Hai readers ... ini karya baru Author remahan ini, Author sangat berharap yang mampir di karya ini berkenan ninggalin cap jempolnya ya di setiap chapter, pleasssss bantu karya ini dengan like, komentar dan favorite 🙏🙏🙏🙏
Author sangat semangat kalau ada yang bersedia ninggalin jejak komentar, gak perlu muji gaes, maki-maki aja Author, Author suka, karena makian itu menurut Author seperti krisan, buat bebenah untuk karya selanjutnya.
Selamat membaca🤗😉
***************
Senyuman mengambang di wajah seorang wanita cantik yang melangkahkan kaki indahnya memasuki toko kue. Rambutnya tergerai indah, sesekali hembusan angin menerpa rambut indah itu, membuat wanita itu, berulang kali merapikan rambutnya.
"Siang mba," sapa penjaga toko kue.
"Siang juga," jawabnya.
"Ada yang bisa kami bantu?"
"Saya mau ambil pesanan kue saya mbak," jawab wanita cantik itu.
"Oh, mba Rashita?" Tanya penjaga toko kue.
"Iya," Rashita mengeluarkan nota pembayar kue pesananannya.
Sekejap saja box kue ulang tahun buat suaminya dia terima.
"Terima kasih mbak," ucap Rashita begitu ceria.
"Sama-sama," jawab pelayan toko itu.
Suara langkah kaki wanita itu terdengar begitu indah. Beberapa pelayan toko ikut tersenyum melihat wanita itu. Karena sangat jelas terlihat aura kebahagiaan dari wajahnya.
Rashita sudah masuk mobilnya, dia menaruh box kue di kursi mobil di sampingnya.
"Kasih kejutan apalagi ya buat Mark?" Lirihnya sambil berpikir.
"Oh iya, kemaren kan Mark mau nambah koleksi jam tangan dia," Rashita tersenyum lebar karena mendapat ide untuk tambahan kado buat ulang tahun Mark, walaupun dia sudah punya kado, testpack kehamilannya. Dia menatap kearah bok kecil yang berisi test kehamilannya yang dia lakukan pagi tadi.
Dia segera menuju toko jam tangan, untuk beli jam tangan buat suaminya Mark. Setelah menemukan jenis jam tangan yang Mark inginkan waktu itu. Senyuman kembali menghiasi wajahnya.
Rashita segera membayar jam tangan itu. Kini kado buat Mark dia rasa cukup untuk memberi kejutan buat suaminya.
Rashita tersenyum sendiri mengingat bagaimana awal dia dan Mark dulu menikah, tidak saling cinta, hanya karena tuntutan keadaan dia terpaksa menikah dengan Mark, namun siapa sangka Mark bisa masuk kedalam hatinya.
"Mark, kamu unik, kamu terlihat sangar dan menakutkan, tapi ternyata kamu juga bisa semanis ini," bayangan pertama kali dia bercinta dengan Mark sulit untuk dia lupakan. Mark begitu pandai membuatnya terbang. Darah Shita seketika mendesir mengingat bagaimana dia dan Mark menghabiskan malam, ataupun ketika bersama.
Rashita melihat jam yang melingkar di tangannya. "Wah, sudah sore ini, aku harus segera pulang," dia berjalan hati-hati menuju mobilnya, karena ada sesuatu yang dia jaga dalam rahimnya, sehingga langkahnya pun dia jaga.
Senyum masih melekat di wajah cantik itu. Dia meraih ponselnya, lalu menelpon laki-laki yang membuat dia tersenyum.
"Hallo beib …." sapa laki-laki ujung telepon sana.
"Hallo beib, beib … malam ini kamu pulang?" Tanya Rashita.
"Malam ini aku lembur beib, maaf ya, aku tidak bisa pulang"
"Oke beib, jangan lupa makan dan jaga kesehatan"
"Pasti beib, kamu juga, see you"
"See you, bye …." jawab Rashita.
Panggilan telepon ber akhir.
"Biasanya Mark keluar kalau jam makan malam, emmm aku akan masuk kantor dia pas dia keluar makan," lirihnya.
Rashita meneruskan perjalanannya, kali ini dia menuju butik untuk membeli dress yang akan dia kenakan malam ini. Lama bergelut di butik, akhirnya gaun merah menyala, dengan dada yang terbuka dan menampakkan bahunya yang indah menjadi pilihannya.
"Emmm, beberapa bulan kedepan mommy nggak bisa pakai baju begini lagi sayang," lirihnya sambil mengusap perutnya yang datar.
Rashita meninggalkan butik itu, menenteng paper bag yang berisi drees yang dia beli, kini perjalanannya lanjut menuju pulang kerumahnya.
Jam menunjukan pukul 07:00, Rashita Nampak asyik memoles wajahnya dengan make up natural, karena wajah manis seperti dia sangat cantik dengan polesan make up sederhana, make up menor hanya membuat wajah manis itu kehilangan kemanisannya. Namun Shita berbalik kembali, rasanya ada yang kurang kalau dia berdandan sama seperti biasa, Shita memoleskan kembali lipstik warna merah pada bibirnya.
Baju yang dia beli siang tadi sangat indah melekat pada tubuh yang seksi itu, bahunya yang putih mulus. Dia membelai bagian lehernya, teringat Mark yang suka menci*mi leher jejangnya. Baju yang dia kenakan juga memperlihatkan bagian dada yang begitu memukau menambah indah penampilan wanita itu.
Shita masih mematung manatap pantulan dirinya pada cermin itu, sambil menggulung rambut kemudian menggeraikan kembali, pilihannya bulat, dia membiarkan rambutnya tergerai begitu saja.
Rashita memandangi dirinya lagi di cermin, lagi-lagi dia tersenyum, teringat bagaimana Mark melakukan kegiatan pada setiap bagian tubuhnya. Setelah selesai merias diri, Rashita segera keluar dari kamarnya.
"Bi … aku keluar ya bi," serunya pada pembantunya.
"Iya nyah, nyonya mau kemana?"
"Saya mau ke kantor Mark bi, saya jalan ya,"
"Iya nyah," pembantu ikut tersenyum melihat rona kebahagiaan yang terpancar dari wajah Rashita.
Rashita duduk di kursi kemudi. "Kue, sudah, kado juga sudah, hemm saatnya kita beri kejutan buat papa sayang …." serunya.
Mobil yang Rashita kemudikan mulai meninggalkan kediamannya dan Mark, mobil itu melaju menuju kantor Mark. Perjalanan terasa indah bagi Rashita, bayangannya tentang Mark yang terkejut dengan kejutannya selalu membuat dia tersenyum.
"Bagaimana ya sayang reaksi papa, ketika tahu kalau kamu ada dalam rahim mama"
Rashita tersenyum sambil menggeleng sendiri, saat mobilnya memasuki wilayah perkantoran Mark, dia melihat mobil Mark meninggalkan kantor tersebut.
"Yes! Papa pergi sayang, saatnya kita menyusun kejutan buat papa," seru Rashita begitu bahagia.
Keberuntungan apa buat Rashita, tidak ada satupun pegawai yang dia jumpai, senyumnya kian merekah, jika tidak ada pegawai Mark yang melihat dia, maka tidak ada juga yang melaporkan pada Mark dengan kedatangannya.
Sesampai di ruang kerja Mark, ruangan itu nampak gelap, hanya lampu temaran yang menyala, Rashita meletakkan kue itu di meja tamu yang ada di ruangan itu.
"Kemana sembunyi ya? Aku harus sembunyi biar buat Mark terkejut dengan kejutan ini, aku ingin ulang tahun Mark kali ini adalah ulang tahun yang paling dia ingat.
Sudut ruangan tempat tropy penghargaan atas pencapaian kantor Mark jadi perhatian Rashita, sudut yang jarang di lihat oleh Mark, menurutnya.
"Sepertinya, kue nya aku pegang, hadiahnya aku taruh sini, Rashita menata bok jam tangan dan bok kecil yang berisi test kehamilannya di meja tamu, sedang kue itu dia pegang, tidak lupa Rashita membawa pematik untuk menyalakan lilin ulang tahun tang menancap di kue tersebut.
Rashita duduk manis di sofa tamu dengan cahaya temaran, sambil memperkirakan waktu kedatangan Mark. Samar terdengar suara dari arah luar, Rashita langsung berjalan menuju sudut ruangan yang sudah dia tentukan.
"Ceklek," suara pintu terbuka.
"Beib, sampai kapan kamu membuang waktumu, aku dan Shita memiliki hubungan baik, saatnya kamu menjalani hidupmu,"
"Aku sangat cinta sama kamu Mark, aku tidak keberatan selamanya seperti ini, aku punya segalanya Mark, tapi kenapa aku tidak bisa memiliki kamu"
Dua orang yang baru masuk ruangan itu saling bertautan, terdengar kecapan mulut yang begitu buas.
"Beib, aku mohon tinggalin aku, jalani hidup kamu," lirih Mark.
"Tidak Mark, aku hanya ingin kamu," wanita itu menyerang bibir Mark lagi.
Rashita yang bersembunyi di sudut ruangan merasa sangat hancur melihat suaminya bersama wanita lain. Dia menutup mulutnya dengan satu telapak tanganya, agar rintihan tangisnya tidak keluar.
Butiran crystal begitu cepat keluar dari ujung mata wanita cantik itu. Sedang di depan matanya sana dua orang begitu nampak liar. Bertaut bibir begitu buas dan melakukan kegiatan lainnya.
Mark bersama perempuannya tenggelam dalam kegiatan mereka, dia terus menyalurkan kuasa obat yang menguasai tubuhnya dengan wanitanya itu. Sedang di sudut gelap sana, seorang wanita berusaha menahan isak tangisnya atas apa yang dia lihat.
"Sejak kamu bisa bercinta dengan istrimu, kamu tidak datang padaku lagi," rengek wanita itu.
"Aku bilang tinggalin hubungan ini beib, aku …." Mark mendesah karena perbuatan wanitanya.
Prakkkkk!
Suara barang-barang yang jatuh dari meja Mark, berbarengan dengan suara jatuhnya kue ulang tahun yang di pegang Rashita.
Mark menyapu meja kerjanya yang sudah bersih, dia merebahkan wanitanya di atas meja kerja itu dan memulai percintaan mereka.
Hati Rashita semakin terasa sakit, tidak ada per ibaratan kata yang bisa menggambarkan rasa sakitnya melihat suaminya bercinta liar didepan matanya. Suara desahan wanita itu semakin membuat hatinya terluka.
Mark mengangkat tubuh wanitanya tanpa melepas apa yang sudah menempel, wanita itu nampak sumringah, di bawa Mark masuk kedalam ruangan pribadinya. Tanpa menutup pintu kamarnya.
Entah apa yang dilakukan Mark dan wanita itu. Suara rintihan Mark dan wanita itu makin menggila dari arah kamar itu.
Rashita keluar dari tempat persembunyiannya. Dia melangkah perlahan meninggalkan ruan kerja Mark dengan airmata yang terus mengalir membasahi wajah cantiknya. Dia terus melangkahkan kakinya menuju mobilnya. Sampai mobilnya pun dia tidak sanggup melajukan mobil tersebut, dia menenggelamkan wajahnya di setiran mobil itu, menumpahkan sedikit rasa sakit hatinya.
Irama bunyi hujan yang jatuh ke muka bumi ini seakan menemani isakan tangis seorang wanita dalam mobilnya.
"Kamu jahat banget!!! Apa salah aku?" Ringisnya.
Wanita itu terus menangis mengingat hal barusan yang dia lihat, seorang wanita yang dia kenal bercinta dengan suaminya. Isakan tangis perempuan itu amat memilukan.
Setelah lama berpetualang dengan wanitanya, Mark bangun, "Ku harap kamu bisa menerima semua ini, ini terakhir kali kita melakukannya, karena aku ingin menjalani rumah tanggaku dengan Shita, aku tidak mau lagi mengkhianati Shita, aku juga akan minta maaf padanya atas kelakuanku selama ini," ujar Mark.
"Kamu akan bilang kalau kamu dan aku?"
"Tenang saja, aku tidak akan mengatakan kalau itu kamu," jawab Mark.
"Kenapa Shita selalu beruntung? Aku?" Wanita itu menangis, karena Mark akan meninggalkan dia.
"Aku benar-benar mencintai Shita, kalau kamu jatuh cinta, kamu akan merasakan seperti apa perasaanku saat ini, rela meninggalkan semua demi cinta"
"Selalu saja cinta, kenapa orang yang aku suka selalu meninggalkan aku karena cintanya pada orang lain?"
"Semoga ada laki-laki yang mencintai kamu dan kamu cintai nanti," Mark segera melangkah menuju kamar mandi yang ada dalam kamar pribadinya, sedang wanitanya masih terkulai lemas di tempat tidur sambil menangis.
Mark keluar dari kamar mandi mengenakan kemeja dan celana panjangnya. "Aku mau melanjutkan pekerjaanku, kamu lanjut tidur saja," seru Mark sambil berlalu. Mark meraih laptopnya lalu berjalan santai keluar dari kamar pribadinya.
Setelah sampai di ruangan kerja, Mark segera menyalakan lampu terang.
Tlik!
Bunyi saklar yang Mark ketik. Mata Mark melotot melihat dua bingkisan kecil yang ada di meja tamu, matanya langsung menyisir seluruh ruangan itu, pandangannya terhenti saat melihat cake yang tergeletak di lantai dekat lemari tempat tropy nya tersusun.
Mark gemetaran, dia langsung berjalan ke arah meja tamu. Mark meraih kedua bok kecil itu dan mendudukkan dirinya di sofa. Tubuhnya semakin gemetaran melihat jam tangan yang pernah dia bicarakan dengan Shita, kalau dia ingin jam tersebut, namun belum sempat untuk membeli, karena sibuk. Mark membaca note yang ada dalam jam tangan itu.
'Happy birthday, aku gak tau mau kasih kamu apa, jam tangan, hanya itu yang aku ingat, semenjak kamu masuk dalam hatiku, hanya kamu yang ada dalam pikiranku setiap waktu, Always love you, Mark.'
Mark menarik dalam nafasnya, kini dia membuka box kecil yang satunya. Darahnya semakin mendidih melihat isi dalam box itu. "Shi--Shita?" Lirih Mark sambil mengambil test kehamilan Shita.
"Harusnya aku tidak melakukan semua ini," Mark menyandarkan tubuhnya pada sandaran Sofa, dia merem*s wajahnya kasar, dengan kedua telapak tangannya. Membayangkan kejadian sebelumnya saat menerima telepon ancaman bunuh diri.
Flash back.
Mark yang sibuk dengan semua tumpukan berkas pekerjaan terpaksa harus mengangkat teleponya, karena berulang kali panggilan dari orang yang sama selalu menelpon dirinya. Mark mengangkat panggilan telepon itu.
"Ada apa? Bukankah sudah aku katakan, sudahi hubungan ini, aku benar-benar mencintai Shita, aku berhenti dari semua hobby ku, sekarang cukup Shita dalam hidupku."
"Kalau kamu tidak datang sekarang, maka besok kamu hanya menemukan mayatku," seru seseorang di seberang telepon sana.
"Kamu jangan nekat!" Teriak Mark.
"Tergantung kamu, kalau kamu tidak mau bersamaku malam ini, kamu akan melihat mayatku besok hari,"
"Tolong lanjutkan hidupmu," pinta Mark.
"Aku butuh dirimu beb, bukan nasehatmu," wanita itu langsung memutuskan panggilan teleponnya.
Mark panik, dia sangat mengenal wanitanya itu, wanita itu akan melakukan hal nekat, bahkan tidak takut menyakiti dirinya sendiri. Mark meraih kunci mobilnya, segera berlari meninggalkan ruangan dan lupa mengunci ruangan kerjanya.
Setelah mengebut di jalanan, Mark sampai disebuah club malam, club malam yang biasa dia datangi dengan wanita-wanitanya.
"Tuan Muda!" Sapa seorang penjaga.
"Sorry, aku buru-buru,"
"Santai dulu tuan muda, anda kemana? Selama tiga bulan ini anda tidak pernah kemari."
"Maaf, saat ini aku benar-benar ada urusan penting, sampai jumpa." Mark menepuk bahu penjaga itu dan segera berlari masuk kedalam club malam tersebut.
Mark menghampiri wanita yang asyik dengan minumannya. Saat wanita itu mengambil gelas minuman yang baru Mark merebutnya.
"Hei itu punya---" wanita itu tersenyum melihat sosok Mark.
"Apa maksud kamu?" Tanya Mark.
"Beib aku kangen," wanita itu langsung memeluk Mark.
"Aku sudah bilang bukan tiga bulan yang lalu, kalau hubungan kita ber akhir."
"Aku gak mau, aku cinta sama kamu beib,"
"Ini bukan cinta, ini hanya …"
"Beri aku kesempatan terakhir, setelah itu aku akan berusaha pergi dari kamu, tapi aku gak janji kalau akan berhasil, setidaknya aku sudah berusaha. Wanita itu langsung menyerang bibir Mark.
Mark merasa aneh dengan ciuman wanita itu.
"Apa ini?" Mark menyentuh mulutnya.
"Obat biru beib, kini kita dalam kendali si biru," wanita itu menyeringai.
"Kamu gila!" Bentak Mark.
"Iya aku gila, sekarang kamu mau melakukannya denganku, apa dengan yang lain?"
Perasaan Mark mulai aneh. "Ayo kita kekantorku saja," Mark menarik wanita itu meningalkan club malam tersebut. Mereka berjalan cepat menuju mobil Mark.
"Andai jarak ke rumah lebih dekat, aku akan menumpahkan reaksi obat ini dengan kamu sayang," lirih hati Mark membayangkan Shita istrinya.
Mark mengebut di jalanan sambil menahan perasaannya yang mulai meledak ledak. Sesampai area Kantor efek obat itu semakin kuat. Keringat mulai bercucuran. Mereka berdua memasuki lift, keduanya melepas reaksi obat itu dalam lift. Pintu lift terbuka, mereka terus berjalan Mark menggendong wanitanya sambil memangut wanita dalam gendongan itu.
Mark terus melakukan kegilaan dengan wanita itu di meja kerjanya, merasa kurang lepas, merka ganti lapangan, Mark menggendong wanitanya menuju kamar pribadinya. Lalu melepaskan semuanya karena obat itu semakin menguasai Mark.
Flash back off.
Mark sangat, Menyesal karena perbuatan hinanya di lihat langsung oleh Shita. Sedang dia tidak menyadari kehadiran Shita. Mark bangkit dari posisinya, menyimpan testpack Shita dalam saku celananya, dia berjalan menuju kamar pribadinya menghampiri wanitanya. "Shita melihat perbuatan kita tadi malam," seru Mark.
"Apa?!" Wanita itu terkejut.
"Hari ini hari ulang tahunku, tadi malam di sini, dia ingin memberiku kejutan."
Wanita itu meremas rambutnya.
"Ayo cepat pakai bajumu, kita harus pastikan Shita masih di rumah," seru Mark.
Setelah berpakaian wanita itu dan Mark berlari keluar dari kantor Mark. Kini mereka berada dalam mobil Mark yang melaju membelah jalanan kota.
"Ide buruk kalau kita berdua menemui Shita, lebih baik kamu aku antar pulang saja," Mark merubah arahnya, perjalanan mereka ke arah apartemen wanita itu.
Setelah menurunkan wanitanya di halaman apartemen, Mark melanjutkan perjalanan pulangnya. Sesampai di rumah, rumah itu nampak gelap, Mark membuka pintu dengan kunci cadangannya, dia segera berlari menuju kamarnya. Namun dia tidak melihat Shita. Mark berlari menuju ruang pakaian, perasaannya sedikit lega, karena pakaian Shita masih ada tersusun di sana.
Mark melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Jam tiga, nggak mungkin aku menelpon mama Ana untuk menanyakan Shita,"
Mark merebahkan tubuhnya di tempat tidur, memikirkan dimana Shita sekarang.
****
Di Apartemen wanita Mark.
Wanita itu berjalan santai menuju apartemennya. Setelah membuka sandi keamanannya, pintu terbuka, dia segera masuk dan mengunci lagi apartemennya.
"Ternyata kamu tidak merubah sandi keamanan kamu," suara wanita yang ada dalam apartmennya membuatnya terkejut.
"Shi---Shita?" Dia gugup melihat istri Mark ada dalam apartemennya.
"Aku tahu kamu jadi seorang jal*ng sejak kita kuliah, aku membiarkan kamu melakukan apa keinginan kamu, selama kamu tidak merusak rumah tangga orang lain, tapi?" Shita tidak bisa meneruskan kata-katanya. Dia berusaha menahan rasa pilu hatinya, agar tidak terlihat wanita itu.
"Apa salah aku padamu? Kenapa harus Mark yang kamu goda?" Shita berusaha nampak tegar, walau airmatanya sangat ingin tumpah.
"Shita … Shita, aku tidak menggoda Mark, aku dan Mark sudah bersama jauh sebelum Mark menikah dengan kamu, kamu ingat kalau Mark meninggalkan kamu di malam pengantin kalian? Saat itu Mark bersamaku Shita," wanita itu menyeringai.
Shita terdiam, mengingat malam pengantinnya dia tidur sendirian, menghabiskan malam menonton tv dan memainkan ponselnya dalam kamar hotelnya, saat dia melihat Mark berada di kamar hotel, itu sudah pagi, saat kedua orang tuanya datang berkunjung.
Shita segera menyadarkan dirinya dari lamunan mengingat masa lalunya. Menarik nafas begitu dalam untuk mengutarakan kalimat yang sangat berat dia ungkapkan. "Jika kalian saling cinta, kenapa kalian menarik aku dalam ikatan ini?"
"Shita, kamu bodoh! Kamu lupa kalau kalian harus menikah karena desakan kedua orang tua kalian, orang tua kono! Main jodoh-jodohin anak, mereka nggak tau apa, kalau anak mereka juga bisa cari pasangan sendiri.
Shita melamun, mengingat masa lalu sebab pernikahan dia dan Mark. "Kamu salah! pernikahan kami bukan atas dasar perjodohan, Mark menikahiku karena ...." Shita tidak mampu meneruskan perkataannya. Mengingat sebab pernikahan yang terjadi bukan hal yang indah.
Shita segera mengubah arah pembicaraannya. "Kalau kamu dan Mark masih saling cinta, menikahlah, jangan melakukan hal buruk seperti tadi, selamatkan harga diri kamu, aku akan mundur dari kehidupan Mark. Oh ya, aku minta maaf, sejak jam 9 atau 10 tadi aku numpang tidur di sini," Shita meninggalkan apartemen wanita itu.
Mobil yang di kendarai Shita membelah jalanan yang sepi, pikirannya mengingat masa lalu dia dan wanita itu. "Dia bukan pelakor, dia bukan perebut, tapi aku yang merebut Mark dari dia," ringis Shita.
Shita tidak punya tujuan, dia memutar-mutari jalanan kota dengan mobilnya, pikiran Shita tertuju pada teman lamanya, dia langsung menuju kediaman temannya itu. Setelah memasuki area halaman rumah sederhana itu, Shita segera mengetok pintu sambil memanggil nama temannya itu. "Aku Shita," ucapnya lagi sambil mengetok pintu itu terus-terusan.
Tidak lama, lampu dalam ruangan itu menyala, pintupun terbuka.
"Shita?" Lirihnya melihat Shita yang nampak kacau.
"Boleh aku menginap?" Tanya nya.
"Masuk," orang itu mempersilahkan Shita masuk.
**********
Cerita ini di mulai dari bab 3 ya,
Aku sengaja munculin konflik utama di awal, anggap trailer nya ya,
Semoga suka, happy reading all😉
Persahabatan Ana, Britanny dan Ardety terjalin sejak mereka masih duduk di bangku SMA. persahabatan mereka terus berlanjut, kini persahaban itu semakin bewarna karena anak mereka yang seumuran juga menjalin persahabatan sejak kecil.
Rashita Adania, anak kedua pasangan Adah Anana dan Sammy putra. Anak pertama Ana bernama Gildan Adana. Rashita sosok yang penurut, dia anak yang sangat baik, hanya menghabiskan waktu di kamarnya jika tidak ada sahabatnya yang mencarinya. Jauh berbeda dengan Gildan kakaknya, kelakuan Gildan membuat Ana dan suaminya sering mengusap dada.
Bagaimanapun kenakalan Gildan, dia sosok kaka yang baik bagi Rashita. Sejak kecil dia rela memberikan apa saja kemauan Shita, bahkan rela memberikan separu uang jajannya buat Rashita. Hingga Rashita memanggil kakak kesayangannya itu dengan panggilan bambang yang maksudnya Brother Bank.
Arum Dya dan suaminya Pramana Hanung di karuniai seorang anak gadis cantik yang bernama Tsamara Armana, mempunyai anak semata wayang membuat Arum kewalahan memenuhi permintaan Ara yang tidak mengenal kata "tidak". Ara sosok yang manja, keinginannya harus segera dikabulkan, jika dia berkehendak. Ara juga anak yang selalu ingin menang sendiri dan tidak mau di atur.
"Jadi apa anak itu," gerutu Pram, papa Ara.
Arum hanya diam, dia sungguh menyesal, baru menyadari selama ini dia salah mendidik Ara.
Loiz Angkasa, anak kedua Britanny dan Daniel Ang. Tidak bisa diceritakan banyak dari diri Loiz, dia sosok yang pendiam, hanya mau bicara jika bersama Shita dan Ara.
"Anak itu penuh misteri," seru Daniel yang memandangi Loiz yang masih betah dengan laptopnya.
"Biarkan dia pah, selama dia tidak melakukan hal yang salah," seru Tanny.
****
Ara beruntung memiliki teman seperti Shita, yang mengerti dia dan selalu mengalah dengannya. Persahabatan mereka terus berlanjut, kini Ara, Shita dan Loiz, sekolah di SMA yang sama. Mereka tengah menikmati cemilan mereka duduk di bangku taman yang ada di bawah pohon yang rindang.
"Kalian para cewek-cewek enak, kalau papa mama kalian ke luar kota, kalian pasti nginep di rumah salah satu dari kalian," gerutu Loiz.
"Kamu sih sabahabatan cuma sama cewek," seru Ara.
"Bagaimana lagi? Cuma kalian yang buat aku nyaman," seru Loiz.
"Minggu ini papa atau mama nggak dinas ke luar kota Ta, jadi aku kerumah kamu pagi minggu aja ya," seru Ara.
"Iya Ra, enaknya kamu aja," seru Shita.
Kedekatan Ara, Shita dan Loiz semakin intens, karena kecocokan diantara mereka semua. Ditambah lagi kedekatan orang tua mereka.
***
Suasana pagi yang dingin membuat seorang gadis yang memiliki tubuh yang indah dan berkulit putih mulus itu betah membalut seluruh tubuhnya dengan selimut tebal.
"Shita …!" Teriak Gildan kaka lelakinya.
"Iya …." teriak Shita menyahut panggilan kakaknya.
Ceklekk
Pintu kamar terbuka.
"Whoyyy! Bagun!" Bentak Gildan sambil menarik selimut tebal yang membalut tubuh adiknya tersebut.
"Bambang rese! Pagi minggu juga, ngapain bangun cepat-cepat," rengek Shita memperbaiki selimutnya.
"Ampun ini anak! Mandi kek!" Bentak Gildan.
"Pagi Shit--tha!" Ara terkejut melihat sosok laki-laki tampan yang hanya mengenakan celana pendek, perut kotak-kotak laki-laki itu membuat Ara berulang kali menelan salivanya, dia teringat model pria yang ada dalam majalah dewasa koleksinya.
"Pagi kak Gildan," sapa Ara mengusir kecanggungannya.
"Shita! Bangun! Mandi sana! Ini Ara datang," bentak Gildan, karena gadis dalam selimut itu masih tidak bergeming.
"Ampun ini anak, lihat Shita, Ara aja sudah cantik dan wangi, kamu masih aja bau kasur!" Bentak Gildan.
Ara seakan terbang disebut Gildan cantik.
Shita masih tidak menghiraukan perkataan kakaknya tersebut.
"Ih, Shita jorok, jam segini belum mandi," rengek Ara.
"Ampuuun, kenapa sih gak suka lihat aku bahagia, aku bahagia lho kalau bisa gini," rengek Shita bangun dari posisinya.
"Mandi sana," rengek Ara meminta Shita sahabatnya itu mandi.
"Nanti aja sore, biar satu paket sama mandi sore," jawab Shita kembali berbaring.
"Ih … ayo mandi!" Ara menarik Shita yang kembali berbaring.
"Kamu cerewet ihh, kambing aja gak pernah Mandi laku kok, jadi aku gak perlu repot mandi," sungut Shita.
Habis sudah kesabaran Gildan melihat kelakuan adiknya itu. Dia membuka paksa selimut Shita. "Bruk" Shita dia angkat, tubuh Shita dia letakan di bahu kekarnya.
"Bambang!!!" Rengek Shita, karena Gildan membawa paksa dirinya.
Shita terus meronta dalam gendongan Gildan, Gildan tidak perduli, dia terus berjalan membopong tubuh adiknya itu menuruni tangga, hingga mereka sampai di luar rumah, Ara sedari tadi mengikuti Gildan yang menggendong Ara.
Byurrr!
Tubuh Shita di lempar Gildan ke kolam renang.
"Bambang jahattt! Tunggu pembalasan dendamku bambang!" Teriak Shita, dia sangat marah, karena perbuatan kakak lelakinya itu.
"Di suruh mandi aja sulit banget, lebih cantikkan kambing tau daripada kamu!" Sungut Gildan.
Ara terus tertawa mengakak melihat Shita yang di lempar Gildan, ke kolam renang.
Shita keluar dari kolam renang, dengan tubuh basah kuyup dia berlari menuju pintu belakang, menunggu pembantu mengambilkan handuk buatnya.
Sedang Ara masih berdiri di tepi kolam renang menonton Gildan yang asyik berenang, hati Ara mendesir melihat Gildan yang menurutnya sangat mempesona, roti sobek pada tubuh Gildan sangat ingin rasanya dia mencubitinya.
"Ara, kapan datang? Sapaan seseorang membuyarkan khayalan Ara tentang tubuh Gildan yang dia lihat.
"Baru aja tante Ana, kak Gildan rese juga ya tante, masa Shita dari kamar di gendong sampai sini, setelahnya main lempar aja, kasian Shita tante," rengek Ara.
"Bagaimana lagi? Lagian Shita juga yang susah tuh anak kalau di suruh bangun pagi, sama mandi, kalau gak sekolah gini," seru Ana.
Ara terpaksa meninggalkan area kolam renang, karena Ana mengajaknya masuk kedalam rumah, padahal matanya masih ingin melihat Gildan yang masih berenang. Entah darimana perasaan yang bergejolak di hatinya karena mengagumi sosok Gildan.
Ara dan Shita tengah duduk di ruang keluarga sambil menonton drama kesukaan mereka. Gildan yang nampak tampan walau hanya mengenakan atasan kaos dan celana jeans lewat di depan mereka.
"Kemana bambang?" Sapa Shita.
"Kepooo!" Jawab Gildan sambil terus berlalu.
"Astaga Ta, aku lupa kalau ada janji, aku pamit sekarang ya," seru Ara, Ara langsung lari meninggalkan Shita tanpa menunggu jawaban dari Shita.
Tujuan Ara adalah mengikuti Gildan. Dia ingin tahu bagaimana kelakuan Gildan di luar rumah. Di dalam rumah, Gildan nampak dingin dan cuek.
Lama mengguntit Gildan, Akhirnya Ara melihat Gildan masuk kesebuah rumah makan. Ara terus mengikuti Gildan, betapa terkejutnya dirinya melihat perempuan di sekeliling Gildan, sangat banyak orang di ruangan Gildan berada, terlihat mereka sedang merayakan sesuatu, semua perempuan di sana menempel pada Gildan, seperti semut yang mengerubuti gula. Sebelum Gildan menyadari kehadirannya, Ara segera pergi dari rumah makan itu.
Ara terus melajukan mobilnya ke arah pulang setelah meninggalkan rumah makan barusan.
"Gilaaa kenapa saingan aku semua berat sih," rengek Ara, dia teringat penampilan wanita-wanita sekitar Gildan tadi.
"Aku gak akan menyerah, aku akan tetap berusaha mendapatkan kamu, kak Gildan," gerutu hatinya.
Gubrakkk!
Mobil Ara di tabrak dari belakang, Ara berusaha mengendalikan mobilnya.
Ara panik, dia tidak tahu harus apa, mobil yang dia kendarai naik ke trotoar dan menambrak pohon. Hantaman keras tidak bisa Ara hindari.
Ara merasa aneh, penglihatannya kuning. Ara merasa ada sesuatu yang menetes di dahinya, Ara menyentuhnya dengan tangannya, dia panik melihat tangan yang baru menyentuh dahinya ada darah. "Darah?" Ringis Ara.
Seketika dia hilang kesadaran.
Beberapa warga dan pengguna jalan berusaha membantu Ara dan mobil lain yang sudah menabrak Ara, keadaan jalanan mendadak ramai karena kecelakaan barusan. Namun keadaan mulai hening kembali ketika mobil ambulan datang membawa korban kerumah sakit. Hanya beberapa orang saja yang bertahan melihat mobil yang terlibat tabrakan barusan.
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!