NovelToon NovelToon

Tawanan Cinta Sang CEO

Pengantin yang kabur

Aryan Atmajaya adalah seorang CEO kaya raya yang memiliki banyak perusahaan besar di dalam maupun luar negeri. Dirinya memiliki wajah yang tampan, tatapan mata setajam elang, dan bentuk tubuh yang atletis.

Dia berusia dua puluh delapan tahun dan memiliki otak yang sangat pintar.

Sikapnya yang sangat dingin dan arogan membuat banyak orang tidak begitu disegani. Dia memiliki seorang kekasih yang sangat dicintainya, bernama Jasmine, seorang wanita yang diliriknya sejak pertemuan pertama di pesta yang dibuatnya. Ayah Jasmine adalah salah satu pemilik perusahaan yang bekerja sama dengannya.

Jasmine berusia dua puluh lima tahun. Memiliki adik kembar bernama Melati yang sangat introvert. Berbeda darinya yang extrovert dan ceria. Sifatnya itulah yang membuat Aryan mencintai dirinya.

Aryan dan Jasmine akan melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan pada hari ini. Akan tetapi….

"Apa? Mempelai wanita kabur? Bagaimana bisa!" Aryan menggebrak meja akad yang harusnya menjadi tempat dia akan melaksanakan janji suci dengan sang calon istri.

Di tangannya ada secarik kertas yang diduga adalah surat yang ditinggalkan oleh Jasmine.

[Aryan, maafkan aku karena harus pergi. Ada sesuatu yang tak bisa aku jelaskan padamu sehingga aku harus melakukan ini. Maafkan aku, tolong jangan sakiti keluargaku.]

"Ma-maafkan kami, Nak Aryan. Tapi, tadi pagi kami tidak melihat keberadaan Jasmine di kamarnya. Dia pergi entah kemana," ucap seorang wanita yang bernama Yuna, dialah ibu dari Yasmin.

"Benar, Nak, kami sudah mengecek seluruh CCTV tapi Jasmine mematikan CCTV tempat dimana dia melintasinya saat kabur. Maafkan kami," ucap Martin, ayah dari Jasmine dan juga rekan bisnis Aryan.

"Aku tidak bisa menerima penghinaan ini! Aku sudah melakukan semuanya untuk kalian. Bahkan aku rela menyuntikkan modal di perusahaan kalian yang hampir bangkrut itu!" Aryan menunjuk wajah kedua calon mertuanya dengan sangat berang. Baru kali ini dia merasa dipermainkan dan dipermalukan. Wanita yang sangat dicintainya malah pergi meninggalkannya begitu saja.

"Yasmin! Kau jahat sekali! Apakah semua ucapan manis yang kau katakan padaku hanyalah kebohongan? Kau berbohong padaku dan pergi meninggalkan aku? Mengapa kau lakukan ini!!!" Aryan kembali menggebrak meja hingga membuat pak penghulu hampir saja terkena serangan jantung.

Aryan duduk kembali ke bangkunya dan memijit pelipisnya. Dia pun teringat akan sesuatu dan mendengarkan kepalanya melihat kedua calon mertuanya.

"Aku sering mendengar Jasmine membicarakan adik kesayangannya. Adik kembarnya, dimana dia? Cepat katakan di mana dia!!" Suara Aryan menggelegar di seluruh ruangan. Membuat beberapa orang bergidik ngeri. Pria itu maka seperti gunung berapi yang siap menyemburkan lahar panasnya.

"T-tapi untuk apa, Tuan? Melati, dia…"

"Cepat cari dia atau ku hancurkan keluarga kalian!!!!"

Lagi-lagi Aryan membuat semua orang ketakutan. Dia pun memerintahkan pengamalan untuk menyisir seluruh ruangan yang ada di rumah ini demi mencari keberadaan Melati, saudara kembar Jasmine.

Hingga tak berselang lama, mereka pun datang membawa Melati yang terlihat sangat ketakutan. Dia menangis tanpa henti saat para pengawal menemukannya di dalam kamar dan menyeretnya ke ruangan ini.

"Nikahkan dia denganku!" ucap Aryan hingga membuat seluruh keluarga Melati dan penghulu serta saksi terkejut.

"Apa yang kalian tunggu! Nikahkan aku dengannya sekarang juga!!!"

Lagi-lagi suara keras Aryan membuat mereka tersentak kaget.

"T-tuan, dia…Melati, bukan Jasmine, jadi sa….."

"Diam! Katakan pada Jasmine aku membawa adik kesayangannya bersamaku dan akan ku lepaskan sampai dia kembali!"

"Apa? Apa maksud anda, Tuan. Melati tidak salah apa-apa." Yuna yang tak rela jika anak bungsunya harus menjadi korban atas kesalahan sang kakak pun merasa bingung. Bagaimana mungkin Melati harus menikah menggantikan sang kakak dan menjadi tawanan Aryan sampai Jasmin kembali.

"Aku ingin membuat perhitungan dengannya! Wanita ini akan aku berikan pengalaman mengerikan dan menakutkan sampai Jasmine kembali dan bersujud di kakiku memohon ampun! Dia harus merasakan apa yang aku rasakan! Kalian cari dia sampai ketemu jika kalian tidak ingin wanita ini menjadi gila!"

Ucapan Aryan membuat semuanya terkejut. Jadi, Aryan akan membuat hidup Melati menderita agar Jasmine kembali dan bersujud padanya memohon ampun? Siapa yang gila sekarang?

"Tapi, Tuan, Melati berbeda dengan Jasmine. Dia tidak akan mampu hidup dengan ketakutan itu. Tidak apa-apa, Tuan. Ambil semua harta kami, tapi jangan Melati. Dia adalah anak kesayangan kami," ucap Yuna yang malah membuat Aryan semakin tersenyum lebar.

"Kau tahu, calon mertuaku, dengan kau mengatakan itu, maka aku semakin ingin membuatnya menderita! Agar kalian semua juga menderita! Jasmine harus membayar semuanya dengan penderitaan keluarganya!"

Yuna terdiam mematung. Dia tak menyangka ucapan itu malah menjadi bumerang untuknya. Aryan malah semakin bersemangat menikahi Melati untuk menyiksanya agar Jasmine segera pulang dan mempertanggungjawabkan perbuatannya yang telah melukai dan mempermalukan Aryan sedemikian rupa.

"Tuan, kami mohon, jangan sakiti Melati. Dia tidak tahu apa-apa." Martin kembali memohon hingga dia harus bersimpuh di kaki Aryan. Dia Tak memiliki banyak kekuatan karena dirinya hanyalah sebutir debu bagi Aryan.

Pengawal Aryan pun langsung menariknya dari kaki sang majikan. Terlihat Melati yang menangis ketakutan, tak berani menunjukkan wajahnya.

"Sekarang nikahkan kami! Cepat!" Aryan membentak sang penghulu yang langsung bersiap di tempatnya. Sedangkan Martin berada di samping penghulu dan mewalikan Melati padanya.

Pernikahan itu pun akhirnya terjadi dan kini melatih sudah resmi menjadi istri Aryan. Sepanjang akad dia tak banyak bicara dan hanya menangis tanpa suara. Kepalanya terus tertunduk ke bawah tak berani menatap orang-orang di sekitarnya. Ini adalah situasi paling sulit di dalam hidupnya. Selain menjadi pusat perhatian orang-orang, dia menikah dengan pria yang sama sekali tak dicintainya. Lalu bagaimana dengan kekasihnya? Bagaimana dengan Daniel yang saat ini masih bekerja di luar negeri dan akan kembali sebentar lagi untuk melamarnya? Apa yang harus dilakukannya untuk menjelaskan pada Daniel bahwa kisah mereka telah berakhir sampai di sini?

Setelah akad nikah selesai, Yuna pun langsung menangis sambil memeluk Melati. "Maafkan Ibu, maafkan kakakmu," ucapnya di tengah isak tangisnya.

"Ibu, aku takut." Melati akhirnya bersuara dan entah mengapa suaranya begitu halus hingga menggetarkan jantung Aryan. Suara halus yang sangat menyejukkan telinga. Seperti suara yang pernah didengarnya dulu, di sebuah rumah sakit saat dirinya baru sadar setelah menjalani perawatan akibat kecelakaan.

Namun, cepat-cepat Aryan menggelengkan kepalanya. Mana mungkin suara itu milik Melati? Suara itu milik Jasmine. Senandung yang didengarnya adalah milik Jasmine ketika dia sedang dalam pengaruh obat bius. Jasmine yang menungguinya sampai dia sadar, hingga akhirnya dia jatuh cinta pada gadis penolongnya itu.

"Ayo ikut! Mulai sekarang, dia adalah hakku, jadi kalian jangan pernah mencoba untuk menemuinya lagi! Dia akan menjadi tawananku sampai Jasmine kembali"

Aryan pun menarik kasar tangan Melati hingga gadis itu hampir jatuh jika tak berpegangan padanya.

Perjalanan mendebarkan

Sepanjang jalan, Melati hanya bisa menangis tanpa suara. Dirinya yang sangat takut pada siapapun membuat mentalnya benar-benar kacau. Bahkan untuk menolak pernikahan saja dia tidak mampu saking takutnya.

"Jika aku melihat ada air matamu yang jatuh ke dalam mobilku, maka aku akan membuatmu mengelapnya dengan wajahmu!" ucap Aryan yang langsung membuat Melati menghapus air matanya. Dia tak mau jika wajahnya digunakan untuk mengusap air mata yang berjatuhan di dalam mobil itu. Bisa-bisa itu akan melukai wajahnya.

Aryan memperhatikan wajah Melati yang memang sama persis dengan Jasmine. Hanya saja, Melati tak memiliki tahi lalat di dagu seperti Jasmine. Dan satu hal yang mencolok, Melati jauh dari kata modern, dia benar-benar seperti anak rumahan yang tidak kenal apa itu pergaulan. Rambutnya terurai panjang tanpa model sedikitpun. Berbeda dengan Jasmine yang sangat modis dan trendy.

"Apakah sekarang kau benci pada kakakmu?" tanya Aryan tiba-tiba. Membuat Melati langsung menoleh ke arahnya sebelum akhirnya kembali menunduk lagi.

Tak ada jawaban darinya. Hanya sebuah keheningan yang tercipta sebelum akhirnya…

"Jawab!!!" Suara menggelegar Aryan memecah keheningan. Bahkan Melati sampai tersentak karena terkejut dibentak seperti itu.

"Ti-tidak! Aku tidak benci, Tuan," jawabnya dengan gagap dan refleks.

"Oh ya? Tapi dia telah membuatmu berada di situasi seperti ini. Dia kabur di hari pernikahannya dan kau menggantikannya menjadi pengantinku." Aryan menoleh sambil menunjukkan senyuman devilnya. Melihat Melati yang ketakutan membuatnya sangat puas. Dia bagaikan melihat wajah Jasmine, sang pengkhianat yang telah kabur dan berhasil mempermalukannya

"A-aku tidak pernah membenci Kak Jasmine apapun yang dia lakukan. Ma-maafkan aku, Tuan," ucap Melati sambil meremas ujung bajunya.

"Hahaha, munafik sekali. Mana orang berhati tulus seperti itu. Aku tahu jika di dalam hatimu kau sangat membenci kakakmu."

"T-tidak, Tuan, aku sama sekali tid…"

"Diam! Kalau aku bilang benci, maka kau harus membencinya! Ah, aku tahu, kau masih belum membencinya karena aku melakukan melakukan hal yang bisa menghancurkan hidupmu, bukan?" Aryan memberikan seringai tajam hingga Melati langsung menunduk ketakutan. Dia terlihat sangat seram sekali.

"Ya, Tuan, aku membenci Kak Jasmine," ucapnya terpaksa. Dia tak mau jika Aryan melakukan sesuai hal buruk padanya.

"Sebesar apa bencimu padanya?"

"Besar sekali, Tuan."

"Katakan hal buruk tentangnya agar aku percaya."

"K-kak Jasmine, kau sangat jahat karena membuatku harus menikah dengan orang yang tidak aku cintai. Kau jahat, Kak."

"Tunggu! Hentikan kata tidak kau cintai! Jangan bawa aku dalam umpatanmu! Ulangi sekali lagi!"

"Ba-baik. Kak Jasmine! Kau sangat jahat padaku. Kau tega padaku. Dan kau tidak sayang padaku." Lagi-lagi Melati mencoba hal yang selama ini belum pernah diucapkannya pada sang kakak.

Orien merasa heran karena ada orang yang mengumpat dengan gaya yang sangat kaku seperti itu. Terbukti jika Melati memang tidak pernah mengumpat orang lain, terlebih kakak kandungnya sendiri.

"Kau payah."

"Maaf, Tuan."

"Tapi aku senang kau sangat mirip dengannya. Dengan begitu, aku bisa leluasa membuatmu menderita dan bisa membayangkan jika yang menderita adalah dia! Aku begitu mencintainya, tapi dia dengan tega meninggalkan ku!"

Aryan mengepal erat tangannya sambil melihat ke arah lain. Dirinya benar-benar merasa kecewa dengan Jasmine yang seenaknya meninggalkan dirinya tanpa sebab. Padahal, sehari sebelum pernikahan, dia masih bertelepon dengan Jasmine. Tidak ada yang aneh dari pembicaraan mereka sehingga Aryan benar-benar hancur ketika tahu bahwa Jasmine benar-benar meninggalkannya.

"Respon aku!" bentak Aryan hingga melatih gelagapan dan kebingungan.

"I-iya, Tuan, kau tampan dan tubuhmu bagus! Eh!" Melati langsung menutup mulutnya setelah menyadari bahwa apa yang diucapkannya sangat tidak pantas diucapkan olehnya.

"Ternyata kau hanya pura-pura polos, ya. Otakmu ternyata lebih kotor dari yang aku kira." Aryan menyeringai tajam. Membuat Melati mengutuki dirinya sendiri. Mengapa dia bisa mengatakan hal ini? Mengapa malah wajah dan tubuh Aryan yang ada di dalam benaknya?

"Ti-tidak, Tuan, aku hanya….."

"Aku tidak menyuruhmu menjawab. Kalau kau suka wajah dan tubuhku, tidak masalah." Aryan pun membuka jas dan kemejanya serta dasi yang melilit lehernya.

Melati tak bisa melihatnya dan hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Ah, rasanya sangat sejuk. Untung otak kotorku memberikan aku ide untuk membuka baju. Sekarang kau bisa melihat tubuhku yang kau sukai ini. Ayo, lihat," ucap Aryan tanpa memperdulikan sang sopir yang tak berniat melihat dari spion. Aryan memang selalu melakukan hal sesukanya di bangku penumpang sedangkan sang sopir tahu apa yang harus dilakukannya. Menutup spion tengah agar tidak melihat ke belakang.

Melati yang tak mau melihat malah menutup wajahnya. Dia memang belum pernah melihat wajah pria tanpa baju secara langsung. Paling hanya melihat di drama korea kesukaannya saja.

"Buka matamu dan lihat aku!" Aryan menarik paksa tangan Melati hingga tak ada lagi yang menutupi wajahnya. Kini Melati bisa melihat dengan jelas bentuk tubuh Aryan. Memang bagus seperti yang dikatakannya tadi.

Melati pun memilih menutup matanya, namun Aryan langsung mengeluarkan ancaman.

"Jika kau tidak mau membuka matamu, maka aku akan melemparkanmu dari mobil ini!"

Seketika Melati langsung membuka matanya, dan terlihatlah sebuah pemandangan yang sangat menyejukkan mata. Ah, tidak, maksudnya mengejutkan mata.

Terlihat bentuk otot yang besar di lengan dan bagian kotak-kotak di bagian depannya. Jika dihitung, semua ada enam kotak. Mata Melati tak bisa bohong, tubuh Aryan memang sangat bagus.

"Bagaimana? Bagus sesuai ucapanmu tadi, kan? Dasar gadis otak kotor!" Aryan mendorong tubuh Melati hingga ke sudut mobil. Dia pun merentangkan tangannya hingga sampai ke hadapan Melati. Membuat Melati semakin menyudut atau tangan Aryan akan menyentuh wajahnya.

"Kau lihat? Wajahmu itu hanya seukuran telapak tanganku. Baru ku sadari kau memiliki wajah lebih kecil dari Jasmine. Bayangan saja jika tangan ini berhasil meremas seluruh wajahmu, maka akan sehancur apa?"

Membayangkan? Mana bisa Melati membayangkannya? Melihat besar dan kekar tangan Aryan saja sudah membuatnya bergidik ngeri.

"Mari sini, agar aku bisa menghancurkan kepalamu!" Aryan mencoba menangkap wajah Melati. Namun, Melati dengan refleks malah mengambil tablet Aryan dan melindungi wajahnya.

Wajah Aryan pun langsung memerah karena tangan Melati sudah lancang mengambil benda yang selalu dibawanya untuk bekerja. Tatapannya begitu tajam. Bagaikan hewan buas yang ingin menerkam mangsanya.

"Ma-maaf, Tuan." Melati langsung meletakkan benda itu, namun tanpa sengaja, dia malah membenturkannya pada jam tangan bermerk milik Aryan.

"Ampuni saya, Tuan, tolong maafkan saya," ucapnya sambil menangis tersedu-sedu. Dia hanya bisa menundukkan kepalanya sambil berharap ada keajaiban datang.

Memang, keajaiban datang, namun hanya di dalam mimpinya karena Aryan tak jadi marah. Hal itu karena mereka baru saja sampai ke rumahnya. Rumah yang akan menjadi tempat dimana dia akan memulai kehidupannya yang mengerikan. Berdasarkan ucapan Aryan.

"Bawa masuk dia ke dalam, aku akan berikan pengalaman mengerikan untuknya!" ucapnya sambil keluar mobil setelah seorang pengawal membukakan pintu mobil.

Ketakutan

Melati masih bertahan di dalam mobil itu. Tak berani keluar karena ancaman Aryan. Dia masih tetap berada di mobil yang sudah tak berpenghuni lagi.

"Matikan mobil dan kunci dari luar! Kita lihat sejauh mana dia akan bertahan!" ucap Aryan yang langsung dibalas anggukan oleh sang sopir.

Melati pun kebingungan saat mobil itu ditutup. Bisa-bisa dia akan kekurangan oksigen.

"Tunggu! Aku mau keluar, tolong, buka pintunya!" ucap Melati yang nyaris tak terdengar karena suaranya berada di dalam mobil.

"Berapa lama aku berdiri di sini?" tanya Aryan pada sang sopir.

"Tiga puluh detik, Tuan."

"Dia bisa keluar setelah tiga jam!"

Aryan pun masuk ke dalam rumahnya dan membiarkan Melati berada di dalam mobil. Dia akan mati kehabisan nafas dan terebus, apalagi saat ini matahari tepat di atas kepala.

Melati masih berteriak di dalam mobil agar dirinya bisa dikeluarkan. Namun, sang sopir malah ikutan pergi dan meninggalkannya sendiri. Betapa bodohnya dia karena memilih menetap di mobil. Nyatanya mau ikut Aryan atau tidak, dia tetap saja masih tersiksa.

Aryan yang sudah masuk ke dalam rumah memilih untuk duduk di sofa dan menyesap teh yang baru saja disajikan pelayan..

Prankkkk! Tiba-tiba saja dia melemparkan gelas yang dipegangnya dengan tatapan penuh kemarahan. "Siapa yang membuatkan teh ini!" serunya sambil berdiri dengan sorot mata tajam.

"S-saya, Tuan." Seorang wanita berpakaian pelayan maju dan menundukkan kepalanya dengan tubuh gemetaran.

Aryan mendekati pelayan itu dan menatap tajam saat sudah sampai di depannya. "Apakah kau tahu apa kesalahanmu?" desisnya hingga membuat suasana begitu mencekam. Pelayan lain hanya bisa tertunduk. Mereka tahu bagaimana kalau Aryan sedang marah.

"Aku menemukan sebutir gula yang belum terlarut di dalam tehku. Apa kau kira itu menyenangkan? Kau pikir itu lucu?"

"Ma-maafkan saya, Tuan, saya tidak sengaja. Saya akan lebih berhati-hati lagi," ucapnya dengan penuh ketakutan. Apa saja bisa Aryan lakukan.

"Sam! Pecat dia!" ucap Aryan yang langsung membuat pelayan itu terkejut. Dia menatap Aryan dengan tatapan hampir tak percaya.

"Tuan, jangan, Tuan. Ibu saya sedang membutuhkan biaya untuk operasi. Tolong saya, Tuan. Saya tidak punya apa-apa lagi selain ibu saya," ucapnya sambil berlutut di kaki Aryan. Dia bahkan tak segan memegangi kaki Aryan dan memeluknya erat.

"Singkirkan tangan kotormu!" Aryan menendang pelayan wanita itu hingga jatuh mencium lantai.

"Saya adalah tulang punggung keluarga dan hanya di sinilah harapan saya untuk tetap bisa melangsungkan hidup, Tuan." Pelayan itu masih menangis dan menundukkan kepalanya.

"Apakah aku terlihat peduli? Aku bahkan tidak peduli siapa dirimu. Sekarang enyah dari hadapanku!" Aryan pun kembali duduk, sedangkan Sam, asisten pribadinya langsung membawa pelayan wanita itu ke belakang untuk beberes.

Pelayan wanita itu masih menangis tersedu-sedu. Dia tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya setelah ini.

"Aku sudah mentransfer pesangonmu. Jangan pernah kembali ke sini atau menampakkan wajahmu lagi!" ucapnya setelah mengantarkan pelayan wanita itu sampai ke gerbang. Hanya memastikan jika dia telah pergi dari rumah itu.

"Tuan, tunggu, Tuan!" Tiba-tiba saja pelayan wanita itu kembali sambil setengah berlari. Namun, Sam lebih dulu menutup pintu pagar hingga dia hanya bisa berteriak dari sela pagar yang tak bisa ditembusnya.

"Tuan, ini salah, Tuan, saya membutuhkan...."

"Sudahlah, kalau sudah dipecat, kau tidak akan bisa kembali lagi ke sini!" Sang security pun langsung membentaknya hingga dia langsung memundurkan langkahnya.

Pelayan wanita itu pun menangis tersedu-sedu. Bahkan dia sampai jatuh terduduk di tengah jalan saking sedihnya.

"Makanya, kalau tidak mau dipecat jangan membuat kesalahan," cibir sang security dengan tatapan prihatin.

Sam yang akan kembali ke dalam melihat mobil Aryan yang masih ada di tengah-tengah jalaman. Dia melihat arlojinya, ternyata waktu sudah menunjukkan lima puluh lima menit semenjak Melati terkunci di dalam karena pada umumnya, oksigen di dalam mobil akan habis dalam satu jam. Berarti masih tersisa lima menit lagi. Dia melihat sudah tidak ada pergerakan di dalam mobil itu. Mungkinkah Melati sudah kehabisan nafas?

Sesampainya di dalam, dia melihat Aryan yang sedang memeriksa tabnya. Dia pun berdiri di sampingnya. Namun, gerakan tangannya yang gelisah membuat Aryan tahu jika sang asisten pribadi yang memiliki hati lebih lembek darinya itu merasa khawatir.

"Jika kau selalu menggunakan hati nuranimu, maka hidupmu akan seperti ini saja," ucap Aryan tanpa menoleh.

"Maafkan saya, Tuan. Saya hanya tidak ingin anda tersandung kasus karena membuat seseorang meninggal kehabisan nafas."

Aryan yang semula menatap tabnya pun langsung mengedarkan pandangan ke lain arah. "Berapa lama orang bisa bertahan di dalam mobil yang terkunci?"

"Satu jam, Tuan. Dan sekarang tersisa tiga menit lagi," ucap Sam menjelaskan.

"Aku memberinya hukuman selama tiga jam. Jika dia mati, maka itu salahnya."

"Saya tidak melihatnya bergerak lagi."

"Haruskah kita menyiapkan pemakamannya?"

"Saya serius, Tuan."

"Aku juga serius."

"Polisi tidak akan senang mendengarnya, Tuan."

"Aku punya banyak uang untuk menyenangkan telinga mereka."

"Media lebih cepat menyebar, Tuan."

"Uangku juga lebih cepat menyebar."

"Siapkan saja pemakamannya. Mungkin kita bisa melakukannya satu jam lagi."

"Tuan."

"Mengapa kau harus meninggikan suaramu? Apa karena kau adalah sepupuku?" Aryan melirik Sam yang terlihat menghembuskan nafas panjang.

'Kalau bukan karena permintaan terakhir Tuan Adrian, aku juga tidak mau menjadi asisten pribadimu,' batin Sam sambil menahan kesabarannya.

Namanya Samuel. Dia memang satu-satunya sepupu Aryan. Keponakan Adrian yang orang tuanya sudah meninggal sejak dirinya berusia lima tahun. Orang tuanya mengalami kecelakaan bersama dengan istri Adrian, ibu dari Aryan. Dia dirawat oleh sang paman hingga beberapa tahun lalu, Adrian pun meninggal karena sakit. Dia menitipkan Aryan pada Sam agar terus menjaganya. Sam berusia dua tahun lebih tua dari Aryan sehingga dirinya bisa menjaga Aryan yang menurut ayahnya masih butuh bimbingan. Sam memiliki sifat yang lebih lembut dari Aryan.

"Sam, sampai kapan kau terus menggunakan hati nuranimu? Apa kau kira aku tidak tahu jika kau mentransfer pelayan tadi dengan jumlah yang sangat banyak? Mengapa harus repot-repot memikirkan orang lain."

"Saya hanya tidak mau kejadian orang tua kita terulang lagi, Tuan. Anda tahu kan apa yang menyebabkan ibu anda dan kedua orang tua saya meninggal."

"Huhh! Aku paling tidak suka mengingat masa lalu. Jika kau ingin menolong wanita itu, lakukanlah, aku tidak melarangnya."

Sam melihat arlojinya. Sudah satu jam berlalu. Dia pun segera pergi ke mobil Aryan dan membukanya. Betapa terkejutnya dia ketika melihat keadaan Melati yang ternyata.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!