Elena berasal dari keluarga yang benar-benar sangat sederhana sekali dia menikah dengan Farel karena merasa hidup nya akan jauh lebih bahagia.
Namun ternyata perkiraan nya salah. Dia bertemu dengan Suami nya di saat dia kuliah di salah satu universitas terbaik di kota Jakarta, Elena masuk kuliah di universitas tersebut karena beasiswa, Elena termasuk anak yang sangat pintar.
Orang tua Farel adalah donatur di universitas tersebut, pada saat itu Farel ikut Ayah nya dan tidak sengaja bertemu dengan Elena.
Beberapa bulan hubungan mereka semakin dekat, Ayah nya Farel sangat menyukai Elena dan akhirnya ayah nya meminta mereka menikah.
Farel sama sekali tidak keberatan begitu juga dengan Elena yang sudah jatuh cinta dengan Farel hanya dalam beberapa bulan.
Elena menikah dengan Farel sangat bahagia, namun dia melupakan kedua orang tua nya yang ada di kampung dan fokus kepada keluarga baru nya.
Namun sudah satu tahun mereka menikah Ayah Farel meninggal dunia, tidak ada yang tau apa penyebab nya karena ayah Farel sangat sehat karena beliau sangat suka olahraga.
Dari situ lah kehidupan Elena berubah, semua orang membenci nya karena di tuduh tidak becus menjaga ayah mertua nya dan banyak juga yang mengatakan kalau dia lah yang membuat ayah mertua nya meninggal dunia.
Farel umur 26 tahun pada saat itu sudah menjadi pewaris semua harta milik ayah nya itu.
Farel memiliki dua saudara perempuan, yang mana kedua adik perempuan nya masih satu universitas dengan dia.
Fika adalah anak kedua dan Cika adalah anak bungsu, mereka adalah anak kembar namun sifat mereka sangat berbeda, Fika sangat sombong dan juga jahat sementara Fika sama persis sifat nya dengan ayahnya.
Penurut, baik, ramah dan juga sangat suka berbagi.
Sudah satu tahun Elena tak kunjung hamil, mertua nya sangat marah dia terus menyalah kan Elena yang tidak bisa memberikan keturunan kepada anaknya begitu juga dengan Fika yang selalu menyudutkan kakak ipar nya itu.
Semua nya di jalani oleh Elena sendiri sampai dua tahun menikah akhirnya dia lulus dan sarjana dia sangat bahagia sekali bisa menyelesaikan kuliah nya dan mendapatkan nilai yang bagus.
Baru saja lulus dia sudah mendapatkan tawaran pekerjaan di salah satu Perusahan terbesar di kota itu namun Elena menolak.
Dia ingin fokus mengurus rumah tangga nya agar mertua nya tidak marah kepada dia.
Namun sudah genap satu tahun Elena menganggur dia tidak kunjung memiliki anak, sudah periksa kesehatan mereka berdua sama-sama sehat, ia juga sangat bingung apa yang salah namun dia tidak pernah mengeluh dan selalu bersemangat.
Namun akhir-akhir ini Farel benar-benar sangat jarang pulang, dia selalu di luar kota paling cepat 2 bulan, terkadang dia bisa tidak pulang lima bulan, dan sampai di rumah dia bersikap biasa saja seperti tidak menganggap istri nya ada.
Sibuk dengan pekerjaan nya membuat Elena terabaikan.
Tepat di hari ulang tahun pernikahan mereka.
Seperti biasa Elena akan menyiapkan makan malam yang sangat di sukai oleh suami nya itu.
Jam delapan malam akhirnya Farel pulang.
"Sayang kamu sudah pulang?" Elena menyambut Farel pulang seperti biasa.
Farel yang selalu memasang wajah dingin dan kebanyakan diam sudah membuat Elena terbiasa.
Farel melihat penampilan Elena.
"Kamu mau kemana berpakaian seperti ini?" tanya Farel.
"Oohh ini aku berdandan untuk kamu, apa kamu lupa hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kita yang ketiga tahun?" tanya Elena.
"Maaf, aku gak ingat karena aku sibuk sekali."
"Aku paham kok, kamu pasti sangat lapar ayo makan dulu."
Elena mengajak Farel ke meja makan namun handphone Farel berbunyi pesan masuk. Farel membuka ponsel nya.
Setelah itu berjalan ke meja makan dan melihat semua makanan yang ada di atas meja.
"Ini semua makanan yang kamu suka, kamu bisa makan banyak."
"Aku sudah makan dari luar, seharusnya kamu tidak perlu masak begitu banyak seperti ini menghabiskan uang saja membeli semua ini."
"Tapi aku benar-benar masak ini untuk kamu. Untuk merayakan hari pernikahan kita."
Farel tidak menjawab nya namun tiba-tiba handphone nya bunyi lagi dia langsung keluar menjawab telpon nya.
Elena menghela nafas panjang.
"Kapan Farel akan fokus kepada ku? Kapan dia akan menghargai aku sebagai istri nya, setiap apa yang aku lakukan tidak pernah di anggap oleh nya," batin Elena.
Farel kembali lagi dengan wajah yang jadi menjadi sangat dingin. Dia melanjutkan makan walaupun sedikit.
Karena melihat wajah Farel yang seperti nya mau menyampaikan sesuatu Elena meminta nya untuk mengatakan apa yang ingin Farel sampai kan.
Farel tidak langsung mengatakan nya dia terlihat sangat ragu sekali.
"Katakan saja." Elena menatap wajah Farel sambil tersenyum.
Farel meletakkan sendok nya dia memasang wajah yang sangat serius.
"Aku ingin menikah lagi."
"Deg!" Jantung Elena seakan berhenti berdetak dan dunia berhenti berputar.
Dia menatap wajah Farel yang sangat yakin dengan perkataan nya.
"Aku ingin menikah dengan Jihan."
"Jihan?" tanya Elena kaget karena itu adalah sekertaris Farel.
"Jadi benar selama ini dugaan ku kalau kalian berdua ada hubungan?"
Farel diam saja.
"Aku tidak setuju kamu menikah lagi."
"Jihan sudah mengandung anak ku,"
Lagi-lagi Elena terdiam, tidak bisa mengatakan apapun.
Dia langsung berdiri menatap Farel.
"Aku harus menikahi dia karena anak itu dan aku juga mencintai Jihan."
"Lalu bagaimana dengan ku? Apa kamu tidak memikirkan tentang aku, aku istri mu. Dan pernikahan kita sudah tiga tahun."
"Maafin aku," ucap Farel dan langsung pergi.
Elena menghela nafas berat, dia memegang kepala nya yang sangat pusing sekali.
"Elena kamu sabar, kamu kuat, kamu pasti bisa menghadapi ini. Kamu tidak boleh menyerah, kamu adalah wanita yang sangat kuat."
Kata-kata yang selalu di katakan oleh Elena untuk diri nya sendiri.
Seperti biasa dia akan sholat menenangkan pikiran nya.
Waktu nya istirahat, seperti biasa Elena akan tidur sendiri. Dia sudah sangat jarang tidur dengan suami nya karena tidak pernah pulang dan sekarang Farel mungkin tidak di rumah melainkan pergi di rumah orang tua nya.
Farel di rumah Ibu nya.
"Farel kenapa kamu malam-malam ke sini? Ada Masalah dengan istri mu?"
Farel menggeleng kan kepala nya.
"Lalu kenapa? Apa wanita miskin itu marah-marah lagi?" tanya wanita yang sudah lanjut usia yang berambut putih dan berpenampilan necis layaknya orang kaya.
"Aku mohon ibu jangan marah, aku tau aku salah."
"Ada apa? Kenapa kamu meminta maaf seperti ini?" tanya wanita yang bernama Rosa itu.
Farel mencoba menenangkan diri terlebih dahulu dan memberanikan diri untuk berbicara kepada ibu nya itu.
"Coba katakan ada apa? Kenapa kelihatan nya kamu sangat gugup?"
"Jihan hamil Bu, dia mengandung anak ku dan aku harus menikahi dia."
"Bagus dong kalau begitu, sebaiknya kamu langsung segera menikahi dia."
Farel kaget dengan kata-kata ibu nya, dia berfikir kalau ibu nya akan marah namun ternyata tidak sama sekali.
"Ibu mengijinkan aku menikahi Jihan?"
"Ibu sudah lama bilang kalau kamu sangat cocok dengan Jihan, ibu sangat setuju kamu menikah dengan Jihan."
"Tapi bagaimana dengan Elena? Aku sudah berbicara dengan nya namun dia tidak setuju."
"Biar ibu saja yang berbicara dengan dia, kalau dia tidak mau di madu kenapa tidak cerai saja?"
"Aku sangat mencintai Jihan Bu, tapi mau bagaimana pun Elena adalah istri pertama ku."
"Sudah tidak perlu mengkhawatirkan istri mu, dia adalah wanita mandul yang tidak bisa memberikan anak kepada kamu dan dia selama ini hanya menjadi benalu di kehidupan mu."
Keesokan harinya seperti biasa Elena menunggu suami nya namun suami nya pulang terlalu larut malam sehingga dia ketiduran di sofa.
Berhari-hari dia tidak berbicara dengan suami nya. Mereka memang tinggal satu rumah namun tidak berbicara, Elena mencoba berbicara namun Farel tidak menanggapi nya.
Keesokan paginya..
"Elena.. Elena.." panggil Bu Rosa.
"Ibu.."
"Dari mana saja kamu? mertua datang namun tidak di sambut!"
"Maaf Bu, aku lagi menjemur pakaian."
"Ada apa yah Bu, tidak biasanya ibu ke sini?"
"Kenapa? Apa saya tidak boleh datang ke rumah anak saya sendiri? ingat yah kamu di sini hanya menumpang saja."
"Bukan seperti itu," ucap Elena.
"Saya mau membicarakan hal serius kepada kamu."
"Kebetulan sekali Ibu ke sini, aku tidak memiliki waktu mau datang ke rumah ibu, aku juga mau menyampaikan sesuatu."
Bu Rosa menghela nafas panjang.
"Saya sudah tau kamu mau mengadukan anak saya kan?"
"Iyah bu."
"Saya menyetujui anak saya menikah dengan Jihan, kamu juga harus menyetujui nya karena itu demi kebahagiaan Farel."
"Bu.. Aku tidak mau di madu."
"Kalau begitu kamu bercerai saja dengan Farel, apa susahnya? Toh juga kamu tidak bisa memberikan Farel keturunan dan sekarang anak Farel sudah di kandungan Jihan."
"Saya tidak ingin banyak basa-basi, saya tunggu jawaban kamu dua hari ini."
Setelah itu Bu Rosa pergi.
Belakangan ini Elena sudah tidak tidur memikirkan hal itu, di tambah lagi banyak sekali tanda-tanda perselingkuhan suaminya itu yang di ketahui nya dan dia juga menyelidiki hubungan mereka yang membuat nya sangat sakit.
Dua hari kemudian..
"Sayang kita perlu bicara."
Sebelum berangkat bekerja Elena menahan suami nya.
"Ada apa? saya sudah telat."
"Apa kamu tidak berniat mau membatalkan rencana kamu untuk menikah? Aku bisa berusaha memberi kan kamu anak, kita bisa ke dokter."
"Ke dokter menghabis kan uang banyak, kamu pikir ke dokter murah?"
"Tapi hubungan kita tidak mungkin berakhir seperti ini, aku sangat mencintai kamu."
"Maaf Elena, aku tetap akan menikah Jihan, kalau kamu tidak menerima nya kamu bisa pergi."
Elena menggeleng kan kepala nya.
"Sayang aku tidak bisa berpisah dengan kamu, aku mohon jangan menceraikan aku."
"Baiklah aku akan mengijinkan kamu poligami. Tapi kamu bisa janji kan kalau kamu akan Adil?" tanya Elena.
Farel tidak menjawab nya dia langsung pergi.
Beberapa hari setelah nya Farel membawa Jihan ke rumah nya.
"Sayang... nanti kalau kita sudah menikah aku mau tinggal di sini," ucap Jihan kepada Farel.
Elena keluar dia melihat suami dan Jihan sudah datang.
"Tidak bisa! Ini adalah rumah saya dengan Farel."
"Oh iya Elena, saya hanya memiliki rumah satu dan rumah ini cukup besar kalau di tinggali untuk dua orang, jadi Jihan dan calon anak aku akan tinggal di sini."
"Tapi.."
"Tidak ada tapi-tapian, semua keputusan ada di tangan ku."
Jihan tersenyum menang. Sementara Jihan benar-benar sangat cemburu melihat Farel dan Jihan sangat romantis.
melihat farel mengelus perut Jihan, mencium nya membuat hati nya sangat hancur.
Tidak berselang lama dari kedatangan Jihan acara pernikahan mereka di umumkan.
Cika datang mengantar kan undangan itu ke Kakak Ipar nya.
"Kakak yang sabar yah, aku tau kakak pasti sangat terpukul melihat ini."
Elena menangis di pelukan Cika yang selalu menguat kan dia.
"Aku tidak bisa membantu kakak, aku minta maaf, aku tidak berhasil melarang mereka menikah."
"Kamu tidak salah dek, ini kesalahan kakak."
"Kenapa kakak tidak memiliki bercerai saja? Kenapa kakak tidak meninggalkan kak Farel? Semua orang di sini sudah sangat jahat kepada kakak."
"Kakak sangat mencintai Farel, tidak semudah itu untuk bercerai dek."
"Ya ampun kak, kalau seperti kakak akan tersiksa."
"Kakak pasti kuat, kakak bisa menghadapi semua nya."
Tiba di hari pernikahan...
"Kamu jangan membuat kekacauan di sana!" ucap Fika yang tiba-tiba menarik tangan Elena dengan kasar setelah sampai di acara.
Elena tidak menjawab nya.
"Kenapa kau harus datang ke sini? kenapa tidak menangis saja di kamar."
"Aku tau kenapa kamu tidak mau bercerai, karena kamu takut tidak bisa makan kan? karena selama ini kamu hanya membutuhkan uang kakak ku."
"Kak Fika ngomong apa sih! Lepaskan!" Cika membawa Elena masuk ke dalam.
"Tidak perlu terlalu di pikirkan pembicaraan kak Fika tadi, ayo kita duduk."
Elena terlihat sangat sedih, wajah nya sudah sangat sembab namun di tutupi oleh makeup yang membuat nya terlihat sangat cantik dan Cika lah yang membuat nya cantik hari ini.
"Lebih cantik Kak Elena dari Jihan, kenapa kak farel memilih wanita pelakor itu sih?" ucap Cika.
"Ssttt jangan berbicara seperti itu, mau bagaimana pun dia juga adalah Kakak ipar kamu."
"Enggak! Aku tidak menyukai nya, dari awal aku sudah tidak suka kepada nya."
Acara di mulai, pengantin datang.
Elena berusaha untuk Terus tersenyum di saat mereka sudah sah menjadi suami istri.
"Aku tidak pernah berfikir dan aku tidak pernah mimpi akan datang ke acara pernikahan suamiku sendiri, masa depan tidak ada yang tau seperti apa," batin Elena.
Fika dan Bu Rosa tersenyum bahagia melihat Elena tersakiti, walaupun Elena tersenyum dia tidak bisa menutupi wajah nya yang sedih.
"Sekarang posisi ku di ambil oleh Jihan, tapi aku tidak akan menyerah, aku akan membuktikan kalau aku adalah istri yang baik," ucap Elena dalam hati.
Sepanjang acara Elena menjadi wanita yang berpura-pura bahagia, di balik makeup nya ada wajah yang sangat sedih, dia tidak tahan melihat keromantisan mereka dia tidak bisa menahan air mata nya lagi dan berlari keluar.
Namum saat berlari keluar tidak sengaja dia menabrak pria yang seperti nya tamu undangan yang baru saja datang di malam hari.
"Maaf-maaf, saya tidak sengaja Pak," ucap Elena meminta maaf.
Pria itu melihat tas Elena yang jatuh dia mau mengambil nya namun bersamaan dengan Elena, tangan mereka tidak sengaja bersentuhan.
Elena bisa melihat jelas Tato ceklis yang ada di punggung tangan pria itu.
Elena tidak berani menatap wajah pria itu karena dia sudah menangis.
Elena pergi dan di susul oleh Cika.
"Cika kamu mau kemana?" tanya Pria yang baru saja di tabrak oleh Elena.
"Om Radit?" Cika cukup terkejut melihat Pria yang sangat jarang dia lihat itu.
"Kenapa Om bisa di sini?" tanya Cika.
"Seperti yang kamu tau, saya datang ke sini mau menghadiri acara pernikahan kakak mu."
"Nanti kita bicara Om, aku harus mencari Kak Elena dulu."
Radit melihat Cika pergi.
"Maaf pak, ijinkan saya membersihkan debu yang ada di jas anda ucap asistennya.
Radit menyadari kalau yang di jas nya bukan lah debu, melainkan bedak Elena yang luntur karena basah dan menempel di jas nya yang kebetulan warna hitam juga.
"Pak Radit.. Bagaimana bisa anda sampai di sini?" tanya Fika.
Radit menunjuk ke arah Ibu nya Fika.
"Beliau mengundang saya, tidak sopan jika saya tidak datang. Kalau begitu saya ke depan dulu."
Radit meninggal kan Fika di depan. "Ishh perasaan sikap sombong nya tidak pernah berubah, aku seperti mimpi melihat nya datang ke sini," ucap Fika.
"Radit akhirnya kamu datang, mari duduk."
"Saya tidak bisa lama-lama di sini, saya ingin menyapa pengantin sebentar dan setelah itu saya akan pergi."
Bu Rosa seketika langsung terdiam karena Radit sangat dingin sekali kepada nya, dia melihat Radit datang sudah sangat senang karena Radit adalah orang terpandang.
Radit berjalan ke pelaminan. Farel dan Jihan melihat Radit.
"Sayang kenapa dia bisa datang ke sini? Apa kamu mengundang nya?" tanya Jihan kepada Farel.
"Selamat atas pernikahan kedua anda, saya turut bahagia." Radit menyalim tangan Farel. Farel menyambut nya sambil tersenyum.
"Terimakasih banyak Anda sudah mau datang ke acara pernikahan saya, ini sebuah kehormatan bagi kami."
Radit tersenyum tipis, dia memberikan hadiah nya basa-basi sedikit dan setelah itu pergi.
Radit Adalah rekan Farel. Dia adalah pengusaha yang sangat terkenal, dan masih ada sangkut pautnya dengan Ayah Farel.
Namun setelah Ayah Farel meninggal Radit tidak lagi dekat dengan keluarga itu, hanya sekedar rekan kerja saja karena Radit masih bekerja sama dengan salah satu perusahan terbesar milik Radit.
Radit berhasil mengambil perhatian para tamu, namun Radit tidak memiliki waktu untuk melayani mereka semua.
Radit keluar dari gedung itu dan tidak sengaja berpapasan dengan Cika yang mau masuk ke dalam.
"Cika ada apa dengan wajah mu? Kenapa kamu kelihatan sangat sedih?" tanya Radit.
"Aku tidak apa-apa Om."
Radit mengelus rambut Cika.
"Om sudah lama tidak bertemu dengan kamu, kita juga sudah lama tidak berbicara, ayo cari tempat minum terdekat," ajak Radit.
Namun Cika menolak nya, dia takut Ibu nya akan marah kalau dia tidak kembali.
"Ngomong-ngomong Elena mana?" tanya Radit sebelum Cika masuk ke dalam.
"Kak Elena tidak mau di ganggu Om, dia sangat..." tiba-tiba Cika berhenti.
"Untuk apa aku mengatakan nya kepada om Radit, sebaiknya aku diam saja."
"Cika, tunggu dulu."
"Maaf om aku harus masuk ke dalam."
Radit menghela nafas panjang melihat Cika.
"Apa yang sedang di sembunyikan oleh nya?"
Di antara mereka semua hanya Cika yang sangat di perduli kan oleh Radit.
"Pak sebentar lagi kita akan ada meeting sebaik nya kita segera berangkat."
Radit menginyakan, mereka segera meninggalkan gedung pernikahan itu.
Lagi-lagi ada saja yang menghentikan langkah Radit yaitu suara isakan tangis wanita.
Radit mengikuti suara isakan itu dan ternyata itu adalah Elena.
Elena menangis sendiri di samping bangunan itu. Tidak ada satu orang pun yang tau hanya Radit dan asisten nya.
"Pak kita harus pergi."
Radit akhirnya meninggal kan Elena.
Elena dan Cika setelah selesai acara langsung pulang. Cika lebih memilih untuk kembali bersama Elena karena semua nya mereka akan tidur di hotel.
"Cika, kamu tidak perlu mengkhawatirkan kakak yah, maafin kakak yang sudah banyak merepotkan kamu, tapi alangkah baik nya kamu menghargai kakak kamu yang menikah."
"Tapi aku ingin bersama kakak, aku tidak ingin sana."
"Cika jangan membuat ibu marah, karena kakak kamu bisa kena marah."
"Kakak yakin bisa sendiri di sini? Aku takut."
Elena meyakinkan Cika. Akhirnya Cika kembali ke hotel.
Elena masuk ke kamar nya dengan Farel.
"Kehangatan yang ada di dalam kamar ini dulu nya sekarang sudah tidak ada, harapan ku untuk bahagia bersama orang yang aku cintai sudah usai dan tidak akan pernah terjadi lagi."
Elena masuk ke dalam kamar mandi dan merendam badan nya di dalam sana.
Elena keluar dia melihat jam.
"Malam ini adalah malam yang begitu sakit, aku harus membayangkan suami ku sendiri tidur bersama wanita lain yang tidak asing adalah madu ku.
"Penghianatan Farel benar-benar sangat menyiksa ku, aku selama ini sangat bodoh membiarkan suami ku sendiri berhubungan dengan sekretaris nya."
Dia beberapa kali sadar kalau hubungan suami nya dengan Jihan sudah kelewatan, namun karena mereka sudah seperti sahabat Elena tidak bisa melarang dan kalau dia melarang mereka dekat, suami nya akan marah dan menuduh nya terlalu posesif.
Beberapa kali Farel mengancam nya untuk meninggalkan Elena, karena Elena sangat mencintai Farel dia tidak mau dan akhirnya memilih untuk tutup mata dan melakukan tugas nya sebagai istri.
Keesokan harinya Elena bangun kesiangan. Dia terbangun karena suara Bel rumah yang berbunyi tidak berhenti.
"Iyah-iyah aku datang sayang, kamu sudah pulang?" Elena membuka pintu seakan lupa kalau suami nya sudah menikah lagi.
Dia sangat kaget melihat banyak orang di depan pintu rumah nya.
"Mulai hari ini Elena akan tinggal di sini karena dia sudah menjadi istri ku."
Elena tidak mengatakan apapun dia membuka pintu agar semua tamu bisa masuk.
keluarga Jihan dan keluarga Farel masih di sana jadi Elena tidak mau membuat keributan dia hanya menginyakan semua nya.
Elena layak nya bagai pembantu melayani semua tamu sendirian, biasa nya selalu ada Cika namun hari ini Cika kuliah.
Hari sudah sore mereka semua sudah pulang tinggal hanya Jihan dan Suami nya.
"Aku akan menyiapkan kamar untuk Jihan." ucap Elena.
"Tidak perlu repot-repot, Jihan akan tidur di kamar kita sebelum nya bersama aku, dan kamu pindah ke kamar mana saja yang kamu mau."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!