...My Doctor is My Husband...
..._____________***______________...
Dua tahun lalu saat itu Naura tengah melakukan KKN di sebuah sekolah menengah atas dengan senyum dia memasuki kelas tersebut.
Semua murid terdiam lalu mereka tersenyum menatap Naura, dengan wajah manis dan poni yang menutupi keningnya, rambut coklat dan kulit putih nampak begitu menggemaskan di hari pertamanya KKN.
"Wilujeng enjing sadayana!" (Selamat pagi semuanya!) sapa Naura yang merupakan seorang calon Guru bahasa daerah.
"Enjing bu!" (pagi bu!) ucap para murid barunya, Naura memperkenalkan dirinya dalam bahasa sunda dan mulai mengawali pelajarannya.
Semua murid pria nampak terkesima menatap Naura hingga akhir pelajaran, para murid tidak ada yang komplen ataupun merasa terusik membuat Naura merasa nyaman di kelas IPA tersebut.
Naura menuju ruangan Guru dan bertemu teman temannya yang lain yang sama sama KKN di sekolah tersebut, namun karena entah mengapa para temannya seakan tak menganggap keberadaan Naura, hingga akhirnya Naura memutuskan membuka sebuah aplikasi komik dan mulai bercengkrama dengan beberapa pengikutnya.
Namun beberapa siswa nampak berkerumun dan mendekati Naura, Naura terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangkat wajahnya menatap para murid barunya.
"Kenapa?" tanya Naura memperhatikan wajah para siswa yang nampak bersemu semu menatapnya malu malu.
"Ibu udah punya pacar belum?" tanya murid barunya hingga membuat Naura terkejut dan terkekeh kemudian.
"Sudah, kenapa?" tanya lagi Naura menatap para murid laki laki itu yang kini nampak tengah galau.
"Kamu serius sudah punya pacar Ra?" tanya seorang pria yang memang bersama dengan Nura mengikuti KKN.
"Iya." ucap Naura memperlihatkan sebuah foto dimana dirinya tengah memeluk seorang pria yang di ambil saat dirinya sekolah dulu.
"Inikan abang kamu!" ucap laki laki itu kemudian menghembuskan nafasnya kasar dan mengambil foto tersebut.
"Gue udah punya pacar kok! Nanti siang dia jemput aku." ucap Naura berbohong dan berusaha tersenyum meski kaku.
Semua orangpun terdiam dengan pengakuan Naura yang sulit di percaya, karena yang mereka kenal dan selama mereka kenal dengan Naura, Naura tidak pernah pacaran sekalipun dan selalu hidup menjomblo. Entah mereka percaya atau tidak tapi kini yang jelas Naura dalam masalah besar akibat kebohongannya sendiri.
Dengan cepat Naura menghubungi sebuah akun dan mengaduh padanya, dia merasa cemas dengan apa yang terjadi.
'Bang bantuin gue, cariin laki laki yang mau jemput gue siang ini.' isi pesan yang di lontarkan Naura pada sang kakak.
Memang sudah menjadi rahasia umum dimana Naura selalu mengaku sudah menikah dan memperlihatkan foto dirinya dan sang kakak, namun kini sang kakak sudah menikah dan bila dia mengaku sudah menikah itu akan membuat Kiaa yang tidak lain kakak iparnya merasa tidak enak.
Akhirnya kini Naurapun meminta bantuan sang kakak dan memohon padanya untuk meminta seorang pria datang menjemputnya siang itu. Tidak berapa lama sebuah pesan mampir di ponsel Naura.
"Asssiap, beliin rujak di jalan de, kakak ipar lu ngidam." ucap dari isi VN dari sang kakak.
Naura menghembuskan nafasnya kasar dan merasa sedikit lega, entah siapa yang akan di antarkan sang kakak namun dia berharap pria itu tidak akan membuatnya malu dan memiliki wajah tampan, pikir Naura.
Jam pulang sekolahpun tiba dan semua murid nampak bersiap pulang dengan cara mereka, ada yang di jemput mobil, motor ada yang naik angkot dan ada pula yang membawa kendaraan sendiri, hari itu sepeda motor Naura tengah di sercvice jadi dia akhirnya diantarkan sang kakak dan kini dia sedang menunggu seseorang yang menjemputnya di gerbang sekolah.
Sebuah motor gede dengan seorang pria dan buket bunga, nampak menghampiri Naura, Naura terperanjat dan berusaha tersenyum meski senyumnya kini nampak aneh. Pria itu membuka helmnya dan terlihat rambut hitam dengan wajah tampan di balik helem tersebut, mata coklat keemasan dengan bulu mata yang cetar dan hidung mancung serta kulit putih membuat sekejap hati Naura meleleh dan beneran jatuh cinta pada pria bayarannya yang dikirimkan sang kakak.
"Ini untukmu, maaf lama ya?" tanya pria tersebut, nampak teman teman KKN nya tergugu dan terpesona menatap ketampanan pria itu.
"Te..terima kasih." ucap Naura lirih menerima buket bunga tersebut dan tersenyum manis, menatap pria yang sama sekali tidak dia kenali.
"Wahh ini dokter baru di RSU kan? Astaga! Aku tidak percaya kalo bisa ketemu orang sibuk sepertimu." ucap salah satu teman KKN Naura. Naura tergugu melihat temannya yang kenal dengan pria tersebut.
'Wait! Dokter? Mampus gue!' ucap Naura dan masih berusaha tersenyum meski jelas terpaksa.
"Iya, aku Irham pacarnya Naura." ucap pria tersebut dimana nama itu seakan familiar di ingatan Naura meski dirinya sendiri agak lupa dengan hal itu.
"Waah Ra! Asli gue percaya sekarang lu udah punya pacar." ucap temannya tersebut menepuk pundak Naura yang terasa membatu.
"Heheh, kita pulang dulu ya! Papayo all.." ucap Naura berusaha cepat cepat bergegas dan menerima helem yang di sodorkan Irham kepadanya.
Baju hitam ketat dan jas berwarna biru sebagai jas almamater saat itu Naura kenakan, Naura berharap dirinya cepat cepat pergi dari kerumunan tersebut dan beristirahat di rumahnya.
"Bantu gue cari tempat penjual rujak dulu." ucap Naura meminta pada pria tersebut yang tengah melajukan motornya.
Pria itu tak menjawab dan melajukan kendaraannya dengan cepat dan mengerem mendadak saat lampu merah menyala di jalan raya.
Duk, helem mereka beradu dan membuat Naura memasang muka masam dan kesal bukan kepalang. "Lu bisa bawa motor gak si! Pelan pelan dong!" Protes Naura mengetuk helm Irham dan kembali Irhan tidak bersuara masih masang wajah yang sulit terbaca karena tertutup helem.
Naura lagi lagi merasa bingung saat pria tersebut membawanya ke sebuah mall dan nampak begitu ramai.
"Loh kok kesini?" tanya Naura bingung melepas jas almamaternya dan melipatnya hingga rapih untuk di simpan di tas ransel kecilnya.
"Kita beli alat alatnya saja dan membuat rujak di rumah, itu lebih higenis." ucap Irham melepaskan jaketnya dan sontak membuat Naura terkaget kaget karena baju yang mereka kenakan itu sama.
Naura menganga tak percaya merasakan tangannya yang di genggam hangat dan di rasakan desiran aneh di dadanya. Naura menepis jauh jauh pikiran aneh dalam hatinya dan mengikuti langkah pria itu dengan jaket di tangannya.
Pria itu nampak memilih beberapa makanan siap saji, di mall yang memang di siapkan berbagai jenis dan hidangan korea itu. Naura menatap kagum bagaimana pria itu berbelanja dan terdiam memperhatikan saat Irham mendorong troli belanjaan.
Hingga akhirnya mereka sampai di sebuah tempat buah buahan dan dengan sigap pula Irham memilih beberapa buah dan berbagai jenis bahan bahan rujak sedangkan tanpa suara mereka hanya terdiam.
Irham terdiam sejenak saat berada di sebuah box foto, dia terdiam dan memperlihatkan wajah ragu namun nampak ingin, hingga akhirnya pria itupun menggeleng dan kembali akan melangkahkan kakinya.
"Kita foto dulu yu!" ajak Naura, dia merasa ada sebuah hal yang di sembunyikan pria tersebut saat berhenti dan sekilas menatap box foto.
Bersambung...
"Eh, ta...pi?" Irham sedikit ragu namun tangannya di tarik Naura memasuki ruangan sempit tersebut.
Naura yang sudah beberapa kali mengikuti foto syoot dan memenangkan kejuaran modeling pun mulai berpose, namun Irham nampak sangat kaku dan tidak pandai bergerak.
Dengan sangat terpaksa, Naura mengarahkan langkah langkah Irham dan meminta pria tersebut memberikan fose sama dengan arahannya, dan berhasil memberikan satu gambar yang sangat bagus.
"Foto itu ungkapan perasaan, coba kamu berfose dengan perasaan kamu." ucap Naura merasa risih memberi arahan pada Irham yang kaku.
Irham mengangguk faham dan menarik pinggang Naura hingga mereka sangat berdekatan, nafas mereka seperti bersatu dalam satu nada dan membuat darah Naura bedesir cepat saat mata mereka beradu.
Hingga akhirnya fose yang menegangkan itupun selesai dan Naura bernafas lega namun tidak di sangka Irham kembali menarik tubuh Naura dan mengecup bibir dan sedikit menggigit bibir bawah Naura hingga membuat Naura memejamkan matanya dan mendorong pria itu dengan kuat.
"Woi! Jaga sikap lo!" ucap Naura kesal menampar pipi pria itu hingga oleg, bahkan anting anting yang di kenakan Irhampun ikut terbawa dan jatuh akibat tamparan Naura.
"Kuplak! Somplak! A...rrgh!" Naura amat kesal dan mendorong pria itu hingga terjatuh dan keluar ruangan sempit itu menuju keluar mall tanpa memperdulikan belanjaan mereka.
"Sial! Kuplak!" Naura makin kesal saat melihat buket yang dia sengaja taruh di atas jok moge itu dan langsung Naura ambil dan menginjak injak bunga itu hingga hancur dan berlalu dengan amarah di dadanya yang menggebu memberhentikan sebuah angkot sebelum akhirnya pergi.
Naura langsung pulang ke rumahnya dan tidak memperdulikan apapun lagi perasaan kacau dan sial meruntuti hatinya dan menjadikannya ingin sekali membunuh pria yang sudah berani melecehkannya itu.
Naura terus menyampaikan sumpah serapah dan marah marah tidak jelas di bibirnya hingga sampai di rumah sang bunda dan mulai mingkem tak bersuara saat melihat bundanya tersenyum di ambang pintu.
..._____________***_____________...
Siang hari itu Irham tengah sibuk dengan pasien pasiennya, sebagai seorang dokter muda dan berasal dari lulusan salah satu Universitas besar di Indonesia membuatnya cukup populer di kalangan Dokter.
Siang itu jam makan siang tiba Irham selayaknya biasa membuka bekal makanan yang biasa dia buat sendiri di pagi hari. Namun siang itu agaknya dewi Portuna tengah berada di pihaknya saat ponselnya berbunyi dan memperlihatkan wajah tidak asing yang selalu membantunya.
"Hallo Ian?" sapa Irham saat sambungan telepon terhubung dan suara Ian nampak lesu.
"Eh Ham, bantuin gue dong!" ucap Ian dengan suara memelas memohon.
"Bantu apa? Gue lagi di RS pasien gue banyak nih!" jawab Irham berusaha membuat nyali Ian sedikit menciut.
"Lu tau kan, gue tiap pagi muntah muntah akibat morning since, gue lemes banget sumpah. Bantuin gue jemput adek gue Naura dong, dia gak bawa motor soalnya motornya lagi di service." ucap lagi Ian masih dengan nada memelas.
'Naura?' batin Irham dengan pipi yang tiba tiba menghangat dan rona merah nampak menghiasi wajahnya.
"Dimana?" tanya Irham tanpa penolakan atau pertanyaan lagi, kesempatan emas semacam itu sama sekali tak ingin dia lewatkan.
Sebuah anting hitam di telinga Irham menjadi lambang kenakalannya, dia juga seorang peminum saat kuliahnya dulu, bahkan sudah terbiasa bergonta ganti pacar dan pasangan sebelum bertemu Naura.
"Di SMA 2, itu tempat sekolah kita dulu!" ucap lagi Ian menjelaskan. Irham mengangguk faham dan tersenyum sekilas memeperlihatkan wajah yang sulit di tafsirkan.
"Oke gue kesana nanti, jam berapa?" tanya lagi Irham memastikan keberangkatannya.
"Jam 3 sore, pake Kurtilas kurikulumnya jadi sore, lu jemput aja jam segitu! Oh ya satu lagi, lu mesti ngaku jadi pacarnya dia kalo lu jemput dia, para setan gangguin dia, gue gak terima!" jawab Ian menerangkan penjelasan andiknya semula pada Irham. Dan menerangkan perasaannya. Sontak saja hati Irham berdegup layaknya petasan yang meledak ledak dan melonjak lonjak kegirangan mendapatkan pesan tersebut.
"Oke, gue jemput!" ucap Irham langsung mematikan telepon dan di waktu istirahatnya dia kembali mempersilahkan para pasiennya untuk kontrol kembali berusaha mengefesiensikan waktu.
Jam menunjukkan pukul 13.30 sedangkan seluruh pasiennya sudah Irham tangani, Irham lantas cek out dan manatap mobil yang sering dia kendarai, dengan perlahan Irham keluar dari area RS dan kembali ke rumah cicilannya di sebuah perumahan sederhana yang dia tinggalinya saat itu.
Dengan senandung lembut Irham menaiki anak tangga menuju kamarnya merasakan perasaan bahagia yang kini menyelimuti hatinya, guyuran air dingin menerpa kulitnya saat siang terik membakar sebagian orang yang tengah bekerja.
Irham bercermin saat dirinya dirasa sudah siap dan melihat sebuah foto yang dia ambil sembunyi sembunyi pagi itu, yaitu foto Naura dengan baju hitam dan jas almamaternya.
"I'm comeing beby.." ucap lirih Irham sekilas mengecup ponselnya dan berlalu ke garasi tempat dia menyimpan kendaraan.
Dengan sengaja Irham memilih sepeda motor yang di persiapkan untuk membonceng perempuan dan terkekeh setelahnya menatap bagaimana nanti ekspresi Naura.
Di jalan Irham mampir ke sebuah toko bunga dan membeli sebuah buket untuk Naura, dan kembali melajukan sepeda motornya dan memelankan kendaraan itu saat menatap bagaimana seorang wanita yang nampak begitu manis memainkan ponselnya dan sesekali menatap ke kiri dan ke kanan.
Ada sebuah gejolak rasa yang amat sulit di tafsirkan kala itu, wajah manis dengan tubuh mungil itu mampu membuatnya jatuh cinta lagi, lagi dan lagi. Tidak tahu sampai kapan cinta itu akan tumbuh namun perasaan itu adalah kali pertama Irham merasakannya meski sebelumnya dia sudah pernah bergonta ganti wanita.
Irham melajukan kendaraannya dan berhenti tepat di depan Naura, rasa gugup jelas dirasakannya kala itu. Karena untuk pertama kalinya dirinya akan berkenalan secara langsung dengan gadis yang sudah dia cintai sangat lama itu.
Hingga beberapa prakata terucap dan Naura yang nampak gelisah nampak jelas di upuk mata Irham hingga akhirnya dia berlalu meninggalkan gerbang sekolah itu. Saat di perjalanan Irham yang dulu sudah terbiasa membonceng perempuan dan dengan sengeja menekan rem dan kupling bersamaan saat lampu merah menyala yang sudah dapat dia perkirakan, dua tonjolan di dada gadis itu mendorong tubuh Irham hingga desiran aneh lagi lagi membuat Irham salah tingkah. Bila tidak tertutup helem mungkin wajah Irham sudah memerah layaknya kepiting rebus saat itu.
"Woi, bisa bawa motor gak si!" ucap Naura seraya mengetuk ngetuk helem Irham, meski tanpa suara namun wajah Irham saat itu amat bahagia, di tambah lagi Ian yang begitu perhatian untuk memberikan waktu lebih lama antara dirinya dan Naura saat meminta Naura membeli rujak untuk kakak iparnya.
Dengan sengaja Irham membawa Naura ke salah satu pusat perbelanjaan yang cukup besar di daerah itu, Irham sempat tersenyum saat menatap wajah terkejut di mata Naura saat baju yang mereka kenakan sama.
Bersambung ...
Dengan langkah pasti Irham menggenggam tangan Naura dengan lembut, berharap Naura dapat merasa nyaman dan bisa merasakan perasaannya saat itu.
Irham dengan sengaja memperlihatkan kelihaian dan bagaimana dia yang begitu cekatan memilih beberapa belanjaan dan buah hingga akhirnya mereka sampai di samping sebuah box foto.
Irham sangat ingin berfoto dan meninggalkan kenangan indah itu dalam bingkai kemesraan namun hatinya kembali meringis dimana saat itu status mereka tidak lain hanyalah pura pura belaka.
'Ah, aku hanya bisa seandainya sekarang.' bisik hati Irham menatap bagaimana kini Naura tengah menatapnya lekat dan tersenyum padanya meminta dirinya untuk berfoto bersma. Bahagianya saat itu hati Irham saat tangan lembut itu menariknya memasuki ruangan sempit yang sangat membuatnya sesak itu, dengan mata yang terus menatap kagum ke arah Naura Irham amat sulit mengendalikan dirinya.
Dan kini nampak jelas Naura yang kesal dan memintanya berfose dengan benar, dengan telaten Naura memindahkan tangannya menyerunya memberi tatapan pada kamera dan memberinya arahan mengsi matanya dengan energi mematikan dari tatapan elang.
Tangan Naura melingkari leher Irham hingga membuat pria itu sedikit canggung dan berusaha menutupi semirak merah di pipinya yang sudah mulai memberikan rona saat wajah Naura terasa amat dekat dengan pipinya.
Sebuah kalimat meluncur dari bibir Naura meminta Irham untuk sepenuh hati melakukan foto tersebut, jelas saja apa yang di katakan oleh Naura sangat membuatnya bahagia, dengan cepat Irham menarik pinggul mungil indah itu dalam dekapannya dan tanpa sengaja menatap bibir yang terbalut lipstick merah itu, ingin atau bahkan sangat ingin Irham memakan bibir yang terlihat sangat manis itu, namun sebuah jepretan dan mata Naura yang nampak tertutup membuatnya membuyarkan imajinasinya yang sempat mengembang.
Nampak tak ada penolakan dari Naura saat mereka berdekatan bahkan sampai hidung mereka beradu dengan hembusan nafas yang terasa panas menerpa mereka.
Keinginan di hati Irham kian menggebu saat Naura akan kembali menyentel satu jepretan lagi, Irham menarik tangan Naura dalam dekapannya dan langsung mengecup bibir merah itu dan sedikit menggigit bibir bawah gadis itu hingga merasakan bertapa deburan cinta menghantam hatinya, namun tak dapat di pungkiri Irham bila saat itu kelakuannya memang sudah keterlaluan.
Sebuah cengkraman dan kemudian dorongan keras dirasakan Irham hingga akhirnya sebuah tamparan mengenai wajah Irham sangat keras.
Sebuah sumpah serapah keluar dari mulut Naura mengatai Irham yang memang kurang ajar, Irham sendiri merasa sangat menyesal dengan kelakuannya sendiri yang tidak dapat menahan diri, Irham menatap mata marah di wajah Naura dengan kembali sebuah dorongan kasar di berikan gadis itu hingga akhirnya Irham terjatuh dan terjerebak, Naura meninggalkan Irham sendirian di ruangan kecil itu.
"Maaf Naura.." lirih Irham saat Naura meninggalkannya sendiri, dirasakan pipinya yang hangat akibat tamparan keras Naura, menyesal mungkin itu adalah kata tepat untuk penggambaran perasaan Irham saat itu, namun percuma waktu kini telah berlalu dan penyesalan saja tidak akan mengubah segalanya.
Dengan langkah lesu Irham menatap runtuyan foto yang baru di ambilnya dan sebuah gambar kini terpampang di depan mall tersebut memperlihatkan foto terkeren dalam sehari, dimana ciumannya saat itu mungkin akan sedikit membuat Naura kian di cap gadis nakal.
Semua orang menatap ke arah Irham dan kemudian mentap ke arah foto yang terpampang, mereka nampak senyum senyum menunjuk ke arah Irham, sedangkan Irham sendiri hanya dapat menunduk malu menyaksikan perbuatannya yang tidak sopan pada Naura.
Tak ingin kejadian buruk kian larut Irham buru buru memayar belanjaannya di kasir dan segera membawa belanjaan itu dalam motornynya, sekilas Irham melihat buket bunga yang nampak hancur yang mungkin kini tepat menggambarkan perasaannya saat itu.
"Aku harus cepat berbuat sesuatu!" ungkap Irham dan segera melajukan kendarannya dengan cepat membelah keramaian kota dan memaskui sebuah kawasan asri dengan hawa dingin yang kian merasuki kulit.
"Permisi!" ucap Irham dari balik pagar hingga akhirnya seorang pria dengan kain sarung dan kumis tipis dan wajah tua menatapnya ragu.
"Mencari siapa ya a?" tanya pria itu menatap Irham dari ujung kaki hingga ujung kepala, hingga akhirnya pandangannya jatuh pada sebuah tindikan di telinga Irham yang nampak sedikit memerah akibat tamparan Naura.
"Nauranya ada pak?" tanya Irham sedikit ragu saat tatapan penuh selidik di jatuhi pria itu terhadapanya.
"Ada apa cari puteri saya?" tanya pria itu sedikit mengangkat alisnya dengan kembali menatap Irham kian semakin ragu.
"Oh ini pak, tadi Naura meninggalkan ini, dan titipan dari teman saya juga Ian." ucap Irham meneguk salivanya saat melihat bagaiamana sangarnya bapak Naura.
"Oh, Nauranya ada di dalam." ucap ayah Naura memberikan jalan pada Irham untuk masuk dan mempersilahkan Irham untuk memasuki kediamannya.
"Ara? Ini ada yang cari!" teriak ayah Naura, hingga akhirnya sebuah pintu yang tidak jauh dari ruangan itu terbuka, memperlihatkan wajah cantik terbalut mukena.
Tatapan Naura terlihat amat menusuk dan membelah kepercayaan diri yang sempat singgah di hati Irham, Naura kemudian tersenyum menatap sang ayah.
"Kamu, ada apa?" tanya Naura nampak jelas keterpaksaannya menyapa Irham karena tidak ingin menyinggung sang ayah yang masih berada di ruangan itu.
"Bapak mau kembali ke belakang ya Ra, ingat mesti jaga jarak." ucap sang ayah memberikan nasihat, Naura mengangguk dan menutup pintu kamarnya mendekat ke arah Irham dan duduk bersebrangan di ruang tamu tersebut.
"Tadi itu.." Irham berusaha menatap Naura menggigit bibir bawahnya memperhatikan Naura yang nampak masih melihat kepergian sang ayah yang melenggang keluar rumah.
Plak, sebuah tamparan lagi lagi di layangkan Naura tepat di wajah Irham hingga membuat pria itu terdiam seketika dan menatap wajah tanpa riasan dimana hidungnya sudah nampak memerah dengan air mata yang mengalir.
"Pergi dari sini..!" ucap Naura getir dengan suara serak dan pelan. Tidak menyangka, itulah yang ada di pikiran Irham saat itu, dia menatap bagaimana wajah sendu yang kian membuat hati Irham tersayat.
"Maaf.." ucap Irham lirih berusaha menekan penyesalannya yang begitu terasa dalam, berciuman memang sudah jadi hal biasa bagi Irham, dia juga mengira bila Naurapun sama karena melihat kecantikan gadis itu tentulah banyak pria yang mendamba sosok Naura.
"Naura maaf.." ucap lagi lirih suara Irham hingga tanpa mereka sadari seorang wanita berhijab besar tengah memperhatikan mereka di ambang pintu dan nampak dengan wajah cemas dan sedikit takut.
"Ada apa ini?" tanya wanita itu dengan ponsel di tangannya menatap Naura dan Irham begantian, retina mata wanita itu membulat saat melihat dua sosok itu dan melihat Naura yang nampak tengah menangis.
"Ra?" wanita itu memeluk Naura lembut merasakan sebuah desiran kekecewaan dan matanya menatap tajam ke arah pria yang kini nampak tertunduk lesu dan mencengkram dua tangannya.
"Kamu.. Sudah Ra! Aku sudah tahu semuanya, pergi lo dari sini! Sebelum gue banting ke luar pagar!" ucap wanita itu menunjuk nunjuk ke arah Irham hingga membuat nyali pria itu menciut dan pergi.
Dengan lembut dan penuh perhatian wanita yang di ketahui namanya Lia itu membawa Naura ke kamarnya menatap berjuta kekecewaan dan duka, hati Lia ikut meringis menatap jatuhnya air mata yang biasanya terjatuh akibat tawa itu.
"Aku tahu, ini kan?" ucap Lia memperlihatkan foto Naura di sebuah pusat perbelanjaan dan sudah menyebar ke berbagai situs internet dan sosial media dimana fotonya menjadi sorotan para netizen.
"Loh, kok kamu.." Naura sedikit terkejut saat melihat foto tersebut, hancur sudah seluruh harga diri Naura, dimana sebelumnya dia sering kali dikenal sebagai gadis nakal dan pembuat onar, dan kini di tambah lagi dengan foto semacam itu.
"Aku harus gimana Ia?" tanya Naura kembali memeluk Lia yang nampak sedikit bingung dan entah apa yang harus dia lakukan.
"Bukankah besok kegiatan belajar mengajar menjadi di rumah?" tanya Lia berusaha mengalihkan pikiran Naura yang tengah kalang kabut.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!