SMK Garuda......
Di jam istirahat seperti ini banyak sekali siswa siswi yang berhamburan pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang kosong, namun ada sebagian juga dari mereka yang memilih bermain basket, futsal atau bahkan ada yang memilih berdiam saja di kelas, seperti gadis yang satu ini tentunya. Ia memilih berdiam di kelas, bukan berdiam melainkan tidur. Tangannya ia lipat dan di simpan di atas meja untuk di jadikan bantalan.
Setengah jam berlalu, bel masuk kembali berbunyi petanda pembelajaran selanjutnya akan segera di laksanakan akan tetapi gadis yang di ketahui bernama Athara Azza Qalesya atau kerap di panggil dengan sebutan Rara itu belum juga terbangun.
Semua teman sekelasnya sudah kembali di tempat duduk masing-masing, "Oh omg hello, ini anak belum juga bangun gila" pekik salah satu temennya yang bernama Rani, ia duduk di bangku belakang Rara.
"Ra, lo bangun napa bentar lagi pak Jarwo masuk" ucap Rani menggoyang-goyangkan tubuh Rara.
"Hmm" ucap gadis itu berdehem kecil.
"Ham hem ham hem, bangun bege bentar lagi pak Jarwo masuk" ucap Rani sudah geram.
"Yaudah sih biarin ah" Rara menepis tangan Rani.
"Selamat siang anak-anak" ucap guru pelajaran biologi yang saat ini bertugas untuk mengajar di kelas 12 IPS 3.
"Pagi pakkkk" seru semua murid.
"Ckk" Rani mengumpat ketika Rara belum juga terbangun sedangkan pak Jarwo guru paling galak di sekolah ini sudah tiba di kelasnya, "Terserah lo dah, gue gak ikut campur kalo lu kena hukum lagi"
"Bagaimana? sudah cukup kan istirahatnya?"
"Masih kurang pak, kali-kali naikin kek jadi dua jam" celetuk salah satu murid laki-laki yang duduk di paling belakang.
"Ettt siapa itu yang bicara? melnjak sekali, sudah untung di kasih istirahat. Bagaimana kalau tidak di kasih istirahat sama sekali? bisa-bisa ngeluh terus di setiap pelajaran" oceh pak Jarwo.
"Nah tu tau pak" jawab pria itu lagi.
"Sudah-sudah, apa mau kalian bapak kasih PR seratus soal?" Seketika itu juga semua murid di kelas itu menatap tajam murid laki-laki itu, menurut mereka seratus soal bukan jumlah sedikit apalagi di tambah soalnya yang pusing-pusing membuat mereka ogah mempunyai PR.
"Eh yaudah pak mulai aja pelajarannya" saran salah satu siswi.
"Baik kita mulai ya" pak Jarwo mulai berjalan mendekati papan tulis dengan sebuah buku biologi di tangannya, ia mulai menjelaskan setiap bait dari isi buku tersebut.
"Ada yang kalian tidak mengerti?"
"SUDAH MENGERTI PAKK" seru murid dengan serempak, walau kenyataanya tak ada satupun yang masuk di otak mereka.
"Se se pak Rara tidur" ucap murid yang duduk di bangku sebelah Rara.
"Aduhh" Rani menepuk jidatnya ketika ada yang melaporkan Rara bahwa ia sedang tidur, "Gawat Ra gawat"
Pak Jarwo menghentikan aktivitasnya ia menaruh buku biologinya di meja nya dan berjalan mendekat ke arah meja Rara.
Brakk
Semua murid terpekik terkejut akibat pak Jarwo menggebrak meja Rara dengan begitu kerasnya, sedangkan Rara? ia hanya memeletkan matanya sedikit selebihnya tak berekspresi apapun.
"Apaan sih ah berisik" ucap gadis itu.
"Oh berisik ya?"
"Iya lo berisik" ucap Rara memejamkan matanya kembali.
"Bagus ya, di saat jam pelajaran seperti ini malah tidur" pak Jarwo menjewer telinga Rara dan membawanya kedepan sehingga menjadi tontonan semua teman sekelasnya.
"Asekk belajarnya di jeda dikit" ucap Farel.
"Diem lo" sentak Rani menatap tajam Farel, dan ketika itu Farel menciut.
"Aduh-aduh!! sakit pak telinga Rara" Rara meringis kesakitan dan memegang tangan pak Jarwo yang belum lepas juga dari telinganya.
"Rara Qalesya, bisa-bisanya tidur di jam pelajaran seperti ini, memangnya kamu semalam tidak tidur?" pak Jarwo melepaskan tangannya dari telinga Rara.
"Aduhh!!" Rara mengusap telinganya yang memerah.
"Jawab"
"Enggak pak, semalam Rara begadang main subway surf lumayan kan dapet high scores" jawabnya menaik turunkan alisnya.
"Hanya main game anak kecil seperti itu hingga lupa waktu hah? Bapak kira kamu belajar"
"Ihh bapak, main subway surf juga belajar kok. Belajar kegesitan gerak jari dan belajar kepokusan pak" jawabnya lagi dengan santa.
"Huhh bocil lo" hardik Rio.
"Lo tuh gak di ajak ya" balas Rara.
"Astaghfirullahaladzim" pak Jarwo menggeleng-gelengkan kepalanya, "Anak siapa kamu? gak habis pikir bapak sama kamu"
"Gak tau, Rara gak punya orang tua" jawab Rara, seketika itu pak Jarwo terdiam.
"Yasudah yasudah"
"Bapak gak hukum Rara?" tanya Rara.
"Memangnya kamu mau di hukum?"
Rani menghela nafas dan menggelengkan kepalanya, "Bukan temen gue sumpah"
"Ya enggak sih pak, murid mana coba yang mau di hukum"
"Yasudah kamu keluar dan berdiri di depan tiang bendera sampai waktunya pulang"
"Ih pak kirain gak di hukum" gerutu Rara.
"Keluar cepat"
"Berdiri doang pak?"
"Sambil hormat"
"Itu doang?"
"Kakinya di angkat"
"Udah itu aja?" tantangnya lagi, dan itu membuat pak Jarwo semakin geram.
"Hormat sambil kayang, puas kamu?"
"Bapak mah becanda mulu mana bisa atuh pak"
"KELUARRRRRRRR" teriak pak Jarwo dengan kerasnya membuat semua murid kompak menutup telinganya.
"Iya iya ah baweh lo" ucap Rara sambil berjalan keluar kelasnya
"Apa kamu bilang?"
"Enggak lanjut aja lo ngajarnya" jawab Rara, "ngeselin banget lo Jarwo, awas besok wig lo gue ambil biar lo gak bisa ngajar di kelas gue"
▪️▪️▪️▪️▪️
"Si Jarwo ngesilin masa cuma gara-gara gue tidur di hukum sih?"
"Siapa yang ngelaporin gue coba? kalo gue tau orang yang ngelaporin gue ke si Jarwo gue kasih lo pelajaran.
"RANIII KESEL GUE SAMA LO, KENAPA.LO GAK BANGUNIN GUE" jerit Rara di sela-sela hukumannya.
"Panas" Rara mengibaskan satu tangannya tepat di dekat lehernya agar sebagian tubuhnya merasakan kesejukan.
Cuaca hari ini sangatlah panas, walaupun sekarang sudah menunjukkan pukul 14.00 tapi tetap saja panasnya tak berkurang bahkan malah semakin terik.
"Aduhh bisa-bisa kulit gue gosong" gerutu gadis itu.
Sudah hampir satu jam lamanya gadis itu berdiri di depan tiang bendera dengan satu tangan menghormat, tetapi kelihatannya gadis itu masih tetap berdiri dan tak goyah sedikitpun walau banyak sekali keluhan dan gerutuan keluar dari mulutnya.
"Pusing banget kepala gue" ucapnya ketika merasakan kepalanya berdengung dengan hebat.
"Sakit" lirihnya.
Pandangannya kabur, kepalanya berdengung dan pusing menyeruak membuatnya susah untuk menyeimbangkan tubuhnya, "Gak gak, lo gak boleh lemah" monolognya kepada dirinya sendiri.
Tubuh Rara mulai tak bisa seimbang dan hampir saja terjatuh, namun ada seseorang yang dengan sigap menahan tubuhnya agar tidak terjatuh ke tanah.
Kedua mata mereka saling bertemu, cukup lama tak ada satupun dari mereka yang memutuskan tatapannya satu sama lain, "Maa Syaa Allah, apa ini ya Allah?" lirih seseorang yang menahan tubuh Rara.
"Kamu tidak apa-apa?" ucap orang itu menanyakan keadaan Rara dan mencoba membuat Rara berdiri.
"Ba...bantu gu...e..." Rara jatuh pingsan dan tubuhnya bersandar pada seorang pria di hadapannya.
"Astaghfirullahaladzim" seorang pria itu juga menahan tubuhnya agar tetep berdiri kokoh supaya tidak ikut terjatuh.
Pria yang bername tag Muhammad Ghairullah Al-Ghifary itu langsung memangku Rara untuk menuju UKS, supaya gadis itu bisa mendapatkan penanganan segera.
Sesampainya di UKS, "Tolong bukakan pintunya" perintah Al.
"Loh pak Al? Rara kenapa?"
"Dia pingsan tolong" ucap Al dengan paniknya
"Baik pak"
"Bagaimana keadaannya?" tanya Al dengan menundukkan kepalanya dan berjarak sekiranya satu meter dengan wanita yang bertugas di UKS itu.
"Rara tidak apa-apa pak, dia hanya kelelahan dan terlalu banyak kepanasan akibat dari satu jam lalu di jemur"
"Astaghfirullah memangnya kenapa?"
"Setau saya dia tidur di kelas" jawab wanita itu.
"Namanya Rara?"
"Itu panggilannya saja pak, nama aslinya Rara Qalesya.
"Baik terima kasih"
"Bapak sudah mulai mengajar ya?"
"Seharusnya besok tapi saya ingin melihat dulu area sekolah ini dari sekarang" jawab Al.
"Oh iya pak, semoga betah ya"
"Aamiin terima kasih saya permisi ke kantor dahulu, Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam"
Gadis yang terbaring di brankar kini membuka matanya perlahan, ia mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Masih ada sedikit rasa pusing di kepalanya sehingga ketika ia terbangun ia langsung meringis dan memegangi kepalanya.
"Awsh gue di mana?"
"Kamu di UKS" ucap wanita bernama Lili yang bertugas di UKS.
"Lah. Gue kenapa sampe bisa masuk UKS? tanyanya bingung.
"Tadi kamu pingsan karena kelamaan berjemur di bawah teriknya sinar matahari" jawab Lili.
"Lemah banget lo" ucap Rara kepada dirinya sendiri.
"Tubuh kamu sudah berusaha, jangan salahkan tubuh kamu" peringat Lili.
"Gue bisa sampe sini lo yang angkat?"
Lili menggeleng, "Tidak"
Rara menyergitkan dahinya, "Terus?"
"Guru baru di sekolah kita yang bawa kamu ke UKS.
Rara mencoba mengingat di mana kala dirinya pingsan, dan... ya ia baru mengingat jika dirinya sempat meminta tolong kepada seorang pria yang entah siapa itu, "Oh ya inget.
"Wait, kata lo guru baru? siapa? perasaan gue baru denger kalau ada guru baru di sekolah ini.
"Berita ini memang sengaja tidak di beritahukan kepada murid, nama gurunya pak Al. Nama lengkapnya Muhammad Ghairullah -Ghifary, keren kan?" ucap Lili menjelaskan dan tersenyum.
Rara menatap Lili dengan tak minat, lalu ia mencebikkan bibirnya seakan ogah mendengar ucapan Lili "Yelah.
"Dia ngajar bahasa apa? setau gue semua pelajaran udah ada gurunya semua, kenapa pake ada acara guru baru segala?"
"Beliau mengajar BTQ" jawab Lili.
"BTQ? mata pelajaran apa itu? aneh, gue baru denger.
"BTQ itu Baca Tulis Qur'an Rara, kebetulan kan di sekolah kita belum ada yang mengajar mata pelajaran tersebut jadi sekarang pak Sl lah yang akan mengajar itu. Mungkin bergantian soalnya dalam sehari hanya tiga atau dua kelas saja yang akan mendapatkan mata pelajaran itu" ucap Lili menjelaskan.
"Kok bisa di percaya? seluas apa emang pengetahuan agamanya?" tanya Rara seakan ragu dengan guru barunya tersebut.
"Ya pantes aja di percaya Ra, orang dia lulusan Al-Azhar Mesir. Tempat dia menuntut ilmunya gak kaleng-kaleng.
"Di Mesir paling main tanah" jawabnya asal.
"Huss kalo ngomong, dia ganteng tau" ucap Lili seperti tengah membayangkan wajah Al dengan senyum yang tak padam.
"Lo suka sama dia?"
"Enggak, aku rasa dia pasti punya cewe yang juga setara sama dia. Maksudnya sama-sama paham agama.
"Ya ya ya, dahlah gue mau masuk kelas dulu" ucap Rara beranjak dari brankarnya dan mulai berjalan.
"Lho? kelas apanya? semua murid udah pulang Ra.
Rara menghentikan langkahnya dan berbalik badan menghadap belakang yang di sana terdapat Lili, "Selama itukah gue pingsan?"
"Mybe" Lili mengangkat bahunya acuh.
"Lah iya nj*r sekolah udah pada sepi banget" Rara berjalan di koridor sekolah untuk menuju kelasnya karena harus mengambil tas yang berada di sana.
"Si Rani kenapa kaga tungguin gue? ada ya temen begitu" ucap Rara terus saja mengoceh di setiap jalan.
"Nah itu dia tas gue" ucap Rara ketika sudah sampai di kelasnya, "Tapi keren sih semua peralatan gue udah di rapihin, gak jadi marah deh" tambahnya terkekeh.
"Udah jam tiga, gue sejam masa pingsan gitu doang? gak habis pikri gue.
"Eh pikir, kok jadi pikri sih" ralatnya.
"Di pikir-pikir sekolah ini kalo sepi serem juga ye" gumam Rara melihat kesetiap penjuru sekolah tanpa melihat jalan yang ia lewati sekarang sehingga ia tak sengaja bertabrakan dengan seseorang.
"Astaghfirullah maaf saya tidak sengaja" ucap seseorang.
"Ya ya ya pak lain kali kalo jalan matanya juga di pake" ucap Rara sedikit mengomel sembari berdiri dan membersihkan roknya yang sedikit kotor.
"Lo?" Rara fefleks menunjuk Al dengan jari telunjuknya.
Al tersenyum kecil memandang wajah Rara, "Saya?"
"Lo yang tadi angkat gue ke UKS?" tanya Rara.
"Bukan"
"Gue tau, gak usah bohong.
"Tau dari mana?"
"Ish gue belum kenal lo tapi lo udah ngeselin, sorry ye walau lo guru baru di sini tapi kalo lo ngeselin gue gak bisa sopan. Jangankan sama lo sama pak Jarwo aja gue gak bisa sopan" ucap Rara meletakkan tangannya di kedua pinggangnya.
Al terlihat menahan tawanya, "Kamu lucu.
Rara refleks berekspresi jijik, "Dih dih na**ss.
"Kalau sama guru itu yang sopan ya?, jangankan sama guru sama orang yang lebih tua dari kita aja harus sopan" Al menasehati.
"Gak bisa kalau orangnya ngeselin.
Al terkekeh kecil, ia tak henti tersenyum ketika melihat wajah Rara, "Maa Syaa Allah, pentingnya bersabar dalam hal apapun.
"Lo siapa sih? baru ketemu aja udah sok ceramahin gue" ucap Rara jutek menaruh tangannya di dadanya.
"Nanti kamu tau sendiri, saya permisi" ucap Al, "Besok kalau mau sekolah pakai kerudung ya? pakai seragamnya juga yang panjang biar lekuk tubuhnya gak di nikmati semua lelaki" tambah Al sebelum berlalu, berbisik tepat di telinga Rara.
"Dih, suka-suka gue lah dia siapa sok ngatur gue.
"Gak jelas banget" lanjut Rara sebelum akhirnya pergi meninggalkan sekolah.
"Assalamualaikum Gus, baru pulang ya?"
"Waalaikumussalam iya Sal, kamu sendiri habis dari mana?" tanya Al.
Oh ya, Al ini mempunyai sebuah pesantren yang lumayan besar di Jakarta. Pondok pesantren Al-Athar namanya, pondok pesantrennya ini ia dirikan dan ia rawat bersama abah dan Ummanya. Namun, setelah Ummanya meninggal mereka jadi harus mengurusnya berdua saja.
Di lain tempat mereka mempunyai sebuah rumah yang lumayan besar, namun setelah Ummanya meninggal mereka memilih berdiam di pesantren saja karena di rumah merasa kesepian dan tak seperti hidup. Selang satu tahun setelah kepergian Ummanya Al memilih mengabdikan diri ke Mesir supaya lebih mendapatkan banyak ilmu, walaupun jauh seperti itu tetapi dia masih tetap memantau perkembangan pesantren melalui via telepon atau vis video call.
"Ini Gus saya habis dari mesjid biasa tadarus" jawab Faisal salah satu santri sekaligus teman Al di pondok.
"Alhamdulilah rajin"
"Nggeh harus dong Gus" jawab Faisal cengengesan.
"Devan mana?" tanya Al.
"Devan belum selesai Gus"
"Saya permisi ke Ndalem dulu ya?, kamu tolong gantiin saya Adzan dulu. Assalamualaikum"
"Nggeh Gus waalaikumussalam"
Di setiap perjalanan menuju Ndalem, Al tak henti mendapatkan tatapan maupun bisik-bisik dari santriwati yang juga selesai tadarus. Wajarlah karena Al adalah anak kiyai ganteng pula apalagi habis pulang dari Mesir dua minggu yang lalu.
"Maa Syaa Allah calon imam ganteng banget.
"Aaa Ya Allah kalau jodoh hamba Gus Sl hamba rela kok hamba pasrah gak tau deh sekarang kenapa bisa jdi sepasrah ini.
"Ya Allah kalo Gus Al bukan jodoh hamba tapi Gus Al adalah jodoh orang lain, maka jodohkanlah dengan hamba kerena hamba juga orang.
"Siap salip jalur langit"
"Heh kalian gak waras ya? Gus Al itu Gus sedangkan kita santriwati mana mau lah dia, jangan gitu nanti lauhul Mahfudznya cemburu.
Ya begitulah kira-kira bisik-bisik dari santriwati, banyak sekali yang berharap agar Gus Al adalah jodohnya akan tetapi mereka lupa kalau jodoh Gus Al ada di.
"Assalamualaikum bah" Al menyalami tangan abah/kiyai Zaid.
"Waalaikumussalam sudah pulang toh"
"Iya bah" jawab Al sambil melepas tas yang melekat di punggungnya.
"Bagaimana, lancar gak?"
"Alhamdulillah lancar bah" jawab Al.
"Lalu?" tanya kiyai Zaid.
Al mengerutkan keningnya, "Lalu apa bah?"
"Sudah bertemu?"
Seketika itu juga senyuman di bibir Al terangkat sempurna membayangkan seseorang yang ada di benaknya, "Astagfirullah bah" Al geleng-geleng kepala.
"Lho kenapa kamu begitu?" ucap kiyai Zaid heran.
"Sudah bah, Faisal sudah adzan tuh Al pergi mandi dulu ya mau sholat ashar" jawab Gunawan mengalihkan pembicaraan seperti salah tingkah lalu menuju kamarnya.
"Heran dengan anak itu.
▪️▪️▪️▪️▪️
Tok tok tok
"Masuk aja nek, pintunya gak di kunci" ucap Rara dari dalam ketika mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"Kamu lagi ngapain?" tanya nek Rina, neneknya Rara.
"Biasa nek"
"Udah dulu ini sudah isya sebaiknya kamu sholat dulu habis itu sarapan lalu tidur" ucap nek Rina mengingatkan, pasalnya saat ini Rara sedang bermain game subway surf yang ia maksud tadi di sekolah.
"Bentar nek nanggung" jawabnya tanpa melihat ke arah nek Rina sedikitpun.
"Ra, sholat ini penting dan kewajiban untuk kita jangan sampai kamu tidak mengerjakan kewajiban kamu itu" ucap nek Rina menasehati.
Rara menghentikan jarinya yang bergerak, ia meletakkan Ipad-nya di kasur dan beralih menatap nek Rina dengan senyum kecil, "Iya nek kalo gitu Rara wudhu dulu ya?"
Nek Rina mengangguk, "Iya"
Selesai wudhu Rara langsung ke ruang sholat untuk melaksanakan sholat isya, setelah itu ia kedapur untuk makan malam bersama nek Rina.
"Kata Rani tadi kamu di hukum ya?"
Rara yang sedang mengunyah makanan langsung menelannya ketika mendengar ucapan itu keluar dari mulut neneknya,, Anj*r tu anak, pake ngasih tau segala,, ucap Rara dalam hati.
"Iya nek, tapi Rara gak buat ulah apa-apa kok Rara cuma ketiduran aja"
Nek Rina menghela nafas, "Nakal kamu di kurangin Ra, kamu gak kasihan apa sama nenek yang hampir setiap seminggu empat kali ke sekolah terus?"
Rara cengengesan mendenger itu, "Hehe maaf nek, lagian yang salah si Jarwo kok dia tiap hari ngeselin mulu udah mah galak botak lagi. Botakmah botak aja gak usah pake rambut palsu segala.
"Astaghfirullahaladzim Rara, kamu yang sopan sama guru gak boleh seperti itu. Kamu kan nenek sekolahin supaya kamu bisa beradab dan punya sopan santun bukannya malah begini" ucap nek Rina sudah cape dengan kelakuan cucunya.
"Hehe kalo gak nakal gak bakal ada pengalaman nek.
"Lama-lama nenek masukin kamu kepesantren mau?"
"Pesantren? gak mau, Rara gak mau kepesantren. Pesantren bagi Rara itu penjara tau gak, di sana gak bisa pegang hp, makan seadanya dan di waktu, pakaiannya bikin gerah dan kerjaannya cuma ngaji ngaji ngaji ngaji dan ngajiii terus" ucap Rara nyerocos panjang lebar.
"Di coba dulu, siapa tau kamu betah" goda nek Rina.
"No no no big no no" tolak Rara.
"Yakin gak mau?" goda nek Rina semakin menjadi.
"Udah ah nek, Rara gak selera makan. Rara ke kamar dulu" ucap Rara pergi. Nek Rina terkekeh akibat berhasil membuat cucunya kesal.
Anak itu, selalu aja pergi kalau lagi di nasehati.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!