NovelToon NovelToon

Reinkarnasi Tiara

Dimana Aku?

"Dokter Apakah istri saya baik-baik saja? Kenapa dia belum bangun?"

"Melihat dari kondisinya dan setelah hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan, selain luka ringan, hanya ada sedikit jaringan yang rusak di kaki kanannya. Selain itu semuanya baik-baik saja dan dia akan bangun secepatnya.

"Kalau begitu bisakah kami pergi saat dia bangun dokter? Kami tidak ingin dia tinggal di rumah sakit lebih lama."

"Hmmmmmm... jika anda bersikeras untuk merawatnya di rumah, maka tidak apa-apa. Tapi ingat untuk tidak membuat kakinya menjadi lebih sakit lagi. Dia harus beristirahat total, karena perlu waktu untuknya bisa sembuh dengan baik."

"Iya tentu saja. Terima kasih Dokter."

Aku mengangkat telingaku saat aku diam-diam mendengarkan percakapan itu. Aku tidak berani membuka mataku bahkan nafasku sengaja aku buat lambat agar orang-orang lain tidak tahu bahwa aku benar-benar sudah bangun.

Ketika percakapan itu berakhir, aku mendengar langkah kaki berjalan semakin menjauh. Perlahan aku mengintip dan melihat pria itu telah pergi dan hanya ada wanita paruh baya yang tetap berada di dalam ruangan itu. Wanita itu berbalik dan hendak melihat kearah ku. Aku dengan cepat menutup mataku.

"Huh... Benar-benar tidak pernah damai. Sial sekali nasibnya sampai dia menikahi wanita ini. Aku benar-benar tidak tahu apa yang dia pikirkan saat itu sampai dia mau menikahi wanita ini. Padahal dia itu pria yang sangat baik, hah." Ucap wanita itu.

Sepertinya wanita itu tiba-tiba teringat akan sesuatu karena dia dengan cepat pergi meninggalkan ruangan ini dan sekali lagi ruangan ini menjadi sunyi.

Setelah aku yakin ruangan ini sudah kosong, aku perlahan membuka mataku. Hal pertama yang aku lihat adalah ruangan yang serba putih dengan langit-langitnya berwarna putih dan kotak persegi terpasang di langit-langit ruangan ini.

Aku diam-diam menghela nafas kemudian perlahan melihat sekeliling. Semakin aku melihat semuanya, semakin aku menjadi khawatir.

Ini merupakan sebuah tempat yang aneh. Ada banyak objek yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

Saat orang-orang berjalan melewati ruangan ini, ku perhatikan bahwa bahkan pakaian yang dikenakan oleh orang-orang itu pun tampak aneh. Para pria juga membiarkan rambut mereka pendek. Sementara para wanita membiarkan rambut mereka terurai begitu saja.

Aku merasa semua ini sangat aneh.

'Di mana aku sebenarnya?' tanyaku dalam hati.

Bukankah aku sebenarnya sudah mati?

Masih jelas dalam ingatanku dimana teman-temanku mendorongku ke dalam lautan di tepi jurang. Ada banyak orang yang menyaksikan hal itu tapi tidak ada yang datang untuk menyelamatkanku.

Ibuku sudah meninggal. Sementara untuk ayah, aku sendiri tidak pernah melihatnya. Jadi, tidak ada gunanya untuk hidup bagiku. Aku pun menyerah dan membiarkan air menenggelamkan diriku. Aku berpikir mungkin setelah mati, aku akan melihat ibu di dunia lain dan aku bisa mendapatkan cinta dari ibuku lagi.

Jadi, bukankah sebenarnya aku sudah berada di dunia lain sekarang? Tapi kenapa aku ada di sini atau ini memang ini sudah di dunia lain?

"Tidak... tidak... tidak... tidak mungkin." Ucapku dengan menggelengkan kepalaku.

Meskipun aku tidak tahu seperti apa dunia lain itu, tapi aku yakin bahwa ini bukan tempatnya karena aku bisa melihat dengan jelas bahwa orang-orang di sini masih hidup. Jadi tempat ini bukan lah tempat yang disebut dengan dunia setelah kematian.

Aku menjadi semakin bingung melihat semuanya. Aku menggunakan seluruh tenaga yang aku punya untuk mencubit lenganku sendiri. Rasanya sangat menyakitkan sehingga aku hampir berteriak kesakitan. Hal ini membuktikan bahwa apa yang aku alami saat ini bukanlah mimpi dan semuanya begitu nyata.

Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Lalu tanpa sadar aku melihat ke bawah dan begitu terkejut saat melihat diriku sendiri.

Tubuhku sangat kurus dan pergelangan tanganku bahkan terlihat seperti bisa patah dengan mudah jika dipelintir. Sementara jari-jari tanganku terlihat seperti cakar ayam dan itu hanya tersisa kulit dan tulang.

Tulang itu terlihat mencuat dan sepertinya akan menembus kulitku kapan saja, dan yang lebih menakutkan adalah pembuluh darah biru yang terlihat begitu jelas di kulitku karena aku yang terlalu kurus.

Tubuhku terlihat sangat berbeda dibandingkan dengan diriku yang sebelumnya.

Entah kenapa aku yakin bahwa tubuh ini bukan milikku. Aku pasti berada di tubuh orang lain

Memikirkan semua itu membuatku merasa ketakutan sehingga jantungku berdebar kencang. Hal ini sangat tak terduga. Ini semua tidak mungkin terjadi. Tapi kebenarannya ada di hadapanku.

Sama seperti dalam cerita-cerita yang pernah aku dengar, sepertinya aku telah bertransmigrasi.

Aku kembali mencubit diriku sendiri beberapa kali dan rasanya sangat menyakitkan. Air mataku bahkan mulai jatuh ke pipiku. Tapi tidak ada yang berubah sama sekali dan aku memang benar-benar ada dalam tubuh yang berbeda saat ini.

Jantungku berdebar lebih cepat dari sebelumnya. Aku tidak tahu harus berbuat apa sehingga aku menutup mataku kembali sambil menutupi dadaku dengan satu tangan saat aku memaksa diriku sendiri untuk menerima kenyataan yang terjadi kepadaku.

Dulu aku tidak punya apapun. Aku tinggal di gubuk bambu beratapkan daun, sama seperti rumah warga lainnya yang ada di suku kami.

Sebenarnya aku tinggal di sebuah pulau terpencil dan kami tidak memiliki listrik atau kendaraan apapun. Tempatku tinggal dipimpin oleh seorang ketua suku dan cara kami berpakaian sangat berbeda dengan orang-orang yang aku lihat saat ini. Para lelaki memiliki rambut yang panjang dan para wanita harus mengepang kecil rambut mereka.

Kami benar-benar hidup jauh dari peradaban modern. Meski begitu, kami pernah dikunjungi oleh beberapa orang dari luar suku kami. Mereka mengatakan bahwa mereka adalah orang dari kota dan mereka mengajari kami untuk membaca dan menulis.

Banyak dari warga suku yang tidak ingin belajar tapi entah kenapa aku sangat antusias melakukannya karena memang aku tidak punya pekerjaan yang bisa aku lakukan. Aku hanya hidup sendirian setelah ibuku meninggal.

Jadi aku mulai menyibukkan diriku dengan membaca beberapa buku yang dibawa orang-orang kota itu.

Aku sangat suka membaca terutama membaca buku fantasi. Aku juga telah banyak membaca buku yang menceritakan tentang transmigrasi atau reinkarnasi. Di dalam buku tentang reinkarnasi yang aku baca, biasanya karakter akan mati secara tidak normal dan mereka akan bereinkarnasi menjadi orang lain untuk membalas dendam.

Aku memang pernah berfantasi bahwa mungkin suatu hari nanti aku akan bereinkarnasi di tubuh seorang lain dan hidup bahagia jauh dari suku tempat aku tinggal.

Saat itu teman-temanku selalu menganggap aku bodoh. Mereka mengatakan kepadaku bahwa semua itu hanyalah omong kosong dan orang-orang yang membaca buku seperti itu sangat bodoh, termasuk diriku.

Buku-buku fantasi yang aku miliki pun bahkan dicuri dan dibakar oleh teman-temanku karena mereka menganggap bahwa aku akan gila jika lama-lama membaca buku seperti itu.

Aku tidak pernah berpikir bahwa suatu hari aku akan bereinkarnasi.

Jadi, reinkarnasi itu memang bisa terjadi.

Satu-satunya masalah adalah dimana aku sekarang? Apakah ini di zaman modern seperti yang aku dengar atau aku bahkan sebenarnya ada di kota lainnya, dan yang terpenting adalah siapa aku saat ini?

Aku tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana aku harus menangani semua ini.

Bersambung...

Siapa Aku?

Aku belum bisa memutuskan apa yang aku harus lakukan saat tiba-tiba suara terdengar di dekat pintu dan ternyata itu adalah wanita yang sebelumnya. Dia kembali ke kamar ini dan menggerutu.

"Untung saja ruangan anak-anak berada di dekat dengan ruangan ini. Jika tidak, maka aku akan tidak punya cukup waktu. Hah, aku sangat sibuk sekali." Ucap wanita itu.

Kali ini aku tidak akan berpura-pura tertidur lagi. Aku membuka mataku dan menatap wanita itu. Dia tampak seperti wanita paruh baya yang sangat sehat dan dia tampak seperti orang yang baik hati. Tapi ketika wanita itu melihat aku sudah bangun, tatapannya menjadi agak tidak bersahabat dan bahkan ada sedikit ketidaksukaan terlihat di raut wajahnya. Nada suaranya juga tidak terdengar terlalu ramah padaku.

"Nyonya, Anda akhirnya bangun." Ucap wanita itu.

Aku merapatkan bibirku dan memilih untuk tetap diam. Aku takut mengatakan sesuatu yang salah. Wanita itu sepertinya tidak masalah melihatku yang tetap terdiam, sebaliknya dia membereskan barang-barang yang ada di samping tempat aku berbaring dan kembali berkata kepadaku.

"Nyonya, mari kita pergi untuk meninggalkan rumah sakit sekarang setelah anda bangun. Anda tidak dapat berjalan dengan kaki anda untuk saat ini. Tapi anda akan sembuh setelah beberapa waktu. Jadi, tidak perlu tinggal di rumah sakit lebih lama karena itu hanya buang-buang uang. Lagipula saya tidak punya waktu untuk menjaga Anda. Tuan memperkerjakan saya untuk menjaga Den Alvin. Jadi prioritas saya hanya merawatnya." Ucap wanita itu panjang lebar.

'Nyonya? Apakah dia memanggilku dengan sebutan Nyonya? Siapa aku sebenarnya saat ini?'

Aku tetap diam saja karena tidak tahu harus mengatakan apa. Wanita itu lalu mengerutkan keningnya. Namun dia tetap mencoba terlihat sabar.

"Nyonya, tolong jangan salah menilai saya karena Tuan telah memperkerjakan saya untuk menjaga Den Alvin. Jadi saya harus memprioritaskan dirinya terlebih dahulu. Jika saya harus menjaga Anda di sini, maka saya tidak akan bisa menjaga Den Alvin. Maka Tuan tidak akan senang. Jadi anda harus beristirahat dan memulihkan kondisi anda di rumah. Dokter juga telah mengatakan sebelumnya bahwa anda dapat beristirahat di rumah." Lanjutnya.

'Tuan? Nyonya? Den Alvin? Siapa mereka sebenarnya?' tanyaku dalam hati.

Aku punya banyak pertanyaan. Tapi aku tidak berani mengatakan apapun dengan gegabah. Aku hanya bisa mengamati dalam diam dan memutuskan apa langkah selanjutnya yang akan aku ambil. Dan pada akhirnya aku mengangguk ke arah wanita itu.

Wanita itu terus menatapku dengan tatapan heran. Dia sepertinya tidak berharap bahwa aku akan setuju dengan mudah dengan ucapannya.

Aku menjadi tidak nyaman saat wanita itu terus menatapku. Aku lalu mengalihkan pandanganku dan melihat sesuatu yang lain, Sementara telapak tanganku terasa berkeringat. Aku takut bahwa wanita itu telah mengetahui siapa diriku yang sebenarnya. Lagi pula betapa pun bodohnya aku, aku tidak akan mungkin begitu saja memberitahu seseorang bahwa aku telah bertransmigrasi ke tubuh orang yang aku miliki saat ini, karena orang akan mengira bahwa aku adalah makhluk asing dan pasti membunuhku. Maka itu akan menjadi akhir dari hidupku sendiri.

Wanita itu lalu berbalik dan terus membereskan dan mengemasi barang-barangnya yang lain. Tidak begitu banyak barang yang dia bereskan. Jadi dia dengan segera selesai. Kemudian wanita itu meletakkan sebuah tongkat disamping tempat aku tidur dan membawa barang-barangnya sebelum menuju ke pintu.

"Ayo kita pulang." Ucapnya.

Aku mengambil tongkat itu dan membuka selimut yang menutupi kakiku sebelum perlahan aku bangun dari tempat tidur. Kemudian aku baru melihat perban yang melilit kaki kiri ku. Perbannya cukup tebal. Jadi sepertinya kakiku ini terluka.

Aku memegang tongkat itu untuk membantuku bangun dari tempat tidur dan aku menyadari bahwa aku ternyata bisa menggunakan tongkat itu untuk berjalan. Aku lalu diam-diam mengikuti wanita itu dari belakang.

Saat aku mencoba sebisa mungkin untuk mengikuti kecepatan wanita itu, pada saat yang sama aku juga diam-diam mengamati sekelilingku.

Semua yang aku lihat begitu mengejutkan. Ada banyak hal yang tidak aku ketahui terutama benda kotak logam tempat orang duduk dan dapat bergerak dengan sangat cepat hanya dalam sekejap dan itu jauh lebih cepat dari seekor kuda. Aku tidak tahu hal seperti itu ternyata memang nyata. Aku hanya pernah membacanya di buku.

Aku takut jika aku disebut tidak normal. Jadi aku berhenti untuk menatap kotak itu dengan mulut yang terbuka.

Ketika mobil itu berhenti, aku melihat sebuah bangunan yang sangat tinggi. Sebuah bangunan yang tampak seperti menyentuh awan sehingga aku bahkan tidak bisa melihat atapnya. Aku diam-diam menepuk dadaku. Aku mencoba yang terbaik untuk berjalan dengan tenang di belakang wanita itu.

Ketika wanita itu membuka pintu sebuah bangunan yang sepertinya merupakan rumahnya, dia bahkan tidak peduli denganku yang berada tepat di belakangnya. Setelah meletakkan barang-barang yang di bawanya ke atas meja, dia pun berteriak.

"Den Alvin, apakah Aden lapar? Mbok Lia akan mulai memasak sekarang."

"Mbok Lia, aku tidak lapar." Ucap suara seorang anak-anak.

Saat itulah aku melihat seorang bocah laki-laki berbaring di karpet. Matanya tampak berbinar. Anak itu tampak sangat tampan sekali. Dia sepertinya berusia sekitar 3 atau 4 tahun. Tubuhnya begitu gemuk dan kulitnya tampak halus dan lembut. Pipinya tembem dan matanya gelap seperti buah anggur.

Dia tampak sangat menggemaskan seperti kucing yang aku miliki di rumah. Aku belum pernah melihat anak kecil yang lucu sebelumnya. Jadi aku langsung begitu terpesona dan tatapanku tidak beralih ke hal lain. Aku terus menatapnya.

Sayangnya bocah laki-laki itu tampaknya tidak terlalu menyukai aku karena ketika dia melihatku, dia mengatupkan mulutnya menjadi garis tipis dan melengkung. Dia berbalik agar tidak menatapku dan terus bermain. Sepertinya dia tidak mau menatapku.

Aku merasa sedikit tidak berdaya. Aku tidak mengerti kenapa semua orang di sini tidak menyukaiku, kecuali apakah memang pemilik tubuh asli ini adalah orang jahat.

Melihat aku yang tetap diam di pintu, wanita yang disebut dengan Mbok Lia itu melirik dengan curiga ke arahku.

"Nyonya, pergilah ke kamar anda dan istirahat. Tolong jangan lakukan hal yang akan membuat kaki Anda kondisinya semakin parah karena saya tidak bisa bertanggung jawab untuk hal itu." Ucap Mbok Lia.

'Bagaimana mungkin aku tahu di mana kamarku?'

Setelah aku melihat sepintas, tampaknya rumah ini memiliki empat kamar. Tapi kamar mana yang merupakan kamar milikku.

Setelah aku berpikir sejenak, aku pun lalu membuka mulutku.

"Hmmmm.... Masalahnya kakiku sangat sakit dan aku tidak bisa berjalan dengan baik. Bisakah kau membantuku pergi ke kamarku?" Ucapku Mbok Lia dengan gugup.

Mbok Lia lah berhenti melakukan aktivitasnya. Dia tampak kesal, tapi dia tetap masih mau membantuku pergi ke kamar. Dia tampak seperti menahan emosinya dan dia hanya bisa mengomel.

"Nyonya, meskipun saya ini hanyalah orang luar dan tidak baik untuk saya sebenarnya bicara, tapi saya telah menjaga Den Alvin untuk waktu yang lama dan dia juga sudah menganggap saya sebagai neneknya. Saya ingin mengatakan bagaimanapun juga Anda adalah istri dari Tuan dan ibu dari Den Alvin. Bahkan jika anda tidak menyukai mereka, anda seharusnya tetap bersikap seperti seorang istri dan seorang ibu. Saya tidak meminta anda untuk memperlakukan mereka dengan baik, tapi setidaknya jangan menimbulkan masalah bagi mereka. Permintaan saya ini tidak berlebihan bukan? Tuan bekerja dan menghidupi keluarga sendirian, dan sangat sulit untuk menjadi seorang tentara. Jadi anda harus mencoba untuk bersikap baik dengannya." Ucap Mbok Lia.

Aku tidak menanggapi ucapannya. Pikiranku benar-benar berantakan karena ucapan dari Mbok Lia.

'Apakah aku sudah menikah dan aku juga seorang ibu? Lalu, apakah anak kecil tadi itu adalah anakku?'

Mbok Lia melihatku yang sepertinya tidak memperhatikan kata-katanya. Dia terlihat jijik dan seolah merasa bahwa aku ini tidak pantas untuk hidup. Dia seperti tidak ingin berada di dekatku dan dia hendak berjalan meninggalkan kamarku.

"Saya akan pergi untuk memasak." Ucap Mbok Lia.

Bersambung...

Memikirkan Alasan Yang Tepat

Beberapa saat kemudian hanya ada aku sendirian di dalam ruangan ini. Aku menghela napas lega. Perlahan aku mulai mengamati ruangan yang merupakan kamarku ini. Meskipun semuanya tampak asing, tapi aku lebih senang dari sebelumnya. Aku mencoba untuk menerima hal-hal asing yang ada di sekitarku karena aku pernah mendengar bahwa orang-orang yang berada di seberang lautan tempat aku tinggal sangat berbeda dari tempatku tinggal. Mungkin tempat ini adalah suatu tempat yang sangat jauh dari tempat asalku.

Aku perlahan berjalan melihat sekeliling kamar dan menemukan ada ruangan kecil lain dan ada cermin bening besar di dinding. Aku begitu penasaran dengan penampilanku dan aku bergegas menuju cermin dengan bantuan tongkat untuk berjalan.

"Aaaahhh...."

Aku ketakutan melihat penampilanku yang membuat ki terkejut hingga pegangan ku pada tongkat hampir saja terlepas.

Wanita yang tampak di cermin itu terlihat tak bernyawa. Rambutnya begitu kering. Bibirnya pecah-pecah dan kulitnya kuning dan juga kasar. Pipinya tampak tenggelam dan hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada daging di manapun. Tubuhnya hanya tinggal kulit dan tulang dan dengan luka yang berwarna merah dan ungu di sekitar wajahnya.

Tubuh wanita ini tampak sangat mengerikan!

Aku benar-benar bertransmigrasi ke tubuh seorang wanita yang jelek. Kenapa tubuh ini bisa sejelek ini? Bagaimana wanita jelek seperti ini bisa menikah? Yang membuat aku bingung adalah anak laki-laki tadi begitu tampan. Apakah dia benar-benar anak dari pemilik tubuh ini?

Aku tidak yakin bahwa anak itu adalah anak dari pemilik tubuh ini kecuali jika ayah dari anak itu sangat tampan.

Tapi jika pria itu memang tampan dan menarik, lalu kenapa dia menikahi wanita seperti pemilik tubuh ini?

Aku benar-benar tidak bisa mengerti dengan semuanya. Aku kembali melihat ke cermin lagi, tapi aku dengan cepat memalingkan wajahku.

Iya penampilanku memang jelek. Aku bahkan tidak berani melihat diriku lagi. Dengan bantuan tongkat itu, aku kembali ke tempat tidur sebelum aku mulai memikirkan apa yang harus aku lakukan selanjutnya.

Aku sudah tidak memikirkan dari mana tempat aku berasal sebelumnya, bagaimana penampilanku dan bagaimana kehidupanku karena lagi pula tidak ada yang peduli padaku di sana. Jadi aku tidak ingin kembali ke sana lagi.

Awalnya aku berpikir bahwa aku akan bertemu dengan ibuku di dunia lain. Tapi aku malah tiba-tiba menjadi orang lain.

Karena sekarang aku masih hidup, jadi aku tidak mau untuk mati lagi dengan sengaja. Tuhan telah memberikan kesempatan lagi kepadaku untuk hidup. Jadi aku akan menghargai kesempatan ini.

Saat ini masalah terbesar yang aku miliki adalah kenyataan bahwa aku tidak mengetahui keadaan sebenarnya tubuh yang aku miliki ini.

Satu-satunya fakta yang aku tahu adalah aku punya suami dan anak. Aku ternyata tidak sendirian. Tapi kelihatannya pemilik asli dari tubuh ini bukanlah orang baik dan tidak ada orang di rumah ini yang menyukainya. Bahkan anak yang dia lahirkan pun sepertinya tidak menyukai ibunya. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada pemilik asli tubuh ini sehingga dia menjadi seperti ini.

Di banyak buku yang pernah aku baca sebelumnya, ketika karakter bertransmigrasi, mereka juga akan menerima ingatan dari tubuh aslinya. Namun aku tidak menerima semua itu. Jadi inilah akar masalahku karena aku tidak memiliki ingatan seperti itu. Aku tidak bisa meniru sikap pemilik asli dari tubuh ini. Aku hanya bisa menjadi diriku sendiri yang sebenarnya.

Tapi bukankah itu akan menimbulkan kecurigaan bagi semua orang?

Memikirkan semua itu membuatku merasa frustrasi.

Aku lalu menepuk kepalaku. Aku memeras otak berpikir untuk mencari jalan dan pada akhirnya aku benar-benar mendapatkan sebuah ide. Aku hanya bisa berpura-pura menderita kehilangan ingatan. Itu satu-satunya cara dengan mengatakan bahwa aku tidak dapat mengingat apapun. Maka hal itu tidak akan menimbulkan kecurigaan pada semua orang.

Semakin aku memikirkan semua hal itu semakin aku berpikir bahwa itu adalah sebuah ide yang sangat bagus.

Aku merasa begitu senang karena mendapatkan ide yang bagus itu. Aku mengusap pipiku ke bantal dan bantal itu ternyata terasa sangat lembut, jauh lebih lembut dari bantal yang aku miliki di rumah. Bahkan kain yang menjadi selimut terasa sangat ringan.

Semua hal yang aku lihat dalam rumah ini sebelumnya begitu bersih dan indah. Tempat ini sangat ajaib dan menakjubkan.

'Jadi mulai saat ini aku akan tinggal di tempat yang ajaib ini?' tanyaku dalam hati.

Aku lalu memutuskan untuk bangun dari tempat tidur dan melihat ke ruang tamu melalui pintu kamar. Aku melihat anak tadi dan ternyata dia menatapku. Tapi ketika dia tahu bahwa aku sedang menatapnya, dia langsung membalikkan tubuh gemuknya dan terus bermain seolah dia tidak pernah melihatku tadi.

Aku duduk dan menatap anak itu. Saat aku memikirkan bahwa anak yang lucu dan menggemaskan itu adalah anakku, hatiku merasa begitu bahagia.

Aku sebenarnya sangat menyukai anak-anak. Setiap kali aku melihat seorang anak kecil, aku hanya ingin memeluk dan mencium mereka. Sayangnya semua anak yang tinggal di Suku kami tidak mau disentuh olehku dan orang dewasa bahkan tidak membiarkan aku mendekati halaman rumah mereka. Jadi aku hanya bisa berdiri di depan pagar halaman mereka dan sesekali melihat anak-anak lucu mereka.

Setiap kali aku mengalami hal seperti itu, aku hanya bisa menghela nafas dan menghibur diriku sendiri dengan mengatakan dalam hatiku bahwa ketika aku menikah di masa depan nanti, maka aku akan bebas untuk memiliki anak sendiri.

Aku juga menantikan pernikahan yang akan aku alami dan memiliki anak sendiri. Tapi kenyataannya begitu sulit bagiku untuk bisa mewujudkan semua keinginanku itu.

Pada saat usia 18 tahun, aku bahkan tidak bisa dekat dengan pria manapun.

Sebenarnya banyak pria yang menyukaiku. Tapi orang tua mereka bahkan para gadis lainnya membenci diriku karena kebanyakan pria selalu mendekatiku. Aku tidak bermaksud sombong, tapi aku memang gadis yang cukup cantik dibandingkan semua wanita yang ada di Suku kami dan hal itulah yang sepertinya membuat mereka tidak menyukaiku.

Bahkan pada akhirnya aku didorong ke tepi jurang yang menuju lautan oleh teman-teman ku sendiri karena para pria yang selalu mendekati aku. Semua wanita paruh baya di Suku kami bahkan menyebutku wanita sial, hingga tak mengizinkan putra mereka untuk menikahi aku. Dan di sinilah aku sekarang, aku tidak lagi memiliki kesempatan untuk menikah.

Tapi siapa sangka, aku yang mengira bahwa aku tidak akan pernah punya kesempatan untuk menikah malah menjadi istri orang lain di dunia saat ini aku berada. Aku bahkan punya anak. Bagi orang lain ini mungkin tampak seperti mimpi buruk. Tapi bagiku ini adalah kejutan besar karena aku tidak akan sendirian lagi. Aku sudah punya keluarga dan seorang suami yang bisa melindungi diriku.

Hal seperti ini adalah selalu menjadi mimpiku selama ini.

Setelah menghilangkan rasa gugup yang aku rasakan karena berada di tempat asing, aku sebenarnya diam-diam merasa senang.

...----------------...

Aku menatap sosok gemuk itu. Aku tidak bisa menahan diri dan perlahan bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju si kecil tampan itu dengan tongkatku. Si kecil itu sedang bermain dengan beberapa balok berwarna hijau dan merah. Tangan kecilnya yang gemuk mencengkram balok dengan sangat erat dan dia menumpuknya dan bentuk yang dia bangun terlihat cukup bagus.

"Hai tampan. Kau sangat pintar dalam membuat itu." Ucapku memuji si kecil tampan itu.

Tangan Alvin yang memegang balok itu terlihat membeku. Dia melirik ke arahku dengan kaget. Tapi detik berikutnya dia tampak marah sebelum dia menjatuhkan balok yang dia susun itu. Kemudian dia meletakkan semua balok itu kembali ke dalam kotak dan berlari kembali ke kamarnya dengan membawa semua balok itu. Setelah menutup pintu, dia terdengar mulai menyebarkan baloknya lagi.

Aku hanya bisa menggaruk kepalaku yang tak gatal. Aku merasa tidak berdaya saat ini. Ternyata anak itu, anak yang merupakan anak kandung dari pemilik tubuh ini benar-benar tidak menyukaiku.

Aku pun berdiri lagi. Aku merasa tidak enak dengan hanya duduk dan tidak melakukan apapun. Jadi aku pergi mencari sesuatu untuk bisa aku lakukan.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!