NovelToon NovelToon

I Dead And Was Reincarnated As A Young Princess

Chapter 1. Siapa putri cantik ini? Hah itu aku!?

Asano Yuji, itulah namaku. Hari ini adalah kelulusanku sebagai siswa SMA, sebuah hari kebahagiaan. Tentu siapa saja bersemangat dan sedih akan hari ini.

Semua bisa membayangkan isak-isak tangisan serta kebahagiaan yang akan terjadi.

Seharusnya seperti itu, tapi pada hari itu aku belum menyadari tentang takdir bodohku ini.

...***...

"Ibu aku akan segera berangkat!"

Aku berdiri dari tempat duduk ruang tamu dan hendak pergi menuju sekolah.

"Tunggu Yuji!"

"Ada apa ibu?"

Langkahku terhenti karena mendengar ucapan dari ibu. Aku menoleh kebelakang, menatap ibu yang memasang wajah sedikit sedih.

Apa yang membuat dia sedih...?

"Yuji, selamat atas hari kelulusan dan juga dasimu berantakan, hehehe~ anak ibu satu ini tidak pernah dewasa."

Ibu mengeluarkan senyuman manisnya, meskipun wajah dia keriput dan sedikit terdapat air mata, namun dia terlihat sangat cantik di sudut pandangku.

Dia berjinjit karena tubuhku sudah lebih tinggi dari dia dan tepat pada saat itu juga ibu merapikan dasi berantakan milikku. Dia melakukannya dengan senyuman.

Duh memalukan padahal sudah hampir lulus, tapi masih saja ceroboh...

Menyadari kecerobohanku, pipiku terasa hangat, aku cukup malu mengingat hari ini adalah kelulusanku.

Dan bahkan merapikan dasipun aku belum mahir sungguh memalukan.

"Sudah selesai, hehehe~ Yuji kamu terlihat lebih gagah, seperti Ayahmu."

Ini membuatku malu hingga aku memalingkan wajah.

"Iya terima kasih Ibu."

"Maaf, Yuji ibu tidak bisa datang. Padahal ini adalah hari pentingmu."

Ibuku sudah cukup tua, dia tidak terlalu sehat jadi dia tidak memiliki fisik yang cukup untuk berpergian dan bertingkah seperti dulu.

Bahkan untuk berjalan pun dia agak susah. Inilah kenapa alasanku senang, setelah lulus pasti aku akan membahagiakan ibu.

"Tidak apa-apa ibu, tenang saja. Setelah pulang aku akan membuat makanan yang banyak jadi sampai waktu itu tiba ibu istirahat saja di kamar."

Ibu menangis dengan keras.

"Uwaa Yuji, kamu benar... benar.. hiks... aku sangat bangga."

Aku tersenyum dan langsung membuka pintu keluar, berlari menuju ke sekolah.

"Yuji benar-benar sudah menjadi dewasa... benar, kan Sayang?"

Ibu Yuji menatap foto mendiang dari suaminya, dia meneteskan air mata mengelapnya.

"Tidak aku tidak boleh menangis, Yuji sudah merelakanmu. Jadi aku harus menjadi lebih tegar."

Setelah beberapa saat akhirnya aku sampai di sekolah.

Di sana sudah mulai ramai dengan banyaknya siswa yang berlalu lalang dengan pakaian wisuda.

Sejujurnya aku sudah cukup terlambat acara ini sudah dimulai.

"Yo, Yuji. Apa yang membuatmu terlambat?"

Bu Yui-sensei bertanya kepadaku, dia adalah guru wali kelasku untuk hari ini, jadi wajar apabila dia mengkhawatirkan tentang keterlambatan ini.

"Tidak bagaimana harus mengatakannya...."

Aku tidak mungkin berkata 'menghabiskan waktu dengan ibuku sebelum keluar, kan?' maka dari itu aku terdiam dan mencari jawaban lain, tapi...

"Yah, lupakan saja. Omong-omong apa kamu sudah siap dengan pidatomu?"

Kebetulan aku ditunjuk oleh para guru untuk memberikan sebuah pidato untuk hari kelulusan ini, aku awalnya menolak. Tapi mau gimana lagi ini perintah, sebagai ketua Osis aku tidak bisa menolak.

"Baik tentu saja," sahutku dengan senyuman di wajah.

Kemudian aku berjalan di depan banyaknya murid, menghirup udara dan mempersiapkan diri untuk memulai pidato.

Ketika aku hendak memulai pidato, tiba-tiba kepalaku terasa sangat sakit, napasku sangat berantakan. Seolah-olah seperti sesuatu di dalam tubuhku tertarik.

"Hei, ada apa!?"

Semua orang tampak panik dengan kondisi ku yang tiba-tiba menjadi buruk, beberapa siswa yang berbasis rapi langsung berjalan, berkumpul menatap ku yang tertidur lemas.

Guru-guru juga berkumpul menatapku dengan khawatir. Mereka semua berkata sesuatu dan berteriak, namun aku tidak bisa mendengarnya karena kesadaran ini langsung menghilang.

***

Mataku perlahan terbuka, dengan perasaan aneh aku mengangkat tubuhku.

Kepalaku masih berdenyut-denyut ada apa denganku?

Ketika aku menyadari tempat ini tidak seperti biasanya. Aku bukan berada di sekolah, bahkan ini tidak seperti dunia normal.

Kosong, benar-benar tempat kosong berwarna hitam, aku menyadari satu hal.

Aku mati?

Tapi kenapa?

"Duh ini benar-benar gawat."

Terdengar suara yang terasa sangat berat bergema di satu ruangan ini. Tidak kata bergema kurang tepat, bahkan suara ini mungkin bisa terdengar full di dimensi ini.

Aku menoleh dan mendapatkan seorang pria tua berjenggot duduk di sebuah kursi dan meja.

Dia meletakkan kedua tangannya ke meja dan memukulnya menggunakan jari, menciptakan melodi yang berantakan.

"Siapa anda?"

"Ini benar-benar gawat. Duh! Bagaimana, ya?"

Dia mengabaikan ku, aku sekali lagi bertanya dan akhirnya dia menoleh.

Pak tua itu menghela napas, bermain dengan jenggotnya.

"Tolong jangan terkejut ya anak muda! Kamu sudah mati."

Mana mungkin aku tidak terkejut, namun kalau dilihat dari kondisi sekitar, tampaknya ini adalah kenyataan jadi aku menerima fakta ini.

Aku bisa merelakan diriku yang mati, tapi...

"Kenapa aku bisa mati?"

Aku tidak keracunan, tertabrak truck-kun, dan beberapa plot lain di novel yang kubaca, lantas bagaimana aku bisa mati. Inilah yang membuat bingung.

Pak tua berjenggot itu menggaruk rambutnya dan menundukkan kepala.

"Maaf!!! Aku salah cabut nyawa orang."

"Ha!?... Tadi kamu bilang apa!?" Aku berteriak dan terkejut. Serius aku meninggal karena ketololan dari dewa ini?

"Ya, sebagai Dewa ini sangat memalukan. Aku terlalu sibuk dengan game yang baru kubeli, jadi kupikir aku akan menyelesaikan tugas secepatnya agar bisa memainkan kelanjutannya... jadi aku membuat kesalahan dan malah mencabut nyawamu... aku benar-benar minta maaf."

"Maaf matamu! Ini nyawa orang, lo. Kerjalah yang benar! dasar dewa bodoh! Ini tidak lucu sama sekali... aku harus hidup untuk ibuku dan aku malah mati karena hal konyol ini? Anda benar-benar seorang bajing**."

"Oi, tidak perlu mengatakan seperah itu, kan? Dan juga untuk masalah ibumu tidak perlu khawatir."

Aku mengerutkan kening karena kebingungan. Apa maksudnya dari tidak perlu khawatir?

Dewa menatapku tampaknya dia paham akan kebingungan ini.

"Jadi karena aku salah mencabut nyawa orang. Maka sebagai Dewa aku mencoba mengembalikan jiwamu ke tubuh semula, tapi percuma. Tampaknya orang mati tidak bisa hidup lagi. Jadi aku membuat jiwa palsu yang mengisi tubuh aslimu dengan kata lain kamu masih hidup, tapi bukan dirimu yang asli."

Ini makin membingungkan. "Bicara pake bahasa manusia, biar paham as*!!" Aku menunjukkan jari tengah dan berteriak keras. Ini benar-benar membuatku emosi.

"Hikkk... maaf! Jadi bahasa gampangnya, identitas Yuji masih ada di bumi, tapi dengan jiwa palsu yang mirip kamu... tapi itu tetap palsu, jiwa Yuji yang asli tetap di sini."

"Kalau kamu melihat ini maka lebih gampang."

Dewa memperlihatkan gambaran di dunia manusia, di sana ada tubuhku yang bergerak bebas seolah memang memiliki jiwa.

Dia tersenyum dan makan bersama ibu. Semua tentang dia sangat mirip denganku.

Jadi begitu dengan ini aku tidak perlu khawatir dengan ibu..

Aku serahkan ibu untukmu jiwa palsu...

Aku meneteskan air mata karena merasakan kesedihan yang luar biasa. Melihat ibuku hidup tersenyum dan bahagia adalah mimpiku, tapi kalau yang berada di situ bukan aku, rasanya sesak.

"Jangan menangislah."

Aku menatap tajam dan memukul Dewa dengan keras.

"Aduh!" dia merintis kesakitan.

"Kamu kira ini karena siapa? Hah! Jawab pertanyaanku dasar Dewa bodoh."

"Sepertinya kamu harus dibunuh dan merasakan rasa sakit yang sama."

Aku tersenyum jahat dan merencanakan hal buruk.

"Tunggu, aku tahu! Aku tahu! Sebagai permintaan maaf akan kuberikan kamu kehidupan selanjutnya... yang sering umat manusia sebut 'reinkarnasi'"

'Reinkarnasi'? Sebagai Otaku tentu aku tersihir akan perkataannya.

"Apa kamu serius? Jadi kini aku bisa mengeluarkan sihir atau semacamnya?"

Dewa menganggukkan kepala.

"Yosh, keren... kalau begitu tolong lakukan Dewa, aku tidak sabar."

"Huh, dasar otaku bodoh. Hal seperti ini saja kegirangan," gumam Dewa.

Tapi, sayangnya aku mendengar itu. Aku menatap tajam dia.

"Apa kamu mengatakan sesuatu?"

Merasakan tatapan tajam dan hawa membunuhku Dewa menjadi ketakutan.

"Tidak ada apa-apa, bukankah ada hal penting yang lebih baik kamu lakukan? cepat berdiri di sana akan segera aku reinkarnasikan kamu."

Aku tersenyum dan tidak sabar.

Dewa membaca sesuatu seperti mantra dan dengan seperti itu aku melihat portal sihir di bawah kaki.

"Wow, inilah hidup! Yaho!"

Blum

Aku menghilang dari tempat tersebut.

Ketika aku membuka mata aku bisa melihat ornamen-ornamen yang terlihat mewah. Dan kasur ini sangat terlihat mewah, hal pertama yang muncul di benakku adalah.

Hahahaha, aku pasti reinkarnasi menjadi Putra kerajaan yang keren, pasti seperti itu...

Aku berdiri dari tempat tidur, walaupun aku merasakan tubuhku sangat menyusut dan ringan aku berjalan ke arah cermin besar di kamar.

Mari kita lihat tubuh keren ini..

Aku membuka mata. Imut sekali, anak siapa ini? Aku menatap sosok makhluk kecil yang imut di cermin.

Gadis kecil itu memiliki rambut perak yang bersinar seperti sinar bulan. Mata birunya yang lebar dipenuhi dengan rasa ingin tahu dan hatinya penuh dengan kepolosan. Dia seperti cahaya bulan, menerangi jalan di depan dengan kecantikannya.

Itulah yang ada dipikirkanku beberapa detik yang lalu. hingga akhirnya aku merasakan kejanggalan yang aneh. Aku melihat tanganku yang kecil dan memegang pipi yang serasa lembut ini. Dan pantulan di cermin memperlihatkan yang kulakukan.

Tidak salah lagi, ini adalah...

"Haaa!!! Aku berada di tubuh anak kecil ini!??"

Chapter 2. kenapa tubuh ini sangat imut?

Aku meraba-raba rambut, pipi, dan dada- tidak lupakan bagian itu. Dan semua yang kurasakan tidak lain adalah tubuh anak perempuan. Ketika aku bergerak di depan cermin, maka pantulannya akan tampak seperti apa yang kulakukan.

Di ruangan ini juga tidak ada siapapun, jadi sudah bisa ditetapkan kalau anak perempuan ini adalah aku, Asano Yuji yang sudah mati.

Tapi mana mungkin aku bisa menerima semua hal bodoh ini dengan sangat gampang. Aku menepuk-nepuk pipiku, mencoba menyadarkan diri karena siapa tahu aku terkena ilusi dari sihir musuh, atau hanya bermimpi buruk.

Setiap kali aku memukul pipi yang ada malah rasa sakit jadi kuhentikan.

Sambil menatap sosok imut di cermin aku menghela napas.

“Kenapa aku berada di tubuh anak kecil ini? Apa Dewa mempermainkanku! Dasar Pak tua itu, akan kubunuh!”

Aku berteriak sekencang mungkin, ini adalah gejolak emosi paling tinggi yang pernah kualami. Tidak hanya membuat kesalahan hingga membunuhku sekarang Pak Tua itu juga menaruh jiwaku ke tubuh anak kecil imut ini.

Akan kubunuh, dia serius!

Aku mengertakan gigi dan menggulung baju lengan panjangku seperti seorang yang siap berkelahi, namun ketika aku melakukanya, aku melihat diriku sekali lagi di cermin dan tersenyum.

Anak ini benar-benar manis..

Baju ini juga terlihat.. imut..

Aku menaikan rok panjangku dan memutar tubuh, sedikit menari. Aku sangat takjub dengan keimutan tubuh gadis ini.

Memikirkan itu entah kenapa membuat pipiku mendidih. Aku menggelengkan kepala agar sadar akan dunia nyata.

Sadar Yuji, kamu lelaki. Jangan terperangkap dengan jebakan Pak Tua itu. Dia pasti sekarang sedang menikmati story ini sambil meminum kopi hangat. Benar-benar Brengsek.

Tok.. Tok..

Sebuah pintu diketuk oleh seseorang, aku menoleh kearah suara pintu tersebut.

“Putri Alice, sarapan pagi anda sudah datang. Silahkan turun, Ayah dan Ibu sudah menunggu.”

Sebuah suara perempuan yang terdengar muda. Dia pasti maid di sini, aku menganggukkan kepala. Masih menatap diri sendiri di cermin.

“Baiklah.”

“Dimengerti, kalau begitu saya akan kembali melakukan bersih-bersih.”

Maid itu tidak mengetuk pintu lagi dan tidak bersuara, sesuai yang dia katakan dia kemungkinan sedang kembali melanjutkan bersih-bersihnya.

Aku masih terpukau dengan gadis imut ini.

“Jadi nama anak ini Alice, ya? Nama yang sangat imut. Tapi kalau keluarga mereka ada di bawah, apa yang harus kulakukan?”

“Hah. Mari lakukan saja yang terbaik.”

Aku berjalan kearah pintu dan membukanya.

Setelah menuruni tangga dengan karpet merah yang besar serta terlihat megah.

Aku akhirnya sampai di tempat makan, di sana aku dapat melihat sepasang suami istri yang tersenyum gembira.

“Akhirnya kamu datang juga Alice.”

Pria dengan rambut pirang bersuara, dia memiliki tubuh yang besar, namun tidak terlalu gendut dan mata dia berwarna biru sama sepertiku. Dilihat sekilas saja aku tahu, dia adalah Ayah di kehidupan kedua ini.

“Ya, Ayah. Aku tadi tertidur, hahaha~”

Aku tidak tahu bagaimana karakter dari gadis yang kugunakan sebagai tubuh ini, tapi sewajarnya anak-anak suka bercanda. Jadi aku berpura-pura.

“Itu karena kamu terlalu banyak membaca buku jadi kamu kurang tidur, kan.”

Kini Seorang perempuan muda berkomentar dengan sedikit tertawa. Dia memilik perawakan sama persis denganku. Rambut berwarna silver dan matanya yang biru seperti langit, wajahnya juga sangat cantik.

“Itu benar, Alice. Membaca buku memang penting, tapi jangan terlalu berlebihan.”

Aku memberikan senyuman manis dan memiringkan kepala.

“Ya, Ayah dan Ibu. Alice paham~”

Ketika aku melakukan ini, terlihat wajah kedua orang tua tersebut merona. Mereka pasti terpesona akan keimutan gadis kecil ini.

“Alice, kamu sangat imut… Sini duduk dipangkuan. Anakku.”

Sang Ayah yang tidak aku tahu Namanya berkata dengan menampilkan senyuman yang menjijikkan. Tapi entah kenapa aku malah merona dan merasa malu.

“A.. a.. Ayah Alice sudah dewasa jangan berkata seperti itu, dong, bodoh!” ucapku setengah berteriak dengan wajah merona.

Sial, apa-apaan perasaan ini. Jika aku menggunakan tubuh lelaki pasti pak tua itu sudah kuludahi dan aku pasti akan merasakan sensasi jijik, bukan malu seperti ini.

“Ayolah, nak. Ayah sangat berharap besar kepadamu!” Dia memohon dengan wajah menyedihkan dan menyatukan kedua tangan miliknya.

Melihat ini aku jadi sedikit iba dan memang aku sudah lama tidak merasakan sensasi seorang Ayah, jadi aku tidak punya pilihan selain menurut.

Ingat ini bukan seperti aku menyukai Ayah ini, atau semacamnya… aku hanya, tidak mau menyakiti perasaan dia, jangan salah paham!

Wajahku makin memerah dan hangat ketika berpikir seperti itu dengan kepala yang menunduk, berusaha untuk menyembunyikan rasa malu aku berkata, “I… Iya, Ayah. Tapi hanya untuk kali ini! Jangan minta lagi.” Aku mengembung kan pipi dan berjala kearah Ayah.

Dia terlihat kelelahan jadi aku terpaksa mengikuti keinginannya. Aku berjalan dengan wajah menunduk dan duduk di pangkuan Ayah.

Ketika melakukan ini aku dapat merasakan  kehangatan yang mengalir dari pipi ke sekujur tubuhku. Ayah mengelus rambutku dengan lembut.

“Ayah… jangan mainkan rambut Alice, Mo~”

“Maaf, tapi Alice terlalu imut.”

“… Jangan terus panggil ‘imut!’ itu memalukan… Alice sudah dewasa.”

Dengan perkataan tersebut Ayah berhenti mengelus kepalaku dan menatap serius.

Gawat aku terlalu berlebihan, aku sejatinya tidak tahu kepribadian Alice jadi seharusnya aku tidak usah terbawa suasana..

Aku menyadari hal itu dari awal. Tapi entah kenapa aku tidak bisa menghilangkan rasa malu dan gugupku ketika Ayah membelai kepala ini, mungkin kata-kataku kasar, namun sebenarnya…

“Maaf Ayah… jangan tatap Alice dengan mata serius seperti itu, apa Ayah benci Alice?”

“Eh? Apa yang kamu katakana Alice? Aku hanya berpikir entah kenapa hari ini kamu lebih jujur dan sedikit pemalu…”

Setelah selesai mengatakan itu Ayah menyeka Air mataku dan berkata dengan nada hangat.

“Ayah mana mungkin membenci Alice, apa yang kamu pikirkan?”

“Itu benar, Alice. Dia sangat suka dengan anak-anak, bahkan dia minta lebih banyak anak ketika aku sedang di ranjang. Hahaha~”

Itu bukan candaan yang cocok untuk Anak kecil, tapi sepertinya Ibu Alice menganggapku tidak paham dengan maksudnya. Tapi itu salah besar, aku adalah pria tentu saja makna bermain di ranjang terdengar sangat familiar.

Mungkin sedikit mempermainkan mereka akan asik

“Ne, Ibu, Ayah? Apa maksudnya di ranjang?” tanyaku dengan sok imut.

Dengan pertanyaan ini muka kedua suami istri itu memerah karena malu. Hehe sesuai rencana

“Ehem, Ranjang. Itu adalah permainan yang dilakukan oleh pria dan perempuan.”

Jawabanan berasal dari Ayah. Ini adalah alibi yang baik, mungkin bisa menipu beberapa anak sekitar, tapi aku tidak naif. Aku akan menyerang dengan pertanyaan memalukan sekali lagi.

“Kalau begitu Alice mau bermain di ranjang bersama dengan Ayah!”

Aku membesarkan suara, hampir terdengar satu ruangan dan dengan cepat kami menjadi pusat perhatian para pelayan di sini.

“Eh.. Bagaimana ya-“

“Sayang kamu tidak akan berani melakukan itu, kan?” tanya Ibu dengan aura gelap yang menusuk kulit siapapun yang melihat. Senyuman manis yang biasa dia keluarkan sekarang menjadi sangat menakutkan.

“M-mana mungkin! Dia anakku. Aku tidak sebejat itu.”

“Tapi, jika dia menjadi dewasa dan aku mulai menjadi keriput seperti nenek-nenek, kamu bisa saja melakukan itu dengan anak ini atau gadis cantik yang lainnya.”

Ibu terlihat cemberut dan dari sudut pandang lelaki sepertiku, ini adalah cara cemburu yang imut. Di pikir di manapun mana mungkin seorang suami akan melakukan hal seperti itu, tapi Ibu cemburu sampai ke anaknya sendiri, ini menggambarkan seberapa cinta dia dengan suaminya.

“Dengar Erena, aku hanya ingin denganmu. Aku hanya menaruh c-cinta untukmu, bukan ke orang lain! Meskipun Alice menjadi cantik dan kamu menjadi nenek-nenek aku tetap mencintai istriku!”

Dengan wajah merah padam dan jantung yang berdetuk Ayah berteriak lantang. Kedua orang ini menjadi pusat perhatian pelayan di rumah, namun para pelayan hanya tersenyum melihat perkelahian kecil antar suami istri.

“A.. a… aku mengerti Aron, maaf sudah berpikir buruk, aku tahu kamu bukan orang seperti itu, tapi. Aku takut jika suatu hari kamu tidak mencintaiku karena aku yang makin menjadi tua.”

Ibu yang kutahu Namanya Erena, tampak malu-malu. Dia menundukkan kepala dan memainkan rambut silver miliknya. Mata biru bagaikan langit miliknya sedikit berair, menunjukan bahwa dia terharu akan ungkapan Aron, Ayahku.

“Jangan berkata bodoh, kamu seperti mengatakan bahwa aku hanya mencintai wajahmu saja.”

“Jika bukan perawakanku saja, terus apa yang kamu su-sukai dariku?”

Apa-apaan dengan komedi romantis ini?

“Aku menyukai cara kamu yang terkadang malu-malu, sikap yang susah jujur, masakanmu, suaramu, sikap yang kadang mengekang, dan bla bla bla bla…”

Ayah terus berkomentar segalanya tentang ibuku, setiap Ayah berkomentar wajah ibu semakin memerah. Berkat momen ini juga aku sedikit tahu bagaimana sikap ibu, ini semua berkat Ayah yang menceritakan segala kekurangan serta kelebihan ibu.

Merasakan rasa malu yang luar biasa wajah ibu menjadi sangat merah, dia berteriak. “Stop! Aku tahu Aron, jadi berhenti mengatakan itu semua… memalukan.”

Hari ini aku dapat menyimpulkan bahwa ibu adalah tipe 50 persen tsundere dan 50 persen kudere. Dia kadang terlihat dingin, tampak tidak tanpa emosi, tapi kadang juga bisa menjadi malu-malu seperti ini.

Sungguh maha karya, aku bertanya-tanya Dewa mana yang menciptakan waifu seperti ini?

Author be like : Gw yg buat 😁

 

 

 

Chapter 3. Akademi

"Jadi Alice ini sudah waktunya."

"Waktunya apa maksud Ayah?"

Di ruang makan. setelah komedi romantis suami istri selesai, tiba-tiba Ayah mengatakan perihal yang tidak kupahami.

"Akademi, Alice."

Ibu mengedipkan mata dan tersenyum ke arahku, memberi jawaban yang cukup menarik.

Akademi, ya? Apakah aku bisa berjalan lancar? Maksudku tubuh ini adalah perempuan, akan sangat aneh bila sikap dan tubuh bertolak belakang.

Kuharap tidak akan terjadi hal yang merepotkan.

"Jadi Alice akan pergi ke sekolah setelah ini?" tanyaku dengan wajah polos. Kuharap kalian tidak salah paham, aku harus pura-pura sok imut, ini bukan seperti aku suka menjadi imut dan mulai feminim.. aku hanya tidak ingin orang lain salah paham, jadi jangan salah paham dan memikirkan yang tidak-tidak.

"Itu benar Alice," sahut ibu dengan senyuman manis di wajahnya.

"Di sana kamu juga bisa mulai belajar sihir Alice, jadi aku harap kamu menikmati hidup sebagai siswa."

Sihir, ya? Ini semakin menjadi menarik. Jika di dunia ini ada sihir, mungkin aku bisa mengubah genderku menjadi lelaki dan aku akan menjadi normal.

Itu benar, jika aku berada di akademi sihir plot di mana aku menjadi lelaki pasti akan terhubung.

Karena itulah aku menjadi sangat bersemangat.

"Sihir, sihir.. hehehe~ Alice makin tidak sabar."

Aku tersenyum, sangat bahagia akhirnya kehidupanku yang sebelumnya membosankan akan berakhir dengan adanya sihir pasti akan menjadi menarik.

"Sepertinya Anak kita akan benar-benar bahagia dengan kehidupan setelah ini," bisik ibu ke Ayah.

"Kau benar aku bisa membayangkan dirinya yang akan menjadi penyihir kuat, sebagai putri kerajaan dia harus bersikap dewasa dan bisa diandal-"

Ucapan Ayahku terpotong ketika menatapku. Ada apa, apa aku melakukan sesuatu yang salah? Ketika Ayah terpatung dan terdiam, Ibu juga mengeluarkan ekpresi yang lucu. Muka dia memerah dan menutupi mukanya.

"Ada apa, Ayah dan Ibu?"

"Rokmu Alice! CDmu terlihat!"

Ketika Ibu megeluarkan suara setengah teriakan aku menatap ke bawah dan mendapatkan Rokku yang menampilkan CD. Aku dengan cepat merona menahan malu dan memperat cara duduku.

Sial, karena hidup sebagai lelaki aku hampir lupa kalau aku menggunakan rok, barusan kedua pahaku terlalu terbuka sehingga rokku menampilkan CD. Walaupun aku tidak tahu apa yang anak ini gunakan, namun tetap saja memalukan.

"Ah... Anakku ini emang tidak berubah, bagian inilah yang lucu," ucap Ayah dengan godaan di senyumannya.

Seperti air yang mendidih, pipiku memanas hingga sekujur tubuh.

"A.. apa yang Ayah katakan!? Yang... yang tadi Alice hanya lupa.."

Sial ini benar-benar memalukan.

"Tidak perlu khawatir Alice, aku akan mencintai CD anakku bersamaan denganmu."

*Plak

"Dasar Mesum!" Ibu menampar Ayah dengan wajah yang memerah.

Aku setuju dengan perkataanya yang barusan dia katakan sudah terlalu berlebihan. Jika aku menuntutnya pasti bisa kena hukum atas perlindungan loli.

Yah, untuk sekarang lupakan tentang ini dan mari pergi ke kamar. Mungkin di sana aku bisa menemukan sesuatu yang menarik.

Dengan pemikiran seperti itu, aku berdiri dari kursi makan dan meninggalkan seorang istri yang sedang mendisiplinkan suami.

Erena, ibu muda satu ini tampak mengerikan ketika cemburu. Lebih baik aku berhati-hati denganya.

"Dasar Mesum bisa-bisanya kamu mengatakan perilah CD di depan anak kecil!"

Mengabaikan beberapa suara gaduh dan teriakan penderitaan dari Ayah aku menuju di kamar.

***

Sesampainya di kamar aku melihat kamarku dan bersandar di pintu. Jika dilihat lagi dengan teliti ini benar-benar kamar yang besar.

Dinding-dinding berkilauan dalam cahaya, kain tirai menari-nari karena terkena hembusan angin kencang. Setiap elemen di sini terlihat hidup harmonis.

Aku melangkah menatap salah satu meja yang seperti meja belajar di sana, Berbagai jenis buku tertumpuk di sana, ini sedikit aneh. Aku bukan berasal dari dunia ini, namun entah kenapa. Aku dapat membacanya.

Mungkin skil membaca dari Alice sudah membekas di ingatannya.

Beberapa buku yang ada di sini adalah buka pelajaran, novel, dan ada buku harian.

Aku menarik kursi ke belakang dan membaca buku harian itu.

Alasan aku memilih buku harian sebagai bacaan adalah demi mencocokkan sikap serta karakter, agar tidak ada yang curiga dengan tingkah laku putri kerajaan yang tiba-tiba berubah.

Tapi sangat disayangkan buku harian ini seperti memiliki kode angka.

Aku menghela napas pasrah. Mana mungkin aku tahu Kodenya.

Tatapan penuh harapan yang sebelumnya bersinar kini telah menjadi pupuh.

Aku menatap jendela yang menampilkan beberapa burung yang beterbangan.

Semoga saat aku di Akademi tidak terjadi hal yang merepotkan.

...***...

beberapa minggu telah terlewat dan kini aku mulai masuk ke akademi sihir yang cukup terkenal.

Tapi sebelum masuk tentu saja aku mencoba baju seragam versi akademi dan melihatnya di cermin.

sangat imut, seragam ini sangat terlihat cocok untuk tubuhku.

Aku tanpa sengaja tersenyum memikirkan betapa imutnya diriku, berpakaian seperti ini ternyata cukup asik.

tunggu apa yang baru saja aku pikirkan?

Aku menggelengkan kepala dengan sangat cepat agar pikiran tersebut lenyap hingga tidak tersisa.

Ingat Yuji, kamu laki-laki jangan terbawa suasana.

Tujuanmu adalah belajar tentang sihir dan mencari cara agar bisa berubah gender jadi laki-laki kembali.

Saat aku sibuk dengan pikiranku sendiri salah satu maid membuka pintu dan menyuruhku untuk segera turun karena sekolah akan segera di mulai.

"Kya~ imutnya."

Ibu langsung memelukku dengan sangat erat, hingga membuat tubuhku sesak dan mengeluarkan wajah pucat.

"Kamu benar sayang dia benar-benar imut," ucap Ayahku.

Rasanya sangat malu diperlukan seperti ini.

"Ayah, ibu hentikan... Ini memalukan."

Aku mengeluarkan suara yang cukup lirih tanpa kusadari pipku memanas dan menjadi merah padam.

"Kya~ benar katamu sayang dia sangat mengemaskan!" Kini Ayah yang memelukku.

Ini sangat membuatku malu hingga jantungku berdetak. Pipiku menjadi makin memerah.

"H-hentikan Ayah! Moo~ bodoh!"

Ada apa dengan diriku, bisa-bisanya salting dengan pak tua seperti ini. apa aku menjadi gila.

"Sayang, jangan lupakan tentang pembicaraan beberapa hari yang lalu."

Mengatakan hal itu ibu mengeluarkan aura kegelapan yang cukup pekat, beruntung kegelapan itu tidak tertuju untukku melainkan Ayah.

Ayah berkeringat, dia melepaskan pelukannya dariku.

"M-maaf."

Aku tertawa kecil melihat pertengkaran mereka berdua. Ini sangat cukup lucu jika dibayangkan.

Seorang istri yang sangat cemburu bahkan hingga ke anaknya, dan suami yang takut oleh istri. ini beneran menarik.

Tapi senyum itu memudar karena teringat oleh masa lalu burukku.

Kalau diingatkan lagi, aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini. Karena Ayah sudah meninggal bahkan sebelum aku terlahir.

Jadi aku tidak tahu bagaimana perasaannya memiliki seorang Ayah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!