“Hanz, kita tidak perlu lagi melanjutkan hubungan kita. Setelah lulus, aku ragu jika kau punya masa depan yang cerah. Selamat tinggal!”
Hanz tercekat dan merinding, seakan-akan dadanya mau runtuh mendengarnya. Hanz jelas tidak bisa menerima kalimat perpisahaan tersebut hanya dengan alasan masa depannya yang tidak cerah.
Hanz menatap Alyona dengan bingung, lalu berkata lembut, “Kita sudah empat tahun menjalani hubungan selama kita kuliah di sini. Bagaimana mungkin kau ingin pisah begitu saja?”
Alyona mengerutkan bibirnya, lalu menjawab sadis, “Selama empat tahun aku hanya memanfaatkan kecerdasanmu, Hanz. Apa kau tidak sadar bahwa aku seperti parasit? Aku memang tidak butuh uangmu karena kau miskin. Kau tidak bisa diandalkan dalam persoalan finansial. Bagaimana mungkin aku akan bahagia dalam berumah tangga dengan pria pekerja cafe sepertimu?”
Hanz menengok ke belakang. Sebentar lagi, acara wisuda akan segera dilaksanakan. Topi toga di atas kepalanya rasanya mau jatuh berdebam. Suara riuh ratusan orang di dalam gedung terdengar sampai luar. Namun, hati Hanz terasa sepi.
Ekspresi wajah Hanz seketika berubah masam. Dia masih butuh kejelasan. “Alyona, bukankah kau berjanji akan setia dengan hubungan kita hingga pernikahan?”
Alyona menyeringai jengkel dan berkata hina, “Kau hidup sebatang kara. Asal usul tidak jelas. Kau juga tidak punya nama belakang, Hanz. Bagaimana bisa kau akan menjadi suamiku kelak?”
Wanita cantik berambut hitam panjang ini merupakan anak dari seorang bos minyak Rusia. Lukgaz, perusahaan migas ini cukup berpengaruh di Rusia. Ayahnya, Mikhailovic Lukinov, merupakan orang terpandang di Rusia. Jika Alyona Lukinov benar-benar menjadi istri dari seorang pria yang tidak jelas identitasnya, Keluarga Lukinov akan dapat malu saja.
Standar bagi seorang Alyona adalah pria itu minimal anak seorang manager di perusahaan migas, dan itu paling minimal. Di Rusia, bagi sebagian mereka, standar kesuksesan adalah orang tersebut merupakan sosok yang punya peran dalam hal energi, secara Rusia merupakan negara penyuplai energi yang paling diperhitungkan di dunia.
Namun, Lukgaz masih kalah kelas dari Fadeyka Energy. Sejauh ini, Fadeyka Energy tidak hanya menguasai Rusia, namun merupakan perusahaan energi yang telah merajani dunia.
Alyona tersenyum remeh lalu berkata, “Aku tidak meragukan wawasanmu tentang chemical engineering dan kemampuan hacking-mu, tapi, aku ragu jika ayahku mau menerima kau masuk menjadi bagian Keluarga Lukinov.”
Alyona sengaja menahan Hanz untuk tidak segera masuk ke dalam gedung karena dia tidak hanya ingin mengutarakan kata hatinya semata, namun dia juga ingin memberikan kejutan.
Tidak lama berselang, seorang pria berkemeja merah terang mendekat dan berkata menusuk, “Apa dia pria miskin bernama Hanz? Orang yang tidak bakal diterima oleh Keluarga Lukinov lantaran status yang tidak jelas?”
Alyona tersenyum puas sambil menggamit telapak tangan Mark. Dia menempelkan tubuhnya ke lengan Mark.
Melihat itu, dada Hanz makin sesak. Hari ini adalah hari bahagianya. Namun, semua rusak oleh ucapan dan pemandangan ini.
Lalu, Mark menatap jijik dan mencibir sarkas, “Miskin yang selalu bergantung dari beasiswa! Seharusnya pihak kampus menendangmu jauh-jauh! Masih banyak orang cerdas tapi punya identitas dan terhormat. Tidak seperti sampah layaknya kau!”
Alyona memutar matanya dengan malas, lalu berkata, “Kenalkan, dia Mark! Kekasihku. Ayahnya manager di Oilzprom! Kau pasti tahu Oilzprom merupakan salah satu perusahaan milik Fadeyka Energy!” Alyona berkata dengan nada yang sangat tinggi.
Hubungan prematur di antara Alyona dan Mark terjalin karena sebuah alasan. Alyona ingin agar Mark punya peran dalam upaya membantu Lukgaz melobi pihak Fadeyka Energy nanti karena Lukgaz sedang krisis.
Mark mendengus sinis dan berkata, “Jelas dia tahu, Sayang. Dia kan ngakunya dari Rusia. Tapi, aneh, sampai sekarang dia bahkan tidak tahu ayah dan ibunya siapa.”
Saat ini, jantung Hanz seperti diremas-remas rasanya. Dia mengerutkan kening, lalu berkata, “Kau tega sekali, Alyona! Aku tidak menyangka kau seburuk ini!”
Alyona dan Mark terpingkal-pingkal. Mark sampai memegangi perutnya karena saking gelinya. Bagi mereka, Hanz sangat lucu. Lucu dari banyak hal. Di mana lagi ada pria yang diputusi kekasihnya di hari wisuda?
Biasanya di saat seperti sekarang para wisudawan akan riang gembira, tertawa, berfoto-foto bersama keluarga dan teman dekat. Namun, baru kali ini di hari spesial, ada seorang pria miskin malah dihina dan ditertawakan.
Mark mencibir, “Dasar pria menyedihkan! Kau pikir, dengan kecerdasan dan prestasimu, bisa mengangkat martabatmu yang rendah itu ha?! Kau lebih buruk dari gembel! Gembel saja jelas ayah dan ibunya siapa!” semburnya. Lalu, Mark tertawa lepas.
Alyona mengawasi Hanz dengan lirikan dari samping yang menohok. Matanya berubah jahat. Dia berkata, “Aku tidak sekejam itu. Aku juga mengucapkan terima kasih banyak padamu, karena selama empat tahun belakangan kau sangat membantu, kau adalah orang yang sangat diandalkan. Banyak nilai-nilaiku jadi bagus lantaran pria pintar tapi bodoh seperti kau. Bodoh karena mau diperalat. Ha-ha!”
Selama masa tersebut, Hanz merasa tidak diperalat. Baginya, kesan yang diberikan oleh Alyona tampak biasa. Lagi pula dia tidak merasa dijadikan seperti budak yang diperalat. Hanz murni membantu tugas-tugas karena Hanz memang cinta.
Apapun yang telah Hanz berikan, baik waktu, pikiran, dan tenaga buat Alyona, semua murni karena ketulusan dari Hanz. Namun, hati Hanz hancur. Di luar dugaan, cintanya dikhianati. Sungguh menyedihkan.
Mark memandang Hanz dengan sorotan mata yang tajam dan berkomentar pedas, “Jika kau menjadi suami dari seorang wanita tukang sampah, kau tetap tidak akan layak. Prestasimu palsu! Kau bahkan lebih tidak jelas asal usulnya dari pada anjing kampung!”
Belum sempat Hanz membalas, Alyona langsung memotong, “Setidaknya, kau cukup bangga bisa menjadi pacarku. Jika orang waras berpikir kritis tentang hubungan kita, rasanya mereka ingin melompat dari puncak gunung tertinggi di dunia, lalu mati saja. Kau terlalu percaya diri untuk bisa dekat denganku.”
“Kekasihku adalah anak dari bos minyak Lukgaz Rusia! Kau bahkan tidak pernah membeli bensin di pom karena tidak punya kendaraan kecuali sepeda butut. Aku harap, sepedamu kau pasang mesin parut kelapa, biar bisa balapan dengan gerobak tukang pencari barang bekas.” Mark mendengus sambil tertawa.
Alyona tergelak sampai basah kedua bola matanya. “Hm, ayo kita pergi dari sini. Orang tuaku sudah menunggu dari tadi di sana. Sayangku Mark, apa kau punya orang tua?” Lalu, dia bersama kekasih barunya pun meninggalkan Hanz yang sedang terpaku, hening, membisu, di hari bahagia.
Hanz tak kuasa menerima kenyataan pahit ini. Wajahnya seperti ingin jatuh. Tapi, dia terus menguatkan diri. Hanz bukan bocah yang hobi mengeluh.
Setelah acara wisuda, saat semua orang berbahagia di tengah orang-orang tercinta, sahabat satu-satunya Hanz yang juga sedang wisuda, mendekat dan berkata, “Tuan Muda Hanz, ada panggilan mendadak dari Tuan Besar Dmitry Fadeyka. Kantor pusat Fadeyka Energy sedang tidak aman karena ulah hacker. Kita harus segera berangkat ke Rusia.”
Keluarga Fadeyka merupakan keluarga terkaya di dunia!
Anak kandung dari Tuan Dmitry Fadeyka pertama bernama Feofan Fadeyka, saat berumur enam tahun, tewas dibunuh oleh seorang mantan buruh yang bekerja di Oilzprom, alasannya si buruh tidak terima diperlakukan semena-mena oleh Tuan Dmitry.
Tuan Dmitry dikenal sebagai sosok yang arogan dan kejam. Oleh karena itu, banyak orang yang benci terhadapnya, sampai-sampai ingin menghancurkan kehidupan keluarganya.
Saat kelahiran anak kedua bernama Stefan Fadeyka, Tuan Dmitry langsung mengasingkannya di pedalaman Rusia dengan alasan keamanan dan keselamatan. Begitu juga dengan anak ketiga. Jangan sampai mati sia-sia seperti Feofan.
Sementara putri bungsunya nomor empat bernama Misha Fadeyka menetap di kediamannya yang super mewah dengan penjagaan super ketat di Rusia. Misha tidak sekolah formal seperti wanita pada umumnya, tetapi belasan tahun hanya belajar privat di rumah.
Tuan Dmitry sangat merahasiakan keberadaan anak-anaknya karena hingga saat ini beliau sendiri dan keluarganya masih berada dalam incaran pembunuh. Belasan hingga puluhan tahun Tuan Dmitry menjaga rahasia besar ini semata-mata demi keutuhan keluarganya.
Namun, tidak selamanya Tuan Dmitry akan terus menutupinya, di saat usianya yang makin menua serta ditambah sakitnya yang kadang kambuh, beliau butuh seseorang yang bisa mengurus bisnis besarnya.
“Dia punya kecerdasan dan kemampuan. Dia harus segera diangkat menjadi CEO Fadeyka Energy,” ucap Tuan Dmitry sambil menggagahkan diri di dalam istananya.
Tetua Romanov menolak. Selaku orang kepercayaan Tuan Dmitry, pendapat beliau sering diterima. “Dia terlalu sangat muda jika diangkat menjadi CEO. Dia baru saja lulus dan sangat minim pengalaman. Otak saja tidak cukup, Tuan. Jika Anda salah langkah, perusahaan besar Anda akan bahaya.”
Tetua Romanov ada benarnya. Beliau selama ini memperhatikan gerak-gerik Hanz Fadeyka. Ya, anak kandung ketiga dari Tuan Dmitry. Di matanya, meskipun punya kejeniusan, tapi tidak layak, dan ketidaklayakan itu jelas punya alasan tersendiri bagi Tetua Romanov. Parahnya, alasan itu sebetulnya berbahaya seandainya Tuan Dmitry menyadarinya.
Tidak selamanya orang kepercayaan akan selalu bisa dipercaya. Hati manusia lemah.
Beberapa jam kemudian, Hanz tiba di Istana Valaam yang sangat megah milik Tuan Dmitry. Perjalanan dari Swiss ke Rusia tidak akan lama karena Hanz dijemput dengan menggunakan jet pribadi milik Fadeyka Energy.
“Apa kabarmu, anakku?” tanya Tuan Dmitry lalu memeluk Hanz dengan sangat akrab.
“Baik dan sehat, Ayah. Aku harap Ayah juga selalu sehat,” balas Hanz ramah dan sopan.
Selama hidupnya, Hanz baru dua kali menemui ayah kandungnya. Sekali waktu dia masih SMA, itu pun karena Tuan Dmitry sedang sakit. Bukan karena kangen atau alasan lain.
Bahkan, orang yang tahu bahwa Hanz merupakan bagian dari Keluarga Fadeyka cuma segelintir. Kebanyakan orang di istana tidak tahu bahwa Tuan Dmitry punya anak, kecuali Misha saja.
Rahasia yang sangat dijaga!
Tuan Dmitry menatap bingung, “Kenapa pakaianmu jelek sekali, anakku? Kemeja ini sangat murah. Kau tidak pantas memakainya.”
Hanz tersenyum ramah, lalu menjawab, “Ayah, bukankah Ayah sendiri yang ingin agar aku tidak tampak seperti orang kaya?”
Tuan Dmitry menghembuskan napas kasar lalu berkata, “Betul. Maafkan Ayah karena sudah menyusahkanmu, anakku. Seharusnya kau tidak menderita seperti ini selama dua puluh tahun lebih.”
Anehnya, ketika Tuan Dmitry memberikan uang, Hanz selalu menolak. Sepeser pun Hanz tidak pernah menerima uang dari ayahnya.
Hanz berkata, “Aku malah senang hidup seperti ini. Ada sebagian temanku, karena mereka kaya dan terus berada dalam kasih orang tua, mereka sulit dewasa. Aku harusnya berterima kasih pada Ayah karena telah diajarkan menjadi pria mandiri.”
Mendengar itu, Tuan Dmitry terharu. Lalu dipeluknya lagi Hanz sangat erat. “Kau akan mengurus bisnis Ayah sekarang juga, Hanz,” ucap Tuan Dmitry dengan nada tegas.
Hanz langsung melepaskan pelukan ayahnya. Seketika, wajahnya berubah tertekuk. Senyumnya kian mengendur. Bukan karena ingin durhaka, tapi Hanz jelas belum siap jika disuruh menjadi CEO. Fadeyka Energy terlalu besar.
“Kak Stefan lebih pantas, Ayah. Dia lebih dewasa dariku. Lagi pula, aku mau lanjut S2 dahulu. Sementara kakak baru saja menyelesaikan magister-nya. Biarkan dia saja.”
Siapapun, jika disuapi sepotong roti, tidak bakal menolak. Namun, Hanz menolak jabatan CEO dan dengan santai menyerahkan posisi tertinggi itu buat saudara kandungnya.
Di saat sebagian orang di luar sana saling sikut bahkan saling bunuh lantaran memperebutkan harta warisan, Hanz malah berlapang dada dan mengalah, bahkan merendahkan dirinya karena merasa tidak pantas.
Padahal, Tuan Dmitry mengawasi Stefan dan Hanz selama ini. Berdasarkan penilaian beliau, Hanz sang adik justru lebih layak menjadi CEO saat ini.
Tuan Dmitry menatap Hanz lekat-lekat dan berkata, “Kau belum pernah bertemu dengan kakakmu kecuali waktu kecil. Sudah belasan tahun. Darimana kau bisa menilai bahwa kakakmu lebih pantas? Lantaran usia dan status?”
Hanz tak menjawab karena memang tidak punya jawaban. Namun, dia juga tidak bisa menilai dirinya sendiri sanggup.
Meskipun Hanz nantinya ingin membuktikan kepada ayahnya bahwa dia memang layak diperhitungkan sekaligus berbakti kepada ayahnya, tetapi dia tetap rendah hati dan tidak merasa diri bangga diri.
Sebaliknya, Tuan Dmitry sangat menyanjung Hanz karena semua kebolehannya. Beliau sangat bangga terhadap semua pencapaian Hanz.
Hanz berkata lembut dan tidak mau sampai melukai perasaan ayahnya, “Aku masih butuh banyak belajar, Ayah. Tapi, aku janji, tidak akan mengecewakan ayah nantinya."
Setelah bercerita panjang dan bercanda berdua saja di sebuah ruangan khusus istana, Tuan Dmitry pun menyampaikan permasalahan yang tengah dihadapi Fadeyka Energy saat ini.
Beliau berkata, “Ada satu lawan bisnis Ayah yang sedang memberikan ancaman. Jika Ayah tidak bersedia memenuhi tuntutan mereka, mereka akan meretas sistem keamanan perusahaan, lalu melakukan tindakan berbahaya dan merugikan.”
Hanz tercengang. Dia memang barusan menolak perintah ayahnya karena sebuah alasan, tapi sekarang dia tidak bakal menolak untuk membantu ayahnya. Dia bertanya sambil mengernyitkan kening, “Apa orang perusahaan sudah melacak siapa yang memberi ancaman itu?”
“Ada beberapa ahli IT Fadeyka Energy berusaha melacaknya, tapi gagal. Pelakunya belum diketahui.”
“Ayah, ada berapa perusahaan yang saat ini melobi Fadeyka Energy?”
“Ada tiga,” balas Tuan Dmitry.
Hanz langsung mengeluarkan laptopnya, kemudian mengutak-atik selama beberapa menit. Lalu, dia bertanya dengan wajah yang sangat serius, “Apa di antara tiga tersebut salah satunya adalah Lukgaz?”
Tuan Dmitry mengangguk pelan. “Betul. Mereka rencananya akan meminta suplai minyak mentah dari Oilzprom untuk memenuhi kebutuhan tiga puluh persen produksi mereka selama enam bulan ke depan. Saat ini, Lukgaz sedang krisis.”
Hanz menutup laptopnya, lalu berkata, “Ayah, aku sudah melacak pelakunya. Ada satu orang hacker suruhan Lukgaz yang telah memberikan ancaman. Dia hanya menggertak dengan mengirimkan malware yang tidak begitu berbahaya.”
“Kau bisa menyelesaikan masalah ini, anakku?”
Hanz menjawab tegas, “Aku tidak akan berlama-lama di sini, Ayah. Aku ingin mengurus studi S2-ku. Pelakunya besok pasti akan masuk penjara dan Lukgaz pasti akan malu!”
Tuan Dmitry memberi tahu pada Hanz bahwa Mikhailovic Lukinov bersama anak perempuannya akan berkunjung ke kantor Oilzprom untuk mengajukan pembelian minyak mentah dengan jumlah yang sangat besar. Mikhailovic sudah menyiapkan uang sebanyak seratus juta dollar sebagai dp-nya saja.
Lukgaz hanya punya sedikit sumber minyak mentah di Rusia dan selebihnya mereka terkadang mengandalkan pembelian dari luar. Selama ini Lukgaz tidak pernah membeli langsung kepada Oilzprom karena dua perusahaan tersebut punya persaingan yang cukup kuat.
Bukannya Oilzprom tidak mau dan tidak mampu, hanya saja cara yang dilakukan oleh Lukgaz sangat licik. Tuan Dmitry awalnya bingung, jika beliau tidak memenuhi tuntutan salah satu dari tiga, berarti perusahaannya dalam bahaya.
Namun, Tuan Dmitry akhirnya tahu, Lukgaz si pesaing yang tidak pernah bisa melampaui Oilzprom ini rupanya tidak bisa bersaing secara sehat. Apakah Mikhailovic lupa seberapa besar Fadeyka Energy? Apa dia sudah gila ingin bermain api bersama Tuan Dmitry?
Di Istana Valaam.
Hanz menggeram. Ada seringai di wajahnya. “Aku tidak perlu ke kantor Fadeyka Energy ataupun ke kantor Oilzprom, Ayah. Aku bisa mengurus mereka dari sini.” Dari laptopnya Hanz bisa melihat situasi di sekitar kantor Oilzprom. Kemampuan hacking Hanz tidak ada yang meragukannya. Dia melihat Alyona berjalan bersama Mikhailovic dan baru saja masuk kantor.
“Ayah, silakan hubungi Presiden Direktur Oilzprom sekarang. Jangan pernah menyetujui permintaan mereka apapun alasannya. Jika mereka mengancam, terima saja ancaman mereka. Jangan pernah takut!” Hanz makin menggeram. Lalu, ada beberapa hal lain juga yang disampaikan oleh Hanz pada ayahnya.
Segera Tuan Dmitry menghubungi Harry Gorbachev.
Hanz meng-klik kamera cctv yang berada di parkiran. Dia melihat Mark tengah berdiri di samping mobilnya. Sekarang, dia akan membuat perhitungan terhadap Alyona dan Mark.
Di kantor Oilzprom.
Alyona yang sebentar lagi menjabat sebagai salah satu manager di Lukgaz, sengaja diajak oleh Mikhailovic untuk diberikan pembelajaran. Alyona tampil menawan meskipun dia hanya jadi patung.
Di ruang kerja Dirut Oilzprom, Harry menyambut baik kedatangan pimpinan tertinggi Lukgaz bersama putrinya. Namun, dengan berat hati Harry menyampaikan bahwa Oilzprom tidak bisa menyetujui kemauan Lukgaz.
Mendengar itu, Mikhailovic terperanjat. “Bagaimana dengan dua perusahaan migas lainnya? Apa usulan mereka disetujui?” tanyanya penasaran. Wajahnya ketar-ketir.
Harry menegakkan bahu dan menjawab, “Sesuai dengan keputusan pemilik Fadeyka Energy, Tuan Besar Dmitry Fadeyka, bahwa Oilzprom menyetujui usulan dua perusahaan tersebut, dan tidak untuk Lukgaz.”
Biji mata Mikhailovic rasanya mau meloncat keluar. Mulutnya menganga lebar. “Saya tidak percaya! Apa alasan Tuan Dmitry menolak permintaan saya? Jika Oilzprom tidak menyetujui usulan saya, Lukgaz bisa mengalami kerugian besar selama enam bulan ke depan.”
Harry tidak peduli dengan wajah sok menyeramkan itu. Baginya, suara membentak itu tidak akan mengubah keputusan yang telah diberikan. Harry patuh pada bos besarnya.
Sesuai dengan apa yang tadi dikatakan Hanz pada ayahnya, Harry pun tugasnya hanya penyambung lidah, dia berkata tegas pada Mikhailovic, “Tuan Dmitry tidak senang dengan kehadiran anak perempuan Anda. Alyona, yang baru saja menyakiti perasaan seorang pria, padahal sudah empat tahun menjalin hubungan. Putri Anda pembawa sial.”
Jidat Mikhailovic berkerut tiga. Kedua sudut bibirnya pun ikut berkerut. Lalu, dia menoleh ke arah Alyona dan berkata dengan sangat heran, “Kau tidak berbohong, Alyona?”
Alyona tersentak. Dia dinilai sebagai pembawa sial? Tiba-tiba, wajahnya sangat meleleh. Bibirnya turun seperti bibir nenek-nenek. Perlahan kepalanya pun menunduk. Alyona membisu.
Tidak ingin ada perdebatan di antara ayah dan anak, Harry melanjutkan, “Dan pembawa sial terbesar adalah pria bernama Mark! Apa dengan membawa Mark ke Oilzprom dengan lantaran bapaknya manager di sini kemudian usulan ini bakal diterima?”
Sepasang kuping Mikhailovic rasanya mau meledak. Project besar-besaran selama enam bulan dalam rangka menutupi krisis ini bisa batal lantaran dua pembawa sial yang pergi bersamanya?
Sebuah alasan yang tidak masuk akal! Tapi, Tuan Dmitry bukan orang bodoh. Tuan Dmitry koneksinya luas dan banyak tahu segala hal. Bahkan, urusan pribadi putrinya saja beliau sampai tahu.
Mikhailovic kikuk. Dia menatap bingung dan berkata dengan terbata-bata, “Jadi, harus saya apakan putriku dan kekasih barunya?”
Harry menjawab dengan tenang, “Sesuai dengan perintah Tuan Dmitry. Mereka berdua tidak akan mendapat perlakuan apapun. Hanya saja, proposal ini jelas tidak akan diterima.”
“Tidak bisa seperti itu!” Mikhailovic ngamuk. “Apa hubungannya antara usulan yang saya bawa dengan urusan pribadi anak saya? Terserah, mereka berdua pembawa sial atau bukan, yang penting proposal ini disetujui.”
Harry menggeleng sambil tersenyum ramah. “Tidak bisa. Keputusan Tuan Dmitry sudah bulat. Sekarang, silakan keluar dari kantor, dan bawa pulang dua pembawa sial itu!”
Sementara di istana milik Tuan Dmitry, Hanz sudah menemukan keberadaan si hacker yang sebentar lagi akan melakukan peretasan di Oilzprom. Tidak butuh waktu lama bagi Hanz. Segera dia mengirimkan titik lokasi tersebut kepada pihak kepolisian dan Fadeyka Army.
Jika dibiarkan, pelaku yang sudah dibayar sebesar lima puluh ribu dollar tersebut, akan menyerang sistem keamanan serta memanipulasi beberapa aliran minyak. Intinya, proses di kantor dan di kilang akan terganggu sehingga Oilzprom akan mengalami kerugian dalam waktu cepat atau lambat.
Si pelaku pun berhasil diciduk di rumahnya sendiri. Namun, karena tidak punya bukti otentik, Mikhailovic yang menjadi dalang peristiwa ini tidak bisa ikut diamankan. Apalagi, pelaku tidak mengaku ada yang menyuruhnya. At least, Mikhailovic mendapat efek jera.
Sementara Alyona merasa terpukul. Kisah antara Hanz dan Alyona sudah cukup sampai di sini. Hanz bukan tipe pria yang gampang bersedih lantaran wanita. Dia terlalu mewah untuk wanita pengkhianat seperti Alyona, jika nanti dipertemukan lagi, sebuah perhitungan tentu akan dibuat.
Saat ini, Tuan Dmitry tersenyum puas dan berkata riang di istananya, “Sudah Ayah bilang. Kau punya bakat, anakku. Ayah ingin kau segera mengemban tugas ini.”
Hanz mengehela napas pelan, menyandarkan punggungnya, lalu menjawab, “Sekali lagi, aku tidak mau durhaka pada Ayah, mungkin tidak sekarang. Menjadi CEO butuh proses panjang, Ayah. Tidak semudah di cerita fiksi.”
Tuan Dmitry tidak bisa mengelak. Beliau harus sepakat dengan perkataan anaknya.
“Aku akan tetap mengontrol Fadeyka Energy, Ayah. Aku akan menjaga dan membantu perusahaan Ayah.”
Tuan Dmitry harus mengambil langkah lain, karena jika tidak, kondisi fisik yang tidak memungkinkan tentu akan menyulitkan, oleh karena itu beliau harus menunjuk anak keduanya sebagai CEO Fadeyka Energy menggantikan CEO saat ini.
Hanz bertanya dengan wajah antusias, “Apa kabar kakakku Stefan di Amerika sana, Ayah?”
Tuan Dmitry menjawab, “Harapan Ayah, kabarnya baik. Dan dia bisa sepertimu.” Wajah Tuan Dmitry menampakkan ekspresi tidak percaya diri. Setelah mengingat-ingat kehidupan Stefan di Amerika, beliau ragu kalau Stefan karakternya sama seperti Hanz. Raut kecemasan tercetak jelas di wajah beliau.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!