Nayla berusia 23 tahun hidupnya cukup sederhana, awalnya ia bekerja di tempat sebuah restoran mewah itu. Tapi sudah dipecat oleh bosnya, hanya karena ia sudah membuat masalah di tempat restoran itu.
tidak tahu harus melamar pekerjaan di mana lagi, sedangkan ia sudah beberapa kali melamar ke mari ke tempat perusahaan terdekat. Ia juga sudah melamar pekerjaan di tempat sebuah restoran, tapi masih saja tidak terima.
Sungguh membuat dirinya semakin lelah saja, tak tahu harus bagaimana lagi. Pagi ini ia sedang ada di luar rumah, berjalan di pinggir jalan. Mencari pekerjaan dengan penuh semangat, ia tidak boleh menyerah begitu saja.
Bagaimana bisa putus asa, jika di rumah saja ada orang tua yang harus ia tanggung untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Mengapa hidupnya ini menjadi berat sekali, rasanya ingin menyerah. Tapi ia jadi karena ibunya sendiri, tidak pernah lelah menghidupi keluarganya.
"Sial! Bagaimana caranya agar mendapatkan pekerjaan lagi," gumam Nayla. Mengacak-acak rambut miliknya sambil menendang sebuah kaleng ke sembarang tempat. Rasanya capek sekali, saya tidak boleh putus asa. Ada keluarganya di rumah yang harus bahagiakan.
Di sisi lain ada seorang lelaki yang sedang sibuk bertengkar dengan istrinya. Dia adalah Aris seorang CEO di perusahaan miliknya. Lagi-lagi ia selalu bertengkar, hanya karena masalah lelaki itu saja.
Dahulu Aris dan Maira menikah di jodohkan oleh kedua orang tuanya, Aris memang menolak perjodohan itu. Tapi, ia sempat berpikir untuk mencoba berumah tangga dengan gadis itu.
Lalu mengapa saat kami menikah, Aris baru tahu jika istrinya memiliki masa lalu dengan sahabat dirinya sendiri. Dari situ perasaan Aris begitu sangat sakit sekali, mengapa istri begitu tega merahasiakan semuanya.
Mengapa Maira tidak bercerita kepada dirinya, jika ia pernah dekat dengan sahabatnya itu. Sahabatnya bernama Arga, pertama kali bertemu di sekolah SMK.
Arga orangnya memang asik, ia selalu membuat Aris kesal. Yah, walaupun dia seperti itu. Tapi, Aris bahagia memiliki sahabat seperti dia.
Beberapa hari yang lalu, Aris baru tahu jika Arga mantan kekasih dari istrinya sendiri. Ia tidak bisa membayangkannya, bagaimana mereka berdua tidak pernah bercerita kepada dirinya.
Saat ini Aris berada di dalam kamarnya, ia tidak keberatan dengan istrinya. Hanya karena masalah sahabatnya saja, Aris tidak peduli jika mereka berdua memiliki masa lalu. Ia hanya ingin mereka berdua menjawabnya dengan jujur, apa mereka masih memiliki perasaan yang sama seperti dulu. "Lebih baik kita cerai." Kalimat yang keluar dari mulut Aris, ia tidak pernah berpikir untuk menceraikan istrinya. Tetapi, ia sudah muak dengan tingkah laku isterinya. Tak pernah terbayangkan, bagaimana istrinya bisa selingkuh dengan sahabat dari suaminya sendiri.
"Kamu hanya salah paham, Mas. Aku sama sekali tidak ada hubungan apapun dengan Adam," ucap Maira. Masih ingin membujuk suaminya, agar dia bisa percaya dengan dirinya lagi. Ia pun tak tahu harus mengatakan apa lagi, bagaimana bisa Aris percaya dengan dirinya. Sedangkan Aris tidak mudah percaya dengan orang lain, sama istri sendirinya pun tidak percaya.
"Lalu yang ada di foto itu apa?" ucap Aris terus menuduh istrinya, membanting semua benda yang ada di dalam kamarnya. Ia tidak bisa kasar dengan istri, hanya saja ia membanting semua benda untuk melampiaskan emosinya.
"Adam sedang sedih, aku hanya ingin menenangkan dia saja." Maira memang sedang berbohong, ia melakukan ini semua agar suaminya tidak percaya lagi dengan dirinya ini.
Maira ingin menyentuh lengan suaminya, tapi Aris menghindari sentuhan itu. sudah berapa kali Aris katakan pada istrinya, jangan mendekati sahabatnya lagi. lalu mengapa terinya masih saja mendekati lelaki itu.
Aris mengungkapkan sambil tajam mengepalkan kedua tangannya. "Kamu pikir saya tidak percaya dengan omongan kamu, Sama sekali saya tidak percaya." perlu, ia harus menghindari istrinya terlebih dahulu agar emosinya menurun. Aris segera berjalan keluar dari kamarnya, tapi istri sudah ingin mencegah dirinya untuk tidak keluar dari kamar ini.
"Mas, kamu mau kemana?" tegur Maira memegangi lengan suaminya, membuat Aris menepiskan tangan istrinya.
"Saya butuh ketenangan, jangan menahan saya. saya akan berbuat kasar dengan kamu." Aris hanya butuh ketenangan, agar ia tidak kasar dengan istri. Tapi Maira tetap menahan suaminya untuk tidak pergi dari kamarnya.
"Mas, aku mohon jangan pergi. Kita menyelesaikan masalah dengan baik-baik saja." Maira menggenggam tangan milik suaminya, Aris pun segera menepis tangan itu.
"Tidak perlu menyelesaikan masalah lagi. Saya sudah ingin memutuskan menceraikan kamu," jelas Aris sudah tidak ingin mendengar perkataan istrinya lagi, karena semuanya sudah jelas jika dia memang selingkuh di belakang dirinya.
Untuk apa lagi mempertahankan pernikahannya ini, jika istrinya saja sudah menjadi dirinya.
"Tapi, Mas. Aku masih cinta sama kamu." Maira tidak ingin diceraikan oleh suaminya, jika dirinya di ceraikan sama saja ia masih belum mendapatkan harta warisan dari suaminya.
"Haha cinta, kamu itu hanya cinta dengan adam bukan saya. Lebih baik kamu menikah dengan dia, saya pergi dulu.
Aris tertawa sinis, berpikir tidak mungkin istrinya itu mencintai dirinya. Bagaimana bisa, ia tahu betul jika istrinya itu hanya mencintai sahabat dirinya saja.
Ia segera keluar dari buru-buru keluar dari dalam kamarnya, ia sudah tidak peduli lagi dengan istrinya. Hatinya pun hancur, mengapa istrinya begitu tega sekali.
"Kenapa mas Aris tidak percaya denganku sih, rencana ku jadi gagal deh." gumam Maira masih heran dengan suaminya sendiri, mengapa dia tidak percaya lagi dengan dirinya. Apa mungkin ada seseorang yang sudah membuat pernikahannya hancur.
"Sial, kenapa Maira sampai membohongiku. Apa dia tidak sakit perasaan ku ini, hati aku Mai."
Satu-satunya objek yang menyentuh stir mobil, ia masih tidak habis pikir. Sudah berapa kali dia memberikan kesempatan pada istrinya, Lalu mengapa Maira menghancurkan kepercayaan dirinya lagi.
Waktu itu Aris pernah dikan oleh salah satu pribadinya, jika istrinya pernah datang ke salah satu tempat restoran. Lalu supir pribadinya sengaja memfoto mereka berdua yang sedang asik bermesraan.
Sudah Lebih dari tiga kali, pengemudi pribadinya memergoki istrinya dengan lelaki itu. Saat itu Aris masih belum tahu siapa lelaki itu, lalu beberapa hari ini Aris tidak sengaja bertemu mereka berdua di sebuah mal.
Aris mendekati mereka berdua yang sedang berduaan, sampai kamu berdua tanpa objek di tempat sebuah mall itu.
Benar-benar Aris sangat pusing sekali, sangat mengejutkan bagi istri saja. Mungkin dengan cara ia menceraikan istrinya lebih baik, daripada ia harus mempertahankan pernikahannya ini.
Ada seorang perempuan yang ingin menyeberangi jalanan, tapi saat ingin menyebrang tiba-tiba saja. Ada sebuah mobil yang melaju cepat, entah mobil siapa itu. Membuat dirinya hanya terserempet mobil saja, jatuh ke tanah.
Saat Aris sedang tidak fokus menyetir mobilnya, tiba saja ada seseorang perempuan yang ingin menyebrang. Tapi Aris tidak sengaja menabrakkan seorang perempuan itu. Membuat dirinya sangat syok sekali.
"Astaga, kenapa sampai menabrak orang segala sih."
Aris mengusap wajahnya dengan kasar, mengapa semuanya jadi seperti ini. Urusan rumah tangganya saja masih belum selesai, lalu sekarang ia sudah membuat masalah lagi.
"Aduh sakit..."
Seorang perempuan itu sudah terduduk di lantai dengan kedua kakinya terasa, Aris segera keluar dari mobilnya berjalan mendekati wanita itu.
"Emm, maaf mbak. Tadi saya tidak sengaja menabraknya."
Aris meminta maaf pada gadis itu, karena ia tidak sengaja menabrak wanita di hadapannya ini.
"Tampan sekali, sepertinya dia orang kaya. lebih baik manfaatkan dia saja deh."
Wanita itu sempat berfikir, kalau lelaki di hadapannya dari keluarga terkaya. mempertimbangkan, ia harus memanfaatkan kondisi ini.
"Halo, mbak. Kenapa melamun."
Aris wanita itu melamun, ia melihat tangan di depan wajahnya. Membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.
"Kamu sudah menabrak saya, saya tidak tahu. Kamu harus ganti rugi."
Wanita itu adalah Nayla seorang gadis yang sangat nakal sekali, ia tidak mau tahu lelaki itu harus bertanggung jawab atas perbuatannya ini.
Ia memiliki cara, agar lelaki itu ingin membantu dirinya. Mungkin dengan cara ini, lelaki itu bisa memberikan dirinya pekerjaan yang layak untuk ditempati. Ia sudah lelah mencari pekerjaan di sana-sini, lebih baik ia memanfaatkan lelaki itu saja.
"Tapi, Mbak. Lukanya hanya ringan saja," tegur Aris melihat luka gadis itu di bagian kedua kakinya, hanya terluka sedikit saja. Lalu mengapa wanita itu meminta dirinya untuk bertanggung jawab. Sungguh, ia tidak habis pikir dengannya.
"Saya itu tidak mau tahu, kamu harus harus tanggung jawab."
Nayla tetap kekeh. Lelaki itu harus bertanggung jawab, ia tidak mau dia lari dari tanggung jawabnya.
"Ok, saya akan membawa mbak ke rumah sakit. Ayo ikut saya."
Aris hanya pasrah saja, lebih baik ia menuruti keinginan gadis itu. Daripada nanti yang ada dirinya di masukkan ke penjara, ia tidak mau itu semua terjadi.
Aris segera berjalan masuk ke dalam mobil miliknya, di ikuti oleh Nayla di belakangnya. Nayla pun segera masuk ke dalam mobil, ia sudah ingin duduk di sebelah kursi lelaki itu. Tapi Aris mencegah gadis itu untuk tidak duduk di samping dirinya.
"Pindah."
Aris meminta gadis itu untuk pindah tempat duduknya, agar dia tidak duduk di sebelah kursinya.
"Kenapa, Pak?" Nayla mendongakkan kepalanya, menatap lelaki itu dengan heran.
"Kamu tidak dengar, pindah tempat duduknya." Aris menatap tajam ke arah Nayla, membuat gadis itu membantah ucapannya.
"Memangnya kenapa, Pak? Saya hanya ingin duduk di sebelah Bapak saja."
Mengapa dirinya tidak di perbolehkan untuk duduk di sebelah lelaki itu, padahal tempat duduknya sama saja tidak ada yang beda.
"Kursi itu khusus untuk istri saya saja, lebih baik kamu duduk di belakang. Bukannya kursi di belakang masih luas."
Aris menjelaskan kepada Nayla, bahwa kursi yang dia tempati itu. Khusus untuk istrinya saja, tidak ada yang boleh menduduki kursi itu selain istrinya sendiri.
"Iya deh, Maaf."
Dengan tarikan nafasnya, Nayla segera turun dari mobilnya. Lalu duduk di belakang lelaki itu saja.
Saat kami berdua tiba di rumah sakit, Aris segera keluar dari dalam mobilnya. Di ikuti oleh Nayla, berjalan masuk ke dalam gedung rumah sakit itu.
"Pak, tunggu saya. Kaki saya masih sakit tahu," tegur Nayla, berlari mengikuti lelaki itu dari belakang.
"Cepatkan langkahmu. Saya sudah tidak ada waktu lagi untuk meladeni kamu," tegas Aris, melihat ke arah belakang ternyata wanita itu masih berada di jauh.
"Iya maaf Pak," Ucap Nayla. Sudah mendekati lelaki itu dengan kakinya masih merasakan sakit.
Saat kami berdua sudah berada di dalam ruangan itu, Nayla segera di periksa oleh dokter. Tubuhnya di baringkan ke atas ranjang, dengan kedua kakinya membiru.
"Dok, periksa kaki dia. Apakah ada luka parah di bagian kakinya."
Aris sangat khawatir sekali, ia hanya takut wanita itu terluka. jika gadis itu terluka ia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
"Baik, Pak. Saya periksa dulu." Dokter itu sedang mengecek keadaan pasiennya, ternyata keadaannya pun baik-baik saja. Tidak ada yang perlu di khawatirkan lagi, hanya luka ringan di bagian kedua kaki pasien.
"Bagaimana, Dok." Aris masih penasaran dengan keadaan gadis itu, apakah keadaannya itu baik-baik saja. Jangan sampai terluka kedua kakinya terluka parah.
"Kedua kaki pasien baik-baik saja. Hanya saja kakinya membiru," Ucap Dokter. Saat sudah mengecek keadaan pasiennya.
"Lalu bagaimana caranya, agar kaki dia segera sembuh total?" tanya Aris. Ia ingin gadis itu segera sembuh, agar tidak merasa bersalah lagi.
"Kedua kakinya hanya perlu di urut saja, bapak bisa membawa pasien ke tukang urut," jawab Dokter itu sambil tersenyum.
"Baik Dok, terima kasih. Kalau begitu kami permisi dulu," ucap Aris, segera menarik pergelangan tangan milik Nayla.
Nayla dan Aris sudah keluar dari ruangan itu, Aris pun segera melepaskan pergelangan tangannya.
"Saya sudah membawa kamu ke rumah sakit. Sekarang, saya ingin pulang ada urusan penting yang harus saya urus."
Aris sudah ingin pulang saja, ia masih banyak urusan yang lebih penting dari gadis itu. Tapi, wanita itu menghalangi dirinya untuk tidak pergi dari tempat ini.
"Tunggu dulu, Pak. Masalah kita masih belum selesai,"
Nayla melihat lelaki itu sudah ingin pergi, ia segera menarik pergelangan tangannya saja agar lelaki itu tidak pergi lagi.
"Apa lagi? Bukankah saya sudah tanggung jawab mengantarkan kamu ke rumah sakit."
Aris menatap wajah wanita itu dengan tatapan datar, mengapa wanita itu selalu menghalangi dirinya saja. Bukankah urusan dirinya dengan dia sudah selesai, lalu untuk apa lagi dia memanggil dirinya.
"Iya tahu, tapi gara-gara Bapak kaki saya terluka. Saya jadi tidak bisa mencari pekerjaan lagi."
Nayla menatap tajam ke arah Aris, ia meminta pada lelaki itu untuk bertanggung jawab. Ia hanya ingin Aris menghidupi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Gara-gara lelaki itu dirinya jadi tidak bisa mencari pekerjaan lagi.
"Lalu apa urusannya sama saya?"
Aris mengerutkan keningnya, menetap wanita itu dengan heran. Apa urusan dirinya dengan wanita itu, padahal ia pun sudah bertanggung jawab dengan perbuatannya.
"Masih tanya? Bapak itu harus bantu saya mencari pekerjaan juga."
Nayla merasa sangat kesal sekali, mengapa lelaki itu masih saja tidak sadar juga.
"Ok, gini saja. Saya mempunyai perusahaan besar, kamu bisa bekerja di tempat perusahaan milik saya saja," fikir Aris, kebetulan sekali di tempat perusahaan miliknya masih ada lowongan pekerjaan lagi. Jadi, wanita itu bisa bekerja di tempat perusahaannya.
"Wah, serius."
Nayla sangat terkejut, ia tidak percaya jika lelaki itu meminta dirinya untuk bekerja di tempat perusahaan miliknya saja.
"Iya, saya sedang serius."
Aris menatap wajah gadis itu dengan datar, ia sama sekali pun tidak pernah menampakkan senyumannya.
"Terima kasih, Pak."
Nayla sangat bahagia sekali, sangking bahagianya ia langsung memeluk lelaki itu dengan erat. Membuat Aris merasa sangat risih, ia tidak terbiasa di peluk oleh wanita lain. Selain hanya istrinya saja.
"Jangan peluk-peluk saya."
Aris langsung melepaskan pelukannya, ia tidak suka dipeluk-peluk seperti itu. Apa lagi dirinya berada di tempat umum seperti ini.
"Maaf, Pak. Saya senang banget soalnya."
Nayla jadi merasa bersalah, padahal ia hanya merasa bahagia saja. Sama sekali pun tidak ada bermaksud apa-apa lagi.
Dari kejauhan ada seorang perempuan tidak sengaja melihat suaminya sedang bersama wanita lain. Perasaannya pun sangat sakit sekali, Ia segera menghampiri mereka berdua untuk memarahi suaminya saja.
"Mas Aris," ucap Maira, saat sudah mendekati suaminya.
"Maira?" ujar Aris.
Aris sangat terkejut sekali, melihat istrinya tiba-tiba saja datang. Dirinya sudah seperti ketahuan selingkuh saja, padahal dirinya pun tidak pernah selingkuh.
"Jadi, kamu selingkuh dari .aku Mas." Maira melototkan kedua matanya, ia masih tidak menyangka jika suaminya.
"Siapa yang selingkuh? Perasaan hanya peluk dia saja deh." gumam Nayla, menatap wanita itu dengan penuh heran. Ia masih bingung dengan ucapannya, bagaimana mungkin dirinya akan selingkuh dengan lelaki kaya seperti Aris. Lagi pula, Aris mana mau selingkuh dengan gadis kampung seperti dirinya.
"Aku lihat kamu berpelukan dengan dia. Kamu tega banget sih sama aku Mas," tuduh Maira, ia melihatnya dengan kedua matanya sendiri. Sudah jelas suaminya itu memang selingkuh dengan perempuan di hadapannya ini.
"Kalau iya kenapa? Bukankah kamu selingkuh juga di belakang saya, bukan kamu saja yang bisa selingkuh. Tapi saya juga bisa selingkuh di belakang kamu."
Aris menatap istrinya dengan tatapan tajam, ia tidak mau kalah istrinya saja bisa selingkuh di belakang dirinya. Aris pun juga bisa selingkuh dengan wanita lain.
"Mas, aku ini hanya cinta sama kamu. Aku tidak pernah ingin selingkuh dari belakang kamu," jelas Maira, ia berpura-pura mencintai suaminya. Padahal ia sama sekalipun tidak mencintainya.
"Sudah lah, lebih baik urusi saja urusan masing-masing. Ayo, sayang kita pulang." Aris segera merangkul bahu wanita di sampingnya, ia ingin membawa gadis itu dari tempat ini.
Aris pun sudah lelah menghadapi sifat istrinya, mau istrinya selingkuh juga. Ia sama sekali tidak peduli lagi, sejak kejadian itu ia sudah tidak ingin ikut campur dengan urusan istrinya lagi.
"Tapi, Pak." Nayla menatap lelaki dengan penuh heran, mengapa dia tiba-tiba begitu baik.
"Kaki kamu masih sakit lebih baik aku antarkan kamu pulang," tegur Aris, ia ingin membuat istrinya cemburu. Tapi istrinya pun sama sekali tidak cemburu, memang benar dia tidak mencintai dirinya. Kalau memang isterinya mencintai dirinya, pasti akan menahan dirinya untuk tidak pergi dari tempat ini.
"Heh iya, makasih." Nayla segera dibawa oleh lelaki itu, Aris hanya ingin mengantarkannya pulang saja sebagai tanda terima kasih juga.
"Wanita itu siapa sih, berani-beraninya dekat dengan Mas Aris." gumam Maira, menatap punggung mereka yang sudah jauh pergi dari tempat ini.
Maira tidak akan membiarkan wanita itu semakin dekat dengan Aris. Jika wanita itu selalu berdekatan dengan suaminya, ia jadi tidak bisa mengambil harta warisan milik suaminya.
Nayla sudah diantarkan pulang oleh Aris. Saat sudah di depan rumahnya, Nayla segera turun dari mobil itu. Aris pun juga ikut turun dari mobil miliknya. Di depan rumah sudah ada Abang Nayla yang sedang menunggu adiknya pulang.
"Dari mana aja kamu?" tegur Bang Riko dengan tatapan tajamnya. Rasanya sudah ingin marah saja, tapi ia harus menahan emosinya jangan sampai membuat Adiknya jadi marah.
"Emm… tadi aku lagi cari kerjaan jadi agak lama deh Bang," kata Nayla, kedua jarinya gemetar sangat gugup sekali. Ia takut dimarahi oleh Abangnya, seperti waktu itu lagi.
"Sudah berapa kali Abang bilang, kamu nggak perlu cari kerjaan lagi. Biar Abang akan yang akan mencari pekerjaan, kenapa masih bantah ucapan Abang sih!" jelas Bang Riko, mengapa Adiknya ini sangat keras kepala sekali. Padahal ia sudah pernah bilang dengan adiknya. Jangan kemana-mana, jaga ibunya saja di rumah.
"Maaf Bang." Nayla hanya menundukkan kepalanya saja tak bisa berkata apa-apa lagi.
"Lelaki itu siapa?"
Bang Riko melihat lelaki itu yang sedang berdiri di samping Adiknya. Menatap lelaki itu dari bawah sampai atas, pakaiannya pun begitu sangat rapi sekali. Sepertinya lelaki itu berasal dari orang kaya.
"Perkenalkan saya pacarnya." Dengan beraninya Aris mencium tangan lelaki itu. Sambil mengenalinya, bahwa dirinya ini adalah kekasih dari Adiknya sendiri.
"Pacar? Sejak kapan kamu pacaran dengan dia Nay."
Bang Riko mengerutkan keningnya, masih bingung dengan ucapan dari lelaki itu. Bagaimana mungkin Adiknya itu berpacaran dengan lelaki lain. Sedangkan dirinya saja selalu menjaga Adiknya dengan penuh ketat sekali.
Nayla sangat terkejut saat Aris mengatakan seperti itu dengan Abangnya. Sejak kapan dirinya berpacaran dengan lelaki itu. Sedangkan dirinya saja baru bertemu dengan Aris satu kali saja.
"Kenapa dia bilangnya pacarnya sih, Bang Riko jadi salah paham 'kan." gumam Nayla, dalam hatinya penuh bertanya-tanya.
"Saya sama dia sudah 1 tahun pacaran," ucap Aris dengan yakin, bahwa dirinya pernah berpacaran dengan Nayla sudah 1 tahun.
"Oh, sudah lama yah." kata Bang Riko hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja.
"Maaf Bang, saya pulang dulu ada urusan penting. Permisi," ujar Aris, ia berpamitan dengan Riko karena ada urusan penting yang harus diselesaikan hari ini juga.
Aris segera masuk ke dalam mobilnya, melaju cepat keluar dari lingkungan rumahnya. Sedangkan Nayla masih berdiri di hadapan Abangnya sendiri.
Nayla hanya takut, jika Abangnya itu akan memarahi dirinya. Hanya karena masalah itu saja, padahal dirinya tidak berbuat apa-apa. Berpacaran dengan lelaki itu saja belum pernah, baru juga kami bertemu saat tadi.
Bang Riko menatap Adiknya dengan sangat datar. Ia masih tidak menyangka Adiknya itu sudah berpacaran dengan lelaki itu, secara diam-diam tanpa sepengetahuan dirinya.
Nayla sudah ingin melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Tapi Bang Riko memanggil nama dirinya, sepertinya ia akan mendapatkan masalah lagi dan lagi.
"Mau kemana kamu?" tegur Bang Riko, melihat Adiknya sudah ingin masuk ke dalam rumah. Langsung saja memanggilnya karena ada yang harus ia bicarakan dengan Adiknya itu.
"Aku mau ke kamar dulu Bang," ucap Nayla, kedua kakinya gemetar seperti tidak bisa bergerak lagi saat Abangnya itu memanggil dirinya.
"Ada yang ingin Abang bicarakan sama kamu," jelas Bang Riko membuat Nayla semakin gugup. Ia takut dimarahi oleh Abangnya lagi, cukup kemarin saja membuat dirinya sakit. Saat Abangnya itu mengurung dirinya di dalam kamar mandi.
"Emm… bicara apa Bang?" tanya Nayla, dengan tatapan bingung melihat Abangnya seperti ini.
"Abang sudah bilang sama kamu untuk tidak berdekatan dengan lelaki lain, biar Abang saja yang akan mencari calon suami. Apakah kamu tidak ingat kejadian dulu Hah?" jawab Abian, sudah berapa kali dirinya mengatakan pada Nayla untuk tidak berhubungan dengan lelaki lain. Bukankah dirinya sudah bilang dengan Adiknya, agar dirinya saja yang akan mencari calin suami untuk Adiknya.
Apakah Nayla masih tidak ingat kejadian 2 tahun yang lalu. Dimana dirinya ini diselingkuhi oleh kekasihnya sendiri, sampai-sampai Abian menghajar lelaki itu habis-habisan.
Bagaimana bisa lelaki itu mengkhianati Adiknya, bukankah Abian sudah pernah bilang dengan kekasih Adiknya untuk tidak menyakiti perasaannya saja. Lalu mengapa lelaki itu begitu tega mengingkari perkataannya sendiri.
Mulai saat ini Abian harus benar-benar menjaga Adiknya, agar tidak ada lelaki yang berani menyakiti perasaan adiknya lagi. Ia tidak ingin Adiknya mengurung diri di dalam kamarnya itu, hanya karena memikirkan lelaki itu saja.
"Tapi Bang… Aku juga ingin mencari calon suami sesuai kriteriaku saja," sahut Nayla, ia hanya ingin dirinya saja yang akan mencari calon suami. Ia paling tidak suka jika ada orang yang terlalu umur campur dengan urusan dirinya.
"Abang hanya tidak mahu kejadian di waktu itu terulang lagi," kata Abian, mengapa Adiknya itu tidak mengerti dengan ucapan dirinya ini.
Abian bukan ingin melarang Adiknya untuk berdekatan dengan lelaki lain, tapi jika Adiknya berdekatan dengan lelaki lain akan menimbulkan perasaannya.
Saat Adiknya sudah jatuh cinta dengan lelaki lain. Adiknya pasti akan sulit melupakan lelaki itu, apalagi jika lelaki itu berselingkuh dengan perempuan lain seperti kejadian saat itu.
"Iya, aku paham kok. Tapi aku juga nggak suka dikekang seperti ini sama Abang," ucap Nayla, ia pun paham apa yang dikatakan oleh Abangnya sendiri. Tapi dirinya juga ingin mencari pendamping hidup sesuai dengan kriterianya sendiri.
"Abang melakukan semua ini demi kebaikan kamu juga, Abang takut kamu salah pilih salah pandangan lagi." Abian terus-terusan melarang Adiknya, membuat Nayla menutup kedua telinganya enggan mendengar suara Abangnya sendiri.
"Terserah Abang saja aku capek," ucap Nayla, berjalan buru-buru masuk ke dalam rumahnya sudah yang ingin mendengar perkataan dari Abangnya lagi. Ia sudah sangat kesal sekali dengan Abangnya yang tak pernah mengerti perasaan dirinya ini.
"Nay tunggu, Abang belum selesai bicara kamu…" Abian melihat Adiknya sudah masuk ke dalam rumahnya, dengan langkah buru-buru.
Aris yang sudah sampai berada di depan rumahnya, memarkirkan mobilnya terlebih dahulu. Setelah itu ia keluar dari dalam mobil miliknya sendiri, ia melihat di depan rumahnya sudah ada istrinya yang sedang menunggu dirinya pulang ke rumah.
Aris menatap perempuan itu dengan tatapan datar dan dingin. Sedangkan Maira memasang wajah tersenyum seakan ia tidak mempunyai masalah apapun dengan suaminya sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!