NovelToon NovelToon

Isyarat Cinta Tuan Muda

Awal Petaka

Lavina berlarian menuju lorong hotel sambil mengangkat gaun panjang yang dikenakannya. Rambutnya yang telah ditata rapih tersebut kini mungkin sudah mulai berantakkan karena pergerakannya tersebut.

Ia tak peduli dengan penampilannya saat ini karena justru sekarang ia memang butuh rambut dan makeup yang berantakan untuk membantu tujuan utamanya membuat pesta pertunangan hari ini batal. Ia harus bisa mengagalkannya tak membiarkan pesta ini terjadi.

Ia mencari di mana letak kamar nomor 501 yang ditempati pria itu. Waktu pertunangan tersebut akan berlangsung satu jam lagi dan ia harus bisa segera mungkin mencari cara agar pesta tersebut gagal.

Kamar demi kamar hotel sudah ia lewati dan ia sudah mengecek satu persatu nomor di pintu. Hingga ia menemukan dua pria dengan setelan jas hitam sedang berdiri di depan pintu utama seperti sedang mengawal seseorang yang berada di dalam.

Ya, itu pasti kamar nomor 501, kamar yang ditempati pria yang akan bertunangan hari ini dan dua pria tersebut pasti pengawal dari keluarganya. Jika begini bagaimana caranya untuk masuk ke dalam bertemu pria itu? Waktunya sudah sangat mepet sekali.

Lavina memutar otaknya dan mengigit jarinya, ia harus segera menyingkirkan dua pengawal itu sekarang juga.

Sampai akhirnya ia melihat seorang pelayan baru saja keluar dari dalam sambil mendorong troli makanan. Lavina bisa melihat gelas yang berada di sana sudah kosong dan artinya pria di dalam tersebut telah meminumnya.

Baik, sepertinya satu rencananya sudah berhasil sekarang ia hanya butuh mengecoh dua pengawal di sana. Lavina butuh bantuan dari seseorang agar rencananya itu berhasil.

Keberuntungan untuk Lavina, ia menemukan target untuk membantu rencananya. Setelah meminta bantuan seorang wanita yang setuju karena tawaran uang sebagai imbalan kesepakatan. Wanita itu juga melakukan aksinya.

Lavina memantau orang bayarannya tersebut yang mulai berakting sempoyongan dan berjalan di depan dua pengawal yang berjaga tersebut. Sesuai dengan perintahnya, wanita tersebut berpura-pura pingsan dan dua pengawal yang sedang berjaga tersebut langsung menolong dan sekarang juga membawanya pergi.

Berhasil! Dua pengawal itu sudah pergi dan Lavina dengan cepat berlari masuk ke dalam kamar. Lavina susah berhasil, lihat saja pertunangan ini benar-benar akan gagal, pikirnya.

...***...

Lavina membuka matanya setelah merasakan pusing di kepalanya, ia menatap sekeliling ruangan. Bukankah tempat ini tampak asing baginya dan kenapa ia bisa berada di sini dan bahkan tertidur di kasur.

Tidak, ia tidak hanya tertidur di sini tapi bersama seorang pria di sampingnya yang masih terlelap, dan hal yang paling mengejutkannya pria itu tidak dikenalnya dan dia bertelanjang dada.

Lavina membuka selimut yang menutupi tubuhnya dan melihat apakah pakaiannya masih terpasang atau sudah terlepas?

Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa ia bisa berada di sini, tertidur di kasur ini dan bersama pria asing yang tak di kenalnya?

Ke mana pria yang akan bertunangan tadi, bukankah tadi ia pergi untuk menggagalkan acaranya dan masuk ke kamar pria itu? Tapi mengapa berakhir di sini?

“LAVINA!”

“CEDRIC, APA YANG KALIAN LAKUKAN!”

Lavina makin terkejut saat keluarganya dan juga beberapa orang lainnya masuk ke dalam kamar dan memergoki mereka. Sial, Lavina sudah tertangkap basah, ia tak bisa menghindari dari sorotan tajam Ayahnya saat ini melihat dirinya bersama pria lain di kamar dan tanpa busana.

Apa ini yang namanya senjata makan tuan? Hidup Lavina akan lebih sulit kali ini.

Senjata Makan Tuan?

Satu tamparan mendarat mulus dipipi kiri Lavina. Semua orang menatap terkejut dengan tindakan Albert tersebut, aura penuh amarah dengan tatapan tajam terlihat di wajahnya.

Air mata Lavina lolos disertai rasa sakit dan malu yang ia rasakan. Ia tahu, dirinya selalu dianggap tak berguna dan si pembuat onar di keluarganya. Dan hari ini, ia sudah membuat malu besar keluarganya setelah seseorang menjebaknya.

Lavina sudah mengenakan pakaiannya kembali meskipun sudah kusut dan rambut serta makeup-nya yang berantakan, mereka semua saat ini masih berada di kamar hotel yang sama dan dengan situasi yang mendebarkan.

Lavina berlutut di depan Ayahnya, ia tak bisa meminta maaf ataupun menjelaskan apapun saat ini karena dirinya sendiri juga tak tahu dengan apa yang terjadi padanya sampai bisa tertidur di ranjang tanpa busana bersama pria asing.

Saat ini, pria asing tersebut juga sedang disidang oleh keluarga Alexander yang tak kalah emosinya. Lavina bisa melihat bagaimana pria asing itu terus menunduk duduk di kursi rodanya.

Sebentar, pria yang tadi dipanggil Cedric tersebut duduk di kursi roda? Apakah ia lumpuh? Jika pria itu lumpuh bagaimana bisa mereka melakukan hal aneh sedangkan ia saja tak bisa menggerakkan kakinya?

“Jelaskan, kenapa kamu bisa bersama putra Alexander dan tidur bersama?” Albert menatap tajam.

Lavina tergugu, tak mampu mengeluarkan perkataan apapun untuk menjawab pertanyaan dari Ayahnya. Ia sempat menatap ke samping pada pria asing yang duduk di kursi roda tersebut. Ia justru ingin bertanya bagaimana bisa pria itu ada di kamar ini dan bersamanya?

“Lavina, cepat jawab. Mengapa kamu bisa tidur bersama putra Alexander? Apa kamu menggodanya?”

Lavina sudah terbiasa jika Ayahnya memarahinya, membandingkan dirinya dengan kakaknya, mengatakan dirinya payah tak berguna atau selalu mengatakan dirinya tukang buat onar. Tapi ia paling tak bisa terima jika Ayahnya merendahkan harga dirinya dan bahkan menuduhnya sebagai wanita penggoda, itu sangat menyakitkan.

Lavina menatap Ayahnya dengan mata yang sudah memerah dan air matanya yang sudah membasahi pipinya, “Bagaimana bisa Ayah menuduh Lavina menggoda? Pria itu saja tidak bisa berjalan, bagaimana bisa kami melakukan hal-hal lain.”

PLAKK!!

Tamparan kedua kembali mendarat di pipi Lavina, ia merasakan sudut bibirnya terasa perih dan bau anyir dari darah yang terasa asin di lidahnya. Meskipun tamparan kedua ini lebih keras, tapi menurutnya tidak sesakit yang ia rasakan pada hatinya dengan perkataan Ayahnya.

“Tuan Albert, jangan lakukan kekerasan pada putri anda. Di sini, anak saya juga melakukan kesalahan.” kali ini Tuan Alexander berbicara.

Meskipun berkata demikian, Lavina bisa melihat tatapan tajam mata Alexander padanya yang tampaknya juga marah dan sudah pasti tak menyukainya.

“Cedric, apa yang sebenarnya terjadi? Tolong jelaskan pada kami!” seru Alexander.

Cedric yang sempat tertunduk sejak tadi akhirnya menatap wajah sang Ayah, namun berbeda dengan Lavina yang sudah menangis sedu, pria itu justru tetap tenang dan menatap dingin pada Alexander.

Lavina berharap pria itu menjelaskan kejadiannya dan mengatakan jika mereka berdua dijebak. Hanya dengan ucapan dari pria itu, ia bisa lolos dan Ayahnya akan percaya.

“Cedric, tolong bicara.” Lavina menoleh ke sumber suara dari arah kanan. Suara yang tak asing ditelinganya dan paling ia rindukan. Bukankah itu kekasih hatinya, Peter?

Peter tampak mengkhawatirkan adiknya, Cedric apalagi melihat ekspresi Ayahnya yang penuh amarah dan malu dengan apa yang terjadi pada anaknya dan anak keluarga Albert yang akan menjadi besannya.

“Cedric, ayo kamu bicara apa yang terjadi dengan kalian?” bujuk Nyonya Amber.

Lavina masih menunggu pria itu berbicara, sejak tadi ia berdoa dan berharap pria itu bisa membantunya saat ini. Karena ia tak bisa membela diri, Ayahnya sudah terlihat semakin membencinya.

“Kami memang melakukannya, itu bukan kesengajaan.” Lavina menatap ke arah Cedric tak percaya, ia bahkan mendekat ke arah kursi roda pria itu.

“Kenapa anda berbohong? Bagaimana bisa kita melakukannya, anda saja tidak bisa bangkit dari kursi roda dan tidak mungkin kita melakukannya.”

“LAVINA!!” Albert kembali meneriaki namanya.

Tangis Lavina makin pecah, ia tak percaya jika Cedric akan mengatakan hal seperti itu yang membuat hidupnya makin diambang kehancuran. Lavina tak tahu siapa yang menjebaknya, ia menatap Eliza, Ibunya yang kini tak bisa melakukan apapun untuk membelanya. Ia sudah menangis dipeluk, Helena anak pertamanya.

Tubuh Lavina terasa lemas, kali ini tak akan ada yang menyelamatkanya. Apakah ini sebuah pembalasan yang ia terima setelah niat awalnya untuk mengagalkan pertunangan kakaknya?

Lavina menatap Helena dan bergantian pada Peter yang sedang menatap ke arahnya. Pesta pertunangan yang seharusnya dilaksanakan setengah jam lalu tersebut terpaksa ditunda sejenak karena permasalahannya. Padahal tamu undangan sudah banyak yang menunggu di sana dan semuanya adalah rekan bisnis dan juga beberapa keluarga terpandang.

“Mengapa kalian bisa melakukan hal memalukan seperti ini!” Alexander sudah bangkit dari kursinya dan melipat tangannya. Ia tak percaya apa yang dilakukan anaknya.

Albert memegang kepalanya yang terasa sakit karena ulah anak keduanya yang sudah kelewatan dan membuatnya malu.

Apa yang harus Lavina lakukan sekarang, hidupnya sudah berantakan dan hancur. Keluarganya sudah pasti akan membuangnya dan Lavina sudah pasrah. Hanya saja ia tak bisa berhadapan dengan Alexander, bisa saja pria itu akan membunuhnya untuk menghilangkan jejak dosa dari keluarganya. Lavina tahu jika Alexander memiliki kekuasaan tertinggi dan bisa melakukan apapun untuk membersihkan nama keluarganya.

“Aku akan tanggung jawab dan nikahi dia.” Cedric mengalihkan pandangan menatap ke arahnya.

Terpaksa Menikah

Wajah sedikit lebam dan matanya yang sembab sudah ditutupi makeup, meskipun entah berapa kali seorang pria yang mahir merias wajahnya itu menutupi bagian matanya, air mata Lavina berulang kali lolos membasahinya.

Bibirnya yang terasa perih karena sobekan kecil akibat tamparan yang diberikan Albert sudah mulai ditutupi warna lipstik yang dipoleskan pria yang dipanggil Cadby. Dengan bulu mata lentik, kulit eksotis dan rambut keriting mirip salah satu penyanyi barat populer. Pria itu begitu telaten mengaplikasikan makeupnya di wajah sedih Lavina.

Cadby sempat bingung saat nyonya Amber membawa Lavina yang terlihat begitu menyedihkan dan memintanya untuk menghiasnya menjadi pengantin. Tak banyak tanya dan tampak seolah mengerti yang diperintahkan, Cadby menjalankan tugasnya.

“Berhentilah baby, jangan buat karyaku menjadi sendu karena air matamu,” Cadby mengambil dagu Lavina yang membuat mereka bertemu tatap.

Pria itu tersenyum seolah menyemangati Lavina. Wanita itu menahan tangisnya karena saat ini Amber bersama anak gadisnya juga sudah kembali dan memperhatikannya.

Lavina dituntun Cadby untuk segera mengganti pakaiannya dengan gaun yang akan dipakai untuk pernikahan yang tak pernah direncanakannya.

“Apakah kamu tidak punya gaun berwarna hitam? Dan bisakah kamu tambahkan lagi warna hitam di bagian mataku?” Lavina menoleh pada Cadby yang baru saja merapihkan tatanan rambutnya. “Hari ini bukanlah pesta pernikahanku. Tapi ini adalah hari pemakamanku,” ujar Lavina menatap Cadby dari cermin.

...***...

Sejak insiden yang terjadi, Lavina tidak lagi melihat Eliza—ibunya. Bahkan saat pesta pernikahan yang tak direncanakan itu terjadi, hanya ada Albert yang menemaninya bersama keluarga Alexander.

Lavina bisa melihat rona kekecewaan dari Alexander setelah mengumumkan pada para tamu jika pesta pertunangan tersebut telah beralih menjadi pesta pernikahan dan untuk pertama kalinya Alexander memperkenalkan putra keduanya, Cedric yang duduk di kursi roda dan membuat para tamu berbisik-bisik membicarakannya. Entah itu soal kabar perselingkuhan Alexander yang kembali mencuat, entah karena melihat Cedric yang duduk di kursi roda atau karena perubahan acara pesta yang begitu tiba-tiba?

Lavina juga masih mengedarkan pandangan mencoba mencari keberadaan Eliza dan kakaknya Helena. Ia tahu telah membuat Eliza kecewa mendalam saat ini, dan Lavina ingin meminta maaf pada ibunya. Tapi kenyataan ia mendapat kabar dari Ayahnya yang menghampirinya dan mengatakan jika Helena mengantar Heliza pulang setelah pingsan beberapa saat sebelum acara di mulai.

...***...

Jam sudah menunjukkan larut malam dan Lavina kini di bawa pulang ke mansion mewah milik keluarga Alexander bersama Cedric yang baru saja turun dari mobil dibantu dua penjaga. Lavina sempat meliriknya sekilas dan bahkan mengumpat dalam hati mengatakan pria itu benar-benar payah!

Cedric telah memimpin lebih dulu masuk ke dalam mansionnya yang disambut oleh beberapa pelayan yang membuat Lavina tertegun, karena meskipun keluarganya juga cukup berada, namun baru kali ini ia benar-benar melihat kehidupan bak istana sesungguhnya.

Tapi, untuk apa ini semua? Meskipun para pelayan tersebut menyambutnya dan tampaknya sudah diberitahu status barunya. Semuanya tak diinginkan Lavina karena ia harus menikah dengan orang yang tak dicintainya.

Langkah mereka terhenti sejenak karena tetahan oleh pria yang menghampiri mereka. Lavina masih bisa mencium aroma parfum yang sama saat pertemuan kembali mereka setelah tujuh tahun lalu itu.

Seharusnya malam ini adalah pesta pertunangannya dengan wanita yang dijodohkannya. Namun, karena insiden tak terduga membuat rencana tersebut benar-benar gagal termasuk perjodohannya.

“Papah sudah istirahat lebih dulu, beliau akan bicara besok pagi,” ujar Peter menatap Cedric dan Lavina bergantian sebelum berlalu pergi.

Ekor mata Lavina mengikuti langkah pria itu, hatinya merasa tersayat dan sedih. Jika saja ia tidak membuat rencana untuk mengagalkan pertunangan Peter dengan kakaknya, mungkin saja ia tidak akan terjebak dalam pernikahan abnormal seperti ini.

...***...

Lavina masih terdiam di ambang pintu kamar milik Cedric. Beberapa pelayan yang mengantar mereka telah pergi termasuk perawat Cedric juga sudah meninggalkan pria itu sampai depan kamarnya.

Meskipun hari ini terasa lelah, namun Lavina masih meratapi nasibnya saat ini. Ia masih merasakan semuanya seperti mimpi buruk, dan berulang kali Lavina mencoba mencubit tangannya hanya memastikan agar dirinya segera terbangun.

“Masuklah, pakaian barumu ada di ranjang.” Cedric memutar kursi rodanya menatap Lavina.

Lavina tersenyum mengejek pada pria yang kini sudah berstatus suaminya. Pria yang tak pernah di kenalnya, pria asing yang tak tahu bagimana kehidupannya namun dalam satu malam sudah menjadi suaminya.

“Untuk apa pakaian itu? Bukankah awal pertemuan kita bermula tanpa sehelai benang?” Lavina mengangkat alisnya menatap tajam Cedric.

Cedric memiliki postur tubuh yang cukup tinggi, kira-kira jika ia bisa berdiri tingginya tak jauh berbeda dengan Peter kakaknya dan kulitnya tampak lebih putih dari saudara-sudaranya, mungkin karena ia banyak berdiam diri di kamarnya dan jarang terpapar sinar matahari. Pahatan sempurna untuk bentuk hidungnya yang mancung dan bola mata hitamnya dengan sorot mata meneduhkan. Pria itu cukup tampan, hanya saja ketampanannya tertutup karena kondisi fisiknya saat ini.

“Apa kamu membenciku karena pernikahan ini?” tanya Cedric.

“Menurutmu? Bagaimana bisa anda berbicara akan bertanggung jawab untuk menikahiku padahal tidak ada yang terjadi diantara kita karena semua itu jebakan,” Lavina sudah mulai emosi karena sejak tadi ia belum berbicara dengan Cedric bahkan disaat pria itu mengambil keputusan besar. “Oh, atau mungkin anda yang sengaja membuat jebakan ini agar bisa menikah karena tahu banyak wanita yang menolak anda karena lumpuh?”

Perkataan dari Lavina sangat menyakitkan, namun Cedric tidak memasukkannya ke dalam hati karena tahu wanita tersebut sudah terluka dalam karena keputusannya. Dan mungkin Lavina akan terus membencinya setelah ini.

Cedric menatap langkah Lavina yang berjalan ke arah ranjang mengambil beberapa pakainnya yang disimpan di sana. Dan tanpa diduganya, wanita itu melempar semua pakaian itu ke lantai begitu saja sebelum ia menaiki ranjang dan berbaring di sana menarik selimut sampai suara isakan terdengar menyakitkan di baliknya.

Cedric mencoba bersabar dan memungut pakaian-pakaian yang dilempar wanita itu meskipun sedikit kesulitan menjangkaunya namun ia berhasil mengambilnya. Lavina sempat mengintip dibalik selimut dengan mata berairnya melihat apa yang dilakukan pria itu sampai terakhir ia merasakan kasurnya sedikit bergerak karena kursi roda pria itu menabraknya.

Terlihat pria itu tampak ingin menaiki kasur, namun karena dirinya tak bisa melakukannya sendiri jadi dia terdiam sedikit lama menatap Lavina. Lavina tak peduli bagaimana pria itu akan tertidur malam ini karena pria itu adalah musibah untuknya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!