NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikahi Tuan Muda (New Version Story Of Love By Accident)

Episode 1

Seorang wanita paru baya masuk ke dalam kamar seorang gadis yang masih bergelut dengan selimutnya, ia membuka tirai jendela dan membuat sinar matahari pagi masuk dan mengenai gadis tersebut.

Gadis itu perlahan membuka kelopak matanya dan mengumpulkan nyawanya.

"Ibu, aku masih mengantuk biarkan aku tidur lagi," ujarnya menarik selimut menutupi tubuhnya.

Wanita paruh baya itu membuka selimutnya, "enggak boleh, kau harus mandi sekarang kau sudah terlambat untuk sekolah," ucapnya.

"Aku tidak usah sekolah saja mending tidur Bu," jawabnya tanpa dosa.

"Baik kalau Katya tidak mau bangun dan sekolah Ibu akan menyiram dirimu pake air."

"No, jangan dong bu. Iya, ini aku bangun," ucap gadis tersebut.

"Cepat mandi dan sarapan, tuan dan Kevin sedang menunggumu."

Gadis yang baru saja bangun itu bernama Katya Angelina Wilson, ia memiliki rambut coklat panjang bergelombang, warna kulit putih seputih salju, dan bibir berwarna pink alami.

Wanita paruh baya barusan yang membangunkan Katya tadi adalah Wati seorang pengasuh sekaligus ibu angkat Katya dan ia juga yang mengurus rumah tangga keluarga Wilson sejak nyonya rumah tiada.

Katya beranjak dari tempat tidur nya dan menanggalkan piyamanya, ia masuk ke dalam kamar mandi, ia memilih menyikat gigi terlebih dahulu, lalu menghidupkan shower mengguyur tubuhnya dan jangan lupa ia memakai sabun mandi dan juga sabun wajah.

Setelah menghabiskan waktu 10 menit cuma buat mandi, dia memakai seragam sekolah nya dan merias diri sedikit dia tidak memakai make up, dia cuma memakai skincare yang menjadi rutinitas setiap kaum hawa.

"Perfect, Katya you are always beautiful," pujinya percaya diri.

Ia turun ke bawah dan bisa ia lihat papa dan adiknya sedang menunggu dirinya untuk sarapan.

"Morning papa," sapanya mencium pipi ayahnya.

"Morning my daughter," balas pria tersebut.

James Wilson seorang duda beranak tiga yang ditinggal mati oleh istrinya yang mengalami pendarahan ketika melahirkan putranya. Ia merupakan kepala pimpinan rumah sakit tempat ia melakukan praktek.

"Morning kakak," sapa adiknya.

Kevin Aprilio Wilson berumur 7 tahun, ia memiliki bulu mata yang lentik dan wajah imut yang membuat siapapun gemas dengan dirinya.

"Pagi juga Kevin," balas Katya.

Ia duduk di bangku dan Wati menghidangkan sarapan untuk Katya dan Kevin, mereka makan dalam keadaan hening cuma terdengar suara dentingan garpu dan sendok.

Katya menyelesaikan sarapannya begitu cepat, ia meminum jus strawberry yang dibuat ibu asuhnya, Kevin juga sudah selesai.

"Papa, kami sudah selesai. Kami pamit ke sekolah," ucap Katya mencium punggung tangan ayahnya.

"Hati-hati sayang, bilang ke pak Jay bawa mobilnya jangan ngebut," balas James mengecup kening putrinya.

Kevin juga melakukan hal yang sama dengan Katya bedanya ia mengecup pipi ayahnya, dan James membalasnya dengan mencium pipinya yang bulat.

Mereka melangkahkan kakinya keluar, mobil sudah disiapkan oleh supir, mereka naik dan mobil berjalan meninggalkan pekarangan rumah.

Mereka pergi ke sekolah Kevin terdahulu, setelah 45 menit sudah tiba di depan gerbang sekolah.

Kevin mengucup pipi kakaknya, "bye kak," pamitnya lalu turun.

"Hati-hati Kevin," ucap Katya melambaikan tangannya.

"ayo pak, jalan," perintah Katya.

Supir menggerakkan kembali mobil itu, dalam perjalanan ke sekolah Katya sering memandang jendela yang menampilkan pemandangan orang-orang berlalu lalang di jalanan.

"Nona, udah sampai," ucap supir.

Katya mendengar itu langsung saja turun dari mobilnya, bisa ia lihat banyak murid-murid berkeliaran di sekitarnya.

Bisa Katya lihat di gerbang kedua temannya sedang menunggunya. Ia langsung berjalan menghampiri mereka berdua.

Teman-teman Katya bernama Namanya Zahra Pricilla memiliki kaki begitu jenjang karena tingginya 175 cm, ia paling tinggi di antara mereka dan dia memiliki kulit yg eksotis dan rambut lurus sebahu.

Auristela Allisya gadis yang memiliki gaya hampir mirip laki-laki karena gaya rambut bob, dan hidung mancung layaknya seluncur.

"Morning bro," sapa Katya merangkul pundak keduanya.

"Pagi juga kat," balas mereka kompak.

"Kalian ada ngerasa tegang enggak?" tanya Zahra mengipas rambutnya.

"Enggak ada, kenapa?" tanya Auris balik.

"Kalian berdua gak ada rasa tegang, kok bisa?" celetuk Zahra.

"Buat apa tegang, ujian ini pasti mudah," balas Katya percaya diri.

"Kau belajar semalam?" tanya Zahra.

"Iya, aku belajar semalam bagaimanapun ini ujian penentuan kelulusan kita," papar Katya.

Zahra mengangguk kepalanya dan memandang Auris dengan tatapan mengintimidasi.

"Kenapa?" tanya Auris mengerutkan keningnya.

"Jangan bilang kau juga belajar," celetuk Zahra.

"Buat apa belajar kalau punya teman pintar macam Katya," jawab Auris santai.

"Iya juga. Kita kan punya Katya, jadi kenapa kita harus takut," ujar Zahra mengetuk dagunya.

"Kalian berdua memang menyebalkan tahu," omel Katya menghentakkan kakinya.

Katya berjalan cepat meninggalkan kedua temannya.

"Gara-gara kau Ris, Katya ngambek," sungut Zahra.

"Kok aku," ucapnya heran.

Mereka berjalan cepat menyusul Katya dan mengapit kedua lengannya.

"Mau apa lagi kalian berdua?" tanya Katya memutar malas bola matanya.

"Katya, jangan ngambek dong," bujuk Auris dengan puppy eyes.

"Kat, aku janji jika kau bantu ujianku kali ini, aku traktir belanja," bujuk Zahra.

Katya mendengar itu sedikit tergiur, "oke aman," ucapnya.

"Rasanya enggak rela ujian otomatis kita pasti pisah," celetuk Auris mengerucutkan bibirnya.

"Enggak mau pisah dari kalian, kalau aku rindu kalian gimana," ucap Zahra lesu.

"Kepada sahabatku tersayang, sekarang itu sudah mudah kalau rindu tinggal telpon atau via chat gitu," papar Katya.

"Iya juga. Kenapa aku tidak kepikiran," timpal Zahra.

"Karena kau emang goblok," balas Katya dan Auris kompak

Zahra pun jengkel dengan kedua sahabatnya tapi dia sudah terbiasa menghadapi tingkah kocak mereka dan omongan mereka.

Karena prinsip mereka cuma satu Kalo sahabat itu nusuk dari depan tidak di belakang.

Mendengar bel berbunyi mereka segera bergegas masuk ke dalam ruang ujian yang sudah disiapkan.

**Hai readers love by Accident apa kabar? pasti kalian menunggu kelanjutan cerita ini kan?

Author kembali lagi dengan judul y sama dan alur yang sama dengan sedikit perubahan.

Tunggu terus kelanjutannya dan selalu dukung author agar semangat untuk melanjutkan cerita ini**.

Episode 2

Mansion Keluarga Wijaya

Seorang pria tertidur begitu nyenyak ia tidak terusik sedikit pun walaupun dibawah sedang bising disebabkan oleh nyanyian nyonya rumah yang begitu merdu sampai siapa pun mendengarnya harus menutup telinganya.

Dialah Rika Wijaya istri Dari David Wijaya, ia memiliki tiga orang anak, dua orang putra dan seorang putri.

Betapa kesalnya ia setiap pagi dia harus selalu mengeluarkan suara merdunya untuk anak perempuan satu-satunya.

Cherry Carabel Wijaya anak perempuan satu-satunya di keluarga Wijaya membuat ia memiliki sifat yang manja dan sedikit egois.

"Cherry sayang, kenapa jalan mu seperti orang linglung cepat sarapan dan berangkat sekolah," ujar Rika dengan suara cemprengnya.

"Mami aku masih mengantuk, aku begitu malas sekali untuk sekolah," keluh Cherry dengan nada manja.

"Tidak, kamu harus sekolah karena ini ujian terakhir, dan jika kau tidak sekolah mami akan memotong yang sakumu," balas Rika tegas.

"Jangan dong mami, kalau uang saku Cherry dipotong, aku shopping bayar pakai apa," jawabnya memelas.

"Itu kamu tahu, jadi cepat sarapan sekarang sebelum mami berubah pikiran," ucap Rika tegas yang berhasil membuat putrinya berjalan cepat ke ruang makan.

Melihat tingkah putrinya membuat ia menarik sudut bibirnya. Ia melangkah kakinya menapaki anak tangga dan berjalan ke kamar putra bungsunya.

Dia mengetuk pintu dan tidak ada balasan dari dalam, ia memilih membuka handle pintu yang tidak terkunci. Ia masuk ke dalam dan bisa ia lihat putranya tertidur begitu pulas.

Putranya bernama Aksa Alvino Wijaya anak kedua, ia memiliki kepribadian yang ramah.

"Aksa, ayo bangun," teriak Rika menarik selimut Aksa.

"Bentar lagi," balas Aksa.

Rika melihat putranya yang tidak mau bangun tiba-tiba terlintas ide, ia melangkah kakinya ke dalam kamar mandi.

Ia mengisi air dalam ember dan membawanya keluar, dan melemparkan air tersebut tepat di wajah Aksa.

Mata Aksa langsung terbelalak, "Woi siapa yang berani nyiram woi," teriaknya dengan lantang.

"Mami yang siram berani sama mami," balas Rika tersenyum lebar.

"Ternyata mami, Aksa pikir siapa," timpalnya cengengesan.

"Cepat bersiap dan berangkat kerja sana."

Rika langsung pergi keluar, Aksa melihat ibunya sudah keluar dari kamarnya langsung bergegas bersiap untuk berangkat kerja.

Setelah Bersiap ia turun ke lantai bawah dan bergabung sarapan dengan yang lain.

"Pagi Pi, pagi mi," sapa Aksa sambil mencium pipi maminya.

"Morning Cher," sapanya mengacak rambut adiknya.

Aksa duduk dan menikmati sarapan yang disajikan oleh maminya, selama sarapan mereka membicarakan soal pekerjaan.

"Aksa tolong ke Prancis untuk menyelesaikan masalah yang ada di sana," ujar David secara tiba-tiba

"Sekarang? Enggak bisa diwakilkan aja?" tanya Aksa.

"Tidak bisa, kau harus turun tangan menyelesaikan masalah di sana," jawab David seraya meminum jus.

"Kenapa harus Aksa? kenapa enggak papi saja?"

"Seharusnya papi yang kesana tapi tiba-tiba papi ada urusan yang harus diselesaikan," balas Tuan David.

"Baik Aksa ke sana, aku akan meminta Rafael menyiapkan keberangkatan untuk besok."

"Enggak besok tapi sekarang," ujar David tegas.

"Papi aku belum menyiapkan apapun," sungut Aksa tidak mau kalah.

"Penerbangan sudah papi atur dengan Rafael akan pergi bersama mu kesana," ucap Tuan David.

"Ok, aku akan ke sana."

Cherry memutar bola matanya malas mendengar pembicaraan ayah dan kakaknya yang selalu membahas bisnis bahkan makan saja mereka masih membicarakannya.

"Mami, Cherry sudah siap. Aku berangkat," pamitnya dengan mencium setiap pipi mereka.

Setelah menyelesaikan sarapan Aksa langsung saja naik keatas dan bersiap-siap untuk penerbangan nya ke Prancis dan dia sedang menunggu Asisten sekaligus sahabat nya.

Rafael Nadal merupakan asisten sekaligus sahabat untuk Aksa, ia memiliki sifat sedikit dingin dan cuek dengan sekitarnya.

Ia turun ke bawah dengan sebuah koper di tangannya, "Pi, Mi, Aksa pergi dulunya," pamitnya

"Hati-hati sayang, jaga kesehatan," pesan Rika merapikan kemeja putranya

"Aksa, Rafael, sudah sampai sana jangan lupa telpon kami," ujar David.

"Baiklah nanti Rafael yang akan menelepon kalian," timpal Aksa.

"Kami pergi tuan," ucap Rafael membungkuk tubuhnya sedikit.

Mereka melangkah kaki meninggalkan mansion, bisa Rika dan David lihat punggung mereka menghilang dari pandangan.

"Apa tidak apa-apa membiarkan Aksa pergi ke sana, bagaimanapun dua minggu lagi ia akan bertunangan," celetuk Rika.

"Ia harus belajar menghadapi semua tantangan dan rintangan yang akan dihadapinya," balas David datar.

Mendengar nada datar suaminya membuat Rika sedikit kesal, ia memilih menyelesaikan pekerjaannya saja.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Indonesia Internasional School

Suasana kelas yang sedikit mencekam dengan berbagai pergerakan yang dilakukan oleh penghuninya sampai suara bel berbunyi menghancurkan aura tersebut.

Mereka senang karena ini ujian terakhir karena mereka akan melanjutkan ke tingkat universitas dan mereka akan libur untuk beberapa minggu kedepannya sebelum hari perayaan kelulusan.

Ketiga sahabat itu merapikan alat tulis mereka dan pergi keluar dari kelas. Mereka berjalan menuju parkiran.

"Halo sayang - sayang aku, kita ke mall yok, aku yang traktir," celetuk Zahra dengan nada centil.

"Betul kau yang traktir nanti kita sampai sana malah bayar sendiri," sungut Auris.

"Iya betul, nanti mau bayar pakai apa? enggak mungkin pakai daun kan," timpal Katya

"Aku serius tahu traktir kalian berdua, terserah kalian mau beli apa, aku yang akan bayar," ucap Zahra.

"Ayo berangkat, mumpung lagi ada ATM berjalan," timpal Auris terkekeh kecil.

"Mari habiskan duit Zahra," sambung Katya dengan semangat

"Let's go" ucap mereka kompak.

Mereka membuka pintu mobil dan belum naik malah terdiam untuk beberapa saat.

"Tunggu, siapa yang bawa ini mobil?" tanya Katya.

"Aku tidak bisa mengemudi, ini kan mobil Zahra otomatis yang bawa dia dong" jawab Auris Cepat.

"Aku lagi malas mengemudi, Katya kau aja yang bawa, please" ucap Zahra tersenyum.

"No, jangan Katya," protes Auris.

"Udah biarin aja Katya yang bawa," sewot Zahra.

"Sia-sia aku nanya kalau aku yang bawa," gerutu Katya.

Mereka naik ke mobil dengan Katya mengemudi, ia membawa dalam kecepatan tinggi dan menyalip beberapa mobil yang menghadang jalan mereka.

Zahra dan Auris mereka berusaha mengatur nafas, dan merasakan perut mereka seperti diaduk.

Waktu ditempuh selama 45 menit akhirnya mereka tiba di parkiran, Auris dan Zahra segera keluar dan memuntahkan cairan bening.

"Kalian berdua bikin malu aja," sewot Katya sinis.

"Aku baru saja bertarung dengan malaikat maut, Kat berapa kali aku bilang bawa mobilnya pelan-pelan saja," omel Zahra menghirup minyak aromaterapi.

"Kan udah aku bilang jangan Katya yang bawa, kau Zahra yang ngotot sih Katya bawa," timpal Auris.

"Lain kali kita enggak usah naik mobil, naik motor aja kita bonceng tiga," ucap Katya santai.

"Tidak," balas mereka kompak.

Episode 3

Setelah melewatkan dan menghadapi perdebatan dan drama yang panjang akhirnya mereka masuk ke dalam pusat perbelanjaan.

Mereka singgah di semua toko yang dilewati dan akan keluar dengan beberapa tas belanja.

Mereka berjalan sampai perhatian teralihkan ke sebuah gaun yang dipajang di etalase toko. Katya melangkahkan kakinya ke toko tersebut dan pegawai toko melihat pengunjungnya menenteng banyak belanjaan bermerek langsung saja siap melayani.

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" tanya pegawai ramah.

"Aku ingin gaun itu," jawab Katya dengan telunjuknya menunjuk sebuah gaun berwarna putih.

Pegawai itu langsung mengambil gaun tersebut, "ini gaunnya silahkan dicoba," ucapnya.

"Bukan aku yang mencoba, tapi temanku, Auris coba gaun itu," pinta Katya.

"Ayo Ris, coba gaun itu sepertinya cocok denganmu," timpal Zahra.

"Sekali lihat aja itu gaun pasti tidak cocok sama aku," tolak Auris halus.

"Aku kata coba maka kau harus mencobanya," putus Katya tanpa penolakan.

Mendengar permintaan Katya mau tidak mau Auris mengikuti pegawai toko itu mengantarnya ke ruang ganti.

Tidak menghabiskan waktu yang lama Auris keluar dengan mengenakan gaun tersebut yang memperlihatkan kaki jenjangnya mulus dan lekuk tubuhnya.

"Perfect," puji Katya menilai penampilan Auris.

"Rasanya ada yang kurang," ungkap Zahra matanya meneliti tampilan Auris.

"Aku tahu apa yang kurang," cetus Katya.

Zahra mengangkat satu alisnya, "apa?" tanyanya.

"Sepatu yang dia kenakan tidak cocok dengan gaun ini," ungkap Katya.

"Betul sepatu. Kita harus cari alas kaki yang cocok sama gaun itu," lontar Zahra.

"Kak, bungkus gaun ini," pinta Katya menyerahkan kartu kredit ke pegawai.

Pegawai tersebut membungkus gaun yang dikenakan Auris, dan melakukan transaksi.

"Ini kak," ujar pegawai menyerahkan paper bag ke Auris.

"Makasih," balas Auris.

Mereka berjalan keluar menyusuri kembali pusat perbelanjaan, sampai langkah kaki mereka terhenti di sebuah toke sepatu.

"Kita masuk," ajak Katya bergerak masuk ke dalam.

Mereka masuk dan mata mereka meneliti setiap sepatu yang dipajang, Auris memicingkan matanya ke sebuah high heels.

Katya dan Zahra melotot tidak percaya dengan tingkah Auris yang memandang high heels dengan mata berbinar.

"Kau suka?" tanya Zahra.

"Aku suka," balasnya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kak, tolong pilih ukuran 40 dan bungkus," tukas Katya cepat.

Mendengar permintaan pelanggannya pegawai itu begitu senang, ia tidak perlu berbasa-basi dan mengeluarkan bujuk rayuan.

Setelah berbelanja mereka begitu lelah dan memilih singgah di sebuah restoran makanan jepang.

Mereka bertiga kompak memesan ramen dengan green tea, alasan memilih green tea karena mengandung antioksidan, antimikroba, dan antiinflamasi yang bermanfaat dalam menjaga kesehatan kulit wajah, seperti membantu mengatasi jerawat serta mengurangi produksi minyak berlebih.

"Setelah lulus kalian ingin lanjut kemana?" tanya Zahra memulai obrolan.

"Pasti aku lanjut kedokteran untuk meneruskan rumah sakit papa, padahal aku tidak ingin jadi apa-apa," keluh Katya bibirnya melengkung ke bawah.

"Hidup kalian begitu indah, kalian tidak perlu memikirkan masa depan karena kalian kaya," timpal Auris tersenyum kecut.

Mendengar keluhan temannya Katya memicingkan matanya pada Zahra, Zahra malah menggedikkan bahunya dengan bibir terlipat.

Katya mengusap punggung tangan Auris,

"kalau kau ingin lanjut kemana?" tanyanya.

"Aku tidak tahu aku ingin jadi apa, rasanya aku ingin menjadi seorang pengusaha saja," tukas Auris.

"Lakukan saja," sambung Zahra santai.

"Aku tidak seperti dirimu yang bergelimang harta," desis Auris memasukkan rame ke mulutnya.

"Tidak perlu khawatir, aku akan membantumu," putus Katya tersenyum.

"Enggak, udah cukup kau membayar biaya sekolahku selama ini," tolak Auris.

"Aku ikhlas membantumu selama ini, bagaimanapun kau temanku," debat Katya.

"Tapi Kat, aku tidak ingin merepotkan kau lagi."

"Tidak usah dijawab sekarang, pikirkan saja baik-baik tawaranku," papar Katya.

Auris lebih memilih diam dan mengangguk kepalanya, ia akan memikirkan kembali tawaran Katya.

...****************...

Paris, France

Berbagai orang-orang dari beberapa negara berlalu lalang di Bandara Charles de Gaulle adalah bandar udara internasional terbesar di Prancis dan juga dinobatkan sebagai bandara tersibuk di Prancis.

Seorang pria dengan kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya, matanya meneliti setiap orang yang lewat.

Sampai ia merasakan tepukan di bahunya, ia menoleh, "kenapa kau begitu lama Rafael?" tanya Aksa.

"Maaf, aku habis menghubungi orang yang akan menjemput kita, dia minta kita tunggu di parkiran," jelas Rafael.

Mereka berjalan dengan menyeret koper, mereka keluar dan sudah ada mobil yang parkir di depan pintu masuk bandara.

"Bienvenue Monsieur/ selamat datang tuan" ucap pria itu dalam bahasa Prancis sembari membukakan pintu mobil.

Aksa dan Rafael masuk ke dalam, dan dilanjutkan dengan supir, mobil dijalankan dengan kecepatan sedang, selama perjalanan cuma ada obrolan mereka membahas bisnis.

Aksa sesekali memandang ke arah luar, ia bisa melihat suasana kota Paris dan banyak orang yang berlalu lalang di jalan, dan juga menara Eiffel yang dia lihat dari jarak jauh.

Setelah menghabiskan waktu sekitar 1 jam, mereka tiba di sebuah hotel dan ada beberapa staf yang sudah menunggu mereka.

Seorang pria yang berbadan tegap dan rambutnya yang sudah pirang membuka pintu untuk mereka, Rafael dan Aksa keluar, para staff itu membungkuk badan mereka ketika mereka masuk ke hotel.

"laisse moi t'emmener dans ta chambre / mari aku antar ke kamar anda tuan" ucap pria berambut pirang.

Mereka masuk ke dalam lift dan pria pirang menekan tombol pada lift yang akan membawa mereka ke lantai 15. Mereka tiba di lantai 15, pria berambut pirang membuka kamar hotel tipe Presidential Suite Room dengan kartu khusus.

"veuillez entrer monsieur / silakan masuk tuan" ucap pria pirang ramah.

Mereka masuk dan menyusuri setiap sudut kamar, terdapat dua kamar tidur, ada living room, kitchen, dan mini bar dan berbagai macam fasilitas lainnya. Yang menarik dari kamar ini adalah pemandangan yang menampilkan kota Paris dan menara Eiffel berdiri tegak.

"merci de nous avoir déposé, vous pouvez venir / terimakasih sudah mengantar kami, kau bisa keluar," ujar Aksa ramah.

Pria itu segera keluar, melihat pria itu pergi Aksa dan Rafael memilih beristirahat di kamar yang sudah disiapkan untuk mereka.

Aksa merebahkan tubuhnya di atas kasur, ia mengambil ponsel yang berada di sakunya dan mencari kontak dan menghubungi kontak tersebut.

"Halo Aksa dah sampai kan ada yang kurang tidak!" ucap Rika dengan pertanyaan bertubi-tubi.

Aksa menjauhkan ponselnya sedikit dari telinganya, "Mami, suaranya bisa dikecilkan, Aksa bisa dengar mi," komennya dengan nada lembut.

"Mami khawatir sama kamu, bagaimana penerbangannya semua berjalan lancar?"

"Semua lancar, kami tiba dengan selamat," jawab Aksa.

"Selesaikan semua masalah dan urusan di sana, sebentar lagi pertunangan kamu dengan Fani akan dilaksanakan."

"Aksa akan mengurus semuanya mi, jangan khawatir," ucapnya mengakhiri panggilan.

Aksa memencet sebuah kontak yang tulis kesayangan, ia menghubungi nomor tersebut

"Halo my honey," sapa Fani riang.

"Kamu lagi ngapain?"

"Aku lagi perawatan karena bentar lagi pertunangan kita aku ingin jadi yang paling tercantik."

"Kamu selalu cantik di mataku," gombal Aksa yang berhasil membuat seorang gadis di belahan dunia menarik senyum.

"Dasar tukang gombal, aku enggak sabar hari pertunangan kita."

"Fani, maafnya aku gak bilang kalau aku ke Prancis ngurusin urusan disini,"ujar Aksa merasa bersalah

"Kok kamu ke Prancis, kamu lupa 2 minggu lagi pertunangan kita pokonya aku gak mau tau kamu harus hadir di acara pertunangan kita," protes Fani dengan kesal

"Iya sayang aku pasti datang kok,aku cuma sebentar aja disini," jelas Aksa.

"Kamu harus hadir pokoknya kamu mau aku tunangan sama laki-laki lain?"

"Jangan dong sayang aku kan sayang sama kamu."

"Cepat urus masalah di sana dan pulang," decak Fani mematikan panggilan secara sepihak.

Mendengar omelan kekasihnya hanya membuat ia mengelus dadanya, "untung sayang," ucapnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!