.
.
.
💐💐 HAPPY READING 💐💐
Aku Olivia, terpaksa merelakan calon suamiku untuk menikah dengan kakak ku sendiri tepat di hari pernikahanku. Aku yang selama ini selalu mengalah kepada kakak ku, sampai hari pernikanpun aku tetap mengalah.
Pernikahan yang selama ini aku impikan harus kandas sebelum ikrar ijab dan qabul terjadi.
*********
Pov. Olivia
Malam ini aku sengaja datang ke kontrakan pacarku, Adrian. Pacar yang besok akan sah menjadi suamiku, aku datang untuk memberikan kejutan di hari ulang tahunnya. Aku yang seharusnya tidak keluar rumah malam ini sekitar jam 8 malam aku sengaja datang kekontrakan.
Hari ini adalah hari ulang tahun Adrian yang ke 27 tahun, seorang pria yang sangat aku cintai dan sudah 3 tahun ini aku menjalin hubungan dengannya.
Saat aku sampai di depan rumah kontrakannya, aku langsung masuk karena aku memang punya kunci cadangannya. Saat aku sudah berada didalam kontrakan aku melihat ada sepatu dan tas wanita yang tergeletak di ruang tamu. Aku kaget, namun seketika aku membuang pikiran negatif ku, mungkin saja itu milik saudaranya yang memang datang karena besok hari pernikahan kami.
Keluarga Adrian ada di desa sebelah, hanya 30 menit saja sampai. Adrian sendiri memang memilih tinggal di kontrakan yang tidak jauh dari tempat kerjanya.
" Ahhh... Sayang terus, sayang.."Suara seorang wanita dari dalam kamar Adrian.
Deggghhhh
Aku kaget saat mendengar suara seorang wanita. Sebagai wanita yang sudah berusia 25 tahun tentunya aku paham betul apa yang saat ini sedang terjadi didalam kamar itu.
Aku pun mendekati kamar yang di tempati Adrian untuk mencari tahu suara siapa yang ada didalam kamar itu. Ternyata pintu kamar ternyata tidak terkunci bahkan sedikit terbuka, hingga mataku bisa melihat siapa yang ada didalam sana.
Deegghhh
Jantungku seakan berhenti berdetak saat aku tahu siapa yang ada didalam sana. Bagaimana bisa calon suamiku sedang bercumbu dengan wanita lain. Bahkan wanita itu adalah kakak ku sendiri. Ya wanita itu adalah Jeni, kakak kandungku yang selama ini selalu aku hormati dan aku selalu mengalah dengannya.
" Adrian, kak Jeni. Kalian sudah berselingkuh di belakangku. "Kata-kata itu hanya bisa aku ucapkan dalam hati saja.
Tanpa terasa air mata ini menetes membasahi pipiku. Mereka berdua, orang-orang yang aku sayangi sudah tega berkhianat. Kenapa semua ini terjadi di saat pernikahan ku tinggal hitungan jam saja. Apa ini cara Allah memberitahu jika Adrian bukanlah pria yang baik untukku. Aku yang datang untuk memberik kejutan tapi ternyata justru aku yang terkejut.
Arrgggghhhhh.....
Suara menjijikan itu memekakan telinga ku. Ingin rasanya aku melabrak mereka berdua namun aku tidak sanggup. Aku tidak akan memperebutkan lelaki b4jingan seperti Ardian.
" Sayang besok kamu dan Olivia akan menikah. Terus hubungan kita bagaimana? Aku tidak mau jika anak ini lahir tanpa adanya Ayah. Kamu harus membatalkannya sesuai dengan yang sudah kita rencanakan."Ucap Kak Jeni sambil mengusap perutnya.
Ya Allah.. apalagi ini? Sebenarnya sejak kapan mereka berhubungan? Kak Jeni saat ini sudah hamil, benar-benar keterlaluan mereka.
" Sepertinya aku memang harus membatalkan pernikahanku dengan Olivia. Aku juga sudah tidak mencintainya, sekarang aku sudah memilih mu. Besok saat akad nikah, kamu yang duduk di sampingku. Dan biarkan saja Si Olivia."Ucap pria yang sudah 3 tahun ini berpacaran denganku.
" Iya sayang, aku juga sudah bilang sama ibu jika saat ini aku sudah hamil. Ibu juga meminta besok aku yang menjadi pengantin wanitanya."Ucap kak Jeni.
Duuuaarrrrrr
Wajahku seperti di sambar petir, tubuhku lunglai dan kakiku seakan tidak bisa lagi menopang tubuhku. Ya Allah... ternyata ibu ku sendiri sudah tahu hubungan kak Jeni dan Adrian. Sebenarnya apa salahku dan apa kekuranganku sampai mereka tega seperti ini.
Aku harus kuat, aku tidak boleh menangisi pria seperti Ardian. Aku akan tetap tegar dan terus menjalani hidup ku dengan bahagia.
" Kalau Oliva marah-marah bagaimana sayang? Apalagi biaya pernikahan 50 persen itu memakai uang Olivia? Kamu sih dari awal mau aku batalin tidak boleh."Ucap Adrian dengan tidak tahu malunya.
" Kalau dibatalin dari awal, sudah pasti Olivia tidak akan keluar uang. Dan siapa dong yang akan menambahi uang nya, uang kamu semua pasti tidak akan cukup sayang. "Ucap kakakku yang memang tidak punya hati.
Jadi mereka memang sudah merencanakan semua ini. Aku memang bodoh !! Kenapa aku tidak tahu perselingkuhan mereka dari awal, jika aku tahu sudah pasti aku tidak akan mengeluarkan sepeserpun uangku. Ahh... aku sudah terlanjur mengeluarkan uang ku 50 juta.
Aku keluar dari kontrakan Adrian tidak lupa aku kunci kembali pintunya. Aku memesan ojek online, setelan menunggu 5 menit ojek yang aku pesan sudah sampai. Aku menaiki ojek itu dengan mata yang masih saja mengeluarkan air mata. Bohong jika aku tidak sedih dan bohong jika aku tidak sakit hati. Selama 3 tahun kebersamaan ku dengan Adrian tak ada sekalipun kami ribut ataupun cekcok.
" Ya Allah.. semoga memang ini yang terbaik. Terima kasih sudah menunjukan kebusukan Adrian." Ucapku pada diriku sendiri.
Ojek online yang aku naiki sudah sampai, aku masuk rumah lewat pintu belakang agar orang tuaku tidak tahu jika aku baru saja keluar. Kado ulang tahun yang tadinya ingin aku berikan kepada Adrian aku campakkan begitu saja.
Aku memandang diriku dalam cermin, apa kurangnya aku sampai Adrian tega berselingkuh dengan kakakku sendiri. Aku memang tidak pernah memakai pakaian yang ketat dan kekurangan bahan seperti kak Jeni, tapi aku tidak kalah cantik dari kakakku itu.
" Kamu harus kuat Oliv, kamu tidak boleh menangis. Siapkan tenaga untuk menghadapi hari esok, ingat Oliv, besok kamu jangan sampai menangis. Selalu terlihat ceria, jika kamu menangis mereka akan merasa menang sudah bisa menyakiti hatimu."Aku mensugesti diriku sendiri.
Jarum jam dinding di kamar sudah menunjukan pukul 10 malam. Akupun masuk kamar mandi dan wudhu, ku tunaikan sholat isya yang memang tadi belum ku kerjakan. Aku pasrahkan semua masalahku kepada sang pencipta, hanya kepadaNya lah aku adukan semua keluh kesahku.
Tanpa terasa malam pun sudah berganti pagi, Maya dan Rita sudah datang ke rumahku. Mereka berdua sudah aku minta untuk masuk ke dalam kamar.
" Loh Oliv, kok MUA nya belum datang? Ini sudah jam 8 loh. Dan kamu juga kelihatannya santai begitu, sebenarnya kamu ini mau menikah tidak sih?." Tanya temanku, Rita.
" Tidak. Hari ini aku tidak akan menikah, tapi kak Jeni yang akan menikah dengan Adrian."Jawab ku membuat mereka berdua kaget.
" Maksud kamu apa? Jangan bercanda kami, Oliv."Tanya Maya dengan matanya sudah melotot lebar kearahku.
Tidak mau kedua temanku semakin marah dan penasaran terus. Aku pun menceritakan apa yang semalam aku lihat saat di kontrakan Adrian. Setelah mendengar ceritaku, Maya dan Rita memelukku dan mereka menangis sambil memelukku.
" Kamu yang sabar ya, Oliv. Suatu saat mereka akan kena karma nya sendiri."Ucap Rita sambil memelukku.
" Ini cara Tuhan menunjukan jika Adrian itu memang tidak pantas untuk kamu, Oliv. Kami menangis bukan menangisi kegagalan pernikahanmu dengan Adrian. Tapi kami menangis karena kami kasihan sama kamu, nasibmu sedih amat."Ucap Maya memeluk Olivia.
Aku dan kedua temanku hanya duduk didalam kamar. Sampai terdengar bunyi petasan diluar sana yang tandanya rombongan pengantin pria sudah datang.
" Olivia, Liv.."Suara ibu Harti memanggil ku, tapi aku tidak menyahutnya.
" Ada apa bu?." Ucap Rita sambil membuka pintu.
" Olivia jangan dibawa keluar dulu sampai akad nya selesai baru dia boleh dibawa keluar. Nanti pasti akan di panggil saat sudah selesai ijab qabulnya. "Dari luar ibuku sudah memberikan peringatan kepada Rita.
Dia tetap pura-pura seakan aku adalah pengantin wanitanya. Padahal pengantinnya adalah anak kesayangannya.
" Iya bu."Jawab Rita yang memang sengaja berbohong.
Ibu kembali kedepan untuk ikut dalam acara pernikahan anak kesayangannya. Bibirku tersenyum tipis, mengingat seserahan yang seharusnya dibawa Adrian pagi ini sudah aku batalkan. Bukan aku batalkan juga sih, aku sengaja meminta pihak tempat aku menyewa jasa kotak seserahan tidak mengirimkannya ke kontrakan Adrian. Barang-barang tidak jadi di dekor, aku akan mengbilnya saat waktu sudah senggang dan tetap membayarnya full. Sebab mereka harus membongkar barang-barang yang sudah mereka hias.
" Sayang kok tidak bawa seserahannya?." Tanya Jeni saat mereka duduk bersebelahan.
" Pihak jasa penyewa hias seserahannya tidak mengantarkannya. Aku juga bingung, mau telepon orangnya yang punya nomornya ya Olivia. Ya sudah datang begini saja."Jawab Adrian apa adanya.
Akhirnya mereka menikah tanpa ada seserahan, untuk cincin nikah pun pasti tidak ada. Karena cincin nikah masih ada sama diriku, sepertinya Adrian lupa jika cincinnya masih sama aku.
" Saya terima nikah dan kawinnya Jeni Saraswati binti Hamdani dengan mas kawin uang 1 juta dibayar tunai." Dengan lantang Adrian mengucapkan ikrar janji sucinya.
Meskipun tidak memakai mic aku bisa mendengarnya dengan jelas. Saat ini aku berdiri tidak jauh dari tempat ijan qabul. Aku bersama kedua temanku, menyaksikan pernikahan mantan calon suamiku.
" Olivia."Ucap Adrian saat dia melihat keberadaanku.
Aku sunggingkan senyum terbaikku. Sebagai bukti jika aku tidak apa-apa, aku tidak kaget dengan kebohongan mereka. Kak Jeni nampak tersenyum sinis kearah ku, sepertinya dia bangga sudah bisa menikah dengan Adrian.
Bapak dan Ibu sama sekali tidak menunjukan rasa menyesal atau kasihan kepadaku. Mereka sebenarnya orang tua kandungku atau bukan? Begitu teganya mereka denganku.
**********
Alhamdulillah karya baru sudah rilis. Mohon dukungannya ya kak. Terima kasih 🙏🙏❤️❤️😘😘
.
.
.
💐💐 HAPPY READING 💐💐
Pov. Author
Semua pasang mata memandang ke arah Olivia, para tetangga juga sudah mulai berbisik-bisik. Kenapa Jeni yang menjadi pengantinnya padahal yang mereka tahu Olivia lah yang akan menikah dengan Adrian.
Seakan tahu apa yang menjadi fikiran para tetangga dan para tamu undangan yang lainnya. Ibu Harti, ibu dari Olivia buka suara, dia menjelaskan kenapa yang menikah Jeni bukan Olivia.
" Maaf semuanya, seperti yang kalian ketahui selama ini. Sebenarnya hari ini adalah pernikahan Olivia dan Adrian, namun karena Olivia membatalkannya secara sepihak jadi Jenilah yang menggantikan nya menikah dengan Adrian. Tidak tahu apa yang membuat Olivia membatalkan pernikahan ini, mungkin saja dia belum mau melepas masa lajangnya."Ucap ibu Harti buka suara dihadapan para tamu undangan.
Lelucon macam apa ini ? Olivia sama sekali tidak menyangka jika wanita yang bergelar ibu, wanita yang selama ini dia hormati tega berbohong dan seakan menyudutkan dirinya. Tubuh Olivia seakan lunglai, beruntung ada Maya dan Rita yang menopangnya.
" Apa yang ibu katakan? Aku tidak pernah membatalkan pernikahan ini, justru aku ingin bertanya kepada kalian. Kenapa kalian membohongiku? Kenapa kalian tega melakukan ini semua kepadaku? Apa salahku? Secara diam-diam kalian menyiapkan pernikahan ini untuk Kak Jeni, dan kenapa aku yang harus keluar uang. Apa kalian kira aku tidak tahu perselingkuhan kak Jeni dan Adrian !!."Seru Olivia berkata dengan nafas yang tersengal-sengal.
" Tutup mulut mu, Olivia ! Aku dan Adrian berusaha untuk menyelamatkan harga diri bapak dan ibu, agar mereka tidak malu. Kenapa justru kamu menuduh aku dan Adrian berselingkuh?."Ucap Jeni menyangkal ucapan Olivia.
Tamu undangan semakin kasak kusuk dan semakin jelas terdengar. Ada yang menyalahkan Jeni dan ada juga yang menyalahkan Olivia. Bagi orang-orang yang sudah tahu Olivia dengan baik, tentunya mereka tidak menyudutkan Olivia.
" Siapa sih yang benar? Kok semua saling membela diri?."
" Olivia sendiri mungkin yang selingkuh, dan akhirnya membatalkan pernikahannya."
" Tapi aku pernah beberapa kali melihat Jeni dan Adrian jalan bareng loh. Apa mungkin Jeni dan Adrian yang memang berselingkuh."
Dan masih banyak lagi kasak kusuk para tetangga yang terucap. Jeni nampak gugup saay dia mendengar apa yang dikatakan salah satu tetangga tadi.
Jangan tanya bagaimana Adrian? Ya, lelaki itu sedari tadi hanya diam saja. Seakan mulut nya terkunci, sama sekali tidak layak disebut seorang lelaki. Begitupun kedua orang tua. Adrian, semuanya membisu.
" Olivia, jangan buat keributan disini. Hari ini pernikahan kakakmu, seharusnya kamu bisa jaga sikap."Ucap pak Anwar memarahi Olivia.
Seorang ayah yang seharusnya bisa menjadi pelindungnya justru kini ikut menyudutkan Olivia. Olivia mencoba untuk kuat dan tegar, namun air matanya tidak bisa dibendung saat orang tuanya sama sekali tidak menghargai perasaannya.
" Ayah, aku sebenarnya anak siapa? Kenapa perlakuan kalian selalu menomor satukan kak Jeni? Selama ini aku selalu mengalah, bahkan saat calon suamiku di ambil pun aku mencoba untuk diam dan menerimanya. Tapi tidak ada sedikitpun belas kasihan kalian, apa aku ini anak pungut?."Seru Olivia sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi.
" Olivia , aku tidak mengambil calon suami mu. Justru aku menyelamatkan nama baik orang tua kita."Ucap Jeni lagi.
Olivia melangkah mendekati Jeni dengan senyum yang sulit diartikan.
Plaakk
Tamparan Olivia mendarat di pipi Jeni yang saat ini full mek up. Dengan cepat, Adrian membawa Jeni kedalam pelukannya dan mengusap pipi Jeni dengan lembut. Semakin menunjukan jika mereka memang mempunyai hubungan dari sebelum adanya pernikahan.
" Sayang kamu tidak apa-apa?."Seru Adrian dengan lembut.
" Lihatlah ! Apa ini yang dinamakan menikah secara terpaksa? Kalian bisa melihat sendirikan bagaimana reaksi Adrian, dia sangat menghawatirkan wanitanya."Seru Olivia.
" Olivia, tolong jangan buat keributan lagi. Oke, aku mengakui semua kesalahanku. Memang aku dan Jeni saling mencintai, dan terpaksa aku membatalkan pernikahan kita. Sekarang kamu sudah tahu semuanya kan? Jadi aku harap kamu tidak lagi membuat malu di acara pernikahan kami ini."Ucap Adrian yang akhirnya dengan sangat terpaksa dia mengakui hubungannya dengan Jeni.
Hhhuuuuuuuuu
Sorak bergemuruh memenuhi tempat yang tadinya menjadi ikrar ijan qabul Adrian dan Jeni. Kini para tamu undangan justru berbalik membela Olivia. Mereka kasihan dengan Olivia, yang harus merelakan calon suaminya untuk kakaknya.
" Kalau memang kalian mau menikah, kenapa tidak bilang dari dulu ? Aku sudah keluar biaya untuk pernikahan ini, aku tidak mau tahu. Kalian sengaja melalukan semua ini, agar aku yang mengeluarkan uang. Kalian memang tidak punya hati, pokoknya kalian harus mengembalikan uang ku !!."Teriak Olivia dengan lantang.
Pllaakk
Tamparan sangat keras dilayangkan pak Anwar tepat dipipi kanan Olivia. Olivia terhuyung dan hampir saja jatuh, tapi beruntung Maya dan Rita sigap memegang tubuh Olivia.
" Masuk kamar !! Jangan banyak bicara, dan jangan rusak hari bahagia Jeni."Bentak pak Anwar.
Olivia memegangi pipinya yang merah dan terasa panas itu sambil tersenyum kecut. Semakin terlihat jika orang tuanya menganak tirikan dirinya.
" Oliv, kita kekamar."Bisik Maya di telinga Olivia.
" Jangan buat suasana semakin mencengkam Oliv, lebih baik kita kekamar saja. Aku tidak mau kamu semakin disakiti, mereka itu manusia yang berhati iblis."Seru Rita ikut mengajak Olivia kekamar.
Olivia hanya mengangguk, jika dia meneruskan perdebatan ini yang ada bukan hanya keluarganya yang malu. Dirinya juga akan malu, semua yang terjadi di hari ini sudah pasti akan menjadi bahan gosip warga kampung.
Maya dan Rita membawa Olivia masuk kekamarnya. Dan dari kamar terdengar acara kembali di lanjutkan, musik orgen tunggal juga sudah mulai di putar.
" Oliv, apa kamu baik-baik saja?."Tanya Rita sambil menggenggam tangan Olivia.
" Aku tidak apa-apa Rit, aku tidak menangisi pernikahan dua manusia tidak ada hati itu. Tapi aku menangisi sikap orang tuaku, sebenarnya aku ini anak kandung atau hanya anak pungut mereka. Sedari dulu mereka selalu membeda-bedakan kami. Kak Jeni kuliah dengan biaya dari mereka, sedangkan aku harus mati-matian mencari biaya untuk kuliah ku. Mereka kejam Rit."Seru Olivia yang kini sudah menumpahkan tangisnya dalam pelukan Rita.
Maya pun ikut memeluk sahabatnya, kedua teman Olivia sudah tahu bagaimana kehidupan Olivia selama ini. Olivia harus berjuang memenuhi kebutuhannya sendiri, saat kuliahpun hanya sanggup sampai D3 karena keterbatasan biaya.
Setelah lulus D3, Olivia fokus bekerja sampai dia saat ini mempunyai pekerjaan yang cukup bagus, dengan gaji 4 juta dia harus memenuhi kebutuhan rumah. Selain itu, diam-diam Olivia juga mempunyai usaha kedai es boba yang saat ini sudah ada 2 kedai. Usaha itu baru dia jalankan 2 tahun terakhir, tanpa sepengetahuan dari keluarganya.
Modal awal dia membuka kedai es boba itu dari tabungan yang dia sisihkan dari gajinya dan dia juga mendapat pinjaman modal dari Tantenya, Rumi. Uang gaji Olivia sendiri, selama ini setengahnya untuk memenuhi kebutuhan rumah. Selama 5 tahun ini, Olivia harus menjadi tulang punggung keluarga. Karena setelah Olivia bekerja pak Anwar juga terkena PHK dan akhirnya semua tanggung jawab dibebankan kepada Olivia. Bahkan untuk kuliah semester akhir Jeni di biayai oleh Olivia. Baru 3 tahun ini juga, Jeni bekerja di perusahaan property satu kantor dengan Adrian.
" Lihat saja, aku tidak akan tinggal diam. Mulai hari ini aku tidak akan lagi mau menanggung biaya kebutuhan rumah."Ucap Olivia pada kedua temannya.
" Kamu benar, Oliv. Kamu harus tegas dan jangan mau untuk dimanfaatkan oleh keluarga toxic kamu itu. Kamu yang semangat ya, ada kami yang akan selalu mendukungmu." Ucap Maya memberi semangat untuk Olivia.
Olivia dan kedua temannya tidak menghiraukan hiruk pikuk yang terjadi di luar kamarnya. Mereka tetap saja berada di kamar, sampai sore hari akhirnya Maya dan Rita harus pamit. Setelah Rita dan Maya pulang, Olivia masuk kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya.
* Besok lebih baik aku masuk kerja saja. Untuk apa aku dirumah, lagipula aku pun gagal menikan. Cuti 4 hari yang aku ambil pun aku gagalkan saja, daripada pusing-pusing lebih baik aku kerja bertemu dengan teman-temanku yang lainnya.* Gumam Olivia sambil menyisir rambutnya.
***********
.
.
.
💐💐 HAPPY READING 💐💐
Malampun sudah berganti pagi, sekitar jam 7 pagi Olivia keluar dari kamarnya dan langsung menuju meja makan. Disana sudah ada kedua orang tuanya, Olivia duduk di kursi yang biasa dia duduki lalu mengambil nasi goreng dan telor ceplok.
" Mau kemana kamu, Oliv?." Tanya ibu Harti.
" Kerja."Jawab Olivia dengan singkat.
" Baguslah, kalau kamu dirumah saja kamu malaj akan membuat Adrian sungkan. Secara dia sekarangkan sudah menjadi suami Jeni, kamu tidak boleh mengganggu rumah tangga mereka."Ucap ibu Harti.
Olivia mendengarkan dengan malas, dia mengunyah makanannya tanpa mau menatap kedua orang tuanya. Sepasang pengantin keluar dari kamar dengan bergandengan tangan mesra. Tanpa sengaja mata Olivia melihat dua tanda merah yang ada di leher Jeni.
Mata Jeni pun mengetahui jika Olivia melihat tanda itu. Bukannya menutupi nya, Jeni justru menyingkirkan rambut yang sedikit menutupi tanda merah itu.
" Kenapa? Awas ya kamu kalau gangguin Mas Adrian, secara kami juga akan tetap tinggal disini." Ucap Jeni ketus.
" Sorry ya kalau aku mau gangguin Adrian, aku sudah jijik dengannya. Menikah karena hamil duluan dan Zin4 saja bangga."Seru Olivia mencibir Jeni.
Glleekkk
Kalah telak, ucapan Olivia barusan berhasil membuat semuanya terdiam. Adrian maupun Jeni tidak menyangka jika Olivia tahu soal kehamilannya.
Olivia tersenyum tipis, dia melihat wajah-wajah manusia tanpa malu itu terlihat tegang dan gugup.
" Kenapa? Kaget aku tahu semuanya? Jangan khawatir aku tidak akan menyebarkan aib kalian. Tanpa aku sebarkan saja, warga sudah tahu aib perselingkuhan kalian. Kalau soal kehamilan mau di sebarkan boleh juga. "Seru Olivia dengan santainya.
" Olivia !! Kamu ini apa-apaan? Aib kakak kamu sendiri mau kamu sebarkan, dasar tidak punya malu."Ucap pak Anwar memarahi Olivia.
" Buat apa aku malu? Kalian saja tidak punya malu."Jawab Olivia semakin membuat semuanya kesal.
" Sayang, beginilah Olivia saat dirumah. Dia itu suka membantah ucapan Ayah dan Ibu, selain itu dia juga suka marah-marah sama aku. Sekarang kamu sudah tahu watak aslinya Olivia kan?."Seru Jeni memfitnah Olivia.
Adrian memandang tajam Olivia, dia tidak suka dengan sikap dan tindakan Olivia yang barbar. Membuat Adrian merasa beruntung tidak jadi menikah dengan Olivia.
" Jadi begini sifat asli kamu, Liv?." Tanya Adrian.
" Terserah."Ucap Olivia bangkit lalu dia hendak meninggalkan meja makan.
" Olivia tunggu jangan pergi dulu."Ucap ibu Harti menghentikan Olivia.
Hhhuuuufff
Dengan malas Olivia duduk lagi di kursi tempatnya duduk tadi. Dia menunggu hal apa yang akan dibicarakan oleh ibunya.
" Ibu ada arisan, seperti biasa ibu mau minta uang untuk bayar arisan. Oh iya, besok kamu gajian kan? Jangan lupa jatah seperti biasa ya, kebetulan bahan makanan juga sudah pada habis."Ucap ibu Harti dengan santainya tanpa malu meminta uang kepada Olivia.
Olivia tidak mau lagi dijadikan mesin ATM berjalan untuk keluarganya, terutama ibu Harti. Dia akan memberikan uang tapi tidak seperti biasanya, biar urusan kebutuhan rumah menjadi tanggung jawab Adrian dan Jeni. Bila perlu Olivia tidak akan memberi uang sama sekali.
" Aku tidak ada uang. Uang amplop kemana? Pakai saja uang itu." Ucap Olivia.
" Enak saja !! Uang amplop itu jadi hak milikku, karena aku yang menikah. Lagipula uang amplop juga tidak banyak, semua gara-gara kamu. Tamu undangan banyak yang pulang duluan tanpa memberikan amplop dulu."Tolak Jeni tegas.
" Kamu yang menikah aku yang keluar biaya. Tidak malu, mulai sekarang Olivia tidak akan memberi ibu uang. Jika mau uang minta saja sama Kak Jeni atau Adrian, untuk kebutuhan rumah aku juga tidak mau menanggungnya. Enak saja semua aku, Kak Jeni dan Adrian juga harus ikut andil, karena mereka tinggal disini. Satu lagi, aku ini bukan Atm berjalan kalian yang seenaknya kalian memerasku."Seru Olivia lalu dia melangkah menjauh dari meja makan.
" Olivia.. Olivia !! Kamu harus tetap menanggung biaya kebutuhan rumah, jangan seenaknya kamu."Teriak Jeni dengan kesal.
* Gawat kalau sampai Olivia tidak mau memberi uang bulanan lagi. Bisa-bisa kami kelaparan, mana uang arisan tidak dia kasih juga. Huuhh pokoknya Olivia harus tetap menanggung biaya rumah ini.*Gumam ibu Harti dalam hati.
Sementara itu, saat ini Olivia sudah memarkirkan motornya di parkiran belakang khusus Karyawan. Olivia bekerja di salah satu Cafe dan Resto sebagai kasir.
Brrrukkk
Karena dia jalan dengan buru-buru akhirnya Olivia menabrak seseorang yang berbadan kekar dan berwajah dingin.
" Maaf Tuan."Seru Olivia meminta maaf.
" Hemmmm."Jawab pria itu hanya berdehem saja.
Pria itu berjalan menuju tangga dan ternyata dia menaiki tangga menuju lantai dua Resto. Olivia tidak mengenali pria itu, tapi Olivia tidak ambil pusing.
" Hehhh kenapa bengong?." Sapa Maya menghampiri Olivia.
" Ehhhh Kamu May. Itu tadi siapa sih? Pria yang berwajah dingin dan memakai jas? Kalau dia pelanggan masa iya datang sepagi ini?."Tanya Olivia penasaran.
" Oh itu, yang kamu tabrak tadi? Dia itu Tuan Miko, adiknya Bu Imelda. Ibu Imelda kan pindah ke luar kota, dan Resto ini di percayakan sama Tuan Miko. Beliau itu sudah pernah loh datang kesini, mungkin kamunya saja yang lupa. Lagipula Tuan Miko memang sibuk juga dengan perusahaannya sudah pasti dia akan jarang kesini."Ucap Maya menjelaskan.
Seakan Maya tahu semua tentang seluk beluk boss barunya itu. Olivia hanya menganggukkan kepalanya saja.
" Ehh tunggu.. Bukannya kamu cuti 3 hari ya? Kenapa kamu masuk kerja?." Tanya Maya lagi.
" Aku malas di rumah May, yang ada aku akan semakin panas dengan kemesraan pengantin baru itu. Aku bingung May, mereka mau tinggal dirumah itu. Sudah pasti setiap hari aku akan melihat mereka, masa iya aku harus pindah? Menurut kamu bagaimana, May?." Tanya Olivia meminta pendapat dari Maya.
" Ini jam kerja !!."Seru seseorang mengagetkan Olivia dan Maya.
Olivia dan Maya langsung terdiam dan menundukkan kepalanya. Secepat kilat mereka berlari menuju tempat bagian nya masing-masing. Olivia sudah stand by di kasir, Maya dan Rita sebagai pramusaji.
Olivia bekerja dengan hati yang kurang nyaman. Dia masih kefikiran dengan pernikahannya yang gagal. Para teman kerjanya sudah tahu semuanya, dan mereka semua berusaha menyemangati Olivia. Olivia terharu dengan kebaikan yang diberikan oleh teman-temannya.
" Kamu pulang saja, jika hatimu masih kacau lebih baik jangan masuk kerja dulu. Bukannya menata hati dulu, tapi malah sudah masuk kerja."Ucap Miko yang tiba-tiba berdiri didepan meja kasir.
" Ehh Tuan Miko. Maaf tuan kalau saya memaksakan untuk kerja."Jawab Olivia dengan tergagap.
" Pulang sana."Seru Miko meminta Olivia untuk pulang.
Ada baiknya Olivia memang pulang, dia bekerja juga kurang konsentrasi. Akhirnya Olivia pun memutuskan untuk pulang, tapi dia tidak pulang kerumah melainkan pulang kerumah Tante Rumi. Ada banyak hal yang ingin Olivia ceritakan kepada tantenya itu.
**********
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!