NovelToon NovelToon

Butterfly Trap

Prolog

Malam mulai menggantikan senja saat aku keluar dari rumah temanku. Jantungku berdetak dengan kencangnya saat aku menelusuri jalan setapak di belakang rumah itu, sambil melihat kekiri dan ke kanan, aku berjalan mengendap-ngedap, harap- harap cemas mereka akan menemukan ku.

Pokoknya hari ini aku harus bisa sampai di kota Mali, pelarian ini akan sia-sia kalau aku tertangkap sekarang, pikirku dalam hati.

Aku menyusuri jalanan dengan hati-hati, jantungku masih berdetak dengan nyaring, wajahku terasa memanas saat aku keluar dari rumah Nabi, temanku.

Berada dirumahnya sama saja aku menyeretnya ke dalam masalah ku, dan itu akan membuatnya berada dalam masalah, dia sudah bersedia mengizinkan ku menetap beberapa hari disana, Tanpa ada satu orangpun yang tau, walaupun dia ingin aku tinggal lebih lama lagi tapi aku enggan membuatnya terlibat.

Nabi memberikan ku sedikit bekal dan beberapa keping emas sebagai modal perjalanan ku, walaupun begitu Nabi juga tidak menanyakan alasan atas tindakan ku, dia hanya menyarankan tempat-tempat yang bagus untuk bersembunyi, dia juga membuatkan peta rute perjalanan, beberapa alat untuk pertahanan diri dan juga obat-obatan.

Walaupun begitu, seadainya dia menanyakan alasan ku, aku juga merasa enggan menceritakannya, bukan karena aku tidak mempercayainya, hanya saja kebaikannya sudah terlalu banyak kepada ku, aku ingin dia hidup normal dan damai tanpa harus khawatir akan masalahku.

Kesunyian malam mulai terasa saat aku sudah mulai menjauh dari rumahnya, dengan memakai jubah berkerudung, aku harap saat sampai di pusat kota, tidak ada seorangpun yang akan mengenaliku.

Untuk pergi ke ko kota Mali, aku harus naik kapal selama tiga jam kemudian butuh satu hari jika menaiki kereta kuda dan tiga hari kalau berjalan kaki.

" Apa kau sudah memeriksa yang disana? "

Aku kaget, menghentikan langkah ku dan melihat ke sumber suara, terlihat dua tiga orang ksatria, satu berbadan tegap dan besar, yang lainnya terlihat lebih kecil darinya, wajahnya tidak kelihatan karena mereka berdiri di dekap lampu jalan yang remang-remang.

" Kalau dia mau kabur, pasti dia memilih malam hari untuk menjalankan rencananya" ujar si pria berbadan tegap itu dan aku yakin orang mereka cari itu adalah aku. Aku harus bergegas meninggalkan mereka, pikirku.

" Kapten, saya melihat seorang yang mencurigakan di penginapan dekat pelabuhan " dua orang pria berlari menghampiri pria besar yang mereka panggil kapten itu.

" Apa kau melihat wajahnya?"

" Tidak, hanya saja, dia seperti menyadari kehadiran kami, jadi kami memutuskan untuk memberi tahu anda dan Hario sedang berjaga- jaga disana"

" Baik, ayo kita kesana".

Mereka berjalan menjauh dari tempat ku berada, aku bernafas lega, merasa satu masalah sudah selesai dan semoga saja orang mencurigakan itu dapat mengalihkan perhatian mereka terhadapku.

" Permisi, saya mau ke pelabuhan Lowen" ujarku kepada petugas saat aku sampai di tempat pembelian tiket.

" Untuk keberangkatan kapan, nona?" Jawabnya.

" Malam ini, ada?"

" Kapal sudah berlayar nona, anda bisa memesan tiket untuk keberangkatan besok pagi"

" Besok? Keberangkatan jam berapa ya pak?"

" Untuk jam sepuluh"

" Sepuluh? Ngak ada yang lebih cepat pak? Jam tujuh atau jam delapan?"

" Ada, cuma nona sudah telat, tiketnya sudah habis, sekarang orang banyak yang pergi ke kota Dagara, karena di sana sedang ada festival kerajaan yang diadakan setiap tiga bulan, untuk ke sana, naik kapal adalah cara paling cepat dan pelabuhan Lowen juga terkenal dengan wisata kuliner dan barang antiknya, jadi biasanya penumpang kapal akan memesan tiket seminggu sebelum keberangkatan" jelasnya panjang lebar.

" Apa tidak ada cara lain pak, satu tiket pun tidak ada yang tersisa pak?"

" Maaf nona " jawabnya dengan menggelengkan kepala.

" Atau anda bisa menukarkan tiket anda dengan seseorang yang akan berangkat jam tujuh, biasanya para penumpang akan menginap di penginapan yang itu, coba nona ke sana dan mencari tau"

" Benarkan bisa pak? Kalau gitu tiket ke pelabuhan Lowen untuk satu orang, jam sepuluh"

" Baik, tunggu sebentar "

Setelah membayar tiket aku masuk ke penginapan yang sudah disarankan oleh si petugas pelabuhan. Di penginapan itu terlihat banyak para pria yang sedang tertawa sambil minum arak dan beberapa perempuan yang risih dengan kelakuan mereka, bebarapa lagi terlihat berdiskusi santai. Aku langsung menuju meja konter, nampak seorang wanita tengah melayani beberapa orang pelanggannya.

" Apa masih ada kamar yang kosong ?" Tanya ku saat pelanggan yang dilayaninya tadi melangkah keluar penginapan dengan wajah lesu.

" Hanya satu kamar yang tersisa, nona"

" Saya juga sendirian " jawab ku tersenyum, dia menatapku dengan wajah tidak percaya

" Nona, apa anda bercanda? Mana ada gadis yang berpergian sendirian? Itu berbahaya"

" Saya sama teman kok buk, nginap disini yang sendiri"

" Oh iya, iya"

Aku memberikan beberapa satu keping emas, dia memanggil anaknya untuk mengantarkan ku ke kamar setelah mengembalikan uang ku dengan beberapa keping koin perak dan perunggu.

" Oh iya buk, ibuk ada dengar orang yang mau ke Dagaras jam delapan tidak?"

" Kenapa?"

" Saya mau berangkat ke pelabuhan Lowen segera, tapi dapatnya tiket jam sepuluh, saya butuhnya jam tujuh atau jam delapan"

" Hmm" dia mengerutkan dahinya manatapku lekat- lekat, aku balas memandangnya dengan wajah memelas dan cemas.

" Sebentar " ujarnya, kemudian pergi menghampiri seorang pria yang tegah tertawa di pojok ruangan, dia berbicara sebentar, kemudia melihat ke arahku, sesekali si ibuk penginapan mengeraskan suaranya. Mereka terlihat berargumen hebat, aku merasa tidak enak.

Kemudian si ibuk kembali diikuti oleh si pria itu.

" Hello, saya Dave, kenapa nona membutuhkan tiket kapal jam tujuh" kata si pria itu. Wajahnya tirus dengan keriput paruh baya di wajahnya yang tegap dan kulitnya yang putih pucat.

" Karena alasan pribadi, yang jelas tidak ada hubungannya dengan festivas Dagaras, saya tidak mungkin menceritakannya kepada anda, kalau anda bersedia membantu saya, saya mau membayar lebih"

Dia berpikir sejenak.

" Jarang sekali orang yang tidak tertarik datang ke festival Dagaras, mengingat arcduke akan hadir di festival itu dan lagi kita para rakyat biasa juga dibolehkan ikut" jawabnya seraya melihatku dari bawah ke atas.

" Anda tidak sopan kalau menatap saya seperti itu, pak" aku sangat tidak nyaman dengan pandangannya yang menilai ku dari sepatu yang ku kenakan sampai ke jubah ku.

" Nona, anda tidak terlihat seperti penduduk biasa"

" Apa!?"

" Walaupun pakaian yang Anda kenakan terlihat sederhana, tapi bahannya bukan produk yang dapat ditemukan di pasaran"

' orang ini tajam juga' pikirku.

' apa dia salah satu ksatria yang mengejar ku?'

" Tidak perlu waspada begitu, saya mengatakan nona bukan penduduk biasa bukan karena saya mencurigai nona, hanya saja, berpergian seorang diri ke Daragas, pakaian anda sederhana tapi hanya para bangsawan yang mampu membeli bahan seperti ini, bukankah beberapa orang akan mulai penasaran dengan identitas anda? Kalau anda tidak pergi ke Dagaras berarti anda mau ke Kota Sabra atau Kota Mali?"

Aku menatapnya dengan kesal, merasa tersinggung dengan perlakuan dan perkataannya, dan juga merasa di terlalu mencampuri urusan ku.

" Baiklah nona, saya akan mendapatkannya untuk anda " ujarnya seraya terawa menanggapi tatapanku.

" Saya akan mengabari anda sebelum jam tujuh pagi" tambahnya lagi kemudian meninggalkan aku.

" Tidak usah di ambil hati, Dave memang begitu, tapi percayalah, dia orang yang baik dan bisa diandalkan" ujar si ibu penginapan.

" Antar tamu kita ke kamar nomor delapan belas di sayap kiri" katanya pada anak yang menggantikannya di konter.

" Baiklah, permisi " jawabku mengangguk kemudian pergi mengikuti si anak ibu penginapan.

Selama menginap tidak hal yang terjadi, tidak ada yang mengganggu dan si ibu penginapan juga sangat baik dalam melayani pelanggannya, hanya saja yang menjadi pikiran bagiku adalah bagaimana cara melewati para ksatria yang patroli di pelabuhan? Aku menarik nafas, beberapa menit kemudian akupun terlelap.

Aku terbangun oleh suara gedoran pintu kamarku, dengan mata yang masih terasa sangat berat aku melangkah menuju pintu, aku melirik jam dinding yang menunjukan pukul empat dini hari.

" Siapa?" Tanya ku sebelum membuka pintu.

" Dave " jawab suara di luar.

Sadar aku mengenali nama itu, aku langsung bergegas membukakan pintu.

" Ini " dia menyodotkan tiket kapal yang bertuliskan keberangkatan pukul tujuh.

Aku tercengang.

" Jangan bilang, anda semalaman mencari tiket ini?" Ujarku.

" Ya ngak mungkinlah, anda pikir saya gila?"

" Bukan begitu "

" Saya mau mengantarnya tadi malam, hanya saja saya pikir anda sudah tertidur "

" Nah, kalau gitu kenapa jam sekarang anda antar? Emang anda pikir saya tidak tidur?"

" Apa!?"

Dia menatap ku tidak percaya, kemudian tertawa.

" Jadi anda mau tiketnya atau tidak?"

" Ah, tentu saja, tunggu sebentar!" Aku kembali ke dalam kamar mengambil satu koin kepingan emas.

" Terima kasih " ucap ku sambil mengambil tiket di tangannya dan menukarnya dengan satu koin emas.

" Tapi alangkah baiknya jika anda membangunkan saya jam setengah enam" tambahku sambil menguap.

Dia hanya tertawa sambil melambaikan tangan dan pergi meninggalkan kamarku.

' nah, sekarang aku punya dua tiket, yang jam sepuluh ini mau aku apakan?' ujar ku dalam hati sambil menatap dua tiket ditanganku.

' yah sudahlah, yang terpenting sekarang aku sudah satu langkah menuju kesuksesan rencana ku'

Aku meletakan kedua tiket itu di meja dekat tempat tidur, kemudian menarik selimutku untuk melanjutkan tidurku.

***********

Suara hiruk pikuk pelabuhan terdengar melegakan, beberapa anak-anak menjajakan koran, sabagian lain menjual bunga dan beberapa pedagang manawarkan dagangannya dengan bersemangat.

Aku memperbaiki kerudung jubahku sampai menutupi wajahku sepenuhnya, berjalan dengan waspada menyusuri keramaian pasar pelabuhan, aku menghindari beberap prajurit yang tengah berpatroli. Aku menghindari sikap yang mencolok, tiap kali para prajurit melewatimu aku akan berpura-pura jadi pembeli di stand-stand pedangan di pinggir jalan.

" Buah segarnya nona" ujar pedagang itu, aku melambaikan tangan sambil mengatakan tidak terima kasih.

Aku memandang pelabuhan yang berjarak lima puluh meter dari ku, pertanyaannya adalah bagaimana melewati prajurit di tangga tempat menaiki kapal, walaupun petugas pelabuhan yang bertugas menangani cek in, tapi si prajurit juga berjaga- jaga disana.

' mudah-mudahan mereka tidak mengenali wajahku'

' haruskah aku membelakangi mereka?'

' nah, itu akan sangat mencolok'

' Giman ini? Masak perjuangan ku cuma sampai di sini?'

' Atau aku menyerah aja kali ya? Mungkin dia masih akan berbaik hati mengampuni ku dan mungkin hukuman ku bakal di peringan'

' tapi...'

Aku menggaruk kepalaku, menarik napas dalam-dalam, aku ragu antara lanjut atau kembali. Aku sadar apapun pilihan yang aku ambil, aku tidak akan bisa lari dari konsekuensinya.

' mari kita coba, kita tidak akan pernah tau kalau tidak di coba'

Aku memantapkan niatku melangkah menuju tempat cek-in, berharap semua berjalan lancar sampai tujuan ku.

" Okay, silahkan " kata si petugas, sebelum masuk ke kapal aku melirik si prajurit yang berjaga, mereka menatapku hanya saja mereka membiarkan ku lewat begitu saja.

" Apa-apaan, ternyata akunya saja yang terlalu memikirkan, mereka bahkan tidak mengenaliku" ujarku sambil tertawa menuju kabin tempat duduk ku.

Aku membuka pintu dengan perasaan gembira, aku tidak menyangka rencanaku bisa berjalan dengan mulus tanpa kendala, dan para ksatria yang mengejar ku juga tidak ada yang menemukan ku.

'yesssssss berhasil' pikirku sambil tersenyum girang memasuki kabin.

" Permisi " ujarku sambil meletakkan barang ku di rak tanpa melihat penumpang lain di kabin itu.

" Haaah..." Aku duduk dengan perasaan lega dan melepaskan tudung jubahku.

" Jadi... Apa kau sudah puas main petak umpet nya?" Ujar si penumpang itu menatapku sambil tertawa mengejek.

Saat itu juga aku menyadari satu hal, lari.

Aku bergegas membuka pintu, namun dengan cepat pula di pria itu menutup dengan tangannya dan berdiri tepat di belakang ku.

" Ka....ka...kau kenapa ada di sini!?" Tanyaku terbata-bata.

" Heeh.. kenapa menurutmu?" Jawabnya masih belum merubah posisinya.

Aku berbalik.

" Apa........kau sudah mengetahui rencanaku dari awal?"

Dia menatapku lama, kemudian mendekatkan wajahnya kepadaku, sangat dekat.

Aku mulai gelisah dan gugup.

" Bagaimana menurut mu, My darling?"

Wajahnya hanya berjarak lima senti dariku.

" K..ka..kau terlalu dekat!! " aku mendorongnya menjauh dariku.

Dia tertawa.

" Apa kau membodohi ku, yang mulia?"

" Kenapa? Apa kupu-kupu kecilku merasa di bodohi?" Jawabnya masih dengan senyuman yang menjengkelkan.

" Apa!? "

" Kau tau sayang, apa hal yang tidak mungkin? "

Dia melangkah mendekati ku kemudian berbisik.

" Kabur dari genggamanku "

Aku bergidik ngeri. Ya, aku sudah susah-susah kabur malam hari supaya lepas dari kendali pria ini.

" Tunggu dulu, Dave, kau mengenalnya?"

" Menurut mu?"

Garhh.

Pria ini, dia selalu saja menjawab pertanyaan ku dengan pertanyaan. Di dalam kepalanya pasti saat ini dia benar- benar bahagia, karena sudah memberikan ku kesempatan untuk mengharapkan hal yang sia-sia.

" Setidaknya jawablah pertanyaan ku tanpa harus bertanya balik yang mulia, kenapa harus aku? Apa kau juga tau keberadaan ku di rumah Nabi?"

Dia tidak menjawab tapi masih tersenyum dengan menjengkelkan sambil menatapku.

" Bukankah sudah pernah aku bilang, saat kau sudah ada di genggaman ku, usaha apapun akan sia-sia darling, atau apa kau benar-benar berfikir aku akan membiarkan kau melarikan diri begitu saja? Bukankah kau terlalu naif, my darling?

" Lalu kenapa kau tidak menahan ku saja saat aku melarikan diri dari kediaman mu? Kenapa harus sekarang? Kau tentu saja sudah tau kalau aku akan melarikan diri, iya kan!? Pantas saja aku rasa ada yang janggal dalam aksi ku"

" Yah, kalau aku langsung menangkapmu saat kau mencoba melarikan diri, tentu saja tidak akan membuat permainannya jadi membosankan dan juga kau tidak akan tau rasanya kesia-sian, kau tau, aku sangat suka melihat wajahmu yang berusaha keras tapi sia-sia"

" Ah benar juga, aku selalu bergairah melihat setiap ekspresimu, apalagi ekspresi putus asa mu, ah benar-benar terbaik"

Aku kembali bergidik ngeri.

' ap..apa-apaan psikopat gila ini, huff seperti aku tidak paham saja siapa dia, kalau dia orang yang sebaik itu membiarkan aku pergi maka tidak mungkin orang-orang memanggilnya monstres gila berdarah dingin'

Aku mengerutkan dahiku, menatapnya dengan putus asa.

" Kau tau Darling, wajah itu, wajah itu benar-benar luar biasa, kau tau apa yang aku pikirkan sekarang melihat wajah mu itu? Aku ingin membuat wajah itu berantakan di dekapan ku, ah pasti luar biasa."

' Apa !?'

" Mesum, otak kotor, psikopat gila, monster gila!!" teriak ku sambil melemparkan apa saja yang dapat aku raih dengan tanganku.

Dia tertawa dengan keras sambil meraih tanganku kemudian mengunci jemarinya dengan jemariku lalu dia menciumnya sambil menatap lurus ke mata ku, lidahnya menjilat punggung tangan ku. Aku kembali bergidik, berusaha melepaskan tangan ku dari tangannya.

" Le..lepaskan aku, brengsek gila"

" Haha.. oh iya, biar aku kasih tau satu hal, Dave adalah orangku, dia aku tugaskan untuk mengawasi pelabuhan".

" Ah benar juga, aku lupa memberitahu mu, Dave adalah saudara laki-lakinya Gawin, nama aslinya Hawin".

Kalau di pikir-pikir lagi, pantas Dave tajam sekali, dia langsung mengenali identitas ku hanya dari pakaianku, harusnya aku curiga dengan tiket yang diberikannya kepada ku.

Agrh.

' kenapa aku sepolos itu mempercayainya!?'

Aku tidak pernah menyesali apapun dalam hidupku kecuali pertemuanku dengannya hari itu, pertemuan dengan monster gila berdarah dingin yang membawa takdir ku seperti ini, pertemuan yang membuatku tidak bisa lagi merasakan kebebasan.****

Part 1

Lima puluh tahun yang lalu, dunia diguncang oleh gempa yang dasyat sehingga memunculkan pulau-pulau baru yang kemudian disusul dengan kemunculan pembatas dimensi antara dunia manusia dengan dunia siluman dan monster, pembatas itu muncul di seluruh dunia termasuk kerajaan Dakota. Karenanya menjadikan kerajaan porak poranda di hancurkan oleh monster yang berseliweran kemana-mana. Hanya ksatria yang mahir dalam ilmu pedang yang dapat menangani mereka, sedangkan disaat itu keadaannya hanya sedikit yang memiliki kemampuan itu.

Perang antara umat manusia dan monster berlangsung cukup lama, Setelah sepuluh tahun di hantui oleh ketakutan akhirnya bermunculan pemuda yang memiliki kekuatan untuk membasmi para monster tersebut, orang-orang menyebut mereka dengan nama Awakeners. Kemunculan mereka tidak hanya dari kalangan ksatria tetapi juga rakyat biasa, untuk mengontrol kekuatan mereka supaya tidak adanya ancaman dari dalam negeri, dibawah pemerintahan Emperor Muller Dakota, dia membentuk fraksi dua belas zodiak dan menetapkan kekuatan awakener dalam peringkat SS sebagai peringkat tertinggi dan peringkat F sebagai peringkat terendah.

Tugas mereka masing-masing adalah menjaga pertahanan negara dari serangan musuh yang tidak hanya monster dan siluman tetapi juga dari negara lain. Bergabung dalam fraksi zodiak adalah impian semua orang karena uang akan mengalir dengan mudah dan terangkatnya martabat keluarga di kerajaan, hal itulah yang menjadikan ku tertarik untuk bergabung sebagai salah satu anggota zodiak dua belas, hanya saja karena beberapa alasan membuatku mengurungkan niatku.

Namaku Sisilia Agatha, aku dikenal sebagai penjual tanaman herbal atau lebih tepatnya pemasok, walaupun jumlah tanaman yang aku dapatkan tidak banyak tapi cukup menghidupiku seorang diri, sebagai seorang yatim piatu aku menhabiskan waktunya dihutan mencari tanaman obat, namun tidak banyak yang tau kalau aku adalah healer spesialis racun dan juga hanya Nabi sahabatku yang tau kalau aku seorang awakener dengan kekuatan purifier.

Hari-hariku sebagai pedagang kecil juga lebih banyak aku habiskan bergosip dengan dua gadis bangsawan yang sudah berteman dengan ku dari kecil karena keluarga kami yang berhubungan baik, Nabi adalah anak dari Marques Rafael, salah satu orang yang berpengaruh di kerajaan Dacota. Aku dibesarkan di kediaman mereka sampai aku memiliki kekuatan untuk hidup sendiri. Marques sudah seperti ayahku sendiri tetapi aku tidak nyaman hidup bergantung kepada orang lain terlalu lama, aku memutuskan untuk meninggalkan kediaman mereka saat aku sudah genap tujuh belas tahun, namun aku masih sering mengunjungi Nabi di kediamannya yang membuatku mengenal Stella Alberto.

Nabi adalah gadis manis yang berbakat sebagai Awakener dengan elemen air, sedang Stela sangat berbakat dalam ilmu pedang. Stela sedikit agak tomboy sedangkan Nabi cukup feminim, nah bagaiman dengan aku? Yah aku tidak punya hal yang bisa di banggakan, mempunyai wajah standar rata-rata, cukup hebat dalam memanah dan juga aku juga memahami dengan baik tentang tumbuhan obat-obatan, setelah mereka menyelesaikan studi mereka, mereka mengajakku bergabung ke dalam fraksi dua belas zodiak sebagai satu tim.

Untuk bisa tergabung dalam fraksi, pelamar akan di uji dalam bentuk tim, setiap tim harus memiliki penyerang, pertahanan dan juga support. Kami hendak bergabung ke fraksi Taurus dengan satu tim kecil, Stellalah yang memutuskan untuk bergabung kesana karena dia merupakan penggemar berat Arcduke Zurich Dagaras. Walaupun Arcduke Dagaras sangat terkenal, aku belum pernah bertemu dengannya sekalipun, tapi tidak begitu dengan Nabi dan Stella yang merupakan satu alumni akademi dengannya.

" Selain wajahnya yang ganteng habis, dia juga peringkat SS, ditambah lagi dia masih single " ujar Stela sebelum kami memutuskan tujuan masa depan kami.

" Gimana kalau aku ambil ujian fraksi Pisces aja, mereka healer yang hebat, aku dengar mereka membutuhkan tenaga apoteker, jadi mereka tidak membutuhkan awakener" ujarku menanggapi stella.

" Si, apa kamu berencana memghancurka tiga sejoli? Kita udah lama bareng, nah giliran kesempatan udah di depan mata, kamu mau berbalik arah gitu? Kamu mau belajar jadi penghianat atau apa?" jawab Stella dengan muka cemberut.

" Bukan gitu Stel, masalahnya aku ngak sehebat kalian berdua, kalian berasal dari keluarga bangsawan dan awakener berbakat, nah aku?"

" Sisilia, kami hanya beruntung lahir dalam keluarga bangsawan, lagian kamu adalah healer yang hebat Si, tentu saja kami membutuhkan kamu, apalagi dalam ujian masuk" Nabi menengahi.

" Tapi guys, gimana kalau nantinya kalian ngak lulus ujian seleksi karena satu sekompok sama orang kayak aku?" jawabku insecure.

" Emang kamu orang kayak gimana? Si, kamu tu hebat kok, kamu ceria, penuh dengan ide-ide, di tambah lagi kemampuan memanah dan medis kamu, kurang apa coba?" Tanya Nabi.

" Tapi guys.."

" Ngak usah tapi-tapian, gimana jadinya kami tanpa kamu Si, kamu tu ibarat payung saat hari hujan bagi kami, kamu tau ngak sih?"

" Ngak tau, apa maksudnya?"

" Oh my God, pokoknya kamu adalah orang yang mengayomi dan juga melindungi kami, jadi ayo kita bergabung ke fraksi Taurus sama- sama, okay?" Stella memandangku dengan tangan memohon.

" Si, bagian pertahanan adalah pekerjaan yang paling di minati, banyak banget yang datang jauh- jauh ke ibukota hanya untuk ikut ujian seleksi, kamu yang udah berada disini, masak ngak berminat sih? Ayolah Si" Nabi ikut-ikutan memohon.

" Dan juga nih ya, kenapa harus fraksi Taurus? Karena di sana tempat berkumpulnya cowok-cowok hot dan sexy, dan juga merupakan fraksi yang paling diminati, mengingat kontribusi mereka yang sangat besar kepada negara, ditambah lagi mereka dapat mengumpulkan lima puluh bintang emas dan lima belas bintang perak tahun lalu yang menjadikan mereka fraksi terbaik nomor dua di kerajaan " jelas Stella panjang lebar.

" Hmm tapi aku pernah dengar kalau leadernya di juluki monster gila berdarah dingin, dia bahkan bisa membunuh siapa saja kayak membunuh lalat, orang yang tidak punya rasa kasihan, bukankah akan berbahaya kalau kita gabung ke sana?" Aku masih ragu dengan keputusan mereka.

" Iya sih, tapi tetap aja dia adalah pria paling berbakat dan tampan, mana mungkin dia membunuh tanpa sebab, benar ngak BI?"

" Aku setuju Stel, gimana pun dia ngak bakal membunuh bawahannya, kan?"

" Boleh ngak aku minta waktu beberapa hari untuk memutuskannya? Guys, aku tau kalian pengen kita tetap sama-sama, dan aku juga, hanya saja rasa percaya diriku masih rendah banget, jadi aku pengen memikirkan matang-matang apa yang terbaik buat ku, boleh?"

" Baiklah, kita bakal nunggu keputusan mu Si, tapi aku harap kamu menerima tawaran kami, aku pengen tetap bareng kamu, setidaknya sampai aku dijodohkan ayahku, aku tidak tau orangnya siapa, tapi yang jelas aku akan menikmati masa mudaku sekarang" ujar Stella sambil memegang tangan ku.

Aku hanya mengangguk setuju, namun didalam hatiku masih banyak kebimbangan, bagaimana jika rahasia terbongkar karena aku bergabung ke sana? bukankah itu membahayakan nyawaku? ujarku membatin, namun kemudian aku kembali meyakinkan diriku bahwa tempat teraman bagiku adalah ditempat yang menurutku berbahaya, selama aku tidak membuka mulut tentang keluarga ku, tidak orang yang akan tau siapa aku sebenarnya.

Aku kembali ke rumah ku setelah berpisah dengan Stella dan Nabi, aku berjalan ke kamarku, menghempaskan badanku ke kasur, mulai memain-mainkan jariku. Menimbang-nimbang apa yang sebaiknya aku lakukan. Kalau boleh memilih, aku ingin punya pekerjaan yang tidak berisiko tetapi aku mendapatkan penghasilan tetap dan hari tua ku terjamin, pekerjaan yang paling pas untuk kategori itu adalah pegawai sipil bagian farmasi di istana, tapi untuk itu aku harus punya sertifikat medis atau aku bisa ikut tesnya tanpa sertifikat walaupun kesempatan lulusnya akan kecil.

Dan satu hal lagi yang membuat ku bimbang adalah tidak ada seorangpun yang boleh tau tentang kemampuan purifierku ini kecuali Nabi. Walaupun aku sudah berpengalaman dalam mengobati khususnya pasien yang keracunan, aku merahasiakan identitas ku dengan penyamaran.

Mereka yang butuh jasaku, akan meninggalkan pesan singkat di toko kue dekat jembatan penyeberangan di tengah-tengah ibu kota, mereka akan meninggalkan pesan dengan cara mengikatkan pita merah bucket bunga mawar yang diberikan langsung kepada Miranda pemilik toko tersebut, nantinya dia akan menghubungi dan aku dpat menemui mereka dengan memakai topeng dan mengubah penampilan ku, supaya tidak ada yang berusaha mencari tau identitas ku dan mereka tidak bisa melacak ku.

Aku meninggalkan kasur dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badan, berbaring dengan santai di dalam bathtub, terkadang memain-mainkan kelopak bunga mawar yang mengapung. Sesekali aku menurunkan wajahku ke dalam air, dan menghebus-hembuskan air dengan mulutku.

Aku menghabiskan waktu saju jam untuk mandi dan bermain-main di dalam bathtub, setelah itu aku kembali ke kamarku untuk berpakaian kemudian kembali ke kasur. Aku berbaring sambil membaca buku ensiklopedia tanaman monster, salah satu dari beberapa buku peningalan kakekku.

**"

Sudah dua hari aku tidak menemui Nabi ataupun Stella, aku memutuskan untuk pergi keluar ketika pintu rumahku diketuk, aku melangkah membuka pintu, di depan pintu berdiri seorang perempuan yang paruh baya namun masih terlihat cantk, dia memakai drees berwarna merah, sebuah topi lebar menghiasi kepalanya. Dia tersenyum manis kepadaku.

" Bagaimana kabarmu? sudah lama kau tidak mengunjungi ku" tanyanya setelah aku persilahkan masuk dan duduk di kursi ruang tamu.

" Tidak baik-baik saja, tumben Madam datang kesini? biasanya anda menghubungi ku dengan cristal komunikasi" jawabku sambil meletakan beberapa makanan kecil dan minuman diatas meja.

" Aku hanya sekalian ingin mengunjungi mu, Akemi sudah menitipkanmu kepadaku" jawabnya. Miranda memang terlihat seorang penjual kue biasa, namun pekerjaan sebenarnya adalah master guild Hummingbird, pusat semua informasi di kerajaan Dakota, Guild ini hanya di ketahui oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan saja.

" Kau semakin terlihat seperti ibu, ah aku sangat merindukan Akemi, ibu mu" tambahnya.

Aku hanya tersenyum. " Mungkin dia sudah berbahagia disana bertemu dengan ayah, kakek dan nenek"

" Kau terlihat kesepian"

" Tidak juga, aku sudah terbiasa " jawabku dengan senyuman hambar.

" Untung saja Rafel merawatmu dengan baik, kau tumbuh menjadi gadis yang manis, kau sangat kuat melewati tujuh tahun ini dengan baik, aku masih ingat kau bergelantungan di kakinya Akemi karena kau ingin ikut pergi dengan kami", Dia menghela nafas panjang.

" Melihatmu membuatku jadi bernostalgia", tambahnya, kemudian memberikan buket bunga mawar pdaku.

" bucket pertama yang aku terima di rumahku" aku mengambil bunga itu sambil tertawa kecil, " Apa madam kesini hanya untuk mengantarkan ini?"

" Tentu saja tidak, aku punya hal penting yang harus aku kasih tau kepadamu" jawabnya, dia memperbaiki duduknya yang tadi terlihat santai menjadi serius.

Aku menelan ludah menunggu kalimat yang akan keluar dari mulutnya.

" Dengar baik-baik Sisi, aku mendengar rumor di kalangan atas tentang pewaris terakhir keluarga Mcgnagal, aku tidak tau dari mana rumor itu beredar, yang pasti seseorang sedang melacak keberadaannya, kau harus berhati-hati"

Aku kaget mendengar ucapannya namun tetap menganggukan kepala.

" Sebaiknya kau tidak usah menemui klien mu ini, terlalu beresiko!"

" Tapi bagaimana kalau mereka benar-benar membutuhkan bantuan ku?"

" Si, ini akan sangat beresiko, ditambah lagi pengobatan tanpa sertifikat itu ilegal, bagaimana kalau kamu tertangkap, kalau nanti mereka mencari tau latar belakang mu bagaimana? aku tau kalau kamu sebaik ibumu, kamu tidak mampu meninggalkan orang yang tengah kesulitan, berhentilah ini demi kebaikan kamu juga"

Aku termenung sebentar kemudian menatap lurus ke Miranda, aku tau kekhawatiran yang dia rasakan, kehilangan ibuku yang sudah dianggap adiknya sendiri sudah cukup memukul mentalnya apalagi jika nantinya aku dalam bahaya, aku yakin Mirandalah yang meminta Marques Rafael untuk membesarkan ku.

" Sekali ini aja, ini yang terakhir kalinya aku lakuin ini, jadi Madam tenang aja ya, aku pasti baik-baik saja kok" Aku memegang tangan sambil menyakinkannya bahwa aku akan baik-baik saja.

Miranda hanya menghela nafas mendengar kegigihan dari putri sahabatnya itu, aura kekhawatiran terpancar dari raut wajahnya.

" Jadi dimana kamu akan menemui orang itu?" tanyanya akhirnya.

Aku membuka gulungan kertas kecil dengan pita warna merah yang mengikat bucket bunga mawar itu, "Katanya di jembatan dekat toko kuenya madam".

" Jangan lupa memakai topeng!" pesan Miranda saat aku mengantarnya ke depan pintu. Aku menganggukan kepala, dia kembali menatapku khawatir lalu tiba-tiba memelukku untuk beberapa saat, lalu dia pergi meninggalkan ku yang masih menatap punggungnya dari kejauhan.

Setelah Miranda Pergi, aku bergegas menuju jembatan tempat pertemuan, aku berdiri dengan tenang membelakangi jalanan dan mengagumi pemandangan hijau rerumputan di pinggir sungai di bawah jembatan tersebut, beberapa saat kemudian seorang menghampiriku.

" Permisi " katanya dengan sopan.

Aku menoleh kearahnya.

"Anda mau membeli beberapa kupu-kupu?" ujarnya mengucapkan kata isyarat.

Aku mengangguk, " Kupu-kupu seperti aja yang anda jual?"

Mendengar jawabanku dia tersenyum lega. "Gold Butterfly", jawabnya kemudian.

Aku mengisyaratkan agar dia memimpin jalan menuju tempat yang lebih sepi, dia menggangguk kemudian berjalan mendahuluiku.

" Saya membutuhkan bantuan anda karena tubuh anak saya menunjukan tanda-tanda keracunan, saya sudah menemui beberapa dokter tapi tidak ada yang tau penyebabnya, mereka yakin kalau anak saya di sengat oleh serangga yang telah terkontaminasi oleh monster beracun" jelasnya setelah kami sampai dibawah pohon besar yang jauh dari keramain..

" Apa anda membawa sampel darah anak anda?"

" Ah iya, informan yang memberitahu saya bahwa saya harus membawa sampel darah pasien saat saya menemui anda "

" Bagus !" Jawab ku sambil mengambil sampel darah itu dan memasukan ke cairan kimia yang selalu aku bawa kemana-mana, dari cairan itu aku dapat memahami jenis racun yang sudah menyatu dengan darah korban.

" Hemlock" gumamku hampir tidak terdengar, " Sudah berapa lama pasien sakit?"

" Saya rasa sudah dua hari dengan hari ini!"

" Dokter yang memberitahu anda soal racun ini benar, racun ini tidak mematikan tapi dapat mengganggu kerja saraf pusat dan penderita akan mengalami lemah sendi, hingga menyebar ke seluruh tubuh"

" Untungnya penawar racun ini mudah ditemukan dan di jual di toko obat-obatan, tidak banyak yang tau tentang racun hemlock, sepertinya anak pernah bersentuhan dengan hewan yang sudah terkontaminasi, apa dirumah anda ada hewan peliharaan?"

Dia menggelengkan kepala, " Dia sakit seletah pulang hiking dengan temannya, mungkin tanpa sengaja dia menyentuh hewan yang mereka temui disana".

Aku menganggukan kepala tanda mengerti lalu membuat beberapa catatan kecil, kemudian memberikannya kepada pria itu.

" Rebus semua obat yang saya resepkan ini, rebus dengan api sedang, minum sebelum dingin. Lakukan tiga kali sehari"

" Baik, terima kasih banyak" jawabnya sambil mengeluarkan kantong dari sakunya dan menyerahkannya kepadaku. Aku menerima kantong dan melihat koin emas yang ada didalamnya sambil tersenyum kemudian pamit meninggalkan pria itu.

Part 2

Aku melewati beberapa pintas menuju tempat penyewaan kereta kuda, jalanannya cukup sepi dan sempit tapi diapit oleh dua bangunan tinggi pertokoan yang memberikan kesan seram dan sunyi, sampai di pertigaan ketika aku hendak melangkah keluar dari jalanan tersebut, tiga orang berjubah hitam mencegatku.

Aku berhenti, " Siapa kalian!?" Tanyaku waspada sambil mundur beberapa langkah.

" Maaf akan kelancangan kami, kami butuh bantuan anda, Gold Butterfly" kata salah satu dari mereka.

"Saya tidak mengerti apa yang kalian bicarakan!" Jawabku sambil berbalik hendak pergi namun dihadang oleh satu dari mereka.

Dari auranya dia terlihat seperti seorang ksatria namun secara penampilan dia hanya seperti prajurit bayaran biasa.

" Saya minta maaf nona, tapi kami benar-benar membutuhkan bantuan anda, kami membutuhkan keahlian dari Gold Butterfly yang terkenal".

" Apa yang anda katakan? Saya sama sekali tidak mengerti apa yang anda bicarakan!" Jawabku pura-pura bodoh sambil melirik ke kiri dan ke kanan.

Aku bukannya tidak mau membantu, hanya saja jika identitasku ketahuan, nyawaku akan terancam, bahkan orang-orang disekitarku akan ikut terancam, aku tidak mau mengambil resiko, di lihat dari cara mereka menghadang ku, aku yakin mereka sudah mencari tau tentang latar belakang ku dan berlama-lama di sini hanya akan membahayakanku.

Aku meronggoh saku ku, untungnya aku selalu membawa bubuk bius dan beberapa pisau kecil yang sudah aku lumuri dengan obat pelumpuh.

" Kalau anda bersikeras, jangan salahkan kami membawa anda dengan paksa" katanya pria yang menghadangku tadi bergabung dengan kelompoknya.

Aku mundur beberapa langkah dari mereka, mereka pun maju beberapa langkah bersiap kalau-kalau aku akan melarikan diri.

Tanpa pikir panjang aku melemparkan bubuk bius ke mereka, kemudian lari dengan sekuat tenaga. Aku yakin, sedikit banyaknya bubuk itu dapat mengalihkan perhatian mereka untuk sementara.

Namun di luar dugaan ku, tidak satupun dari mereka yang terkena serangan ku, mereka mengejar ku dengan cepat dari belakang, aku mengambil pisau lempar kecilku dan melemparkan kearah mereka.

Satu orang tumbang.

Aku kembali berlari, tetapi perbedaan stamina kami memanglah sangat jauh, aku sudah tidak sanggup berlari lebih jauh lagi. Aku memeriksa sekitar untuk mencari tempat bersembunyi namun tiba-tiba saja mata ku terasa berat dan aku tak sadarkan diri.

Aku membuka mataku yang berat, pundakku terasa pegal dan kakiku juga terasa nyeri. Aku melihat loteng yang sangat asing bagi ku, aku bangkit untuk duduk, tanganku memijit-mijit leherku yang pegal. sambil memperhatikan ruangan di sekitarku.

' ini dimana? Apa yang terjadi dengan ku? Apa orang-orang itu berhasil membawa ku? Apa ini penjara? Ah, tapi tidak mungkin penjara senyaman ini' aku bertanya-tanya dalam hati, mengingat aku terbaring di sebuah kamar yang bersih dengan kasur yang cukup empuk.

" Kau sudah sadar ?" Terdengar suara yang dingin dari sudut ruangan.

" Siapa!?" Tanyaku kaget menoleh kearah suara.

Disana terlihat seorang pemuda tampan, dengan rambut pirang dan batang hidung yang tinggi, garis wajahnya tegas dan berkelas memberikan kesan seorang bangsawan kelas atas namun pakaian yang dipakainya seperti seorang tentara bayaran, yang jelas dimataku dia bukan orang yang biasa.

Dia berdiri kemudian berjalan ke arahku. Badannya tinggi tegap dengan proporsi yang sempurna, dia menatapku dengan matanya yang biru berkilauan, pandangannya lurus sejajar dengan mataku.

Pipiku memanas dan jantungku berdegup cepat.

' Oh my God, apakah ini surga? Apa dia malaikat? Kalau begini aku tidak apa- apa berada di sini lama-lama, pemandangan yang luar biasa, wow wow'

" Ikut aku! " Katanya sambil melangkah menuju pintu dan tangannya mengisyaratkan agar aku mengikutinya.

Aku masih diam, hanya mataku yang mengikutinya kearah pintu. Sadar kalau aku belum juga beranjak dari ranjang, dia berbalik sambil mengernyitkan dahinya, matanya seperti mengatakan apakah aku sedang bermain-main dengannya, matanya yang tadi tenang sekarang berubah menjadi dingin dan tidak bersahabat.

" Apa yang kau tunggu!? apa kau mau di jebloskan ke penjara atas tuduhan praktek medis ilegal? tidak buruk juga" katanya sambil keluar.

" Ap...apa!?"

Aku begegas mengejar si pria tampan yang sudah menjauh itu.

" Apa maksudnya praktek medis illegal?" tanyaku sambil mengatur nafasku sesampai di dekatnya.

" Berhenti berpura-pura, kau pikir aku tidak tau latar belakang mu ?"

Aku membatu.

" Apa perlu aku sebutkan pelanggaran apa saja yang sudah kau lakukan?" tambahnya.

Dia melirikku yang membatu lalu melangkah ke ujung koridor. Aku hanya mengikutinya menaiki anak tangga tanpa berbicara sepatah katapun, dikepalaku berkecamuk beribu pertanyaan, keringat dingin jatuh dari pelipisku.

' Aku seharusnya mendengarkan peringatan Miranda, apa pria ini yang di maksudnya? tapi aku tidak pernah melonggarkan penjagaanku selama ini, apa pelanggaran yang dimaksud termasuk masalah keluarga ku?'

berjalan lurus ke ujung koridor kemudian berbelok ke kanan dan berhenti di depan pintu sebuah kamar.

" Ayo "

Dia membuka pintu kamar, aku mengikutinya masuk, disana seorang pria muda terbaring diatas ranjang yang cukup besar dan kuat. Sekeliling kamar terlihat diisi dengan beberapa furniture mewah dan dilengkapi dengan pemanas ruangan yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

Pria itu terlihat lemah dan pucat, dia meringis kesakitan, beberapa butir keringat keluar dari pelipisnya, jelas terlihat kalau dia sedang berjuang melawan rasa sakit yang menjalar di tubuhnya.

" Itu dia pasien mu, coba kau periksa dia!" Perintahnya dengan pogah, kemudian dia duduk di kursi di samping tempat tidur.

Jujur, aku serasa ingin pergi dari ruangan itu, menutup mata dan telinga atas apa yang aku saksikan, namun jiwa kemanusiaan ku ini memberontak sehingga aku mengurungkan niat ku.

Aku mendekati pria yang berbaring itu, memeriksa denyut nadinya, mulut dan juga matanya.

" Apa yang terjadi sebelum dia begini?" tanya ku sebelum memastikan penyakit pria yang berbaring itu.

" Aku tidak punya kewajiban menjelaskannya kepadamu, tugas mu hanya menyembuhkan dia!"

'apa-apaan dia? Arogan sekali, emangnya dia pikir aku tuhan yang tau segalanya, gila nih orang, ku tarik lagi pikiran-pikiran ku tentang dia', aku membatin.

Aku hendak membalas ucapnnya ketika seorang pria berambut panjang berwarna perak masuk ke ruangan, perawakannya cukup ramah, senyuman kecil tersungging di bibirnya kemudia dia menghampiriku dan dengan sopan menjawab pertanyaanku.

" Saya akan menjelaskan kondisi dia kepada anda, sebelumnya saya akan memperkenalkan diri dulu, saya Claude, dia adalah Z dan berbaring di sana Red."

" Kami mohon maaf atas ketidak sopanan orang-orang kami yang membawa anda ke sini, tapi kami benar-benar butuh bantuan anda, Red sudah seminggu seperti itu, dia terlihat lemah setiap harinya, itulah mengapa kami mengambil tindakan memalukan ini, saya harap anda memaklumi", pria yang menyebut dirinya Claude itu menjelaskan dengan nada bersahabat.

" Tidak usah basa-basi, langsung saja ke topiknya!" Perintah Z dengan tegas namun direspon Claude dengan geleng-geleng kepala.

Aku melihat ke arah Z dengan pandangan kesal, jelas sekali pria dingin itu tidak bersahabat sama sekali.

" Saat kami dalam misi, dia terkena panah beracun salah satu monster humanoid, kami belum pernah melihat kondisi yang seperti ini, dokter kami sudah mencoba memeriksanya tapi mereka angkat tangan dan hanya bisa mengurangi rasa sakitnya saja " jelas Claude lagi.

Aku mendekati Red, wajahnya sudah terlihat menguning dan bibirnya perlahan mulai berwarna gelap.

' situasinya benar-benar gawat' pikirku.

" Apa anda masih menyimpan panahnya?"

" Tunggu sebentar" jawab Claude pergi meninggalkan kami, beberapa saat kemudian dia kembali dengan membawa sebuah anak panah, lalu memberikannya kepadaku.

Aku menganalisa anak panah itu, berpikir sejenak lalu mengalihkan pandangan ku antara anak panah itu dan Red.

" Anda yakin anak panah ini yang membuat dia seperti itu?".

" Apa maksudnya?", tanya Claude heran.

" Aku tidak menemukan racun yang berbahaya di anak panah ini, cuma ada racun yang melumpuhkan dan dalam dua hari anda akan kembali seperti semula".

Mereka saling pandang dan menatapku dengan wajah tidak percaya.

" Yah kalau kalian meragukan ucapan ku terserah, aku bisa pergi kok, lagian aku disini bukan karena kemauan ku"

" Apa maksudnya? Kau sedang bermain-main dengan ku? Jelas-jelas dia seperi itu setelah terkena panah itu" Z terlihat marah kepadaku.

" Coba kalian pikirkan? Bagaimana kalau anak panah ini cuma pengalih perhatian dari hal besar yang lain?"

Mereka masih menatapku dengan heran.

" Maksudnya jika satu racun bertemu dengan racun lain, jadinya bagaimana?"

" Jadi menurut mu Red sudah kena racun sebelum dia dipanah?"

" Bisa jadi " jawab ku.

Z tampak berfikir begitu pula dengan Claude.

" Apa kau bisa menyembuhkannya?" Akhirnya Z memecah kesunyian.

" Hmm aku harus tau dulu racun yang satunya, aku butuh darahnya untuk menentukan jenis racun yang ada di tubuhnya jadi aku bisa membuat penawar"

Z menatap ku lagi tapi kali ini tidak dengan tatapan arogan.

" Aku akan mengambilkannya untukmu"

Z melukai jari telunjuk Red dan meneteskan beberapa tetes darah ke botol kecil, kemudian menyerahkannya kepada ku.

Aku memasukan darah itu ke cairan yang selalu aku bawa. Darahnya berubah menjadi warna keunguan. Aku tersentak kaget.

" Kenapa ?" Claude mendekati ku dan melihat ke dalam mangkok yang berisi cairan warna keunguan.

" Ini...."

" Benar Garaga Q, ini racun langka yang sangat sulit di dapatkan dan tampaknya racun ini sudah kompilasi dengan racun yang ada di anak panah. Menurut ku Red sudah mengkonsumsi racun ini dalam jangka waktu lama, maksud ku sekitar 4 sampai 5 bulan".

" Saya pernah mendengar tentang Garaga Q, racun yang tidak berasa dan berwarna dan orang yang terkena racun tidak akan pernah tau dia terkena racun, tidak tanda-tanda keracunan tapi mereka akan kehilangan indra perasa sehingga mereka akan kesulitan untuk makan dan dengan perlahan mereka akan kehilangan berat badan dan kalaupun di periksa ke dokter tidak akan di temukan penyakitnya, apa Garaga yang itu yang anda maksud?"

" Benar!"

" Kalau dia sudah mengkonsumsi racunnya cukup lama berarti sebelum misi berlangsung?"

" Apakah dia seseorang yang sangat penting?"

Claude hanya menganggukan kepala dan melirik Red dan Z bergantian.

Aku menghela nafas panjang, memutar otak memikirkan solusi yang bisa dilakukan dengan cepat dan tepat, hal ini juga berkaitan dengan kebebasanku dari mata elang Z yang mengawasi seperti predator . Aku beberapa kali menelan ludah, perasaan cemas dan was- was menghantui ku, ada hal yang tidak biasa dari keadaan Red.

" Apa kalian..." aku menghentikan pertanyaan ku, takut akan konsekuensi yang akan muncul karena pertanyaan ku yang dapat mengundang kontroversi.

" Apa?" jawab Z setelah sekian lama karena aku tidak kunjung melanjutkan ucapan ku, matanya masih tajam menatapku.

aku menelan ludah, aku yakin sekali jika pertanyaan ku bukanlah hal yang bagus untuk diucapkan, dari tatapan Z saja aku sudah merinding, tajam dan dingin. Kalau tatapan mata bisa membunuh seseorang mungkin aku sudah berulang kali mati tercabik-cabik oleh tatapannya.

Aku menatap Claude ragu, aku yakin dia tidak akan menjudge aku dengan pertanyaanku, mengingat pembawaannya yang ramah dan bersahabat.

" Boleh aku bertanya? tapi ini hanya spekulasi saja, tidak niat lain dalam pertanyaan ku ini" ucapku hati-hati.

" Apa pertanyaan ini ada hubungannya dengan Red?" tanya Claude masih dengan nada bersahabat.

" uhm ada sih, menurutku pertanyaanku ini bisa menjadi hal positif ataupun jadi hal negatif"

" Tidak usah bertele-tele, katakan saja!" ujar Z dengan nada tinggi dari pojok ruangan. Aku bergidik.

" Yang..ehm Z, jika anda bicara seperti itu, dia akan takut, bicaralah dengan pelan, untuk saat ini kita sangat membutuhkannya" Claude mengingatkan Z dengan tegas. " Jangan pedulikan dia, silahkan ajukan pertanyaan!"

" Mengingat Red sudah lama diracuni, sepertinya tujuan pelaku adalah membunuhnya dengan perlahan, sehingga saat racunnya sudah menumpuk di dalam tubuh, Red akan meninggal dengan sendirinya, menurut perkiraan ku dia menargetkan Red meninggal dalam dua tahun, tapi sepertinya tidak berjalan dengan sesuai rencana"

" Maksudnya ada seseorang dalam kelompok kami yang ingin Red mati?" tanya Claude tidak percaya, Z tidak kalah kagetnya, mereka berdua saling bertatapan tidak percaya.

" Ini baru asumsi ku saja, Apa kalian punya seseorang bertindak aneh akhir-akhir ini?"

" Tunggu sebentar, Ekspedisi kita baru jalan empat bulan, kalau dia sudah dirancuni sebelum ekspedisi di mulai, maka mereka berniat menjadikan ekspedisi ini kuburan bagi Red" Claude menatap Red dan Z bergantian.

" Bukankah menyembuhkan Red adalah prioritas utama kita?" sanggah Z seakan-akan ingin menutup diskusi tersebut. " Kita harus tau apa yang jadi prioritas". Kali ini suaranya tidak lagi dingin tapi tidak pula bersahabat.

" Garaga Q membutuh daun Linus dan bunga jempa untuk penawarnya, kalau kita bisa mendapatkan dua tumbuhan itu, nyawa Red sudah bisa diselamatkan"

" Daun Linus? bukankah itu tumbuhan yang hanya ada di dataran Tar-Tar, dekat sungai Baloki?"

Aku mengangguk, tampaknya Z memiliki pengetahuan yang cukup luas, mengingat tidak banyak orang yang tau tentang daun Linus, apalagi tempat tumbuhnya.

" Tapi daerah itu sangat berbahaya" ujar Claude

" Aku punya tumbuhan bunga jempa kering, tapi untuk menghilangkan racun Garaga Q dengan sempurna, kita butuh kedua tumbuhan itu, jika hanya bunga jempa, tidak ada bedanya dengan dia minum tanaman herbal"

" Aku akan pergi" ujar Z bergegas menuju pintu namun dicegat oleh Claude.

" Kau gila ya, bagaimana mungkin kau pergi ke tempat yang berbahaya seperti itu"

" Lalu apa pilihan yang kita punya, kalau apa yang dibilangnya itu benar, saat ini tidak ada yang bisa dipercaya kecuali kau dan aku, karena kita masih belum tau siapa yang jadi musuh kita!"

" Tapi.."

" Tenang saja Claude, kau fikir aku siapa?" tanyanya dengan bangga, ada sedikit senyuman yang tersungging di bibirnya.

" Baiklah, ingat kau harus berhati-hati, ini bukan soal keselamatan Red saja"

Dia mengangguk kemudian hilang di balik pintu, aku menghela nafas lega saat Z sudah pergi, tidak ada lagi tatapan tajam yang seperti melubangi punggung ku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!