NovelToon NovelToon

Good Villain

BAB 1

Tahun 2023 di kota Djakarta tercatat telah ada 100 kasus kejahatan setiap bulan nya dengan kasus yang berbeda-beda. Tercatat bahwa tahun itu merupakan tahun terburuknya bagi negara Indonesia. Kejahatan tersebar dimana-mana dan membuat warga ketakutan akan teror kejahatan di tahun itu.

Diketahui bahwa penyebab kejahatan tersebar dimana-mana adalah ulah dari salah satu organisasi yang dipimpin oleh seseorang yang dijuluki dengan nama Evil Man. Dia terus membuat kekacauan serta keributan di negri itu dengan menghasut orang-orang disekitar untuk berbuat jahat untuknya dan menambah jumlah kejahatan di negri itu semakin meningkat.

Untuk menghentikan kejahatannya itu seorang detektif terhebat di dunia muncul dan berusaha menghentikan Evil man. detektif itu bernama Ryan penber.

Dari sinilah kisah bermulai. Dimana mereka saling berhadapan satu sama lain dan mencoba untuk saling menangkap dan membunuh satu sama lain. Telah lebih dari 3 tahun mereka saling berhadapan. Akhirnya kini setelah penantian yang lama mereka berdua dipertemukan secara langsung wajah ke wajah untuk pertama kalinya.

Ditengah hutan yang dingin di sore hari di barengi dengan burung-burung yang bersiul kini mereka berdua berhadapan satu sama lain.

"Di dunia ini sudah pasti ada yang baik dan jahat. Dan apa kau tahu? menurutku hampir 90% manusia di bumi sekarang ini seluruhnya adalah penjahat." ucap seseorang Pria berambut hitam pekat bersandar di bebatuan sambil memegangi perutnya yang berdarah akibat luka tembakan.

Pria itu kemudian tersenyum dengan wajah penuh keringat dan pucat ke arah seseorang.

"Kau berpikir begitu juga kan, Ryan?"

Saat Pria itu bilang begitu suasana hening sejenak hingga terdengar suara kodok dan jangkrik di sekitar saking heningnya. Kemudian seseorang membalas perkataanya.

"Kau ini berisik sekali sih. Padahal sudah mau mati juga." balas dari seseorang Pria berambut putih mengkilap panjang hingga menutupi salah satu matanya sambil memegang pistol dan mengarahkannya ke arah Pria berambut hitam yang bersandar di bebatuan. Pria itu bernama Ryan.

Mendengar respon Ryan. Pria berambut hitam itu tertawa terbahak-bahak sambil tetap memegangi perutnya sebelum dia berucap lagi.

"Waduh. Dingin banget sih."

Ryan tidak menanggapi perkataan Pria berambut hitam itu dan terus sigap memegangi pistolnya ke arah Pria itu.

Pria itu juga balas menatap Ryan dengan tatapan hati-hati sambil salah satu tangan di belakang badannya memegang sesuatu. Ryan yang menyadari ada gerak-gerik aneh pada bagian tubuh Pria itu langsung menembak ke arah batu di samping pria itu untuk membuatnya diam.

Peluru tembakan mengenai batu di samping pria itu dan membuat pria itu kaget. Namun dia tidak takut justru malah tersenyum.

"Tunjukkan tanganmu." Ryan memberi perintah serta menatap Pria itu dengan tatapan tajam.

Pria itu malah tertawa dan menatap Ryan dengan wajah seolah mengejek.

"Apa sebegitu ingin nya kau untuk membunuhku?" Pria itu mencoba memprovokasi sambil tangan kanan nya berada di belakang badannya.

"Berisik. Cepet keluarkan saja tanganmu. Kalau tidak. Akan aku tembak sekarang" Ryan melotot ke arah Pria itu.

Pria itu masih tersenyum dengan respon Ryan dan malah tambah memprovokasinya sambil cekikikan.

"Kau yakin? Jika kau membunuhku kau mungkin tidak akan pernah tau siapa identitasku sebenarnya loh selain julukan Evil Man ku."

Ryan tidak menanggapi provikasi Evil man dan terus menatap Evil man dengan wajah dingin. Ryan terus memegangi pistol itu ke arah kepala nya dan bersiap untuk menembak kali ini.

Evil man yang menyadari itu mulai berkeringat dingin. Namun dia menyembunyikan ekspresinya itu dengan berkata lagi.

"Baiklah. Sepertinya kau pria yang sulit diajak bicara ya"

Evil man mulai mengangkat kedua tangannya yang mengepal, ke atas. Ryan yang melihat itu lalu menurunkan penjagaanya dan berbicara.

"Apa yang kau sembunyikan di tanganmu? cepat tunjukkan" Ryan memerintah.

Evil man menyeringai "Baiklah. Akan aku tunjukkan" Dia membuka telapak tangannya perlahan. Ketika dia hampir membuka tangannya secara keseluruhan dia langsung mengayunkan tangan kanannya ke arah Ryan dan melemparkan sesuatu. Evil man kemudian bergerak bangkit. Ryan yang menyadari itu langsung bergegas menekan pelatuk di pistolnya namun sayangnya dia terlambat.

Ryan melihat apa yang dia lemparkan. Itu adalah sebuah bom asap. Bom itu menyentuh tanah kemudian membuat kabur seluruh lingkungan sekarang. Akibat dari kaburnya lingkungan membuat tembakannya meleset dan kini dia kesusahan melihat.

Dari balik asap yang tebal itu Evil man melempar sebuah pisau ke arah Ryan. Tapi dengan sigap Ryan dapat melihat pisau itu kemudian menghindarinya. Ryan langsung menembak ke arah datangnya pisau itu. BANG!

Tapi ternyata tidak ada siapa-siapa. "Tsk. Dasar bajingan licik." Ryan mendecakkan lidahnya, mengeluh namun masih tetap sigap dan memperhatikan sekitar.

Dari belakang Ryan. Evil Man datang dan menendangnya. Tendangan itu telak mengenai Ryan dan membuat dia terpental sedikit. Lalu Ryan menoleh ke arah belakang dan dia melihat Evil man membawa pisau menuju ke arahnya.

Ryan kemudian langsung menembakkan pistolnya ke arah Evil man. BANG! Peluru itu terlepas dan melesat ke arah Evil man. Evil man yang melihat itu terkejut namun beruntung nasibnya karena terhalang asap membuat Ryan sedikit meleset dan hanya mengenai bagian pipi nya.

"Haha. Rasakan ini Ryan." Evil man melemparkan pisau ke arah Ryan sambil berlari dan tertawa ke arahnya.

Ryan dengan sigap menghindari pisau itu. Ryan berusaha berbalik menoleh ke arah Evil man dan ternyata dia telah ada di depan wajahnya. Evil man melayangkan tinjunya ke arah wajah Ryan. Ryan berhasil menghindarinya dengan memundurkan wajahnya ke belakang sedikit. Ryan lalu mengarahkan pistol nya ke arah Evil man lagi. Tapi Evil man tidak takut dengan pistol itu. Bukannya menghindari dia justru melayangkan serangan lagi dengan pisaunya yang tersimpan di tangan kirinya.

BANG! Ryan melepas pelatuk pistolnya dan peluru berhasil mengenai Evil man. Tapi dilain sisi. Evil man juga berhasil menusukan pisaunya ke arah Ryan.

'Ugh. Dia dengan sengaja menerima tembakanku dan tetap maju untuk menusukku? Dasar bajingan Gila!' gumam Ryan dalam hatinya sambil menahan sakit.

Evil man yang terkena tembakan Ryan telah tumbang di tanah. Ryan mendekat ke arahnya. Dan ketika dia mendekat dia terkejut melihat bahwa Evil man masih hidup dan berkata di saat terakhirnya.

"B-bagaimana rasanya Ryan? K-kau tau.. pisau itu telah kulumuri racun sebelumnya. Itu adalah pisau andalanku."

Mendengar hal itu membuat Ryan terkejut dan dia sekarang merasakan sepertinya racunnya telah bekerja padanya.

"D-dasar bajingan gila." Ryan terhuyung-huyung dan jatuh di tanah.

Evil man yang melihat Ryan terjatuh langsung tertawa terbahak-bahak. "HAHAHA. Rasakan itu Ryan. Setidaknya jika aku mati maka kau juga harus mati!"

"DASAR SIALAN!" Ryan berteriak ke arah Evil man sambil memegangi kepalanya. Namun sayangnya racun itu telah menyebar keseluruh tubuhnya dan membuat dia jatuh terbaring di tanah.

"kekeke.. a-akhirnya dia mati juga." Evil man cekikikan melihat Ryan. kemudia dia berbalik dan menoleh ke awan sekarang.

"Ah.. Indah sekali awan hari ini. Tapi sayang sekali aku harus mati hari ini."

Evil man tertawa kecil kemudian berguman lagi sedikit.

"Y-yah..tidak buruk juga mati begin-." matanya menutup, tangannya menyentuh tanah dan sebelum dia menyelesaikan kata-kata nya dia telah meninggal.

...*****...

...

...

..

"h-"

"hey."

"hey bangunlah!" terdengar sebuah suara laki-laki remaja memanggil ke arahku. Suaranya begitu keras. Juga aku merasa tubuhku sakit semua.

Aku perlahan membuka mataku dan aku dapat melihat sebuah lantai. Lalu aku melihat sekeliling. Terlihat ada sebuah kursi dan meja, juga papan tulis.

Banyak juga orang-orang disini. Sebuah ruangan? kelas Aku duduk sambil memegangi kepalaku dan terus berpikir sendiri. Dimana aku? Kenapa aku bisa ada disini? Dan siapa orang-orang ini?

Terdapat 3 orang anak remaja dihadapanku. Mereka tampak tidak bersahabat. Satu orang berbadan kurus mengenakan kacamata. Satu orang lagi berbadan gendut berambut coklat berdiri menatapku sambil memakan cemilan. Dan satu orang lagi berbadan ideal dan tinggi. Rambutnya oren bersinar serta terdapat gigi taring di mulutnya.

Kenapa mereka menatapku? Aku terus berpikir sambil melihat sekitar. Para murid yang diam saja melihatku di kerumuni seperti ini. Serta aku yang berada di pojok ruangan di kerumuni 3 orang bermuka calon kriminal. Jangan-jangan aku di bully?

Saat aku sedang berpikir tiba-tiba saja orang di tengah berambut oren itu menendang perutku dengan sangat kencang. "Haha akhirnya kau bangun juga. Kau ini lemah seperti biasanya ya. Zen."

"Ugh." kataku sambil memegangi perutku. Apa katanya? Zen? Siapa itu Zen? Dan tunggu. Kenapa aku bisa hidup? Seharusnya aku sudah mati karena tertembak waktu itu.

Mataku melebar saat akhirnya aku tersadar. Tidak mungkin! Apa aku terlahir kembali?

Sebelum aku selesai berpikir anak berambut oren itu menendang ku lagi hingga aku terpental menyentuh tembok.

"Berani sekali kau mengabaikanku Zen. Jika aku berbicara maka kau harus menjawabnya!" Anak berambut oren itu melotot ke arahku.

"Haha. hey sudahlah Pedro. Dia tidak bisa berkata-kata saking takutnya tuh." ucap anak berkacamata berjalan menepuk pundak Pedro.

Apa? Takut? Aku? Raja kriminal yang ditakuti semua orang. Takut dengan bocah-bocah ini?

"Haha sepertinya kau benar." Pedro tertawa dan menatapku dengan tatapan sombong dan arogan.

Aku mulai bangkit kemudian menatap mereka dengan tajam. Aku kemudian mengepalkan tinjuku dan bersiap menyerang mereka.

"Dasar bocah-bocah sialan."

Karena perkataanku entah kenapa membuat seisi kelas ini terkejut dan menatapku.

"A-apa? Berani sekali kau berkata begitu padaku." ucap Pedro sambil menunjuk ke arahku.

"Harusnya aku yang bilang begitu dasar brengsek." Aku melesat dengan cepat mengangkat lenganku dan bersiap melayangkan tinjuku ke arah mereka.

Namun saat aku tiba di depan mereka entah kenapa tubuhku tiba-tiba terhenti dan aku tidak bisa menggerakkan tubuhku untuk memukul mereka.

A-apa? Ada apa ini? Kenapa aku tidak bisa menggerakkan tubuhku? Dan tiba-tiba aku mendapat sebuah kilas balik sebentar mengenai tubuh orang ini.

Aku bisa melihat bahwa ternyata aku bereinkarnasi. Dan.. Aku bereinkarnasi ke tubuh seseorang yang bahkan dalam hidupnya tidak pernah berbuat kejahatan sama sekali? Apa maksudnya ini!

Pedro yang awalnya panik namun setelah melihatku terdiam dia mulai mengepalkan telapak tangannya kemudian mengangkat tangannya. Melayangkan tinjunya ke arah wajahku "Berani sekali kau melayangkan tinjumu! Rasakan ini." Tinjunya telak mengenai wajahku dan akhirnya aku terjatuh pingsan.

Saat dalam keadaan pingsan. Aku dapat melihat ingatan anak ini. Anak ini bernama Zen ferdinand. Seorang anak ke 3 dari raja Alexander Ferdinand yang memimpin kerajaan Eliver. Anak ini memiliki sifat yang sangat baik dari kecil. Dia mendapat perlakuan khusus dari orangtuanya. Dan orangtuanya juga selalu memanjakannya. Sebuah keluarga yang harmonis.

Tapi semenjak dia masuk ke akademi dia mulai di bully dan di manfaatkan oleh seorang anak bernama Pedro hernandres. Anak bangsawan yang merupakan putra ke 2 dari raja Robert hernandres yang memimpin kerajaan Hernandres.

Aku dapat melihat dia awalnya hanya mencoba berteman dengan Pedro. Namun entah kenapa si Pedro malah memanfaatkan kebaikan anak ini. Betapa bajingannya dia. Sungguh. Dia bisa jadi anak muridku. hehe.

Sekitar dua jam aku pingsan akhirnya aku terbangun. Aku kemudian membuka mataku perlahan. Aku bangun dan melihat-lihat sekitar. sepertinya aku ada di UKS.

Sial. Jangan bercanda. Aku yang merupakan seorang penjahat kelas atas memasuki tubuh anak yang bahkan tidak pernah menginjak semut sekalipun dalam hidupnya. Bagaimana ini bisa terjadi. Aku menepuk dahiku sambil menghela nafas.

Apa aku harus hidup seperti ini seterusnya? Di bully terus-terusan tanpa bisa membalas? Aku menunduk masih menepak jidatku.

"Tidak. Aku pasti akan membalas mereka. Meski aku menyukai sifat nakal mereka. Tapi jika mereka menggunakannya padaku. Aku tetap tidak suka. Lihat saja. Aku akan balas kalian bocah-bocah kecil. HAHAHAHA." Aku tertawa jahat sambil menoleh ke atas.

"Jangan berisik." Tiba-tiba saja seseorang melemparkan bantal ke arahku.

BUK!

"Aduh." Bantal itu mengenai kepalaku dan membuatku terjatuh dari kasur.

BAB 2

Setelah aku mengetahui bahwa aku bereinkarnasi ke dunia lain dan memasuki tubuh ini. Sekarang aku sedang mencari informasi mengenai dunia ini. Aku menyimpulkan bahwa ini bukan duniaku sebelumnya adalah karena pakaian sekolah ini berbeda. Juga saat aku sedang jalan-jalan disekitar sekolah ini. Aku melihat bahwa banyak keanehan. Banyak orang yang bisa terbang dan mengeluarkan sesuatu seperti sihir. Oleh karena itu aku memutuskan mencari informasi lebih lanjut mengenai hal itu di perpustakaan sekolah ini.

Perpustakaannya sangat luas. Setidaknya ada sekitar seratus ribu buku disini. Perpustakaan ini memiliki tiga lantai. Lantai pertama terdapat banyak kursi dan meja untuk orang bisa membaca dengan bebas. Semua bukunya tersusun rapih di lemari buku yang berjejer di dinding kiri dan kanan. Sementara dilantai dua juga terdapat kursi dan meja. Dan di lantai dua ini juga terdapat makanan gratis jika murid-murid disini pada lapar sehabis membaca buku. Di lantai tiga juga sama. Dan yang uniknya masing-masing lemari terdapat sebuah anak tangga agar kita bisa mengambil buku di rak paling atas.

"Sungguh perpustakaan yang lebar." Aku menatap sekeliling perpustakaan ini dengan mata berbinar. Aku merasa seperti bersekolah di oxford.

Saat ini aku tengah ada di lantai dua perpustakaan. Aku duduk bersandar membaca 350 buku di mejaku sambil makan cemilan. Dan sepertinya itu membuatku terlalu mencolok. Karena orang-orang pada melihatku. Yah aku tidak peduli juga sih. Aku langsung membuka buku pertama dan membacanya.

"Tulisan-tulisan ini sejujurnya agak aneh. Ini tertulis dalam huruf kebalikan dari duniaku." ucapku sambil memakan biskuit saat membaca buku.

Setelah 15 jam berlalu. akhirnya aku telah menghabiskan semua buku itu. Dan aku mendapat informasi yang kubutuhkan.

Dunia ini benar-benar dunia lain. Setidaknya. Bisa kubilang ini adalah kebalikan dari duniaku sebelumnya. Karena hampir semua seluruh huruf ini tertulis dalam bentuk terbalik dari huruf duniaku.

Juga disini menjunjung tinggi sistem pemerintahan kerajaan. Jadi tidak heran jika banyak kerajaan disini. Dan ternyata tidak hanya manusia. Di dunia ini juga terdapat beragam ras seperti. Elf, dan monster siluman. Mereka hidup saling berdampingan disini.

Pantas saja aku sering melihat orang dengan kuping runcing disekitar akademi ini. Aku tertawa kecil.

Dunia ini juga memiliki sebuah kekuatan seperti yang kubilang pada awalnya. Kekuatan itu bersumber dari 4 batu dunia yang bernama. Four sacred stones.

Dari empat batu itu masing-masing memiliki kekuatannya tersendiri.

Batu pertama atau yang disebut disini adalah Sun Stone. Batu ini memungkinkan kita untuk bisa mendapatkan kekuatan api. Entah api macam apa tapi yang jelas Api.

Batu kedua adalah Moon Stone. Batu ini sangat jarang ditemukan penggunanya. Kebanyakan yang menggunakan ini adalah sekelompok assasin dan organisasi jahat. Karena kemampuan dari batu ini sendiri bisa dibilang sangat hebat. Batu ini memiliki ragam kekuatan yang bisa di dapat seperti. Kekuatan bayangan, kabut, kekuatan menghilang dan sebagainya.

Batu ketiga adalah Earth Stone. Batu ini dapat memberikan kekuatan tanah, serta dedaunan yang berkaitan dengan alam di dataran.

Batu keempat adalah Cloud Stone. Batu ini berhubungan dengan kekuatan langit seperti angin, awan, terbang dan berbagai macam lainnya.

Lalu aku memiliki kekuatan dari Eart stone. Dan aku memiliki kekuatan tanah. Entah kenapa kekuatan ini dianggap lemah disini. Apa itu dianggap lemah karena anak ini tidak pernah menguasainya dengan benar?

Aku menghela nafas panjang lalu membereskan bukuku dan aku keluar dari perpustakaan. Yah terserahlah. Aku tinggal meningkatkan saja kekuatan ini kalau begitu. Aku berjalan keluar perpustakaan dan menuju asramaku. Aku dapat melihat awan-awan telah gelap disertai cahaya bintang menyinari gelapnya malam.

Setelah beberapa menit akhirnya aku sampai di asrama pria. Aku melihat sekeliling dan betapa besarnya asrama ini. Asrama ini memiliki 4 tingkat dan ada banyak kamar yang tersedia disini. Sepertinya masih-masing murid punya kamarnya sendiri.

"Apakah ini asrama pria? Hebat. Ini sangat besar." kataku dengan kagum.

Kamarku berada di lantai tiga. Jadi aku harus berjalan dan menaiki tangga untuk sampai ke lantai tiga. Agak merepotkan sih.

Saat aku sedang berjalan. Tiba-tiba saja aku mendengar suara seseorang minta tolong. "t-tolong." suara itu sangat lemah. Apa aku salah dengar? Tapi kemudian aku mendengarnya sekali lagi dan kali ini sedikit lebih keras "T-tolong." Apakah itu hantu? Aku memegangi badanku dan mulai menggigil.

Namun karena penasaran aku mencoba mengeceknya. Suaranya tidak jauh dari lantai dua ini. Ah. Itu dia. Sumber suara itu berasal dari sebuah lorong ruangan kecil. Aku kemudian bergegas kesana dan aku mengintip.

Dan aku melihat seseorang sedang di bully disana. Seorang pria berbadan kurus pendek mengenakan kacamata dan rambut mangkuk hitam terbaring tidak berdaya sedang dipukuli oleh empat anak lainnya.

"Hahaha. Tidak akan ada orang yang menolongmu. Bodoh." mereka berempat menendang anak itu secara bersamaan.

Sungguh pemandangan yang memuakkan. Apakah sebegitu parahnya atitude anak-anak disini? Aku menatap mereka dengan sangat geram sambil aku mengepalkan tinjuku.

Tidak. Sebenarnya aku suka pemandangan ini. Tapi karena aku berada di tubuh anak ini. Entah kenapa aku menjadi sangat marah. Haruskah kutolong? Aku berbalik menaruh lenganku di daguku dan mulai bepikir.

Jika aku menuruti otakku sih sudah jelas tidak. Karena akan percuma aku menolongnya dengan tubuh ini. Memukul saja bahkan tidak bisa, yang ada aku nanti bakal ikutan dipukuli.

"M-maafkan aku. Tolong hentikan." Anak berkacamata itu menggeliat dan memohon sambil memegangi perutnya yang kesakitan.

Mendengar suaranya yang lemah langsung membuat badanku bergerak. Sial. Aku tidak bisa menahannya. Baiklah daripada memikirkan menolongnya atau tidak lebih baik berpikir bagaimana cara melaporkan mereka. Tidak ada handphone di dunia ini.

Aku kemudian menemukan sebuah ide. Aku menjauh dari tempat kejadian dan setelah agak jauh aku berjalan lagi ke sana dengan menepakkan kakiku ke lantai dengan keras agar mereka mendengarnya.

"H-hey, apakah kau mendengar itu?" salah seorang anak berambut kuning berbaju putih serta celana ungu. Badannya kurus pendek dan wajahnya tampak seperti blasteran. Namanya adalah Martin. Dia menyadari ada orang yang mendekat ke arah mereka.

"Huh? Dengar apa?" salah seorang temannya lagi yang mengenakan sweater berwarna oren rambutnya berwarna hitam pekat hingga menutupi jidatnya. Badannya pendek kurus dan bola matanya berwarna merah. Namanya adalah Rey. Rey menoleh ke anak itu dan menatapnya dengan wajah heran.

Lalu mereka berempat berhenti menendang anak kacamata itu dan mulai dengan seksama fokus mendengar sesuatu. Itu adalah sebuah suara langkah kaki dan mereka menyadari itu.

"H-hey bagaimana ini?" ucap anak dengan mata sipit dan berbadan tinggi kurus berambut botak. Mengenakan baju putih berlengan panjang dan celana panjang. Namanya adalah Yoshua. Dia berkata sambil menoleh ke arah teman-temannya.

"Sial. Apakah itu penjaga asrama?" tanya seorang anak berambut hitam badannya pendek, kurus, serta bola matanya yang besar. Namanya adalah Geto

"Tidak. Seharusnya penjaga asrama baru mulai mengecek lantai satu sekarang, tidak mungkin dia akan kesini." ucap Rey sambil memegang dagunya dan berpikir.

Mereka bertiga mulai panik. "Lalu siapa? Apakah itu orang lain?"

Rey menggeleng lalu menatap mereka dengan wajah jengkel dan berseru. "Mana kutahu!" dia mengambil nafas sejenak dan mulai berbicara lagi.

"Akan lebih bagus jika dia adalah teman sekelas. Kita masih bisa membungkamnya. Yang jadi masalah adalah jika dia senior kita. Atau kemungkinan terburuknya orang itu benar-benar penjaga Asrama."

"Lalu kita harus gimana?"

"Dari arah langkahnya sepertinya itu berasal dari anak tangga. Jarak dari tangga ke sini cukup jauh jadi kita masih sempat melarikan diri. Jadi ayo lebih baik kita melarikan diri sekarang." kata Rey memerintah mereka.

Mereka bertiga mengangguk mengikuti perintah Rey. Mereka berempat akhirnya memutuskan untuk lari. Tapi sebelum Rey berlari dia berhenti sejenak dan menatap anak kacamata itu dengan tatapan tajam.

"Kau beruntung kali ini mikel." ucap Rey sambil menunjuk anak berkacamata yang terbaring dilantai. Mereka berempatpun pergi dengan hati-hati dan cepat.

Aku menghentikan langkah kakiku di tempat kejadian tersebut dan melihat mereka lari dengan wajah tersenyum. "Baguslah. Mereka telah kabur. Meski sangat disayangkan aku tidak bisa melaporkan mereka sih." Aku menghela nafas panjang sambil menunduk.

Anak dengan kacamata itu kaget saat melihatku ada disini. Dia pikir bahwa itu beneran langkah kaki penjaga asrama. "S-siapa kau?" dia bertanya dengan nada gugup.

Aku kemudian mendekat ke arahnya. "Aku adalah Zen Ferdinand." Aku jongkok dan melihatnya dari dekat.

"Z-zen? anak yang sering di bully itu?" Mikel menatapku dengan wajah terkejut.

"Hey setidaknya sadar diri dasar mata empat." Aku kemudian menimpalinya dan menatapnya dengan wajah jengkel. "Seharusnya kata-katamu adalah terimakasih. Bukan malah bilang begitu, bodoh."

Entah ada angin apa anak itu menatapku dengan wajah terkejut dan matanya melebar seolah sedang melihat hantu.

"EH?" Mikel berteriak sedikit.

"Huh?"

Aku yang melihatnya langsung kaget lalu melayangkan tanganku untuk menabok wajahnya.

"Jangan berisik bodoh."

Tapi seperti biasa. Tubuhku lagi-lagi kaku dan tidak bisa gerak saat aku ingin menamparnya.

"Ugh, lagi-lagi begini."

Aku menghela nafas kemudian menatap Mikel dengan wajah datar. "Kenapa kau berteriak?"

Mikel berkedip sebentar sebelum akhirnya dia menjawab.

"Habisnya kau itu dikenal sebagai bangsawan yang baik hati. Tidak pernah melakukan kejahatan apapun bahkan berkata kasar. Aku tidak percaya kau malah berkata begitu."

Aku menatapnya dengan wajah terkejut dan sedikit panik.

Waduh.. dia benar juga. Tapi ini pertama kalinya aku mendengar dia tidak pernah berkata kasar. Ah sialan ribet sekali tubuh ini. Pikirku sambil aku menggaruk rambutku.

"Y-yah.. Kau tau? Tidak semua yang kau dengar dan kau lihat adalah hal yang sebenarnya." Aku mencoba mencari alasan sambil menggaruk rambutku dan tersenyum kaku.

"Begitu ya. Jadi selama ini kau itu orang yang kasar ya, Zen?" Mikel mulai bangkit dan duduk sambil menepuk-nepuk bajunya yang kotor.

"K-kau!" Aku menatapnya dengan jengkel tapi dilain sisi dia ada benarnya juga.

Aku menghela nafas dan menepuk jidatku. Betapa tidak sopannya anak ini. Pikirku.

"Dan kau? Siapa namamu?"

Mikel akhirnya sadar bahwa dia belum memperkenalkan namanya. Kemudian dia menepuk dadanya sambil memperkenalkan diri.

"Namaku adalah Mikel wyston anak ke 4 dari raja Wyston yang memimpin kerajaan Wyston di daerah timur."

Kemudian dia langsung menunduk. "Dan juga terimakasih karena telah menolongku. Aku akan merahasiakan sikapmu yang tersembunyi ini kok." Mikel mengangkat kepalanya sambil tersenyum.

A-anak ini.. Apa dia mengejekku? Gumamku dalam hati.

"Yah terserahlah yang penting kau sudah selamat sekarang." Aku kemudian berdiri lalu meregangkan tubuhku dan menatapmu.

"Kalau begitu aku pergi dulu." Aku melambaykan tanganku dan pergi meninggalkan Mikel. Mikel balas melambaikan tangannya dan berkata terimakasih sekali lagi dari kejauhan.

Setelah hal-hal terjadi akhirnya aku bisa kembali ke kamarku dan aku langsung berbaring di kasurku. Kamarku disini cukup besar. Setidaknya untuk satu orang. Karena kamar ini hanya terdiri dari tiga ruangan. Satu untuk kamar mandi. Satu lagi dapur dan satu lagi adalah kamar tidur. Perabotan disini juga cukup sederhana seperti perabotan rumah pada umumnya.

Karena kelelahan aku jadi tidak sempat mandi dan langsung tidur di kasur dengan sangat lelap.

"Sungguh hari yang aneh."

BAB 3

"K-kenapa?"

"Kenapa kau masih hidup?"

"Manusia tercela sepertimu! Kenapa kau masih diberi kesempatan hidup?"

Sebuah suara-suara itu muncul saat aku sedang tidur dan aku melihat kejadian-kejadian yang telah aku lakukan semasa hidupku dalam mimpiku.

"HAHAHA."

"T-tidak.. Tolong!"

Aku melihat diriku yang masih menjadi jahat sedang membunuh seseorang. Entah kenapa itu membuat hatiku sakit dan sedih. apakan ini pengaruh tubuh ini? Kenapa juga aku harus diberi mimpi ini? Apa tuhan ingin membuatku bertaubat?

"AH! TIDAK!" teriak seorang wanita mencoba melarikan diri dari diriku yang dulu.

"Hey tidak bisakah kau diam dan mati saja?" Aku perlahan mengejarnya dengan pisau di tanganku.

"Rasakan ini." Aku melihat diriku yang dulu mulai menusukkan pisau ke tubuh wanita tua itu.

Aku terus menatap kejadian itu dalam diam sambil menyimpan rasa kesal. Kemudian aku melihat kedua telapak tanganku dan aku terkesiap melihat tanganku penuh darah.

"WAAAA!" melihat darah itu membuatku teriak sangat histeris dan membuatku terbangun dari tidur.

Aku langsung bangun dan wajahku penuh keringat dan engap. Kenapa? kenapa aku terkejut? Bukankah itu hal biasa? Aku berpikir sambil mengusap keringatku. Jantungku masih berdegup kencang.

Tidak. Apa yang kulakukan sebelumnya? Kenapa bisa aku sekejam itu? Banyak pikiran-pikiran yang berlawanan menghantui diriku dan itu membuatku lelah.

Aku menggeleng untuk mencoba melupakan pikiran-pikiran dan mimpi tadi. Lalu bersiap sekolah. Sudah tiga hari aku bermimpi seperti itu. Jujur itu membuatku jengkel. Dan lebih jengkel lagi selama tiga hari ini aku terus dibully oleh bocah-bocah sialan itu dan aku tidak bisa melawan mereka.

Namun hari ini akan berbeda. Ini adalah hari dimana aku bisa membalaskan dendamku kepada bocah-bocah tengik itu karena hari ini murid-murid akademi Warior akan mengadakan sebuah ujian praktik di kelas masing-masing.

"Ujiannya simpel. Kalian hanya perlu berlatih tanding dengan yang lainnya untuk mengetes kemampuan kalian. Dan untuk lawan kalian akan dipilih secara acak."

"Apa kalian mengerti?" ucap seorang guru pria mengenakan seragam putih disertai dengan jubah berwarna hitam panjang hingga ke kaki. Mengenakan celana hitam panjang. Berambut ikal berwarna hitam. Serta bola matanya berwarna hitam. Guru itu bernama Heisei.

Anak-anak langsung mengangguk. Begitu juga denganku. Kami semua kemudian di bawa ke arena latihan. Di sepanjang jalan aku merasa Pedro dan teman-temannya menatapku dengan tajam.

Aku menelan ludah sejenak kemudian berpikir. Tunggu.. Ini hanya latihan benar kan? Itu berarti aku seharusnya bisa memukul dia. Hehehe.

Aku kemudian memasang wajah jahat sambil tertawa kecil dan mengusap tanganku menandakan aku tidak sabar menghajar mereka.

"Tunggu saja kalian brengsek." Aku menyeringai.

Akhirnya kami sampai di ruangan latihan. Ruangan ini cukup besar dengan di tengah-tengahnya terdapat sebuah arena untuk bertarung. dan disekitar ruangan ini juga terdapat banyak senjata dan lemari penuh armor. Dan ada tempat duduk berbentuk tangga juga yang bisa dipakai untuk menonton.

"Baiklah anak-anak, mari kita mulai. untuk murid yang akan mengambil nilai terlebih dahulu adalah. Jeny dan Robi. Sisanya bisa menunggu dan duduk disekitar arena." Heisei menutup bukunya lalu memerintahkan mereka semua.

Anak-anak yang lain mengangguk dan duduk. Dan sekarang adalah pertandingan antara Jeny melawan Robi.

Pertandingan telah dimulai. Suasana langsung pecah saat pertandingan pertama dimulai karena yang pertama kali bertarung adalah Jeny. Dia adalah siswi paling populer disini. Tidak. Bahkan di akademi ini.

Jeny adalah seorang putri bangsawan dari keluarga kerajaan terhormat. Dia sangat disegani disini karena sifatnya yang tenang dan dewasa begitu juga dia adalah salah satu kandidat yang terbilang sebagai anak ajaib disekolah ini. Ada setidaknya 6 orang murid yang tergolong sebagai murid ajaib dan Jeny adalah salah satunya.

Alasan dia disegani juga karena dia mendapatkan kekuatan dari batu yang sangat langka. Batu bulan. Dan kekuatannya adalah Kabut.

"Kyaaa!"

"Semangat putri Jeny!!

"Haha si Robi kurang beruntung sekali ya?"

Terdengar banyak sekali dukungan kepadanya. Aku jadi kasihan dengan lawannya. Bahkan Pedro juga mendukungnya.

Pertarungan bisa terbilang tidak terlalu sengit. Robi terus-terusan melancarkan serangannya kepada Jeny. Kekuatan utama Robi adalah api. Dan dia terus melancarkan serangan bola-bola api kepada Jeny.

Namun reflek Jeny sangatlah bagus. Dia terus menghindari serangan Robi dengan santai.

"Dasar sial. Rasakan ini. Tinju api!" dari jarak jauh Robi melayangkan tinjunya dan keluarlah Api dengan bentuk tangan mengepal lalu melesat ke arah Jeny.

Api itu lumayan besar dan bisa membuat seseorang terbakar jika terkena. Namun bagi Jeny itu bukanlah masalah. Jeny dengan santai membungkuk serta meregangkan kedua tangannya dan mulai mengeluarkan kekuatannya.

"Jurus kabut, ledakan!"

BUM! Sekejap saat tinju api itu ke arahnya tinju api itu menghilang akibat dari tebasan pedang kabut Jeny dan sekarang terganti dengan banyaknya kabut-kabut asap mengelilingi area.

Robi yang melihat itu langsung terkejut dan melihat sekeliling mencari dimana Jeny.

"Checkmate." Tiba-tiba saja terdengar suara seorang wanita di belakang Robi sambil mengarahkan sebuah pedang ke arah Robi. Dia adalah Jeny.

Pak Heisei mengangguk lalu mengangkat tangan kananya ke atas. "Pertandingan selesai. Pemenangnya Jeny."

"WOO!"

Sontak semua orang berteriak dengan kemenangannya. Aku kemudian menutup kupingku. Yang benar saja.. Berisik sekali. Gumamku sambil menutup kupingku. Aku kemudian melihat lagi ke arena dan pupil mataku langsung melebar terkejut karena Jeny sepintas terlihat seolan menatapku tapi tidak lama dia membuang mukanya ke arah lain.

Apa itu? Apakah dia baru saja menatapku tadi?

"Apa itu? Apakah dia baru saja menatapku tadi?" seseorang mengikuti perkataanku. Dia adalah Pedro.

"Hey apakah dia baru saja menatapku?" Pedro menatap teman-temannya.

"Tidak bos, barusan dia menatapku." kata temannya yang berbadan pendek mengenakan kacamata minus.

"Apa yang kalian bicarakan? sudah jelas dia menatapku kan?" ucap satu orang lagi yang berbadan gemuk sambil memakan cemilan.

Aku, Pedro, dan temannya yang berkacamata langsung menatap anak itu dengan wajah heran.

"Hey gendut, minimal sadar diri. Mana mungkin dia melihatmu, Bodoh." Pedro menepuk jidatnya.

"Itu benar. Halusinasi juga ada batasnya Jordi." anak berkacamata itu menggeleng sambil memegang kacamatanya.

Aku juga mengangguk setuju dengan mereka berdua.

Kemudian Pedro menoleh lagi ke anak berkacamata itu. "Kau juga halusinasi ada batasnya. Tidak mungkin dia melihatmu, lagian matamu saja minus. Kau pasti salah lihat Soni." Pedro menunjuk mata Soni sambil tertawa.

Soni yang mendengar itu terdengar jengkel begitu juga dengan Jordi. "Huh? Bos juga memangnya bos pikir dia melihat ke arah Bos? Mimpi hahaha." sindir Soni sambil tertawa. Diikuti Jordi juga ikut tertawa. Dan aku tentu saja ikut tertawa meskipun diam-diam.

"Huh?" Pedro menatap Soni dan Jordi dengan marah. Mukanya mulai memerah dan dia mengepalkan tangannya. "Berani sekali kalian anak-anak brengsek. Sini kalian." Pedro menuju ke arah mereka berdua. Akhirnya mereka bertiga malah bergaduh.

Aku kemudian berdiri dan menghampiri mereka dan berbicara dengan nada sombong.

"Kalian ngelantur ya? Sudah jelas dia melihatku." Aku tersenyum ke arah mereka sambil menunjuk diriku sendiri.

Mereka bertiga langsung berhenti dari pertarungan mereka dan melihatku dengan wajah melongo lalu tertawa terbahak-bahak.

"HAHAHAHA"

BUK! BUK! BUK!

Karena aku bilang begitu aku jadi dipukuli oleh mereka bertiga.

"A-aduh."

Pedro kemudian menatapku dengan wajah dingin sambil menginjak badanku.

"Berani sekali kau berbicara begitu padaku."

"Hentikan bos. Saat ini sedang ada guru. Kita bisa dimarahi dan nilai kita dikurangi nanti." Soni menepuk pundak Pedro. Pedro mengangguk.

"Anggap saja hari ini hari keberuntunganmu. pecundang." Pedro dan teman-temannya lalu pergi sambil tertawa.

Aku lalu duduk sambil memegangi perutku. Gagal kah? Padahal aku berniat mengurangi tindak bullying dengan cara ikut bergaul dengan candaan mereka..tapi sepertinya mereka memang punya dendam kusumat denganku. Pikirku.

Aku menghela nafas sejenak lalu melihat pertandingan lagi. Saat aku berbalik melihat arena aku sekejap melihat Jeny sedang menatapku.

Eh? Apa ini? Apa dia benar-benar menatapku? Gumamku sambil terkejut melihatnya. Tiba-tiba juga aku merasakan jantungku berdetak. Tidak mungkin? Jangan bilang bahwa tubuh anak ini menyukai wanita itu? Aku memegang dadaku.

Yah..tidak heran sih. Dia cantik. Rambut panjang biru bercampur hitam dibagian ujung rambutnya yang terlihat menawan. Bola mata berwarna biru yang indah. Tubuhnya yang bagus dan seksi. Siapa yang tidak suka. Aku melihat Jeny lagi namun sepertinya dia telah melihat ke arah yang lain.

Aku kemudian menghela nafas lalu menepuk pipiku dengan kedua tanganku. Sadarlah. Sekarang ini adalah tubuhku. Jadi aku yang memegang kendali atas tubuh ini..

Aku diam sejenak lalu terlintas dalam pikiranku. lagipula aku sama sekali tidak paham. Kenapa aku bisa ke tubuh anak ini? Jika bereinkarnasi itu berarti jiwa nya telah dipindahkan ke tubuh orang lain.. atau bisa jadi dia telah mati saat dibully kemarin.

Aku menelan ludah dan menggelengkan kepalaku untuk menghilangkan imajinasi liarku. Yah sudahlah tidak perlu dipikirkan lagi.

Ketika aku bengong tadi ternyata namaku telah dipanggil oleh pak guru itu.

"Zen cepat masuk ke arena. Atau kau mau nilaimu aku kurangi?" Heisei menatapku dengan tatapan datar.

"Ah..baiklah pak." Aku kemudian dengan cepat bangkit lalu menuju ke arena.

Aku berjalan ke arena sambil aku melihat lawanku dan ternyata, dia adalah lawan yang selama ini aku ingin kalahkan. Pedro.

Aku langsung merasakan jantungku berdetak dengan cepat dan adrenalinku meningkat. Aku tersenyum ke arahnya sambil berjalan dengan penuh tekad.

"Akhirnya aku bisa melawanmu, Pentol." Aku menyeringai mengangkat kepalaku dan menatapnya dengan arogan.

"Huh? Apa-apaan itu? Sepertinya kau sekarang jauh lebih berani ya pecundang. Akan aku buat kau tidak berdaya disini." Pedro tersenyum lebar hingga giginya keliatan sambil meninju tangannya sendiri menandakan dia siap menghabisiku.

Aku tersenyum tipis lalu mengacungkan jari tengahku ke arahnya. "Harusnya itu kata-kataku, Bodoh." Aku menjulurkan lidahku.

Suasana hening sekejap setelah aku berkata seperti itu. Bahkan Pedro juga terdiam dan menatapku seolah dia tidak percaya apa yang dia lihat. Tidak lama setelah keheningan mereka semua yang disini mulai berteriak.

"EH!"

Bahkan pak Heisei juga menatapku dengan wajah sangat terkejut dan membuat dia mematung.

Gawat. Sepertinya aku terlalu berlebihan. Pikirku sambil menggaruk rambutku dan tersenyum kaku

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!