengan klien?” tanya Jack.

“Tidak. Maksudku, kamu harus terus menekan sampai pasien mengeluh kesakitan. Maka kamu akan tahu dimana sakitnya.” jawab Laura.

“Lupakan soal mensomasi penyelidikannya. Itu tidak akan mengarah kemana pun. Tidak ada karyawan yang mau bersaksi untuk menjatuhkan CEO mereka sendiri. Jadi, apa yang kamu sarankan?”

“Coba kamu berpikir, orang ini tidak melakukannya kali ini. dia sudah pernah melakukannya sebelumnya. Dan kalau orang-orang yang bekerja untuknya tidak mau bersaksi melawannya. Seseorang yang pernah bekerja untuknya mungkin mau. Sampai sini kamu mengerti?” balas Laura.

“Aku akan mensomasi, untuk catatan karyawannya, setiap wanita yang meninggalkan perusahaan selama masa jabatan orang ini.”

“Lalu?”

“Aku tidak tahu cara membuat somasi.”

“Cari tahu sendiri,” ucap Laura lalu keluar dari ruangannya untuk menemui Brad.

Jack pun mengikuti Laura y\=ke meja Brad.

“Brad, bisa ajarkan aku cara membuat somasi?” tanya Jack.

“Tentu saja,” jawab Bradley.

“Dan setelah itu, kamu ingin Brad mengajarkan bagaimana membersihkan kotoran di p*ntatmu?” sahut Laura.

Brad memberikan sebuah kartu nama ke Jack.

“Apa ini?” tanya Jack.

“Itu penjahitku. Datang dan katakan aku mengutusmu,” sahut Laura.

“Apa ada yang salah dengan pakaianku?” tanya Jack.

“Orang akan meresponmu berdasarkan pakaian yang kamu kenakan. Jadi, suka tidak suka itu yang harus kamu lakukan,” jawab Laura.

“Ini aneh. Kamu memberiku saran. Kedengarannya seperti kamu peduli denganku. Bukankah kamu bilang kamu hanya mementingkan dirimu dan kemenangan saja?” balas Jack.

“Kamu adalah refleksi diriku. Dan aku benar-benar peduli pada diriku. Jadi, buang dasi kunomu itu dan pergi ke penjahitku,” ucap Laura.

Jack lalu pergi.

“Itu sedikit keras,” ucap Brad.

“Benarkah?”

“Ya.”

Jam 18.00

Jack merapikan meja kerjanya dan mengambil tasnya untuk bersiap pulang. Olivia datang menghampiri Jack.

“Jack, mau kemana?”

“Ini sudah jam 6. Aku ingin pulang.”

“Kamu seorang associate pendatang baru. Kalau kamu pulang sebelum jam 9 pada minggu pertamamu, kamu tidak akan melewati bulan pertamamu. Dan, Raphael Meyer ingin bertemu denganmu,” ucap Olivia.

“Bolehkah aku bertanya padamu?”

“Ya. Ada apa?”

“Apa dasi ini terlalu kuno?”

“Ya.”

Olivia pergi.

Jack pergi ke ruangan Raphael Meyer.

“Saya tahu anda sudah diorientasi oleh Olivia. Tapi saya ingin memberikan sambutan khusus. Di antara yang lain, aku penegak disiplin para associate,” ucap Raphael.

Tok. Tok. Seseorang mengetuk pintu ruangan Raphael.

“Permisi, pak. Anda ingin bertemu dengan saya?” ucap seorang pemuda.

“Iya. Terry, silakan masuk. Jack, ini Terry. Terry salah satu dari associate kami yang paling menjanjikan dari tahun lalu,” ucap Raphael.

“Oh, hai. Saya Jack,” ucap Jack.

“Terry, Direktur Phoenix ingin saya menanyakan padamu, kamu sudah menyelesaikan kasusmu mengenai perjanjian perusahaan Ocean yang tengah berselisih?” tanya Raphael.

“Oh, itu. orang tua saya datang pekan ini. jadi-”

“Jadi, kamu belum menyelesaikannya? Ini sepertinya sudah ketiga kalinya saya menanyakan ini padamu,” tanya Raphael.

“Saya akan segera menyelesaikannya,” jawab Terry.

“Tidak perlu repot-repot. Kamu dipecat,” ucap Raphael.

“Apa? Anda tidak bisa memecatku,” ucap Terry.

“Saya bisa. Dan baru saja saya lakukan. Kemasi barangmu. Jangan pernah tunjukkan wajahmu di tempat ini lagi,” ucap Raphael.

Terry keluar dari ruangan Raphael. Sementara Jack masih bergidik ngeri atas apa yang barusan Raphael perlihatkan padanya.

“Lihat. Saya sengaja mengatur ini padamu. Kami membayar para associate kami dengan sangat baik. Dan kami memberikan kesempatan untuk kemajuan dan berkembang. Tapi sebagai imbalannya kami menginginkan hasil. Apakah sudah jelas?” ucap Raphael.

Jack mengangguk.

“Bagus. Selamat datang di Phoenix Carpenter,” ucap Raphael.

Saat Jack sampai di rumah, dia mendapati pintu rumahnya tidak terkunci. Dan begitu dia masuk, temannya, Karel sedang menonton televisi di ruang tengah.

“Sedang apa kamu disini?” tanya Jack.

“Sedang menonton pertandingan bisbol. Kamu tidak menjawab teleponku,” jawab Karel.

“Ah, ya. Itu karena kamu menjebakku. Apa kamu ingat itu?”

“Kamu pikir aku tahu tentang itu? ok, kamu butuh uang. Dan aku datang seperti biasa. Selain itu, bukan kamu satu-satunya yang mendapatkan masalah. Mereka menodongkan pistol padaku.”

“Oh, begitu ya?”

“Aku memberitahumu kenyataannya.”

“Ya, sekarang sudah terlambat.”

“Biarkan aku memperbaikinya,”

“Kamu ingin memperbaikinya? Kembalikan kunci rumahku!” Jack meninggikan suaranya.

Karel pun menyerahkan kunci rumah Jack. Jack membuka pintu rumahnya untuk mengusir Karel.

“Jack, ayolah. Aku tidak ingin bermusuhan denganmu,”

“Keluar dari rumahku. keluar. Keluar sekarang,”

Setelah Karel keluar dari rumahnya, Jack menutup rapat pintu rumahnya lalu mengecek ke tumpukan boks untuk memastikan tas koper berisi gan*a itu masih aman.

Pagi harinya…

“Brad, aku perlu-” Kalimat Laura terhenti saat Brad memberikan sebuah surat dan sebuah cup berisi kopi panas.

“Oh, aku juga tidak memiliki kesempatan untuk-”

“Menikah denganku? Aku juga sudah mengurus itu. kita sudah menikah selama 9 tahun,” ucap Brad.

“Bagus,” Laura berjalan pergi.

Jack mengejar Laura.

“George Fame melawan somasi itu. mereka mengajukan mosi untuk membatalkan kasus ini dengan alasan kurangnya bukti,” ucap Jack yang sambil berjalan, menyeimbangi langkah kakinya dengan Laura.

“Baik,” balas Laura.

“Baik. Tunggu, apa maksudmu, ‘baik’?”

“Kamu menekan dimana dia terluka.”

“Lupakan soal analogimu. Bagaimana jika mosi mereka disetujui dan kasus akan dihentikan?” tanya Jack.

“Kamu tidak sebaik yang aku pikirkan,” jawab Laura.

Mereka lanjut berjalan hingga melewati ruangan Harry. Melihat Harry keluar dari ruangannya, Jack pun langsung pergi menghindar.

“Laura, kebetulan sekali bertemu. Daddy ingin tahu bagaimana perkembangan pro bono,” ucap Harry.

“Aku sedang menanganinya,”

“Itu membuatku senang. Kalau Daddy mendapati kamu tidak bersungguh-sungguh, Daddy akan sangat marah.”

“Jangan khawatir. Semua baik saja,” Laura lanjut berjalan.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!