Tahun 1990-an di Aceh Tengah (Gayo)
Kecamatan Danau Laut Tawar
Desa Pedemun
"Nak... Mau cari yang bagaimana lagi?"
Ucap wanita paru baya yang kini duduk di ujung ranjang menatap putrinya yang sudah ke sekian kalinya menolak lamaran.
"Ma'af Mak..." Tunduk Zahara, mendengar keluhan ibu-nya.
Karna ini sudah ketiga kalinya Zahara menolak lamaran dari pria yang berbeda, entah apa yang dicarinya. Padahal dari ketiga pria itu semua berasal dari keluarga yang lumayan berada, bahkan salah satunya seorang juragan kopi yang memang sangat kaya di kecamatan itu.
Bukan-nya Zahara tidak ingin menikah, dia tentu sangat ingin menikah Seperti wanita biasa pada umumnya. Tapi, melihat ibu-nya berkelahi dengan ayahnya yang berujung pada perceraian membuat-nya sulit untuk membuka hati dan melakukan sebuah pernikahan.
Dalam pikirannya pernikahan tidak lebih dari sebuah hubungan yang mendatangkan penderitaan. Ayah-nya kerap kali memukuli ibu-nya didepan matanya sendiri tanpa memikirkan bagaimana mental dan perasaan-nya.
Ibu-nya tak pernah menangis atau berkeluh kesah pada Zahara, dengan bibir yang lebam dan tangan yang bergemetar ibu-nya terus memeluk erat Zahara menggunakan tubuhnya untuk melindungi anak semata wayang-nya itu dari pukulan yang terus-menerus meluncur ke punggung ibu-nya tanpa henti.
Bayangan tentang bagaimana ibu-nya diperlakukan dahulu membuat-nya takut untuk memulai sebuah hubungan pernikahan. Dia takut membuat ibu-nya malah akan menjadi lebih sedih jika hal yang pernah dideritanya kini menimpa putrinya kembali.
Hidup berdua dengan ibu-nya sudah jauh lebih baik, dia tidak perlu menikah, dia hanya ingin bahagia disisa hidupnya berdua bersama dirumah reyot dengan kayu usang ini, itu semua sudah jauh lebih dari cukup, Zahara sudah bahagia dia tidak meminta apapun lagi.
Disatu sisi, dua bulan yang lalu dia baru saja tamat belajar kitab ianat -tholibin dari pesantren yang sudah dia diami selama 7 tahun.
Bagi wanita, belajar sampai kitab ini sudah lebih dari cukup karnanya Zahara memilih untuk tidak melanjutkan mengaji kembali, dia ingin menemani ibunya. Oleh karna itu, Zahara masih tidak ingin menikah dia akan dibawa kerumah suaminya nanti. Ibunya pasti akan sendirian dia tidak tega membiarkan ibunya kesepian.
Zahara keluar dari kamar menuju ruangan tamu yang beralaskan tikar sederhana, untuk membersihkan bekas gelas minum para tamu yang hendak melamarnya barusan. Bergegas untuk mencucinya.
Sepintas dia melirik dari balik kayu rumah yang berlubang mendapati ibu-nya yang sedang mencabuti satu persatu daun kangkung yang terletak dibelakang rumah. Punggung ibu-nya bergetar hebat sambil mencabuti satu persatu kangkung itu dengan tenaga yang tidak seberapa.
Zahara hanya diam membisu, dia tau ibu-nya sedang menangis tapi lebih memilih menyembunyikan dari-nya. Dengan hati yang penuh merasa bersalah, Zahara mencuci satu persatu piring dan gelas yang ada didepan-nya tanpa meninggalkan suara. Perlahan tanpa dia sadari ada tetesan bening yang lolos keluar membasahi pipi-nya. Zahara tidak memperdulikan-nya, dia hanya terus mengerjakan aktifitas-nya tanpa henti meski air mata-nya kini semakin deras mengalir.
Dengan nafas yang masih terengah-engah Zahara menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya berusaha menghilangkan jejak rasa sedihnya barusan.
"Nak" Panggil ibu Zahara dari balik pintu kamar mandi.
Segera Zahara bergegas menemui ibunya dari kamar mandi "Iya Mak" Ucap Zahara.
Dilihatnya sebuah keranjang yang lumayan besar dipegang ibu-nya sudah penuh dengan kangkung. Tanpa banyak tanya Zahara langsung mengambil alih keranjangnya dan menuju kamar mandi lagi untuk mencuci kangkung itu agar lebih kelihatan segar saat dijual nanti.
Dengan telaten Zahara mencuci kangkung sembari mengikat-nya menggunakan karet dan menyusun-nya rapi di atas goni putih usang. Tidak perlu menunggu waktu yang lama Zahara kini sudah selesai dengan aktifitas-nya.
"Assalamu'alaikum... Zahara" Teriak seseorang dari depan memanggil Zahara.
"Waalaikum salam... Nak" Ucap ibu Zahara sambil melihat siapa yang memanggil
"Zahara di belakang nak" Ucap ibu-nya Zahara setelah melihat siapa yang datang dan mempersilakan masuk.
Dia adalah Salma, sahabat Zahara dari kecil, mereka tamat bersama dari pesantren yang sama. Setiap hari Salma akan datang kerumah Zahara untuk berangkat bersama-sama ke pasar.
"Zahara" Tegur Salma ketika sudah sampai didepan kamar mandi.
Seketika Zahara menoleh kebelakang melihat orang yang memanggil namanya " Salma?! " Zahara terkejut melihat Salma yang berdiri didepan-nya keheranan melihat Salma yang tidak seperti biasanya, pasal-nya baru kali ini Salma datang begitu cepat dari biasanya.
Masih pukul dua sore, satu jam lagi baru menuju angka pukul tiga, Salma satu jam lebih cepat dari biasanya, Zahara melihat Salma dengan tatapan heran dan mengernyitkan alisnya tanda tanya.
Salma hanya tersenyum sok manis ketika melihat tatapan Zahara padanya
"Masih lama? " Ujar Salma tanpa menjawab keheranan dari Zahara.
"Enggak sih... Tapi kok kamu tumben cepat? " Tanya Zahara seraya membersihkan sisa-sisa tanah dilantai dari kangkung yang dia bersihkan barusan.
"Enggak ada kok... Aku cuman mau cepat aja" Kata Salma mengelak.
"Aneh kamu" Zahara sedikit tertawa karna tau Salma sedang berusaha menutupi sesuatu dari-nya.
Salma berdecak seketika karna dia tau, Zahara adalah orang yang tidak bisa dia bohongi.
"Ya udah, kamu cepat lah... Aku mau cerita nanti dijalan" Ucap Salma pasrah sambil memilin ujung jilbab panjangnya.
Zahara hanya tertawa kembali melihat tingkah dari sahabatnya yang satu ini tanpa mengatakan sepatah katapun dan tetap fokus menyelesaikan perkerjaan-nya.
Setelah Zahara siap dengan urusan kangkung-nya dia bergegas ke kamar untuk mengganti baju yang lebih rafi.
Zahara telah siap mengganti baju dan mendapati Salma yang duduk bersama ibu-nya, ntah apa yang mereka ceritakan.
Melihat Zahara yang keluar dari kamar Salma langsung melihat kearahnya dan berhenti bercerita.
"Kita berangkat yuk" Ajak Zahara pada Salma.
"Ayo" Ujar Salma bergantian melihat kearah Zahara dan ibu Salma sembari tersenyum.
Tak lupa Zahara menghampiri ibu-nya dan bersalaman sebelum keluar dari rumah, begitu juga dengan Salma.
"Kami pergi ya Mak" Ucap Zahara sambil mengambil sebuah tas hitam yang digantung dipapan.
"Kami pergi buk" Ucap salma juga sambil melangkah keluar.
"Iya... Hati-hati ya nak" Ucap Ibu Zahara lembut sambil tersenyum tipis pada mereka berdua.
Zahara dan Salma melangkah keluar menuju dua sepeda yang sudah diparkir disamping rumah-nya. Salma membantu Zahara memasukkan satu-persatu kangkung kedalam keranjang yang terletak di belakang sepeda dengan hati-hati tanpa mengajak berbicara agar lebih cepat.
Setelah selesai, mereka mulai berangkat dan mengayuh sepeda menuju pasar untuk mengantar sayuran yang akan mereka jual ke salah satu juragan sayur oleh masyarakat sering disebut dengan toke.
Zahara dan Salma terus mendayung sepedanya dengan perlahan berdampingan kearah pasar dengan sayur kangkung yang di bawa Zahara dan sayur bayam yang dibawa Salma.
"Zahara" Salma membuka percakapan
Zahara hanya berdehem pelan tanda mendengarkan
"Tadi yang datang siapa? " Tanya Salma penasaran
Tebakan Zahara benar, Salma datang lebih cepat dari jam janji pasti karna ingin menanyakan masalah tadi.
"Bukan siapa-siapa" Jawab Zahara pelan
"Ahhh bohong kamu Zahara... Itu mereka mau ngelamar kamu kan? " Tanya-nya cepat tanpa basa-basi karna jawaban Zahara tidak memuaskan-nya.
"Lah itu tau... Kok nanyak? " Jawab Zahara dengan sedikit tertawa melihat reaksi Salma.
"Ihhhh Zahara" Ujar Salma dengan nada kesal.
Zahara sama sekali tidak merasa bersalah dia malah terus tertawa lepas melihat kekesalan dari wajah Salma dan berlalu meninggalkan-nya.
Salma yang didahului oleh Zahara langsung dengan cepat mengejar-nya agar tidak tertinggal.
"Kok kamu tertutup gitu sih sama aku Zahara? .... Kamu ga mau cerita apa-apa sama aku ya? " Kali ini Salma sudah sangat benar-benar kecewa.
Mendengar nada bicara salma yang sudah berubah, Zahara menatap kearah Salma sembari mengayuh sepeda-nya. Melihat ekspresi Salma yang serius dengan perkataan-nya, Zahara akhirnya memilih untuk buk suara soal kejadian tadi
"Aku dilamar sama juragan kopi kampung sebelah sal" Ucap-nya dengan nada pasrah
" Ha? Beneran? Juragan kopi? " Kata Salma memastikan kembali perkataan yang baru dia dengar.
"Iya" Kata Zahara sembari mengangguk pelan.
Zahara berhenti mengayuh sepeda begitu juga Salma, karna mereka sudah tiba didepan tempat penjualan sayur.
"Terus... Kamu terima kan?" Tanya Salma kembali sambil memarkirkan sepeda-nya di samping di deretan sepeda.
"Enggak sal... Aku belum mau menikah" Ucap Zahara sembari memandang Salma lesu.
"Lah kok kamu gak terima sih Sal, juragan kopi ya pasti kaya, banyak duit, kamu pasti hidupnya senang, gak perlu susah-susah jualan kangkung kayak gini lo sal" Ucap Salma cerewet sembari memegang kangkung yang sedang Zahara bawa di dalam goni.
"Enggak aja sal... Belum siap" Kata Zahara memperbaiki kangkung yang sudah di acak-acaki Salma barusan dengan terus berjalan cepat menuju tempat penjualan sayur meninggalkan Salma yang sangat ribut
" Lo enggak kenapa Sal...Kamu mau jadi perawan tua? " Teriak Salma didepan khalayak ramai berhasil membuat Zahara menghentikan langkah-nya karna suara Salma yang sangat keras, membuat semua mata tertuju pada -nya.
Dengan cepat Zahara berbalik kembali menghampiri Salma agar berhenti bicara
"Lah kamu kenapa? " Salma kembali me nyerocos dengan mulutnya yang kecil.
Zahara yang merasa malu langsung menggandeng Salma menepi sebentar dan menutup mulutnya agar berhenti berbicara.
"Aku gak bisa napas Zahara" Ucap Salma setelah berhasil menepis tangan Zahara dari mulut-nya.
"Kamu diem dulu... Nanti aku cerita" Ucap Zahara mencari cara agar mulut Salma berhenti sejenak berbicara.
"Ya sudah" Ucap Salma sembari tertawa puas dan melangkah ke arah juragan sayur-sayuran.
"Ini pak 15 kilo" Salma memberikan goni berisi bayam untuk diserahkan ke juragan sayur.
" Ini " Juragan sayur memberikan uang sebesar 15.000.
"Gak dilebihin lagi ini pak?... Masak cuman segini, aku kerjanya capek-capek lo ini pak" Salma terus meminta-minta agar dilebihkan
Zahara hanya tertawa melihat tingkah teman-nya ini, ya begitulah dirinya sangat cerewet dan perhatian, Salma asli suka Gayo tapi karna sudah 7 tahun lama-nya hidup di pengajian yang sebagian santri adalah suku Jawa, jadi ada kala-nya Salma terkadang ketika berbicara menggunakan logat Jawa.
"Nah gitu dong" Kata Salma tersenyum setelah mendapatkan uang 1000 rupiah sebagai tambahannya.
Zahara tersenyum melihat Salma yang tersenyum juga.
"Ini pak 15 kilo juga" Zahara menyerah-kan goni nya ke juragan
"Ini nak" Juragan itu memberi uang 16.000 juga kepada Zahara
Zahara tersenyum kepada juragan itu dan dibalas senyum balik, tak lupa Zahara mengucapkan terima kasih
"Dapat berapa kamu? " Tanya Salma
"Ini" Kata Zahara menunjukkan upah yang dia Terima barusan
"Ati ko turah berpong orom jema lagu aku (Nah makanya kamu harus berteman sama orang kayak aku) " Jawab Salma dengan bahasa Gayo yang kental.
Zahara tertawa mendengar ucapan Salma yang memang ada benar-nya juga.
Salma dan Zahara menuju pasar dahulu sebelum pulang untuk membeli perlengkapan dapur dengan berjalanberjalan kaki karna letak antara tempat juragan sayur tidak begitu jauh dengan tempat perbelanjaan.
Sembari berjalan Salma kembali mengungkit masalah Zahara yang baru saja mereka bicarakan.
"Zahara ayo dong... Kamu cerita, kenapa berulang kali nolak lamaran orang" Tanya Salma kembali di tengah perjalanan
"Kamu tau kan Sal... Aku udah berulang kali bilang sama kamu, aku masih trauma sama hubungan yang namanya pernikahan, aku takut apa yang terjadi sama ibuku juga terjadi sama aku" Papar Zahara dengan jelas agar Salma berhenti bertanya
Salma langsung terdiam, mendengar penuturan Zahara merasakan pilu di hatinya melihat teman seperjuangannya ini terus saja merasa seperti terbayang-bayabg oleh masa lalu. Tapi, mau sampai kapan Zahara akan tetap seperti ini, tetap menghindar dan tak mau memulai kehidupan yang lebih baik.
"Mampir kesini dulu Zahara... Aku lapar" Salma langsung menggandeng Zahara tanpa persetujuan-nya ke tempat mie sop ayam.
Zahara hanya mendengus sambil Menggeleng-gelengkan kepalanya pelan
"Udah jangan kesal gitu, lagian kita kan dapat lebih uang tambahan" Sambung Salma dengan senyuman kecut-nya.
"Buk mie sop ayam dua, teh manis dinginnya dua ya" Pesan Salma
"Iya nak, tunggu ya"
"Iya buk" Ucap mereka bersamaan
"Zahara... " Sapa Salma dengan lembut ingin berbicara dengan serius.
"Iya? " Jawab Zahara dengan wajah yang serius juga.
"Aku tau kau mungkin tidak akan mau mendengarkan aku, tapi cobalah untuk mendengarkan aku dulu" Ucap Salma
Zahara yang melihat perubahan perilaku Salma mencoba untuk mendengarkan perkataan Salma. Zahara tidak menjawab dia hanya mengangguk pelan tanda setuju
"Zahara.... Aku mengerti segala luka yang telah kau alami, tanpa kau cerita akh sudah tau bagaimana kehidupan-mu sejak dulu, kita sudah berteman sejak kecil" Ucapan Salma terputus karna kedatangan mie sop di meja kayu mereka.
"Ini mie sop ayam nya nak" Ibu penjual meletakkan mie sop ayam dan teh manis dengan telaten diatas meja dengan sambal, saos, dan kecap diatas meja.
"Iya buk" Ucap mereka bersamaan dan tak lupa mengucapkan terima kasih
Salma melanjutkan ucapannya
"Aku tau kau trauma dan sulit membuka diri untuk memulai hubungan ini, tapi kau harus tau Zahara, meski tidak semua lelaki itu baik, kau harus mencoba untuk melangkah ke masa dan meninggalkan segala keraguan dan trauma mu dimasa lalu, kamu mau sampai kapan seperti ini? "
Zahara hanya mendengarkan kata sepatah kata dari Salma dengan diam dan tidak memegang sama sekali mie yang sudah berada di depan-nya. Sementara Salma terus berbicara sembari telaten membumbui mie sop-nya
"Jangan sampai orang yang kamu tolak lamarannya ternyata adalah jawaban-jawaban dari doa mu selama ini, aku beri tau Zahara, menolak lamaran itu boleh, tapi alangkah lebih baiknya setelah kamu melakukan sholat istikharah dan ta'aruf"
"Ingat jaman sekarang jarang ada orang baik jangan sampai yang kamu tolak itu ternyata pria yang sangat bagus akhlaknya" Ucap Salma sambil mengaduk-aduk kuah mie sop nya.
Melihat Zahara yang masih bengong Salma langsung menyuruh Zahara untuk makan.
"Udah... Nanti aja kamu pikirin lagi, makan dulu mie sop nya nanti keburu dingin" Salma menyadarkan lamunan Zahara dan menyuruhnya mulai memakan mie sop yang sudah ada di depan-nya.
"Iya sal" Zahara mengangguk dan mulai membumbui mie sop milik-nya.
"Ini uang-nya buk" Salma memberikan yang 2000 ke penjual mie sop mendahului Zahara.
"Makasih nak" Ucap penjual mie sop dengan senyuman yang sumringah seraya memasukkan uang itu ke plastik hitam yang bergantung disisi dinding diatas kompor.
"Kamu bayarin punya aku Sal? " Tanya Zahara memastikan dengan muka sedikit tertawa geli.
Tumben-tumbennya Salma mau mengikhlaskan uang -nya itu kepada Salma.
"Ya gapapa .... Lagi pengen aja" Ucap Salma dengan mata yang melihat kesana-sini tanpa arah, terlihat dia sedikit kikuk.
"Makasih ya Salma.... Nanti-nanti aku gantian bayarin makan kamu" Ucap Zahara dengan senyum yang manis dan melangkah keluar dari warung tadi dibarengi Salma.
Tangan mereka penuh dengan kresek kantong berisi perlengkapan dapur, dengan langkah pelan dan pasti mereka terus menyusuri jalan menuju parkiran sepeda.
Zahara merasa sedikit ganjal dan mencoba mengingat-ungat apa yang sebenarnya dia lupakan hingga membuat-nya tak nyaman begini,
Tiba-tiba saja langkah-nya terhenti teringat dengan sesuatu yang hampir saja mereka lupakan.
"Astaga Salma.... Kita belum shalat Ashar" Ucap Zahara yang juga lupa waktu
"Ya Allah iya... Kita cepat-cepat yuk Zahara.... Sholatnya dirumah saja" Ucap Salma kemudian melangkah dengan terburu-buru dibarengi Zahara yang berada di sisi-nya .
Matahari yang hampir terbenam menunjukkan hari sudah pukul 05.00 Wib Mereka tidak sadar sudah melewatkan shalat Ashar. Mereka terus berjalan dengan sedikit berlari agar tidak melewatkan shalat Ashar.
Zahara yang sedang fokus berjalan tiba-tiba dikejutkan dengan Salma yang tiba-tiba jatuh terpleset hingga membuat dirinya juga ikut terjatuh.
"Aduh... Sal, kok kamu gak hati-hati sih" Ketus Zahara sembari memegangi pinggangnya yang sakit.
"Jadi kotor kan" Ucap Zahara sembari melihat pakaian-nya yang sudah penuh dengan lumpur karna jatuh tepat di gumpalan-gumpalan tanah yang sudah terkikis akibat hujan tadi malam, belum lagi banyak-nya gerobak lewat disini membuat jalan-nya semakin parah.
"Sakit-nya... Zahara bantu dong" Ucap Salma ketika melihat Zahara sudah berdiri memunguti barang belanjaannya.
"Dasar" Ucap Zahara menahan kekesalannya pada Salma dan membantunya bangun dari sana.
"Sendal ku ini lo Zahara... Licin" Ucap Salma sembari menunjukkan sandal jepit yang sudah lusuh dan tipis pada Zahara.
Zahara mendehem tanda ya sudah dan pokus memunguti belanjaannya yang lolos keluar dari kantong plastik nya.
"Sini kak... Aku bantu" Tiba-tiba saja terdengar suara pria menghampiri dan membantu mereka dengan telaten.
"Terima kasih ya bg" Ucap mereka bersamaan kepada pria yang membantu mereka dengan pandangan yang tetap tertunduk.
"Iya... Sama-sama dek, hati-hati jalan-nya awas jatuh lagi" Nasihat nya sebelum pergi meninggalkan Salma dan Zahara
Pria itu kembali berjalan kearah grobak-nya meninggalkan Zahara dan Salma yang masih tertunduk berusaha menjaga pandangan.
"Ayok" Kalimat terakhir mereka dengar dan mulai berani melihat kearah pria tadi yang ternyata sedang berbicara kepada teman-nya yang sedang memegang grobak dan mulai mendorong grobak tersebut dengan pelan.
Merasa dipandangi, pria itu pun melihat sekilas ke araha dua wanita yang barusan dia bantu dan tersenyum sekilas melihat mereka.
Zahara dan Salma yang melihat mereka ketahuan melihat dari kejauhan langsung kembali tertunduk malu dengan bibir yang melengkung melihat senyum manis dari pria kekar berkulit coklat itu, dada bidang-nya tampak terlihat jelas karna kaos hitam lusuh yang sedang dipakainya berhasil membentuk dada-nya.
Zahara dan Salma yang masih larut-larut dalam perasaan yang girang langsung saja sadar, waktu ashar akan segera habis.
Dengan cepat mereka langsung berlari kembali menuju parkiran dan langsung naik setelah Menyusun barang didalam keranjang mereka.
"Tampan ya dia Zahara! " Ucap Salma tiba-tiba dengan kaki yang lincah mengayuh sepeda-nya
"Siapa? " Tanya Zahara dengan napas sedikit terengah-engah.
"Itu lo... Yang bantuin kita tadi" Ucap Salma kepada Zahara yang seolah lupa dengan kejadian barusan
"Oo.. Iya abang yang itu" Ucap Zahara sedikit jutek dengan wajah datar
"Iya Zahara... Kok kamu kayak gak peduli sih, padahal kamu tadi juga senyam-senyum" Celutuk Salma
"Iya senyum kan ibadah... Aku senyum karna dia juga senyum duluan tadi" Zahara menepis pikiran aneh dari otak Salma.
"Ibadah... Ibadah kepincut bilang" Ucap Salma dengan sedikit bercanda untuk melihat ekpresi Zahara
"Udah ahh" Ucap Zahara dan mendahului Salma agar tidak mendengarkan celutukan aneh-nya
"Kalau suka bilang ya Zahara... Biar aku kasih sama kamu aja" Teriak Salma dengan sedikit teriak seakan pria tadi sudah menjadi miliknya saja
Zahara hanya menggelang-gelengkan kepalanya pelan mendengar ucapan dari Salma dan terus mengayuh cepat sepedanya.
Sayup-sayup terdengar indah ditelinga Zahara suara ombak danau yang dikelilingi sawah dari pinggir jalan.
Zahara hanya tersenyum dan menghirup dalam-dalam udara sore hari itu, tiba-tiba saja terlintas dimata-nya senyuman pria yang barusan doa temui tadi, Zahara tersenyum kembali mengingat wajah, senyumam dan tubuh pria kekar tersebut.
"Astaghfirullah" Ucap Zahara menggelengkan kepalanya menyadarkan diri karna tiba-tiba membayangkan pria yang bukan mahram-nya itu.
Tak lama Zahara dan Salma sampai ke rumah mereka masing-masing yang memang bersampingan.
"Kenapa pulang-nya lama nak? " Tanya mamak kepada Zahara
"Iya mak tadi kami kelupaan" Ucap Zahara segera bergegas kedapur dengan kantong belanjaan dikedua tangannya lalu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Lah belum sholat ashar kamu Zahara?" Tanya mamak ketika melihat Zahara dengan tergesa-gesa memakai mukena.
"Belum mak" Ucap Salma dan langsung menunaikan sholat ashar.
"Alah-alah, padahal dipasar kan ada mushola" Ucap mamak sembari menggelang-gelengkan kepalanya.
Karna Zahara terlambat menunaikan shalat ashar, tidak menunggu waktu yang lama terdengar lah suara mengajak dari masjid tanda adzan maghrib akan segera berkumandang.
"Zahara.... Ke masjid yuk" Ajak Salma terdnegar dari balik pintu depan
"Tunggu" Zahara langsung bergegas dan tak lupa membawa Al-qur'an ditangannya.
"Ayok" Ucap Zahara pada Salma ketika keluar dari pintu, tak lupa juga dia berpamitan dengan ibu-nya sebelum pergi.
Inilah rutinitas yang biasa Salma dan Zahara lakukan tiap hari, saat sudah terdengar suara mengaji dari masjid, maka mereka akan cepat-cepat bergegas ke masjid, setelah shalat magrib sembari menunggu sholat isya mereka berdua akan mengajari anak-anak untuk mengaji.
"Assalamu'alaikum ustadzah" Suara anak-anak berlarian menyapa mereka berdua dengan malu-malu dan berlari kemasjid
"Waalaikum salam... Hati-hati jalan-nya" Ucap mereka berdua.
Letak masjid berada di ujung kampung searah dengan pasar. Tapi, kampung ini tidak begitu besar, jadi ke masjid tidak harus menggunakan sepeda. Salma dan Zahara hanya berjalan ke masjid dengan Al-quran dan sajadah ditangan mereka.
"Zahara lihat itu" Salma menggoyangkan lengan Zahara agar melihat kearah yang dia maksud. Zahara pun menoleh kearah yang Salma maksud tanpa menjawab.
Hati Zahara tiba-tiba berdesir hingga langkahnya terhenti dengan tatapan yang tercengang ketika melihat pria yang tadi dia temui di pasar. Ada rasa aneh dari dalam hati-nya, jantung-nya semakin berdebar ketika melihat pria itu tersenyum kearahnya dan berlalu meninggalkan mereka dengan sepeda butut dari arah pasar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!