NovelToon NovelToon

Cinta Layu, Dendam Bersemi

01. Superstar

Ditengah keriuhan murid murid yang berlalu lalang keluar dari dalam kelas di waktu pulang, seorang gadis SMA berambut pirang dengan seragam ketat dan makeup anti badai nya melenggok dengan angkuh.

Seluruh murid melipir dengan gelisah, memberikan jalan padanya untuk lewat lebih dahulu.

Namun, seorang gadis berkacamata dengan seenaknya lari begitu saja melewati jalan yang di sisihkan para murid. Karena tergesa gesa, gadis itu seolah tak sadar dan menabrak si gadis berambut pirang yang tengah menebar pesona tersebut.

Brakk

Arghhh, YANG BENER DONG KALAU JALAN! Mata Lo 4 aja masih ga dipake!" Gadis berambut pirang itu itu mengerang dengan kesal.

Ia membenahi seragamnya yang kotor karena terjatuh. Orang orang menyapa gadis berambut pirang tersebut sebagai Celine, sang ratu drama.

Bagaimana orang tidak menganggap Celine seperti itu, ia adalah putri tunggal keluarga konglomerat pengusaha sawit di tanah Kalimantan. Paman nya yang merupakan kepala sekolah di SMA Unggulan Garuda Bangsa tersebut membuatnya menjadi semena mena terhadap siapapun.

"Ma-maaf kak, aku lagi buru buru mau rapat OSIS, ga sengaja nabrak kakak" Sahut gadis yang menabrak Celine.

Dengan raut wajah gugup, gadis tersebut bangkit dengan cepat dan berusaha membantu Celine berdiri. Kesialan apa yang membuatnya harus berhadapan dengan Celine siang ini.

Celine menepis tangan gadis tersebut "LO GAUSAH PEGANG PEGANG GUE, KOTOR TAU GA!"

"Aduh bangun Lin Lo gapapa kan? Dasar culun! Lo ga tau siapa yang baru Lo tabrak hah?" Teman Celine yang bernama Rania ikut membentak kasar gadis berkacamata itu.

"Sini lo culun! Penasaran gue darimana asal lo" Celine menarik nametag yang terpasang di seragam gadis tersebut, untuk sesaat ia tertegun. "Malinia Raisa Taran? Kaya ga asing nama Lo"

Rupanya gadis berkacamata dengan seragam rapi serta rambut di kepang itu bernama Malin. Anak yang baru masuk tahun ini dan sedang aktif aktifnya di OSIS.

"Ma-maaf kak, aku beneran lagi buru buru dan gak sengaja" Malin sangat gugup, ia bahkan tak berani mengangkat kepalanya.

"Lo pikir minta maaf doang cukup! Lo liat sepatu gue kotor kena minuman Lo! Cepet bersihin!"

Bentakan Celine kali ini cukup keras, sampai para siswi berkerumun menyaksikan apa yang sedang terjadi.

"Se-sepatunya copot aja kak aku bersihin di rumah." Ujar Malin.

"KALO SEPATU GUE LO BAWA PULANG, GUE JALAN PAKE APA? NYEKER HAH? SELAIN MATA, OTAK LO JUGA GAK ADA GUNANYA! gausah basa basi cepet bersihin!"

Malin semakin gugup "Se-sekarang kak?"

"Banyak nanya lo cepett."

Tanpa basa basi Rania mendorong Malin hingga tersungkur ke kaki Celine. Ia juga melemparkan selembar tisu ke wajah Malin. Malin menatap sekelilingnya dan mendapati siswa siswi lain yang hendak pulang memandanginya dengan tatapan menghina, Malin hanya tertunduk malu dan mengambil tisu yang jatuh dihadapannya.

"Ada apa sih ribut ribut?" Seorang perempuan dengan suara tegas nan lugas menerobos kerumunan.

"Heh itukan Aya...iya itu ketua OSIS....wah seru nih tontonan...iya iya..." Gumam para murid yang membuat kerumunan semakin besar.

Gadis tersebut ternyata Bernama Cahaya, atau kerap disapa Aya. Aya merupakan ketua OSIS yang sudah menjabat selama satu tahun, bisa dibilang ini merupakan detik detik menuju waktunya untuk turun jabatan.

"Rapat bentar lagi mulai Lin, Sana ke ruang OSIS!" ucapan Aya membuat Malin langsung berdiri dan berlari kebelakangnya.

"Heh culun kerjaan Lo belum selesai, Lo harus tanggung jawab! Cahaya, Lo gak usah ikut campur urusan gue, apa jadi babu sekolah masih kurang bikin Lo sibuk sama urusan Lo sendiri hah? Hahaha" ejek Celine, teman temannya juga ikut tertawa.

Aya berjalan mendekat hingga jaraknya dan Celine hanya tinggal beberapa senti saja. Perlahan Aya melipat bagian tangan jas almamater yang dia kenakan dan mulai menatap Celine dengan tajam.

"Gue pikir Lo bakal berubah, ternyata masih sama aja kaya dulu, pecundang angkuh. Jangan lupa, gue punya nomor bokap Lo" bisik Aya.

"CAHAYAA! Lo berani ngancam gue?" Mata Celine melotot dengan emosi yang tersulut.

"No, I'm not. Gue cuma ngasih tau Lo doang, jangan banyak tingkah di hadapan gue!" Tegas Aya.

Seluruh data penting murid di SMA Unggulan Garuda Bangsa tersebut tentunya dipegang oleh Ketua OSIS sebagai bentuk antisipasi bila terjadi perlawanan aturan oleh para murid. Termasuk Celine, dimana ayahnya mendidik Celine dengan keras bila menyangkut pendidikan.

"Awas Lo Cahaya, perhitungan gue sama Lo belum selesai! Lo juga culun!" Ucap Celine dengan tatapan tajam kearah Cahaya dan Malin

"Ayo ran, ga asik kita cabut aja" Celine dan Rania pun pergi meninggalkan kerumunan.

"Liatin apa Lo semua? Sana bubar!"

Ucapan cahaya langsung membubarkan kerumunan.

"Ma-makasih kak Aya, aku Gatau lagi kalo gada kakak harus gimana tadi" Malin bertutur sembari memegang kedua tangan Aya.

Aya menepuk pundak Malin "Justru itu, kalo kejadian kaya gini ke ulang lagi dan gue lagi ga ada di dekat Lo, Lo harus berani bela diri Lo sendiri!"

"Tapi kak, kalau aku ngelawan takutnya identitas aku yang sebenarnya bakal terbongkar." Hanya itu yang mampu Malin katakan dengan berat hati.

"Dengan latar belakang Lo, kalau mereka tau, pasti mereka gak bakal berani nindas Lo lagi. Tapi ya udahlah kalau itu pilihan lo lebih baik berusaha jangan nyari urusan lagi sama mereka."

Malin berangguk mengiyakan ucapan Aya.

"Udah Yo ke ruang rapat."

"Ayo kak, makasih ya."

Tatapan Malin terhadap Aya terlihat sangat bersinar, sudah lama Malin mengagumi Ketua OSIS nya itu. Siapa yang tidak kagum dan tertarik dengan Cahaya Dian Rahayu atau kerap disapa Aya, gadis cantik, cerdas dan berlatar belakang keluarga konglomerat itu mampu membuat laki laki manapun pasti tergila gila padanya.

Orang orang menganggap Aya masih sendiri hingga saat ini hanya karena sikap dingin dan latar belakangnya yang cukup wah membuat laki laki harus pikir panjang dulu sebelum mendekati Aya.

*****

Rapat hari ini membahas kegiatan calssmeeting, berupa perlombaan perlombaan yang diselenggarakan setiap menjelang akhir tahun ajaran dengan setiap kelas sebagai kelompok pesertanya.

Saat pertengahan diskusi berlangsung, tatapan Aya tertuju pada kursi pimpinan klub musik yang kosong.

"Kemana Bintang, Kenapa dia ga ikut rapat kali ini?" Pertanyaan Aya seketika membuat suasana hening.

"Kak Bintang tadi masih di ruang klub musik kak, katanya ada urusan jadi gak bisa ikut rapat" ujar Dani yang merupakan salah satu anggota klub musik.

"Kebiasaan..." Aya berdecak kesal.

"Gue ke toilet dulu, kalian lanjutin aja diskusi mengenai daftar kegiatan dan tata cara pelaksanaan lomba lomba yang udah gue bagiin."

"Baik kak...." Sahut seluruh peserta rapat.

Aya berjalan perlahan sembari melamun. Ntah apa yang dipikirkan gadis tersebut hingga saat tiba di persimpangan lorong, seharusnya Aya belok kiri menuju toilet namun ia malah terus berjalan lurus.

Saat itu Lorong sepi di lantai 4 gedung sekolah yang dilalui Aya menghadap ke lapangan upacara hingga terkena cahaya matahari sore. Aya sempat berhenti sejenak untuk menikmati angin sepoi sepoi yang menerpa tubuhnya.

Hingga suatu pikiran mengganggu ketenangannya.

......................

02. Jatuh bersama air hujan

Aya pun melanjutkan langkahnya hingga berhenti dihadapan pintu ruang klub musik yang sedikit terbuka dan menampakkan celah untuk melihat kedalam.

Seorang laki laki duduk diatas kursi dan tertidur diatas meja dengan wajah yang menghadap ke jendela.

Wajahnya yang samar samar terkena cahaya matahari itu terlihat sangat indah. Putih mulus dengan bibir pink persik yang menawan. Aya melihat pemandangan itu dengan berbinar dari balik pintu.

Laki laki tersebut terlihat mengedipkan mata dan mulai merasa tidak nyaman karena sinar matahari mengenai wajahnya. Melihat itu Aya tak tinggal diam, Aya mengendap masuk dan perlahan menutup gorden jendela.

Sampai laki laki itu nampak lebih baik, Aya berjalan mendekat dan duduk disamping laki laki tersebut sembari tersenyum kecil memperhatikan wajah tampannya.

"Bin, jujur Lo ganteng banget kalo lagi tidur" gumam Aya.

Rupanya laki laki yang tengah tidur tersebut adalah Bintang, seorang laki laki yang menjadi ikon sekaligus superstar sekolah seperti namanya.

Bagaimana tidak, meskipun bertemperamen dingin, Bintang adalah laki laki yang tampan, pintar, ahli memainkan berbagai alat musik bahkan kini menjadi ketua klub musik.

Tak hanya terkenal di dalam sekolah, setiap hari selalu ada para siswi dari sekolah tetangga yang sengaja datang pagi dan menunggu di depan pagar hanya demi melihat Bintang sebentar.

Bintang sendiri berasal dari keluarga tentara dan pengusaha yang tajir melintir, tentu saja itu semakin melengkapi eksistensi nya di SMA Unggulan Garuda Bangsa sampai sampai tak sedikit perempuan yang tergila gila padanya, termasuk Aya.

"Mhhh....loo?" Ucap bintang dengan wajah bantal dan setengah sadarnya.

Aya yang menyadari Bintang terbangunpun kaget dan segera berdiri "Ee-ehh bin, bangun! Ngapain Lo disini, tuh yang lain nungguin Lo di ruang rapat"

"Gue kan udah bilang izin!" Wajah Bintang nampak pucat.

"Kenapa sih Lo ada urusan apa?"

"Gue lagi ga enak badan" suara Bintang terdengar berat dan serak.

"Kenapa Lo, sakit? Jangan sakit dong, superstar SMA Unggulan Garuda Bangsa harus energik hehe" goda Aya sembari menyentuh dahi bintang.

"Terserah Lo." Bintang bergegas mengambil tas nya dan pergi meninggalkan Aya.

"Mau kemana Bin?" Tanya Aya namun tak mendapat respon apapun dari bintang.

Aya mengejar bintang keluar ruangan, namun Aya hanya mendapati punggung kekar lelaki bertubuh tinggi tersebut terus berjalan menjauh. Sementara itu Aya melihat ke luar lapangan nampak seperti gerimis.

"Yah ko gerimis sih, pasti Pa Asep telat lagi nih jemput gue" Aya berdecak kesal.

"Mending cepet cepet selesain ni rapat deh" Batin Aya.

Tanpa pikir panjang Aya segera berlari menuju ruang rapat.

Dua jam berlalu di ruang rapat, Aya melihat jam ditangannya menunjukkan pukul 16.06 "Wah udah sore."

"Gimana guys udah selesai pelajarin kegiatan yang bakal kita adain besok lusa?" Ucap Aya.

"Udah, kegiatannya menarik Ay. Gue udah sebarin posternya di grup sekolah berikut kegiatannya" ucap seorang lelaki bernama Riko yang duduk disebelah Aya. Di bajunya terdapat nametag bertuliskan Wakil Ketua OSIS.

"Gue juga udah bikin proposalnya, nih Lo tanda tangan dulu. Oiya dana juga udah aman" imbuh Vania.

"Okeh Van, thanks ya. Proposal ini gue bawa balik, mau gue baca baca dulu" ujar Aya.

"Besok bawa lagi proposal nya ay, malam ini lo Koreksi yang perlu di koreksi. Pokonya besok gue mau selesain ni proposal biar idup gue tenang! Gue pengen cepet cepet turun jabatan, gak sanggup gue bertahan lebih lama lagi" Jelas Vania.

"Iya Bu sekertaris, bawel lo. Semuanya makasih buat hari ini, Besok sore kita kerja keras lagi dekor lapangan dan kumpulin benda benda yang bakal dibutuhin ya! Rapat hari ini Selesai."

Seluruh orang diruang rapat satu persatu keluar berpamitan pulang. Sementara Aya malah termenung menatap langit yang mulai hujan dari balik jendela.

"Woi ngelamunin apaan Lo! Ayo balik keburu sore" ucap Vania memecah keheningan.

"Duluan aja Van, gue lagi nunggu jemputan kayanya telat."

"Kebiasaan pa Asep. Bener ya gue tinggal nih"

"Iya sana! Berisik kalo ada Lo gue jadi ga tenang."

"Dih yaudah! Ngobrol aja tuh sama tembok" ujar Vania sembari berlalu meninggalkan Aya seorang diri diruang rapat.

10 menit berlalu, Aya turun ke tempat parkir namun tak mendapati mobil yang menjemputnya segera datang. Aya menatap langit yang nampak semakin gelap dan hujan semakin deras, Aya mengusap kedua tangannya yang mulai terasa dingin.

Aya hanya mampu berdecak kesal, mengingat setiap kali hujan turun pasti Pak Asep supir pribadinya selalu saja datang terlambat. Meskipun begitu, Aya tak pernah berinisiatif memecatnya karena Aya memiliki pertimbangannya sendiri.

"Nunggu siapa Lo?" Tanya Bintang yang tiba tiba muncul dari belakang Aya

Aya terperanjat kaget "Loh Lo belum balik? Gue lagi nunggu jemputan."

"Kalo udah balik gue gak bakal disini."

"Hmm iya..." Suasana hati Aya sedang kesal, hanya sebatas itu yang bisa Aya katakan.

"Mau numpang ga, gue pake motor sih tapi bawa jas hujan" Bintang bertutur dengan nada datarnya yang khas.

Aya mendelik kearah Bintang "Emang lo bawa jas hujan berapa?"

"Satu. Tapi ya gapapa Lo yang pake."

"Dih gak lah, Lo lagi sakit bego malah mau ujan ujanan."

"Yaudah kalo gamau." ucap Bintang sembari pergi meninggalkan Aya.

"Eh ehhh....yaudah gue ikut."

Bintang dan Aya berjalan menghampiri motor Harley Davidson berwarna hitam pekat yang terparkir di pojok. Dengan polosnya Bintang mengeluarkan jas hujan berwarna pink dengan motif polkadot dari dalam motornya.

"HAHAHAA, APA APAAN LO, MOTOR DOANG KEREN JAS UJAN WARNA PINK, MANA POLKADOT LAGI HAHAAA" Aya tak sanggup menahan gelak tawa.

"Jas sama helm yang bakal Lo pake punya adek gue" Bintang nampak tersipu "nih pake!"

Mukanya setebal baja tapi hatinya kaya yupi. Hal itu yang saat ini Aya tangkap tentang sikap Bintang.

"Gini aja deh, gue pake bajunya Lo pake celananya." Aya menyodorkan celana jas hujannya kepada Bintang.

Bintang langsung menolak sodoran celana itu "Jangan ngadi ngadi loh ay. Gimana ceritanya."

"Biar adil, gue nutupin bagian atas badan, Lo nutupin bagian kaki. Lagian gue pake rok pendek jadi pake bajunya aja udah ketutupan."

"Gamau gue, apa apaan pake celananya doang."

"Pake ga Lo! Atau gue juga ga pake jas hujan aja biar adil."

"Dasar cewe ribet banget, sini!"

Aya dan Bintang pada akhirnya berbagi jas hujan.

Selama menerobos derasnya guyuran hujan, Jalanan menjadi licin dan lubang lubang tertutup genangan air. Situasi ini sesekali membuat Aya kesusahan mencari pegangan.

"Gue mau ngebut, Lo pegangan yang kenceng."

"Ga gue gamau peg.....AAAAA, GILA LO YA BINTANG. GUE BELUM LULUS, BELUM KAWIN BELUM KEMANA MANA, BELUM SIAP MATIIIII." Spontan Aya memeluk erat tubuh kekar Bintang.

"Berisik Lo ay..."

Bintang membawa motornya dengan kecepatan tinggi hingga Aya tak ada kesempatan mencari pegangan dan terpaksa memeluk Bintang. Disepanjang jalan pun, pengendara yang berpapasan dengan Aya dan Bintang terlihat menatap dengan heran.

"Aduch bangh sosweeth bangecth cihhh, aku jadi mau dibonceng kamuhh hahahha" ejek salah satu pemuda yang naik motor bersama temannya.

"Goblok lo, gara gara Lo nih ah pake bagi jas hujan segala." Bintang berdecak kesal sekaligus malu.

"Dih Lo nya kan juga mau, hahaha"

Bintang dan Aya tertawa bersama diatas motor. Berjalan mengitari kota ditengah derasnya hujan dan langit yang mulai menggelap.

......................

03. Pandangan pertama

Aya tak menghiraukan jalan yang dipilih Bintang, meskipun sebenarnya itu adalah jalan paling jauh. Mungkin karena Ini bukan kali pertama bintang mengantarnya pulang. Sebelumnya juga karena alasan yang sama dan jalan pulang yang searah bintang sempat beberapa kali mengantar aya Pulang.

Bila dikatakan, hubungan Cahaya dan bintang terkesan cukup dekat. Meskipun mereka jarang bertemu karena berbeda kelas, tapi karena organisasi mereka jadi sering bercengkrama atau sekedar bertegur sapa saat rapat atau ada kegiatan. Hal ini yang mungkin membuat Aya terlihat semakin tertarik pada laki laki dengan sorot mata abu abu tersebut.

"Bisa ga sih kalo bawa motor santai aja, jangan kaya ikan begini!" Aya terdengar ketakutan saat memeluk erat Bintang.

"Tapi Lo juga suka kan."

"Suka apaan?"

"Pelukan sama gue." Baru kali ini Aya mendengar Bintang menggodanya.

"DIHH APAAN SIH LO. NYARI KESEMPATAN DALAM KESEMPITAN!" Aya berdecak kesal

Meskipun begitu, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam Aya merasa sangat senang. Andai saja hal ini berlangsung selamanya, jika bisa Aya ingin hujan ini tak pernah berhenti dan jalan yang mereka lalui tak pernah memiliki ujung.

"Loh harusnya gue yang bilang gitu haha."

"Terserah Lo deh, males." tegas Aya yang sebenarnya tersipu.

Tak Lama, Aya dan Bintang sampai disebuah perumahan elite ditengah kota. Suasana asri dengan bangunan bangunan megah cukup memanjakan mata, bahkan setiap rumah di perumahan tersebut memiliki luas rata rata diatas 200m.

Setibanya di depan bangunan megah bergaya klasik Eropa dengan cat berwarna coklat dan putih gading menambah kesan old money pada rumah tersebut. Seorang satpam segera keluar dan membukakan gerbang yang hampir setinggi 5m itu.

"Monggo non...."

"Pa Asep udah berangkat jemput saya belum sih pa? Saya tungguin ga dateng dateng, kebiasaan" ucap Aya.

"Tadi siang sih sudah keluar non, sepertinya ada masalah di jalan, hp nya juga ada di kantor satpam."

"Oh gitu, yaudah pa makasih."

Bintang kembali menggas motornya masuk kedalam area rumah Aya yang cukup jauh dari gerbang masuk, saking luasnya rumah konglomerat satu ini.

"Duh makasih ya, gue ngerepotin Lo lagi" ucap Aya sembari melepas jas hujan yang Aya pakai "Nih Lo pake atasnya."

"Ga mau gue. Nih ambil aja bawahnya juga. Lagian gue udah basah." Bintang melepas celana jas hujannya dan memberikannya pada Aya.

"Mhhh yasudah, mampir dulu aja sambil nunggu hujan reda."

"Ga usah, lain kali aja. Titip salam buat Tante sama om Rahayu." Ntah kenapa setiap mengantar Aya pulang, Bintang tak pernah mau masuk kedalam rumah. Bahkan selalu terburu buru. "Gue balik dulu."

"Yaudah...tiati, kabarin kalo udah sampe." Ujar Aya

Aya melihat punggung Bintang mulai menjauh. Seperti biasa saat Aya masuk, rumah megah itu nampak sepi karena kedua orang tuanya jarang berada di rumah.

Ayah Aya adalah seorang kepala partai politik, ibunya adalah pengusaha permata sementara kakak laki laki Aya sedang berkuliah di London. Keempatnya sangat jarang bertemu karena kesibukan masing masing.

Sampai di kamarnya yang bernuansa merah muda, Aya bergegas mengambil handuk dan pergi mandi.

Setelah dikeringkan, Aya menggantung jas hujan yang diberikan oleh Bintang didalam sebuah lemari khusus, didalam lemari tersebut banyak barang barang yang di berikan bintang sebelumnya dan ia simpan dengan rapi di dalam lemari tersebut.

Tak bisa dipungkiri, bahwa Aya mulai jatuh cinta pada Bintang sejak akhir kelas 1 SMA. Ntah karena alasan apa, Aya tak pernah mengutarakan perasaannya. Aya merasa cukup nyaman dengan hubungannya dengan Bintang sekarang.

*1 tahun yang lalu*

"Gue yakin kalo Lo nyalonin jadi ketua OSIS pasti bakal menang ay!" Ujar Vania.

"Iya nanti gue pikirin lagi Van."

Hari itu, Aya dan Vania berbincang bincang sembari menunggu konser klub musik di mulai.

"Lo tau gak sih, superstar sekolah ini ternyata teman seangkatan kita cuma beda kelas doang. Dan gila nya lagi dia bakal pentas hari iniiii" Vania yang terlihat sangat bersemangat.

"Yoww what's up broww, lagi pada nungguin gue tampil yaa" ucap seorang laki laki berperawakan tinggi dengan kulit coklat dan rambut brokoli yang khas, orang orang memanggilnya Awan.

Awan datang bersama dua laki laki tampan di belakang nya.

Aya dan Vania hanya menoleh sekejap dan kembali menghiraukan Awan, seolah Aya dan Vania sudah tahu betul sifat narsis Awan.

Bagaimana tidak kenal, Awan dan dua laki laki dibelakang itu adalah teman sekelas Aya dan Vania. Mereka bertiga adalah sahabat dekat Bintang. Meskipun berbeda kelas dengan Bintang, keempatnya sering disebut Geng Alpha'B setelah bergabung ke klub musik dan membuat sebuah band yang diberi nama Bima Sakti.

"Dih dasar narsis. Gue kesini mau liat Bintang, ngapain liat Lo bertiga, udah bosen gue liatnya tiap hari" sahut Vania.

"Gak minat juga gue nyapa Lo." Sahut lelaki berambut coklat dan berkulit putih mulus. Cakra namanya.

Aya tertawa melihat tingkah konyol teman temannya yang mempermasalahkan hal kecil "Hahaha, udah udah sana tampil. Semangat guys!"

"Siapp cantik..." Sahut Dimian, laki laki bertubuh atletis dengan wajah percampuran Rusia dan Indonesia. Tampan, definisi yang sangat cocok untuknya.

*****

"Yoww selamat malam semuanya. Selamat datang di malam puncak konser klub musik pada hari ini!" Sambutan MC itu di respon dengan teriakan meriah para penonton.

"....langsung saja mari kita sambut penampilan pembuka yang akan dipersembahkan oleh Bima Sakti, SEMUANYA MANA SUARANYAAA....!".

"WUUUUUUU....BINTANG, AWANNN, CAKRAAA, DIMIANN" seluruh penonton berteriak menyuarakan nama keempat superstar itu.

Hingga yang ditunggu tunggu keluar dari backstage dan naik keatas panggung. Awan dengan drum lagend nya, Bintang dengan gitarnya, Cakra dengan piano, dan Dimian dengan mikrofon nya.

Naiknya Alpha'B keatas panggung membuat suasana semakin menarik. Apalagi mereka membawakan lagu lagu yang sedang populer, hal ini tentu saja membuat keadaan semakin meriah.

Semenjak kali pertama Bintang naik keatas panggung, tatapan Aya tak pernah berpaling sedikitpun dari Bintang. Mata Aya bersinar seolah melihat malaikat turun dari surga. Selama beberapa kali berganti lagupun, Aya menyadari bahwa tatapan Bintang seolah selalu tertuju padanya, mungkin terkesan GR tapi memang itu yang Aya rasakan.

Puncak konser musik kali ini adalah Bintang melempar bunga mawar yang ada di saku bajunya. Yang mendapatkan bunga diperbolehkan berinteraksi dengan Alpha'B keatas panggung.

Setelah dilempar, bunga mawar jatuh ke tangan seorang gadis cantik berparas manis dan rupawan dibelakang Aya.

Tak disangka Gadis itu langsung naik keatas panggung dan meminta dipeluk oleh Bintang, dengan tegas Bintang menolak. Namun demi image band, Bintang menawarkan hal lain.

"Mhh, maaf kita foto aja." Ujar Bintang.

Perempuan tersebut nampak kecewa namun tetap mengiyakan keinginan Bintang dengan semangat.

"Cool, gue suka. Menarik."  Aya yang tersenyum tipis.

Setelah konser selesai, Aya bergegas ke ruang ganti. Berniat menemui Bintang untuk sekedar berkenalan. Namun disana, Aya malah bertemu Awan, Cakra dan Dimian

"Hallo guys, penampilan Lo semua keren banget. Salut guee!".

Awan menghampiri Aya "Iya gue tau, dengan adanya orang sempurna kaya gue, band ini pasti bakal jaya terus."

"Mulai nih mulaii..." ketus Aya.

"Udah ay. Biarin aja dia emang butuh suplai kewarasan. Gimana suara gue tadi?" Ucap Dimian.

Aya tersenyum tipis "Keren dim, seperti biasanya."

Dimian nampak tersipu.

"Tumben Lo kesini ay, ada urusan?" Sahut Cakra yang tengah sibuk membersihkan makeup.

"Mampir aja sih." Aya melirik ke setiap sudut ruangan namun tak mendapati orang yang Aya cari ada di sana "Kalian cuma bertiga?"

"Tadi ada si Bintang cuma barusan aja pamit pulang duluan" sahut Dimian.

"Mhhh...ya udah guys lanjut istirahat aja, gue balik dulu udah ditungguin Vania".

"Okeh cantik hati hati yaa...." Sahut Dimian.

Aya bergegas ke parkiran berharap Bintang masih ada disana. Namun terlambat, Aya hanya bisa melihat punggung Bintang menjauh dengan motornya. Aya tersenyum kecil, pikirnya ya sudahlah masih ada hari esok.

"Ay gue nyariin Lo dari tadi Lo kemana aja" Vania tiba tiba ada dibelakang Aya.

Aya terperanjat kaget "Eh Van ngagetin aja. Gue lagi nunggu jemputan."

"Ini ada titipan dari Dimian, dia lupa mau ngasih coklat ini ke Lo tapi Lo udah ga ada."

"Mhh...coklatnya buat Lo aja gue lagi diet" Aya bergegas menuju mobil yang datang menjemputnya.

"Sampai kapan Lo mau nolak Dimian Ay, gue cape jadi perantara terus" ucap Vania.

"Sampai dia cape Van" sahut Aya dari dalam mobil.

......................

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!