Dikeheningan antariksa, Aku melangkah kedepan sambil menepuk helm Robotic yang di kenakan, terus melangkah kearah depan seolah pusing dengan keadaan ku saat ini. Lokasi yang sedang dipijak olehku sekarang adalah area pendaratan pesawat angkasa bermuatan kecil, letaknya berada diatas kepala Pesawat Angkasa Utama.
Pesawat angkasa utama, super super gede. Ukuran sama dengan satu Kota di Bumi. Bahkan, luas kota di bawah saat ini terlihat hanya lampu saja. Tapi, orang-orang dibawah sana jelas melihat ini sangat lah besar dan tampak jelas.
Aku tersenyum saat memikirkan hal itu.
"Yah, wajar saja kan ini dunia lain?o di dunia ini sebutan untuk Pesawat Angkasa seperti ini adalah Netra, berbeda dengan di Bumi pasti orang-orang menganggap nya sebagai Pesawat Angkasa milik Alien atau UFO!"
"Dunia lain emang beda ya?" Ujarku mengela nafas dengan perasaan lega seolah ada perasaan nyaman dari kalimat yang diucapkan barusan.
Dibelakang terlihat 2 orang dengan pakaian Robotic, mengikuti langkah ku. Lekukan tubuh mereka jelas menandai mereka berdua adalah Gadis.
"Sah, apa yang akan kita lakukan terhadap Musuh kuat ini?!" Ucapku menaruh ke2 tangan ku memegang pinggang dan menatap kearah depan.
Tampak portal besar sedang berputar menyerap apapun disekelilingnya. Tapi, sayang nya disini tak ada apapun kecuali pesawat angkasa ku yang memiliki Barier kuat. Barier pesawat melindungi area depan dengan kapasitas ketiadaan sehingga tak ada satupun yang bisa mendekat dari garis Barier.
Semua Bintang terlihat di sepanjang mata memandang. Angin seolah menarik apapun yang ada disekitar. Tapi, tak sedikit pun 3 orang berbaju robot itu tampak tertarik oleh arah angin. 3 orang berbaju Robot itu adalah Aku dan 2 gadisku. Tentu saja, aku berada di tengah sebagai pemimpin. Mengenakan Pakaian Robotic dengan tema fantasi Naga yang menyerupai Humanoid bertanduk Naga.
Ini adalah salah satu Karakter yang paling sering ku gunakan bernama Venom. Sementara dua gadis ku dibelakang, yang satu mengenakan Pakaian Robotic bertema Harvy, sebut saja otak kanan karna dia pasti akan selalu berdiri di sisi kanan ku dan Yang satu nya kiri, selalu berdiri disisi kiriku. Saat ini Pakaian Robotic yang dikenakan nya bertema Asmodeus Dewa Iblis.
Masing-masing dari kami memegang pedang di pinggang. Karakter yang sering ku gunakan sekarang ini merupakan Karakter Game Fps. Meski konyol, ini lah hobby ku yang selalu suka menjadi berbeda diantara yang lainnya.
Jika orang pakai Senjata Tempur, kita pakai pedang. Jika mereka pakai pedang, kita pakai senjata. Tampaknya aneh, tapi aku memang orang yang begitu.
Aku saat ini merentangkan tanganku dan tertawa terbahak-bahak.
"Kahahaha, datanglah padaku Dewi!"
Ke2 gadis ku langsung memasang pose memegang pedang dengan kuda-kuda bertarung layak nya Ksatria.
Aku memegang sarung pedang di pinggang ku.
"Kalian siap!" Ujarku berkata dibalik Helm Robotic yang menurunkan kaca tembus pandang sehingga tampak wajahku menyeringai.
Dengan Pupil mata Opal hitam, rambut belah tengah dengan warna segelap tinta. Itu sangat cocok untuk diriku yang tak diketahui ini. Seorang Penguasa Langit diatas Ibukota Negara bernama VIP.
Aku menarik pedang dan tersenyum dengan mata melebar.
"Kita akan kalahkan Dewi itu!" Kataku berucap dengan detak jantung yang sangat membara.
2 gadis dikanan kiriku mengangguk memegang pedang dengan wajah serius seolah tersampaikan perasaan ku kepada mereka. Saat Helm Robotic nya menampakan wajah mereka, masing-masing dari mereka jadi tampak lebih bergairah.
"Oke, Kita akan babat habis Dewi itu!" Gadis di Kanan ku, mengepalkan tangannya seolah sangat bersemangat.
Dia adalah Elf, mahluk yang memiliki telinga runcing. Matanya seperti kristal hijau muda dan berambut putih cerah. Jika tanpa helm Robotic, warna rambut nya mirip Lobak.
Lalu ...
"Ha, jelas sekali dia tak mengetahui Derajatnya sampai berani menyerang Kapal angkasa Tuanku!" Gadis yang sedang merengangkan tangannya dengan gaya petarung ini, si Kiri. Dia merupakan jenis Dragon, dengan rambut biru tua dan mata Ruby biru tua.
Aku melompat keatas, memegang Pedang dengan tangan kanan. Saat ini ,jiwa ku membara seolah sesuatu membuat bangkit jiwa yang terpendam di dalam dada ini. Ditambah 2 gadis itu sepertinya mengimbangi ku dengan wajah yang teramat sangat bersemangat, seolah olah mereka dan aku sudah benar benar menyatu dalam kejadian ini.
"Unity!" Teriak ku, seketika bola mataku seperti sedang diretas dengan lambang sihir yang muncul di sekeliling Pupil.
Deserkkkk, gesekan pedang mengarah ke Portal.
6 tahun berlalu, aku mengetahui dunia ini di kuasai oleh wanita. Maksudku, sulit bagi para Pria untuk jadi seorang berwibawa. Itu adalah hal lumrah, dimana setiap Wanita punya pasangan lebih dari satu. Juga banyak yang menjual belikan budak Pria dari pada penjualan budak wanita. Semua informasi itu ku ketahui dari Unity karena sejak Janji nya 6 tahun lalu. Aku jadi sering pulang pergi ke Pesawat angkasa.
Didunia yang seperti game Otome, yah aku sudah tahu. Ini persis seperti dugaan ku dulu dimana aku melihat Ibuku. Sosok dengan wajah cantik penuh karisma, berambut ungu dan bermata Ruby ungu. Dia adalah salah satu Karakter di game itu, dimana sosoknya menjadi Ratu yang kejam. Mendapat perhatian dari Kekaisaran atas upeti dan jasa yang besar. Sosok Ratu dari Negri boneka bernama VIP yang di kontrol sepenuhnya oleh Kekaisaran.
Game ini juga Vr, tapi aku tak menamatkan nya karena Game berbasis Offline serta Otome Reverse Harem tidak ku suka. Setelah memainkan nya sekali di stage pertama aku langsung keluar dan Uninstall aplikasi nya.
Tak ku sangka, aku akan berakhir rengkarnasi ke dunia Game Otome yang tak kusukai.
Tapi, dalam masa sekarang tampaknya masih belum terjadi hal itu, membuat aku jadi sering cemas. Pria seperti ku yang selalu mendapat sorotan buruk tau sekali rasanya akan sesuatu yang buruk banget, seperti masa depan suram. Aku mula nya berniat mengabaikan hal itu tapi tidak sekarang.
Menjadi anak dari salah satu tokoh jahat, yang akan mati di tangan Heroin. Maksudku, di masa depan aku bakal jadi anak yatim piatu. Sudahlah tak tau siapa Ayah ku yang sebenarnya, malah ada ramalan dengan alur Game seperti itu.
Itu membuat ku cukup depresi selama 6 tahun belakangan.
"Pakaian nya sudah di pakai belum?" Wanita masuk ke kamarku.
Wanita itu bernama Asila Farma, merupakan Putri pertama Kerajaan VIP. Memiliki rambut merah dengan tatapan penuh ambisi, dia adalah sosok Kakak yang tegas menurutku ...
Yah, seandainya dia membuang sifat Overprotektif nya.
"Jangan terlalu sering menggunakan make up berlebihan pada Erlan!" Tatap nya pada Gadis yang mendandani ku.
Dia menatap tajam, gadis yang sedang mendadani ku menaruh alat make up dan bedaknya.
"Kakak Cila, lebih baik kau diam ... Kau itu tak cocok jadi wanita karena memiliki otot hampir di seluruh tubuh mu ..." Menyindir si Asila, Gadis itu tampak terlihat tersenyum setelah mengucapkan hal barusan.
Asila tampak menjadi sangat kesal, tampak genggaman tangan nya yang terlihat keras. Dia menunduk menggigit bibir bawahnya, saat ini dia terlihat sangat emosi.
Aku melihat mereka berdua mulai saling menatap tajam, beradu pandangan sinis. Wajah ku mendatar melihat mereka yang setiap harinya saling menghina. Gadis ini adalah adikku, umurnya 1 tahun lebih muda dari ku. Namanya adalah Kathrina, sosok berlidah tajam dan Narsis.
"Kalian berdua kenapa tidak bisa akur sehari saja ..." Aku mengeluh dengan nafas berat.
Kathrina menatapku dengan tajam begitu juga Kakak Asila. Seperti biasa, mereka mulai melampiaskan nya ke diriku.
"Agh, aku tak berkata apa apa lagi kok ..." Menggigil seketika saat mereka menatapku serentak, aku jadi sangat tegang dan cemas.
Kakak Asila mengeluh kedepan, lalu berkata dengan wajah serius.
"Anak-anak seperti mu tak tahu apapun soal Jabatan, kau sangat narsis sehingga mulut mu itu seperti pisau ..."
Dia lalu menatapku. "Coba lihat Erlan, dia sangat dewasa ... Bahkan, dia rela melakukan hal seperti ini untuk menjadi Putri mahkota meski dia seorang Pria ..."
Aku mendengar itu menjadi tertunduk.
Dalam hati aku merasa terpuruk. "Tajam banget tuh mulut Kakak Cila, apa kau pikir aku mau jadi Gadis ... Kah, ini semua gara-gara Kekaisaran ****** yang akan selalu mengunjungi Kerajaan yang bernaung di bawah kekuasaan nya ... Hari itu dia ingin melihat penerus Kerajaan VIP tapi yah kandidat 2 orang ini tak berguna sama sekali ..."
Aku menatap kearah Asila, sadar akan sesuatu yang di mana Dunia ini memandang sosok gadis tomboy dan kuat seperti nya sebagai Aib. Lalu, menatap kearah si Kathrina gadis kecil imut dan cantik namun bersamaan dengan hal itu dia mendapat gelar sebagai Pencinta sesama jenis padahal aku tahu itu hanya kesalah pahaman. Kathrina yang ku tahu, hanya suka gadis cantik untuk di dandani seperti boneka. Mumpung aku terlihat cantik meski cowok, aku malah jadi bahan boneka boneka nya sejak kecil.
"Ah, sialan ... Aku memang tidak di Banned tapi ini seperti nya Nostalgia banget ... Sama aja kan, aku nyebunyiin identitas kayak dulu ... Kah, aku ga mau begini!" Teriakku dalam hati.
Aku mengucek ucek rambut ku saat berpikir terlalu keras. Itu membuat Kathrina jadi memalingkan pandangan nya sebelum ia sempat membalas ucapan Kakak Asila.
"Wah, jangan dirusak dong rambut nya! Itu sudah ku beri kondisioner loh, make up-nya juga sulit banget di tata tapi sekarang rusak ..."
*Push!
Aku meniup rambut ku yang menutupi wajah. Dengan wajah datar dan make up yang berlepotan aku memasang wajah masam.
"Aku pusing banget!" Kataku dengan raut kerut masam.
Kathrina mendekat dan mengambil kapas. Dia memasang wajah cemas dan panik. Rasanya seperti dia mau menangis tapi aku tak peduli.
"Astaga, kenapa kau merusak usaha keras ku ..." Wajah nya sangat sedih saat mengelapi gincu yang menjalar ke pipi di kanan ku.
Dia mengelap nya pelan lalu menangis. "Hiks!"
Aku sudah tau hal ini akan terjadi. Lalu, pandangan ku beralih ke Kakak Asila yang terus menerus bertingkah cemas. Dia salah tingkah, bukan karena cinta tapi karena cemas.
"Kau baik-baik saja Erlan? Apa kepala mu kena kutukan?! Astaga, apa yang harus Kakak perbuat? Ya dewa, gimana nih?!" Wajah nya sangat khawatir, ingin menyentuhku tapi ragu sehingga hanya bisa salting cemas dari depan pintu.
Pemandangan seperti ini, adalah hal lumrah di kehidupan ku.
"Sialan, akan ku buat Kaisar Marseille merasakan penderitaan!" Ujarku di hati sambil memasang wajah datar.
Setelah itu, aku di dandani ulang. 3 jam kembali berlalu, hanya untuk berdandan saja.
"Ini beneran buat kesal!" Ujarku di depan cermin saat sendirian.
Kathrina mengetuk pintu kamar ku.
* Tok!
"Ayo keluar, Keluarga Kekaisaran sudah tiba di ruang singgasana ..." Suara di luar pintu kamar, Kakak Kathrina seperti menantikan sesuatu.
Aku mengela nafas keluh. "Ha,ah kenapa bisa begini sih?" Tatap ku kebawah dengan raut sedih lalu ...
*Pok!
"Jangan mengeluh lagi, ini sudah terjadi!" Menyemangati diri ku sendiri dengan senyuman percaya diri.
Aku lalu berbalik dan keluar kamar.
Kakak Kathrina menatap ku dengan senyam senyum.
Aku mendatar melihat itu.
"Astaga, semangat ku langsung hilang sekarang ..." Ujarku dihati, lalu aku bergumam pelan, "aku yang bertemu dengan Keluarga Kekaisaran tapi malah dia yang terlihat senang ... Ha,ah, pasti karena dia mengharapkan pujian atas kerja keras nya mendandani ku ..."
Aku menatap dengan wajah datar nan kusam ke arah Adikku Kathrina.
Dia melihat ku begitu menjadi memasang wajah memerah.
"Ke-kenapa?" Ujarnya berkata gagap.
Aku menggeleng kan kepala. "Tak ada apa apa, ciiiiiiii ..." Mengatakannya dengan wajah datar penuh curiga.
Dia berbalik menyembunyikan wajah memerah nya.
"Kalo gak ada apa-apa, ayo pergi ke Ruang singgasana sekarang, jangan buat Keluarga Kekaisaran menunggu mu ..." Ujarnya melangkah dengan senyuman manis.
Aku mengikuti nya dari belakang. "Baik-baik!"
Di jalan seorang Maid mendekati ku, lalu berkata.
"Tuanku, Unity disini! Aku mau melaporkan padamu, Pesawat angkasa diserang ..."
Aku menatapnya dengan wajah datar si Maid itu.
"Apa kau kesulitan?"
Dia menjawabnya dengan tundukan. "Tidak, itu bisa diatasi dengan mudah ..."
Aku mengela nafas keluh. "Baguslah, tapi itu menyebalkan ..."
Aku mengeluh kebawah. "Hah, kenapa mereka gak pernah nyerah si ...?"
Aku menaruh tangan dengan posisi istirahat didepan lalu bertanya dengan wajah datar.
"Kapan mereka akan menyerang kita?"
Maid menyentuh bibirnya lalu diam sejenak. Setelah beberapa menit dia mengangkat dagunya dan berucap.
"Aku memperkirakan nya, kelihatanya sore ini ..."
Mendengar itu aku melirik kearahnya. "Jadi begitu ya ..."
Aku menoleh kearah nya lalu menggerakkan tangan ku.
"Kau boleh pergi!" Mengusirnya dengan gerakan tangan.
Maid itu membungkuk dan berhenti melangkah.
"Baik, Yang Mulia!" Ujarnya terus membungkuk.
Lalu sesaat kemudian si Maid jadi linglung.
"Eh? Kenapa aku disini?" Ujarnya kebingungan.
Aku dengan mata sayup ku berjalan terus mengikuti Adik ku Kathrina yang melihat kearah ku.
"Kakak pernah bilang bahwa dia punya mata-mata di Istana, tapi aku masih bingung ..." Ujarnya memegang dagu setelah melihat kejadian barusan.
Aku menegurnya. "Ada apa Kathrina?" Anggukan kepala saat bertanya.
Dia menggelengkan kepala dan senyum kearah ku menyembunyikan sesuatu.
"Tak ada apa-apa kok ..."
Aku menunduk kebawah. "Yah, tentu dia penasaran dengan yang dilihat nya selama ini tapi maaf saja itu rahasia besar ..."
Aku mengerutkan keningku, dihatiku.
"Ini mengesalkan, harusnya kan Aku ga perlu sembunyi sembunyi lagi ..." Menggertak gigi kemudian saat emosi memuncak di hati.
"Ratu VIP memasuki ruang singgasana!"
Pria itu membacakan Tulisan di kertas Mutlak Kekaisaran. Kertas di dunia ini masih berwarna coklat muda tak ada yang punya Kertas putih seperti di Bumi. Bersyukurlah, para pelajar yang suka gambar ******** dan membuang buang kertas.
Dia berjalan dengan tegap, rambut ungu dan mata Ruby ungu menyala. Pedang di pinggangnya, sosok bak bidadari namun sangat lah kuat. Ibuku, seorang Queen dari Negri VIP. Sosok yang pernah menjadi Pahlawan, mengalahkan Raja Iblis.
Dia berjalan dengan raut santay, pakaian nya berdenging karena bunyi gesekan besi Armor lengkap yang di kenakan nya. Di pundaknya, ada bukti bulu lembut dari Monster terkuat Charabidis penunggu lautan.
*Bush!
Memberi hormat Ksatria di depan Ratu tertinggi, yaitu Yang Mulia Kaisar Marseille.
"Salam Kaisar Marseille!" Ujarnya Sang Ratu VIP mengucap salam hormat ke Kaisarnya.
Wajah Kaisar tak berubah, dia menatap dengan tatapan dingin. Tak ada sekalipun pernah kulihat Ia tersenyum.
"Salam Elizabeth, apa kau sudah membawa penerus mu seperti yang ku minta?" Ujarnya mengatakan dengan nada dingin.
Elizabeth mengangguk.
"Tentu Kaisar, dia ada di sana!" Ujarnya mengarahkan tangan pada Pintu diruang singgasana ini.
*Duk!
Aku masuk dengan berjalan pelan layak nya seorang Putri, menampilkan senyuman manis ku. Semua orang terdiam menatap ke arahku, mereka seolah terpesona dengan wajah ku yang cantik dan bersinar.
"Putri Mahkota VIP , memasuki Ruang Singgasana!"
Penyambutan pria itu dengan menatap kertas nya, sembari langkah ku yang datang menuju ke depan Kaisar. Sesampainya di hadapan Kaisar, aku memberi hormat.
"Salam Kaisar!" Tundukan kepala dengan salam ala Bangsawan.
Salam bangsawan itu ku pelajari bersamaan dengan pelajaran bersikap layak nya Putri Mahkota. Itu adalah pelajaran yang menguras usaha dan waktu. Dimana aku harus mempelajari sesuatu keahlian menjadi seorang Putri. Sungguh keahlian yang tak penting bagi diriku yang merupakan Pria tulen.
"Kuh, aku kesal di pandangi dengan wajah mereka yang terpesona ... Sialan, pasti adik ku Kathrina sangat senang karena Ia melihat sendiri wajah wajah yang mengakui bakatnya ..." Ujarku dihati berdecak kesal.
Aku mengela nafas keluhku. "Ha-ah, ini juga salah ku karena memberi tahunya cara membuat Skincare seperti yang ada di Bumi ..."
Aku tak menaruh rasa curiga ku pada adik manis imut seperti nya, tanpa ku tahu sekarang senjata malah makan tuan nya sendiri. Kupikir, tak masalah mengajarinya tentang Make up dan segala jenis bedak seperti Skincare dan juga semua hal berkaitan penampilan. Dulu aku memang suka melihat mata binar binar nya itu, jika membahas minatnya tentang penampilan seorang gadis. Aku harap dia jadi gadis cantik yang beneran tulen, sayangnya malah jadi Genius yang di salah pahami sebagai Lesbi.
"Tapi, aku tetap menyayangi mu Kathrina!" Ujarku dihati lalu tersenyum di tundukan kepalaku.
Kaisar berdiri dari kursi singgasana dan berjalan turun menuju ke arahku. Dia menarik pedangnya lalu memberikan penghormatan.
*Duk!
Tepukan pedang pelan di kanan bahu ku.
"Aku memberikan mu gelar sebagai Berlian Kekaisaran!" Ujarnya mengatakan hal itu tanpa merubah raut wajahnya yang dingin.
*Duk!
Ketukan pelan di bahu kiri dengan pedangnya.
"Aku menerima penobatan mu sebagai Putri Mahkota Kerajaan VIP!"
*Dseng!
Membungkus pedang nya di sarung dengan gerakan cepat.
Melihat itu aku jadi tertawa dan menampakan wajah gak semangat.
"Kah, dunia ini memang seriusan Ceweknya punya kekuatan kayak gini ya ... Di lihat saja sudah tau, Kaisar Marseille sangat lah Kuat!" Ujarku dihati berdecak kesal.
Aku masih menunduk meski melirik kearahnya sesekali.
Sang Kaisar Marseille, seorang perempuan berambut pirang dan usia nya masih 16 tahunan. Diketahui dia seorang pengguna pedang dan juga sihir. Dijuluki sebagai Paladin, karena kemampuan nya dalam sihir dan pedang. Gelar Saint bahkan ia miliki. Usia nya yang masih muda, telah membawa banyak perubahan di Kekaisaran. Sosok yang memperdulikan Masyarakatnya. Seorang Kaisar yang merupakan Karakter Utama di Game Otome itu.
"Bangkitlah, Erlina!" Ujarnya menyuruh ku mengangkat wajah ku dengan tangan nya.
Aku langsung mengangkat wajah dan menyapa lagi.
"Salam Kaisar Marseille!" Ujarku memberi hormat lalu menatapnya dengan pandangan kosong.
Dia menatapku dengan wajah yang sama seperti aku menatapnya. Jauh di bandingkan itu semua, dia tentu lebih dingin tatapannya.
"Kau sangat cantik, apa kau mau menunjukan padaku rahasia awet muda mu?" Kaisar Marseille memuji ku dengan raut datarnya.
Aku menjawabnya dengan senyuman. "Terima kasih atas pujian nya, tapi perawatan dan make up yang ku gunakan di atur Kathrina saudari ku ..."
Dia langsung mengangkat tangannya dan menatap ku dengan wajah jijik.
"Maaf jika aku bertanya yang tidak tidak ..."
Aku mendatar mendengar ucapannya barusan dan juga raut wajah jijik nya.
"Dia pasti mikir aneh-aneh ..." Ujarku dihati.
Kaisar batuk sekali mencairkan suasana yang tampak canggung diantara kami berdua. Lalu, dia berbalik dan tersenyum dengan wajah nya terlihat lesu itu.
"Berkerja keras lah, wahai Pasak Kekaisaran!"
Aku mengangguk dan memberi hormat ala Bangsawan lagi.
"Terima kasih Yang Mulia Kaisar! Aku akan berkerja keras demi Negri ini ..."
Ibuku berdiri di sampingku lalu memberi salam sama.
"Terima kasih, Yang Mulia Kaisar!" Ujarnya lalu memberi hormat ala Ksatria.
Saat Kaisar duduk di kursi kembali, pertemuan selesai.
Jendela kamar di buka, sehingga angin menerpa masuk. Aku mengeluh di kasur dengan keringat bercucuran membasahi gaunku. Wajah ku masam karena mengingat sesuatu, dimana sebuah Sken di game. Harusnya terjadi di area pertemuan tadi. Yang mana, Kekaisaran akan meminta pertanggung jawaban atas kekosongan kekuasaan. Yah, itu akibat ulah Kathrina di game yang menatap Kaisar dengan mata berbinar binar seperti orang jatuh cinta. Tapi itu membuat Kaisar merasa risih dan tak sopan. Di game itu, alur nya Kathrina tak dijelaskan apa dia beneran Lesbi.
"Ini melebihi apa yang ku sangka kan ..." Ujarku menatap langit-langit kamar.
Aku bangkit dari rebahan ku menuju duduk.
*Tenteng!
Muncul sebuah map dihadapanku, dimana itu adalah fiture di game. Aku melihat jam sudah menunjukan 3 sore.
"Sudah masuk jam 3 nih ... Aku harus pergi ke pesawat angkasa!" Ujarku menekan Simbol di Map.
"Teleport, seperti biasa ..." Ujarku menekan teleport di simbol yang ku tekan.
*Dush!
Perlahan aku lenyap jadi pecahan kaca berbentuk data.
Buack!
Aku rasa aku berteleport ke pesawat angkasa,
muncul dalam cairan perfum yang tak sedap.
*Duk!
Pintu terbuka dari tabung dan aku terkapar dilantai dengan air perfum yang keluar tumpah.
"Uhuk-uhuk!" Terbatuk batuk saat bangkit dari lantai.
"Ini membuat ku kesal, sewaktu di game dulu rasanya tak terlalu keras sehingga aku cukup menyukai nya ... Sekarang bau menyengat cairan perfum yang lengket ini sangat menjadi jadi dan menganggu ku tiap kali melakukan Teleport ..."
Aku bangkit berdiri dan berjalan menuju ruang kendali.
*Dush!
Menghempas tubuh di kursi kapten. Aku menatap kearah depan, lalu bertanya pada seseorang.
"Apa mereka sudah menyerang Unity?" Tanya pada seseorang di depan kanan ku, dia adalah salah satu regu yang bertugas mengamati area dunia ini.
Seorang gadis cantik memakai stylean ala-ala kru pesawat angkasa. Rambutnya biru muda dan pupil matanya biru tua menyala.
"Yah, seperti biasanya Tuan ku ... Mereka berjumlah 10.000 pasukan ..."
Aku mengangguk paham dengan yang di ucapkan Gadis itu.
"Oh, kukira ada yang berbeda kali ini tapi ternyata tidak ya ..."
Aku menatap kearah depan yang mana layar Visual menampilkan para pasukan yang datang dengan kapal-kapal besar. Seolah awan-awan di bawah sana hanyalah lautan saja.
"Senjata yang mereka gunakan masih sama kan, Unity?" Tanyaku pada Gadis di kiri nya si Gadis berambut biru.
Gadis berambut coklat pendek itu berbalik dan mengangguk. Dia juga salah seorang regu pengamat yang tugas nya mengamati senjata musuh.
"Kalo dilihat lihat, masih sama semua nya ..." Ujarnya memegang dagu dan berpikir.
Layar melayang di depan gadis itu menampilkan nama-nama jenis senjata di Kapal. Semua terdiri dari senjata Mariam sihir dan pelontar api dan tongkat sihir raksasa dengan batu sihir besar.
"Ah, kenapa mereka gak jera-jera ya? Setidaknya mereka harusnya meneliti senjata dulu agar serangan sampai mengenai kapal angkasa ini ..." Aku mengeluh dengan menyentuh keningku, rasa nya ini membuat ku kesal saja mengingat serangan mereka yang tak akan sampai kearah pesawat bahkan jika pun sampai tetap saja akan di halangi oleh penghalang tak terlihat yang menyelubungi pesawat angkasa ini.
"Mahluk mahluk bodoh, aku akan menjadi kan mereka sebagai pelampiasan emosiku!" Ujarku tertawa dengan wajah menyeramkan.
Aku menyilangkan kakiku dengan senyuman merendahkan saat melihat serangan Kapal kapal laut yang bisa terbang di langit itu mulai menembak membabi buta.
"Ahahaha, liat peluru mereka bahkan tak mencapai jarak setengah dari Pesawat angkasa ku ..." Tertawa setelah melihat nya di layar besar Visual.
Seseorang di sampingku berkata. "Kapten harus menjaga ekspresi mu, jangan terlalu menikmati hal kejam seperti ini karena itu bisa merusak perilaku dan emosi Tuan di masa depan ..."
Aku menjadi tertunduk, rasanya aku melihat bayangan masa depan suram sekarang.
"Unity, ide mu dengan menjadi klon kru kapal malah membuat ku jadi agak mual sekarang ..."
Dia menatap ku dengan pupil mata merah yang membesar, terlihat serius sekali.
"Apa Kapten tadi bilang sedang mual? Astaga, jaga lah pola makan mu! Jika anda sakit, kami semua akan kehilangan sosok pemimpin ..." Dia menatap serius sekali kearah ku.
Rambutnya perak dan wajah nya ramping dengan telinga panjang Elf, dia adalah seorang yang bertugas menjaga kesehatan ku.
"Unity, bisa batalkan saja Ide kru klon ini?" Ujarku berkata padanya saat dia serius menatapku.
Gadis itu menyilang tangan nya dan memasang wajah cemberut. "Tidak bisa, kalo aku menghilangkan mereka maka siapa yang akan mengurus kapal ini ..."
"Astaga, Unity!" Teriakku keatas dengan kuat.
Seketika suara pola muncul di langit, itu adalah hologram melayang bulat dan berbicara pada ku.
[ Tuan, mereka semua adalah diriku jadi harus nya tak masalahkan? ]
Aku mengeluh dengan wajah kerut. "Sikap mereka saat memenuhi tugas, membuat ku cukup kerepotan!"
Aku mengela nafas keluh dan bersandar dengan wajah lelah. "Apa tak bisa kau jadi dirimu sendiri tanpa menginstal sifat manusia didiri mereka?"
[ Tentu gak bisa, soalnya salah satu tugas ku menjaga kesehatan mu ... ]
Aku menatap dengan wajah cemberut. "Apa maksudmu?"
[ Bukannya dikehidupan sebelumnya anda Hikimori ... Jadi, aku melakukan ini agar mempercepat proses pembiasaan bersosial anda ... Itu penting untuk kesehatan mental ...]
Aku mengecap dadaku, rasa nya sekarang seperti ditusuk oleh pedang.
"Kuh, kata kata mu lagi lagi membuat ku jadi merasa buruk!"
[ Aku minta maaf, tapi ini demi kebaikan anda! ]
Seseorang tiba-tiba berteriak kearah ku.
"Kapten!"
Aku menoleh kearahnya dengan reflek. "Ada apa?"
Gadis gemoy itu terlihat cemas. "Itu, itu , ada berita buruk!" Dia menunjuk nunjuk layar besar Visual di Kaca depan Pesawat.
Aku menatap kearah Layar Visual dan terlihat getaran pada area penghalang yang menyelubungi kapal.
"Eh? Serangan mereka sampai?!" Sontak mata ku melebar.
Gadis gemoy itu berdiri dan terlihat sangat cemas.
"Gimana nih! Bisa bisa kedepan nya mereka akan sanggup menyerang kapal ini ..."
Aku mendengar ucapan nya jadi berkeringat peluh, rasanya dadaku berdegup kencang. Rasa takut yang berdebar debar di dada.
"Ah, jika itu benar bisa bisa kedepan nya pesawat ku akan di hancurkan!" Ujarku di hati.
Aku menggertakan gigiku dengan raut kesal mengecap pegangan kursi.
"Sialan bahkan didunia ini akun ku dalam bahaya, disini bahkan aku tak akan bisa melakukan rengkarnasi akun ... Artinya sekali lenyap maka akan lenyap!"
Aku menatap tajam ke layar lebar besar itu.
"Cih, aku terlalu meremehkan manusia! Akan kuhancurkan Sekte sialan mereka sampai ke akar akarnya!" Ujarku menepuk pegangan kursi dan menjadi sangat kesal.
Gadis gemoy itu masih sangat cemas, dia berbolak balik ke sana kemari. Tubuhnya bercahaya, dia merupakan Ras Nimfa. Cahaya menjadi cukup kuat saat dia cemas.
Aku geram, saat aku sedang stress malah cahaya rambutnya hijau memantul ke arahku.
"Berhenti panik, cepat kembali keposisimu!" Ujarku membentak nya.
Dia berhenti seketika, matanya melebar menatapku. Pupil mata nya bersinar, hijau muda yang bak permata menyala. Reflek menunduk kemudian.
"Maafkan aku, Kapten!" Teriak nya gemetar dan langsung menunduk.
Dia lalu duduk kembali ke kursinya, gadis ini adalah orang yang bertugas memantau keadaan pesawat angkasa.
Aku mengela nafas keluh. "Astaga, apa ku bilang ini merepotkan Unity?"
[ Aku rasa tidak Tuan! ]
Aku mendatar mendengar ucapannya. "Kau mirip gadis keras kepala.
Di sisi kiri ku seorang gadis cantik bermata sayup, dengan rambut Oren dan pupil mata Oren nya. Tampak sangat tegang memperhatikan layar.
"Kau harus pokus pada hal ini agar bisa mengatasi kemampuan mereka ..."
Aku mendengar ucapan gadis itu jadi menoleh kearah nya.
"Yah, hal terburuknya adalah aku harus meninggalkan planet ini!" Ujarku tersenyum dengan raut tegang, sampai keringat menetes di pipiku.
"Sialan, aku takkan mau lagi lari dari kenyataan! Akan ku tunjukan pada mereka siapa aku sebenarnya ..." Ujarku mengecap telapak tangan kananku.
Aku membuka tutup telapak tangan kanan yang ku kecap berulang.
"Meski kehidupan ku sangat aneh di planet ini sekarang tapi Aku tetap masih mencintai Keluarga ku di dunia ini ... Aku takkan menyerahkan nya kali ini!" Ujarku dihati.
Aku menunjuk kedepan.
"Unity, serang mereka secara penuh dengan rudal balistik berisi Nuklir! Serang dengan seluruh muatan kita, jangan pikirkan soal jumlah amunisi karena kita bisa menambang Uranium lagi kan ?"
[ Tentu saja sesuai perintah Tuanku! ]
Aku mengangguk senang, mendengar nya.
Yah, aku takkan ragu memperlihatkan ledakan mahadahsyat di langit dunia ini. Itu sebab atmosfer dunia ini mengandung mana yang banyak dan dapat menetralisir radiasi nuklir walau pun tidak dengan badai api nya.
Aku melipat kaki ku lagi dan menopang dagu ku lalu tersenyum.
"Buat Aurora lautan api di langit dunia ini selama beberapa menit ..."
[ Itu sangat keren, jika anda ingin terlihat mencolok! ]
Aku mengangguk bangga. "Yah, tentu saja itu mau ku!" Ujarku tersenyum dengan raut wajah senang.
Gadis itu memberi hormat dengan tangan di dahi. Gadis dengan baret merah, seorang Elf yang merupakan Klon. Dia bertugas mengendalikan senjata di Pesawat angkasa.
"Sesuai perintah kapten! Rudal balistik pull toping dengan paket lengkap segera meluncur semuanya ..." Ujarnya tersenyum senang.
Lalu, dia mengetik banyak papan Keyboard. Seperti seorang programmer ahli, atau hayker tingkat tinggi. Banyak layar bening melayang di sekitarnya, itu tampak seperti layar monitor dalam jumlah banyak.
"Aktifkan semua, pantau tiap rudal balistik apa masih layak di pakai dan lihat kondisi target agar mengunci ... Lalu ... " Dia terus bergumam saat mengaktifkan senjata.
*Dush! Dush! Dush!
Cahaya menyala sangat terang, itu adalah akibat dari meluncur nya rudal balistik yang bertenaga roket.
Cahaya muncul menyala di langit, itu adalah kilatan roket yang jumlahnya ratusan ribu meluncur kearah kapal kapal layar yang terbang di langit itu.
*Dentum! Dentum! Dentum!
Ledakan terdengar besar dan bertubi tubi. Betapa terkejut nya orang orang di kapal itu.
"Apa itu sihir Naga!" Teriak mereka melihat kapal-kapal hancur di sekeliling mereka.
"Sialan, kita akan mati!" Ujar pria itu.
Sang jendral yang berada di kapal itu menatap ke langit.
"Aku sudah membagi jarak lebar pada kapal kapal kita, semburan bola api Naga langit mahadahsyat (Ledakan Nuklir) itu takkan mengenai kapal lain jika meledak ... Seharusnya begitu tapi kenapa aku tak pernah menduga bahwa Dia adalah Naga dengan energi sihir yang tentunya sangat besar pula ... Ini kesalahan ku!" Ujarnya menunduk putus asa.
Seseorang menyentuh bahunya. "Jendral, kita harus meninggalkan kapal ini!"
Jendral menoleh dengan raut pucat. "Apa bisa ? Kalian tau kan sekali ledakan itu meledak maka takkan sempat menghindar ..."
*Duk! Duk! Duk!
Seseorang melangkah, pria dengan jubah tertutup.
"Jangan takut jendral, aku disini karena aku bisa sihir teleport! "
Seketika jendral mengencangkan matanya. "Oh iya, kau ada disini!"
Dia membuka tudungnya, telinga panjang berambut hitam dan wajah pucat. Gadis cantik bernama Millea ini adalah tokoh jahat dari Negri Penyihir. Seorang Mage terkuat di Dunia ini.
"Aku bisa membawa semua orang di sini pergi tapi ada syaratnya ... Aku akan meminta izin mengambil seluruh isi mana dari Mesin Ethaer ..."
Jendral mengangguk. "Tentu saja, lagipula mesin itu juga takkan berguna karena akan hancur jadi debu saat kapal di ledakan.
"Jika begitu, kalian pergilah!" Ujarnya mengarahkan tangan nya.
Lingkaran sihir besar terbuka, membumbung ke langit, berlapis-lapis sampai membuat orang-orang terbelalak.
"Berapa jumlah energi mana nya!" Ujar orang orang itu.
Jendral menatap tanpa berkedip, dia sangat terkejut dengan yang dilihat nya.
"Sungguh kekuatan yang dahsyat!" Ujarnya berucap tanpa sadar.
*Dush!
Semua orang menghilang dengan cepat. Tinggal lah seorang gadis berjubah hitam. Dia menatap kearah pesawat dengan senyuman tipis. Berlian menyala di matanya, warna pupil perak.
"Aku merasakan luapan energi sihir!" Ujarnya menggenggam kepalan tangan nya.
Tubuhnya bercahaya dengan lingkaran sihir di seluruh area ledakan.
"Aku sempat mentransfer mana Mesin sebelum lenyap, ini juga akibat ledakan dari bola api Naga langit mahadahsyat ... Aku tak tahu bagaimana ledakan besar seperti ini bisa di ciptakan yang pasti saat meledak sesuatu menekan jadi sangat kecil sehingga membesar dengan cepat seolah penghalang tercipta menahan area sekitar dan didalam penghalang itulah sihir masih terkurung ..."
*Bush!
"Aku akan memusnahkan Naga Langit Mahadahsyat dan mengukir nama ku sebagai Legenda!"
Lambang sihir bertingkat hampir mendekati Pesawat angkasa. Jarak segitu mampu di buat olehnya, dan dia terbang menabrak tiap lambang sihir. Sepertinya dia sangat cerdas mampu memanfaatkan sihir terbang secara berulang ulang sampai jarak sangat dekat.
"Sah! Legenda akan di mulai!" Ujarnya saat sudah sampai menembus Lambang lingkaran sihir tertinggi.
Dia merentangkan tangan dan merapatkan kakinya sambil tersenyum.
*Tas!
Sebuah lingkaran muncul kembali, dan itu menjadi pijakan kakinya.
"Sihir tameng, ini akan jadi tangga yang cocok!" Ujarnya menepis rambutnya dengan wajah percaya diri lalu tersenyum menaiki tiap Lambang sihir yang dimunculkan oleh nya.
Sementara itu, di permukaan.
Orang - orang di permukaan melihat kilatan cahaya itu dan mengaitkan nya dengan kembali nya para malaikat.
Lalu disusul Ledakan bertubi tubi. Itu membuat rumor menjadi jadi. Naga langit mahadahsyat sedang bertarung dengan Malaikat tertinggi Garfile.
Sehingga, Aurora api menyala memutari bumi dalam beberapa detik. Sebelum akhirnya, dipadamkan dengan sekejap mata oleh Unity atas perintahku. Tak ada korban jiwa, namun itu jadi cerita Legenda di masa depan tentu nya itu cerita lain.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!