Faresa Shanum atau biasa dipanggil Shanum oleh semua orang. Saat ini Shanum bekerja disebuah perusahaan Kreatif yang membuat furniture rumah atau kantor.
Sejak dari jaman kuliah, Shanum memiliki teman dekat bernama Dena, Syakira Denada lengkapnya.
Karena dikota ini Shanum tinggal sendiri, kerap kali Shanum menginap dirumah Dena atau sebaliknya, Dena yang menginap di Kosnya.
Mereka berdua memiliki hobi yang sama yaitu travelling. Sejak kuliah mereka selalu berlibur bersama saat liburan semester tiba.
Dena yang berasal dari keluarga kaya kerap kali memaksa Shanum untuk pergi liburan mendadak.
Shanum berasal dari keluarga yang berkecukupan. Keluarganya tidak kekurangan apapun, tapi untuk pergi liburan semau hati dia tidak bisa. Shanum harus menabung terlebih dahulu untuk liburan.
Pada akhirnya Dena memberikan tiket pesawat dan hotel gratis untuknya agar dia mau menemani Dena liburan.
Pernah satu waktu, Dena sedang bosan dirumah. Bukannya mengajak healing ke mall, dia malah diajak pergi ke Singapura. Katanya Singapura kan dekat jadi bisa pulang malamnya langsung tak perlu menginap.
Shanum tak tau harus bersyukur atau malah mengeluh kepada tuhan karna mempertemukannya dengan Dena.
🕊🕊🕊
Hari ini Shanum harus menemui Dena dirumahnya karena mereka akan membicarakan tentang liburan akhir tahun ini. Seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka akan pergi liburan bersama.
Shanum sudah tiba dirumah bak istana milik keluarga Dena. Shanum menekan tombol bel disebelah pintu. Tak lama asisten rumah tangga membukakan pintu.
"Ehh mbak Shanum datang,"
"Iyaa nih, Dena nya ada?"
"Ada kok, mbak Dena lagi ngobrol sama Ibu di ruang tengah, mbak Shanum langsung kesana aja," art itu menjelaskan sambil menuntun Shanum masuk.
Saat memasuki ruang tengah, Shanum langsung bisa melihat Dena yang duduk bersebelahan dengan ibunya.
Dena yang menyadari kedatangannya langsung berseru, "Lo udah dateng Num, sini!"
Shanum pun memilih duduk di single sofa sebelah kiri ibunya Dena, Diana namanya.
Diana tersenyum menatap Shanum, "Shanum sekarang lagi sibuk apa?"
"Lagi sibuk kerja aja tante, sampe minggu depan masih full jadwal, habis itu udah libur deh." Shanum menjelaskan.
"Udah ada rencana mau liburan kemana kalian," Diana menatap bergantian Dena dan Shanum. Dia sudah hafal kedua gadis itu akan pergi berlibur bersama.
"Masih belum kepikiran sih mi, kita pengen ke korea tapi kalau cuma seminggu sih kurang." Dena menjawab pertanyaan ibunya.
Sementara Shanum hanya mengangguk membenarkan. Akhir tahun nanti kantornya hanya memberikan libur seminggu. Kalau Dena sih bisa pergi kapan saja.
"Yasudah kalau begitu, kalian pikirin aja dulu, mami mau keatas dulu." Diana mengambil gelas berisi sirup jeruk miliknya diatas meja lalu berdiri akan berlalu.
Diana menatap Shanum, "Shanum makan malam disini aja,"
Shanum berdiri akan menjawab tapi Diana sudah berlalu dan hilang dari pandangannya.
Shanum menyandarkan punggungnya yang lelah serasa akan rontok ke sofa empuk disebelah Dena yang tadi ditempati oleh Diana.
"Udahlahh ntar lo nginep aja," Dena menepuk pundak Shanum.
Pasalnya saat makan malam disini, mami Dena alias tante Diana akan mengajaknya ngobrol panjang lebar setelah makan dan berakhir jam malam kosnya akan terlewat.
Kalau menginap, paginya dia harus pergi ke kantor lebih pagi karna jarak kantornya yang cukup jauh dari rumah Dena.
🕊🕊🕊
Setelah mandi dan meminjam baju ganti kepada Dena, sekarang Shanum sedang duduk di ayunan dekat taman depan.
Asik melihat orang lalu lalang didepan rumah Dena, tiba-tiba Shanum dikejutkan dengan pagar yang terbuka dan muncul tiga mobil hitam masuk garasi.
Ternyata itu adalah mobil kakak Dena yang datang. Laki-laki ini selalu saja datang dengan kehebohan. Maklum saja, dia adalah seorang menteri sosial yang terpilih dua tahun lalu.
Walau sudah tau, Shanum masih saja belum terbiasa dengan adanya bodyguard yang mengikuti laki-laki itu.
Melihat laki-laki itu berjalan kearahnya, Shanum memutuskan akan menyapanya. "Hai, Mas!"
Laki-laki itu, Ardha Dewangga hanya meliriknya sekilas tanpa menghentikan langkahnya.
Meninggalkan Shanum yang amat kesal. Mengalihkan pandangan kearah bodyguard yang berdiri didepan tak ikut masuk rumah.
Mereka berjumlah 8 orang, badannya kekar, Tinggi dan berwibawa. Sangat keren. Wajah mereka juga tampan.
Sangat disayangkan, walau mereka tampan tapi Shanum tidak mau menjalin hubungan dengan mereka. Terlalu menakutkan.
Shanum masuk kedalam saat matahari sudah tenggelam dan langit mulai gelap.
Ternyata mereka sudah berkumpul, Dena yang duduk di single sofa. Tante Diana yang duduk di sofa yang seharusnya diisi tiga orang. Mas Ardha yang duduk di sofa double.
"Shanum! sini, duduk disebelah dewa,! kita bicara sebentar," perintah Diana.
Shanum yang awalnya ingin duduk disebelah Diana pun mengurungkan niatnya.
Setelah Shanum duduk, Diana mulai bicara.
"Dewa gimana?"
"Dewa cuma bisa kosongin jadwal seminggu mi."
"Kebetulan kalian sama-sama punya waktu seminggu, gimana kalau kita liburan bareng aja?"
Diana menatap bergantian Dena dan Shanum meminta pendapat.
Ahh rupanya tante Diana berencana berlibur bersama, pikir Shanum.
"Yaa terserah sih kalau aku," jawab Dena.
Shanum hanya mengangguk, disini dia tak memiliki hak untuk menolak.
"Emangnya gapapa tante kalo aku ngikut?" Shanum tak enak jika harus menyelinap ke acara liburan keluarga mereka.
"Yaa gapapa lah Num, kamu itu udah kayak anak tante, gausah sungkan begitu," terang Diana.
"Tau nih, lo kayak kesiapa aja," canda Dena.
Shanum mengangguk setuju. Sementara Dewa diam saja mendengarkan ketiga wanita itu berbicara.
Akhirnya mereka memutuskan akan pergi ke Labuan Bajo selama liburan kali ini. Dikarenakan waktu yang mepet, mereka memutuskan liburan didalam negri saja.
🕊🕊🕊
Shanum yang tak bisa tidur malam ini, memutuskan menonton drama china dengan Dena.
"Lo liat nih dia, cowonya udah kaya, bucin parah, gantengnya kebangetan, uangnya ga abis-abis lagi. Kok bisa ada yaaa cowo kek gitu di dunia?"
"Yaelah Num, itu cuma film. Gaada yang begitu di dunia nyata."
"Yeee lo mah ngancurin hayalan gue aja dahh,"
Dena hanya menggeleng kepala melihat kelakuan temannya ini.
"Ehh Denaa lo ga jajan apa gitu? Gue laper nih."
"Ambil sono didapur,"
"Anak setan emang, gue kan tamu disini Dena, harusnya lo dong yang ambilin!"
"Dih ogah gue jadi babu lo, lagian lo tuh udah bukan tamu lagi disini, udah keseringan lo disini,"
Setelah berdebat dan dimenangkan oleh Dena si pemilik rumah, akhirnya Shanum dengan berat hati melangkahkan kaki ke dapur untuk mencari sesuap jajan untuk mengganjal perutnya.
Saat Shanum sibuk memilih jajan apa yang akan dia bawa, dia terkejut ada suara dibelakangnya. Ternyata itu adalah Dewa yang mengambil gelas. Rupanya dia sedang kehausan.
Dewa memilih menginap karena paksaan ibunya. Dia sudah tinggal terpisah dengan orangtua nya sejak lima tahun yang lalu.
"Mas ardha selalu aja ngagetin aku, gabisa apa ngasih aba-aba dulu,?"
Shanum memang memanggil Dewa dengan nama depannya. Itu karena Dewa juga memanggilnya dengan nama depannya.
Shanum mendekat kearah Dewa yang sedang menuangkan air kegelasnya.
"Mas habis kerja yaa?pasti capek banget jadi pak menteri. Mau aku bikinin kopi ga?"
Dewa menatap Shanum dalam diam, "Faresa, kamu cukup diam dan menunggu, jangan membuat saya mempercepat rencana."
Setelah mengatakan itu, Dewa langsung pergi meninggalkan Shanum yang kebingungan. Dia hanya menawarkan sebuah kopi, apa hubungannya demgan rencana. Rencana apa? Apakah rencana negara? Dewa kan seorang menteri. Tapi apa iya sebuah kopi yang dia tawarkan akan mengubah rencana negara?
Haishh Shanum sangat bingung.
Di pagi hari yang masih gelap ini, Shanum sudah siap dengan baju kantornya. Kemarin malam, tante Diana memberikannya sebuah setelan baju kantor. Katanya baju itu memang akan diberikan kepada oleh tante Diana.
Sekarang di jam lima lebih tiga belas menit pagi, Shanum hanya meminta art untuk memberikannya susu coklat. Dia berencana membeli burger didepan kantor saja nanti untuk sarapan.
Diteras rumah, dia bertemu dengan asisten mas Ardha, Dimas namanya. Dimas ini lebih lima tahun lebih tua dari Shanum.
"Waduh pagi-pagi begini udah dikasih berkah sama tuhan." goda Shanum.
Saat seharusnya dia kepepet waktu karna takut terlambat, malah dia sibuk godain cogan didepan rumah. Hadehh shanum...shanum...
"Bisa aja, kamu mau pergi kerja?" tanya Dimas yang melihat penampilan Shanum.
"Iyanihh tapi gaada taksi yang nyantol."
"Taksi didaerah sini emang susah, adanya pasti diatas jam enam."
"Waduhh kalo kayak gitu pasti aku bakal terlambat dong." Shanum mendesah sedih mendengar itu.
Tak lama kemudian Ardha muncul dengan setelan casual. Mengenakan kaos lengan pendek berwarna putih, celana pendek abu-abu dan sandal santai.
"Ehh mas mau kerja?kok pake kaos?" tanya Shanum menghentikan langkah Ardha.
"Saya mau balik rumah dulu." Ardha pun melangkah menuju mobilnya. Tapi Shanum menghentikannya lagi.
"Mas, hehehe boleh ngga aku numpang?" Shanum menunjukkan tatapan paling memelasnya agar ardha mengijinkannya nebeng dimobilnya.
"Taksi." Kata Ardha singkat. Maksudnya dia menyuruh Shanum naik taksi saja.
"Kalo aku dapet juga pasti aku naik taksi mas, masalahnya ini aku ga dapet taksinya. Lagian mas masa ga kasian sih liat rakyatnya kesusahan?sampe kantor doang kok. Kan satu arah mas...ya?...yayaya."
Ucap Shanum memelas.
Ardha mendesah kesal, "Masuk.!"
Shanum yang mendengar itu langsung tersenyum sumringah. Pagi ini dia tidak akan mendapat omelan atasannya karena terlambat dan poin plus nya uang transport pagi ini akan tersimpan aman dan damai di dompetnya.
Sepanjang perjalanan menuju kantor memakan waktu sekitar tiga puluh lima menit. Selama itu juga tidak ada yang membuka pembicaraan. Shanum yang tertidur karna mengantuk dan Ardha yang sibuk dengan pekerjaannya.
"Faresa, bangun!" Ardha menepuk tangan Shanum untuk membangunkannya.
Shanum pun terbangun dan segera menyadari bahwa mereka sudah sampai setelah melihat ke jendela mobil.
"Makasih yaa mas." ucapnya sambil mengambil tas dan membuka pintu mobil. Ardha hanya diam dan mengangguk sekilas.
Sebelum menutup pintu Shanum berkata, "Lain kali aku traktir deh karna mas udah mau anter aku kerja. Makasih banyak mas, love you."
Shanum menutup pintu dan segera berlari masuk ke kantornya. Sementara itu, Ardha terdiam mendengar ucapan Shanum. Sampai mobil sudah berhenti di parkiran rumahnya pun dia tetap terdiam.
Shanum memang sesuatu sekali. Tidak bisakah dia diam tak berulah. Tentu saja demi ketenangan hati dan jiwanya.
Karena entah mengapa setiap melihat gadis itu, hati nya bergetar. Saat mendengar suaranya jantungnya tak tenang. Saat ada didekatnya, rasanya jiwanya melayang.
Sejak ada dia, segala kehidupannya tak pernah damai. Membuat segalanya tak terkendali.
Padahal Shanum mengatakan itu karna memang sengaja menggoda Ardha. Ardha yang gantengnya masyaallah dan uangnya yang astagfirullah itu ternyata tak pernah menjalin hubungan sama sekali dengan seorang gadis. Apa iya cowo itu tidak tertarik dengan gadis? Apalagi gadis cantik, imut dan baik hati sepertinya.
Sejak bertemu dan kenal empat tahun lalu, Shanum tak terlalu akrab dengan kakak Dena itu, padahal dia sudah akrab dengan anggota keluarga Dena yang lain. Jadi Shanum ingin mengakrabkan diri dengan Ardha.
Lain dari Ardha yang tak terkendali, Shanum malah dengan tenang memesan 2 varian burger dan kentang goreng ukuran large.
Membawa makanannya kemeja yang tersedia disana dan memakan sarapannya dengan tenang. Setelah laparnya hilang, sekarang perutnya sudah sangat penuh.
Shanum bisa melanjutkan aktivitas kerjanya sampai sore tanpa halangan berarti.
Dimalam harinya, Shanum memiliki janji temu dengan Dena, sahabat karibnya. Dimana ada Shanum selalu ada Dena. Mereka akan bertemu di Mall, kali ini mereka mengajak Velia salah satu kenalan mereka juga untuk nongkrong bareng.
Setelah sampai di depan Mall, Shanum langsung mengirim pesan ke Dena. Menanyakan keberadaan Dena sekarang. Lima menit menunggu, Dena akhirnya mengirim pesan jawaban bahwa sekarang dia dan Velia sedang di lt.2 di store Dior.
Yaampun baru saja datang, sekarang kedua temannya malah membawanya ke store luxury brand. Yang artinya malam ini dompetnya akan menangis lagi.
Dena itu tak bisa kalau harus belanja sendiri. Kalau dia beli satu tas maka yang lain harus beli juga. Masalahnya adalah yang dipake beli itu kan uang yaa teman-teman bukan daun. Carinya juga harus kerja keras bukan sembarang metik di pohon.
Kalau Dena sih enak uangnya ngalir terus kaya air terjun, lah Shanum ini kaum-kaum yang gampang lapar mata tapi uangnya juga pas-pas an ga cocok buat foya-foya.
Dena kalau beli tas delapan puluh juta sekarang, besok gaperlu khawatir mikirin mau makan apa. Lah Shanum kalau beli tas yang sama mesti mikirin bayar kos, makan buat besok, bayar air, bayar listrik segala macem.
Setelah menemukan store yang dimaksud oleh Dena, Shanum memasuki store dengan menahan napas. 'Tahan shanum, lo ga boleh lapar mata, inget besok mau labuan bajo. Kalo uang ini abis beli tas. Alamat lo jadi gembel di bajo' ucap shanum didalam hati.
"Dena lo mau beli apa disini?" Sudah tau Dena memegang satu tas ukuran sedang ditangannya, Shanum masih bertanya.
"Bagus ga? Buat ke laboan bajo cocok ga ya?" tanya Dena.
"Ga cocok Dena...Lo kalo pake tas itu cocoknya keluar negeri."
"Tapi bagus nih warna Den, jarang gue liat." Velia malah mendukung Dena.
Shanum memejamkan mata, Dena kalau sudah didukung sudah pasti akan membeli. Pastinya akan memaksanya untuk membeli juga.
"Tuh kan Num bagus ini, udahlah gue beli ini." Dena memberikan tas itu ke pegawai toko untuk dikemas.
"Lo berdua juga harus beli, masa gue doang yang beli," kan..apa Shanum bilang, Dena akan memaksanya untuk beli juga.
"Den, gue gaada uang beli disini. Gue beli di store lain deh." Shanum mencoba beralasan.
"Lo liat noh, si Velia udah milih, lo jangan belaga miskin gitu deh num, gue tau duit lu banyak. Udah beli aja sana, buat liburan ntar."
Karna Shanum kekeh tak mau beli tas di sana, Dena akhirnya memilihkan tas berukuran sedang berwarna cream dan membayarkan tas itu untuk Shanum.
"Den udah lahh gausahhh...." Shanum tak enak.
"Katanya lo gada duit buat beli, gue gabisa kalo mesti beli tas sendiri. Jadi nih gue beliin buat lo, biar lo ga alasan trus, harus dipake ke bajo yah ntar." Kata Dena saat memberikas paperbag berisi tas kepada Shanum.
Shanum tak enak kepada Dena, karna tas yang dibelikan Dena untuknya harganya lebih mahal daripada tas yang Dena beli sendiri.
"Cari makan ajalah yukk sambil ngobrol, gue yang traktir." Ucap Shanum. Shanum mentraktir mereka sebagai ucapan rasa terimakasihnya pada Dena walaupun tak sebanding harganya. Sekalian juga dengan Velia. Gamungkin dong Shanum hanya mentraktir Dena.
Mereka memutuskan makan di restoran jepang, mereka memesan banyak menu untuk dicoba bersama. Mereka selalu menshare makanan atau jajanan yang mereka beli tanpa rasa malu atau jijik.
"Jadi lo berdua mau liburan ke bajo nih?" tanya Velia.
Shanum menjawab, "Iyaa, kalo lo liburan ini mau kemana?"
"Gatau juga sih, gue belum kepikiran. Kerumah nenek di Bandung atau ke Jogja maybe."
"Gue masih bingung mau pilih kemana, lo ada saran ga num?"
"Jogja cantik banget sihh, kalo bandung gue belum pernah kesana."
"Seriously? Lo belum pernah kebandung?" Shanum mengangguk menjawab Velia.
Dena yang sedari tadi sibuk dengan handphonenya tiba-tiba menyaut, "Kalo masih bingung kenapa ga ikut kita aja sekalian."
Shanum dan Velia sontak menoleh kearah Dena.
"Bener juga tuh, biar gue ada temennya. Lo ngikut kita aja Vel." sambung Shanum.
"Lo pikir gue bukan temen lo, emang anak setan!" keaal Dena.
"Yaa nggak juga sih, kan keluarga lo ikut, jadi gue kek canggung aja. Kalo ada Velia kan gue ada temennya kalo lo sama keluarga lo family time gitu." jelas shanum.
"Boleh deh kalo gitu, gue ikut kalian aja."
"okee sipp!!" seru shanum dan dena.
Tak terasa sudah berlalu sepuluh hari dari peretemuan mereka di mall waktu lalu. Sudah tiba saatnya mereka akan pergi liburan besok.
Seperti kebiasaan mereka sebelum-sebelumnya. Shanum dan Velia akan menginap di rumah Dena. Karna mereka selalu mengambil jam terbang dini hari supaya waktu mereka untuk explore lebih panjang.
Malam ini, Ardha juga pulang kerumah orangtuanya. Besok mereka akan berangkat kebandara jam setengah satu pagi dan akan terbang ke labuan bajo jam tiga lebih sepuluh menit.
Liburan kali ini yang awalnya hanya Shanum dan Dena berubah menjadi rombongan keluarga. Selain bertambah orangtua dan kakak dena, juga ada Velia dan jangan lupakan asisten tampan juga bodyguard Ardha.
Sebagai seorang menteri, haram hukumnya jika Ardha bepergian sendiri. Jadi liburan kali ini berjumlah lima belas orang. Cukup banyak juga ternyata rombongan mereka.
Saat ini dikamar Dena, Velia berdecak kagum saat mengetahui bahwa Ardha Dewangga, menteri sosial yang saat ini selalu dipuja-puja oleh warganet adalah kakak sahabatnya sendiri.
"Gila, Den kok lo ga bilang sih kalo dia abang lo?"
"Lah ngapain juga gue bilang ke lo."
"Kalo gue jadi lo nih, udah gue pamerin dia di semua sosial media gue. Biar followers gue naik." kata Velia menggebu-gebu.
Shanum hanya mendengar obrolan mereka tak minat. "Ehh num, lo ga pernah minta foto gitu sama dia?" tanya Velia beralih ke shanum.
"Engga, ngapain juga foto sama dia." Velia menatapnya heran. Kenapa dia tampak tak minat saat bertemu seorang menteri apalagi yang ganteng seperti itu. Kalau Dena sih tak heran, pasti sudah bosan melihatnya sedari kecil.
"Gue kan udah kenal sebelum dia jadi menteri, jadi yahh udah biasa aja sih." jawab Shanum.
"Udah lah ngapain sih bahas dia, mending tidur ajalah udah jam setengah sepuluh nih, ntar ga bangun lagi kita." kata Dena.
"Bentaran lagi lahh, gue belum ngantuk nih." kata Shanum dan disetujui oleh Velia.
Setelah membicarakan banyak hal malam itu, mereka akhirnya memilih tidur dijam sebelas malam. Shanum sudah menyiapkan alarm dijam dua belas karena mereka akan berangkat ke bandara jam setengah satu.
Handphone shanum sudah bergetar sebanyak tiga kali. Tapi tak ada satu pun dari mereka bertiga yang bangun. Sampai pintu kamar Dena dibuka oleh tante Diana.
Setelah ditepuk beberapa kali oleh ibunya, Dena akhirnya bangun. Tante Diana pergi dari kamar Dena setelah menyuruh Dena membangunkan Shanum dan Velia yang masih tidur.
"Woyy bangun woyy,"
"Bangun anjing, kebo banget sih lo berdua."
Walaupun Dena sudah menepuk bahkan berteriak ditelinga mereka, tak ada satu pun yang bangun. Bahkan membuka mata saja tidak.
Setelah sepuluh menit berusaha, akhirnya mereka bangun juga. Mereka akhirnya bangun setelah Dena menyimpratkan air kewajah mereka.
Dena dan Velia tampak segar dan bisa membuka matanya setelah cuci muka. Sementara Shanum bahkan hampir tak bisa menahan matanya untuk tertidur lagi setelah mencuci muka.
Setelah sampai dibandara, Shanum berjalan sambil menyenderkan kepalanya ke bahu Velia. Masih tetap dengan mata yang terpejam. Entah siapa yang tak mau tidur kemarin malam, sekarang malah yang paling tak bisa membuka matanya.
Saat akan chek in, Velia tiba-tiba berseru, "Aduh!handphone gue ketinggalan di mobil njir, gimana dong?" paniknya.
"Yaudah ambil cepetan setan, ngapain lo teriak disini." jawab Dena. Velia langsung lari kencang kearah pintu masuk.
Shanum yang masih menutup mata terkejut saat sandarannya hilang. Tiba-tiba Ardha menahan kepala Shanum dengan tangan kirinya. Mengarahkan kepala Shanum untuk menyandar kebahunya.
Shanum yang tak sadar malah melanjutkan tidurnya lagi. Saat menunggu Velia kembali, orangtua Dena masuk lebih dulu ke ruang tunggu.
Saat Velia kembali dengan berlari kencang. "Udahkan, awas aja abis ini ada yang ketinggalan lagi, gue tinggalin lo!" kata Dena.
Mereka melanjutkan check in yang tertunda tadi dan masuk keruang tunggu. Dena dan Velia duduk bersebelahan. Sementara Shanum masih tetap bersama Ardha.
"Abang lo suka sama Shanum Den?" bisik Velia kepada Denada.
"Tau tuh, gue perhatiin care banget ke shanum, tapi rada cuek gitu kalo didepan shanum."
"Gengsi kali abang lo mau ngomong suka."
Dena dan Velia terus menatap Shanum dan Ardha.
Petugas bandara sudah mengumumkan untuk para penumpang bersiap memasuki pesawat dalam sepuluh menit.
Shanum yang masih menutup mata, tiba-tiba terbangun dan langsung berdiri. Ardha yang terkejut juga langsung menahan tangannya. "mau kemana kamu?"
"Roti." Shanum menjawab dengan mata yang setengah terbuka. Sepertinya dia belum sadar sepenuhnya.
"Ehh Shanum cantik, kita abis ini udah mau masuk pesawat, kenapa ga dari tadi lo bangun kalo pengen beli roti, haa?!" Dena menahan amarahnya. Dena selalu tak suka seperti ini. Saat waktu sudah mepet, dia malah mau membeli roti.
Tadi sudah hp velia yang tertinggal, sekarang shanum yang mau beli roti. Setelah ini apalagi?. Dena menghela nafas.
Shanum hanya cemberut, "Gue kan laper Denaaa..."
"Udah Dena, gapapa masih ada delapan menit lagi kok." kata Diana.
"Udah lah lo gausah sok melas gitu, bang! lo anterin dia beli. Ntar dia bisa-bisa ilang kalo beli sendiri." kata Dena mengalah.
Akhirnya Shanum ditemani oleh Ardha membeli roti kopi yang berisi butter didalamnya. Mereka membeli banyak untuk semua orang.
Setelah kembali, mereka bersiap-siap untuk masuk kedalam pesawat. "Bentar-bentar papi mau ke toilet dulu deh, udah gakuat." Fero, papi Dena langsung berlari kearah toilet.
"Haishh kan nanti di pesawat juga bisa. Lagian kenapa ga dari tadi sih."
"Lo semua awas yaa abis ini ada yang ke toilet atau apapun. Gue potong kelamin lo semua biar ga bisa ke toilet sekalian." kesal Dena menunjuk semua bodyguard Ardha.
Mereka semua diam, tak berani bersuara. Setelah Fero kembali, Dena langsung berjalan mendahului semua orang.
Dipesawat Dena duduk didekat jendela, Shanum berada ditengah, dan sebelahnya ada Velia. Mereka melanjutkan tidur dipesawat.
Setelah memakan waktu tiga jam dipesawat. Mereka akhirnya mendarat dengan selamat di Komodo airport jam enam lebih sepuluh menit pagi.
"Faresa, nih milktea mu." Ardha menyerahkan hot milktea yang dia beli untuk shanum. Sementara yang lainnya diberikan oleh bodyguardnya.
"Thanks mas."
Untuk informasi, liburan kali ini semua biayanga ditanggung oleh bapak menteri. Katanya karna keluarga dan bawahannya sudah mendukung dan membantunya selama ini. Hanya saja ketambahan Velia dan Shanum yang menumpang.
Shanum sih senang-senang saja. Lumayan kan uang nya gaakan keluar banyak untuk liburan ini. Hati senang dompet pun aman.
"Gila, carenya ga ketauan dia." bisik Velia kepada Dena yang melihat Ardha memberikan minuman kepada Shanum.
"Pagi-pagi udah bikin orang iri aja mereka."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!