NovelToon NovelToon

SUCI YANG TERNODA

BAB 1. Masa Orientasi Siswa (MOS)

Hari pertama masuk sekolah adalah hari yang menegangkan untuk Suci. Ya, ini adalah hari pertamanya menjalani sebagai anak SMA. Suci begitu ketakutan karena akan menghadapi MOS. Suci memang gadis yang polos dan selalu takut dengan hal-hal baru yang akan ia kerjakan dan lalui. Ia sudah menyiapkan Topi kerucut, kalung bawang merah dan putih serta tulisan namanya di sebuah lembar kertas besar yang di gantung dilehernya.

Sampai di gerbang sekolah, Suci berlari masuk karena sebentar lagi bel akan berbunyi. Lalu mereka pun berbaris dengan rapi. Kakak kelas mereka sudah berkumpul untuk memulai MOS pada siswa baru.

 

Lalu, Suci sangat terkejut melihat Rangga berada di antara kakak-kakak kelasnya. Suci sangat takut dengan Rangga. Walaupun mereka saudara seibu tapi, Rangga sangat membenci Suci. Ia tidak tahu jika Rangga bersekolah di tempat yang sama.

 

Rangga yang melihat Suci berada di barisan siswa baru sangat senang sambil tersenyum jahat. Dia sudah memikirkan sesuatu hal membuat Suci tidak betah berada di sekolah ini.

 

Suci sangat takut melihat senyum itu. Dalam hati suci berdoa agar Rangga tidak berbuat jahat padanya. Tapi, sayangnya Rangga tidak ingin menghilangkan kesempatan untuk mengerjai Suci. Lalu, Suci dan teman-teman sekelasnya masuk dalam kelompok yang akan di pimpin oleh Rangga, Yoga dan Alexa.

 

"Pertama-tama saya ucapkan selamat datang di SMA Cerdas Bangsa", ucap Rangga di depan barisan kelompoknya. " Sekarang saya akan langsung menjabarkan peraturan-peraturan apa saja yang harus kalian patuhi selama Mos dan juga selama kalian berada di sekolah ini".

 

Suci menundukkan kepalanya, agar Rangga tidak melihatnya. Ia sangat takut sekali. Jantungnya berdegup sangat kencang. Dalam hatinya tidak lepas dari doa agar Rangga tidak mengganggunya.

 

Rangga masih berbicara di depan mereka. Mengutarakan hal-hal yang boleh dan tidak boleh di lakukan oleh siswa baru. Di antaranya, tidak boleh makan, duduk atau hanya sekedar membeli minuman di kantin sampai mereka naik kelas nanti. Jika bertemu dengan kakak kelas mereka harus menyapanya dengan sopan. Dan yang paling di ingat Suci adalah mereka tidak boleh membantah perintah dan perkataan kakak kelas mereka.

 

"Hei, kamu yang dari tadi nunduk terus!", teriak Yoga pada Suci. "Ngapai kamu nunduk terus? Kalau kami ngomong lihat ke depan! Nggak sopan kamu ya!" Yoga sengaja mencari alasan.

 

Suci gemetaran, ia sangat takut setelah dirinya di tegur oleh kakak kelasnya. Bisa-bisa dia bakal dikerjai habis-habisan. Suci memberanikan untuk memandang ke depan walaupun sebenarnya ia sangat takut. Terlebih melihat Rangga.

 

Rangga memberi kode pada Alexa untuk membawa  Suci. Alexa masuk ke dalam barisan menarik Suci ke depan barisan. Suci tidak bisa menolaknya. Kini suci semakin ketakutan. Ia terus menundukkan kepalanya.

 

Rangga mendekati Suci lalu mencengkram pipi Suci untuk menaikkan pandangannya, "Kamu ini tuli ya? Udah di bilangin jangan nunduk masih saja kamu nunduk. Apa kamu nggak menghargai kami disini?"

 

Tiba-tiba Suci sudah terisak-isak. Ia menangis sangking ketakutannya. Rangga tersenyum, senang melihat Suci yang menangis. Rangga pun menambah kekuatan dalam cengkramannya.

 

"Kalian dengar semua! Sedikitpun tidak pernah kami iba walaupun kalian menangis darah. Paham!", ucap Rangga geram.

 

Rangga menyuruh Alexa untuk membuka topi kerucut yang dipakai Suci. Saat Alexa melakukan hal itu, Rangga menerima sebuah telur dari Yoga di belakang badan Suci. Entah dari mana Yoga mendapatkannya. Mungkin ini memang sudah ada di rencana mereka. Tidak ada yang tahu kecuali mereka bertiga.

 

Plok! Rangga memecahkan telur itu di kepala Suci tepatnya di jilbabnya. Semua siswa yang di hadapan mereka pun terkejut. Ada yang merasa iba dengan Suci, tapi ada juga yang tersenyum senang menganggap hal itu sebuah lelucon. Suci hanya bisa pasrah, ia sama sekali tidak berani untuk memberontak.

 

"Ini adalah pelajaran pertama untuk kalian. Kami tidak akan main-main jika kami tidak suka dengan tingkah kalian. Jelas semuanya?" tanya Rangga dengan suara yang kuat.

 

Semua siswa menjawab serempak bahwasanya mereka mengerti. Tidak ada satu pun yang ingin membela Suci. Mereka juga tidak mau bernasib sama dengan Suci.

 

"Dan satu lagi, tidak ada yang boleh mengadu pada siapa pun. Jika sampai itu terjadi, yang mengadu dan dia sama-sama akan menerima hukuman dari kami. Kalian camkan itu!", ujar Alexa tegas.

 

"Kami tidak mau tahu, apa alasan kalian nanti jika di tanya oleh guru. Yang pasti jangan libatkan kami!", sambung Yoga tidak kalah tegas.

 

"Sana balik ke barisan mu!", ucap Rangga sambil mendorong Suci dengan kuat.

 

Suci masih terisak-isak. Ia sangat takut dan juga malu pada yang lainnya. Tidak pernah dia dipermalukan seperti ini sebelumnya. Teman-temannya yang lain pada tutup hidung dan ada juga merasa jijik melihat Suci yang berlumur telur.

 

Tidak lama kemudian, bel berbunyi menandakan sesi MOS telah selesai dan siswa diharuskan untuk memasuki kelas masing-masing. Suci menjadi bingung bagaimana ia harus membersihkan dirinya. Sudah pasti guru akan menanyakan apa yang terjadi padanya jika ia kelihatan kacau seperti itu.

 

Suci sangat takut untuk pergi ke toilet sendirian. Tapi, tidak ada seorang teman pun yang menemaninya. Mereka tidak mau terlibat dengan Suci. Suci pun semakin sedih. Rasanya ingin kembali ke SMP saja di mana dia punya banyak teman di sana.

 

Mau tidak mau, Suci harus ke toilet membersihkan bau busuk di jilbabnya. Suci kebingungan sekali dan terus menangis. Dengan apa dia mencuci jilbabnya dan kalau pun di cuci jilbabnya akan basah dan tidak dapat dipakai. Apalagi bau telur sangat melekat dan tidak bisa hilang hanya dengan dibilas pakai air saja.

 

Suci sendirian di toilet menangisi kesialannya. Semua siswa telah masuk ke kelas masing-masing. Tapi, Suci masih di toilet tidak berani menghadapi teman-teman dan gurunya.

 

Seorang guru wanita bernama Lita melintasi koridor. Lalu saat melewati toilet ia mendengar isak tangis seseorang di dalam toilet. Lita pun masuk ke toilet itu dan mengejutkan Suci. Suci langsung mengusap air matanya dan menundukkan kepalanya karena takut di sangka bolos.

 

"Ngapai kamu disini?", kata Lita heran. "Em, bau apa ini?"

 

Suci hanya diam tidak mau menjawab pertanyaan Lita. Suci ingat bahwa dia tidak boleh mengadu atau dia akan kena hukuman lagi dari Rangga dan teman-temannya. Ia terus menundukkan kepalanya.

 

"Jilbab kamu kena telur ya?", ucap Lita lagi. "Kok bisa sih? Emangnya kamu habis ngapai bisa sampai kotor begini?"

 

"Maafkan saya Bu", jawab Suci yang masih terisak.

 

Lita menggelengkan kepalanya heran dengan bermacam tingkah para siswanya. Ia lalu pergi meninggalkan Suci sendirian lagi di toilet. Suci merasa lega, karena ia tidak dimarahi oleh guru itu. Tapi, ia masih bingung harus berbuat apa. Ia juga ingin masuk ke kelasnya. Ia tidak ingin di cap sebagai siswa yang buruk di hari pertamanya masuk sekolah.

 

Tidak lama kemudian, Lita masuk lagi ke toilet memberikan sebuah jilbab berwarna cream muda hampir terlihat seperti berwarna putih pada Suci. Suci mengambil jilbab itu dengan hati yang sangat senang. Dia begitu bersyukur Allah membantunya di atas penderitaannya melalui guru itu.

 

"Makasih banyak ya bu", ucap Suci menangis terharu.

 

"Sudah cepat pakai dan masuk ke kelas mu. Saya juga sudah sangat terlambat nih", tutur Lita lalu keluar dari Toilet.

 

Sungguh tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata betapa bersyukurnya Suci. Di saat dia tahu tidak ada teman-teman yang menolongnya, ia begitu sedih dan putus asa. Hampir saja Suci masuk ke ruang kelasnya dengan jilbab yang kotor dan bau itu.

 

***

BAB 2. Mengadukan Rangga

Tidak makan waktu yang lama, Suci telah selesai mengganti jilbabnya. Hatinya begitu senang, tapi seketika menjadi takut lagi karena akan berhadapan dengan guru yang telah masuk ke kelasnya. Ia melihat jam tangannya dan menghitung ada sekitar dua puluh menit ia terlambat masuk ke kelas. Lalu apa nanti alasannya jika ditanyai.

 

Suci menjadi gelisah. Ia pun perlahan mengintip dari pintu. Ia ingin memastikan seseram apa guru yang memasuki kelasnya. Namun, hatinya langsung lega melihat guru yang duduk di sana adalah guru yang tadi menolongnya. Setidaknya guru tersebut mengetahui alasan dirinya terlambat masuk ke kelas. Jadi, dia tidak perlu takut akan di marahi.

 

Suci langsung mengetuk pintu. Lita yang masih menjelaskan beberapa peraturan dikelasnya berhenti berbicara begitu mendengar suara ketukan pintu. Lita mengenal siswi itu. Lita menyuruhnya untuk masuk. Namun, Lita menyuruh Suci untuk memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.

 

"Nama saya Suci Permata Wijaya. Saya tinggal di komplek Panorama Asri", ucap Suci malu-malu.

 

Semua teman-teman sekelasnya tahu jika komplek yang di sebutkan Suci tadi adalah komplek orang-orang elit. Lalu apa yang membuat Rangga begitu membenci Suci. Jika biasanya kakak kelas tidak suka dengan siswi yang jelek, cupu dan miskin. Lalu Suci anak orang kaya, wajahnya cantik dan kulit yang terlihat seputih salju.

 

"Di antara kalian ada yang tau kenapa Suci sampai terkena telur mentah? Tadi, saya sudah tanya tapi sepertinya Suci tidak mau menjawabnya", tanya Lita yang sangat ingin tahu.

 

Kelas tetap hening, tidak ada yang ingin menjawab pertanyaan Lita. Mereka masih mengingat ancaman dari kakak kelas mereka tadi. Suci juga ikut diam. Dia terus menunduk. Tapi, ia sangat yakin tidak akan ada yang berani menjawabnya.

 

Namun, sayang seseorang di antara teman-temannya mengangkat tangan. Ia bernama Siska dan ia akan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Suci. Semua heran dengan keberanian Siska. Padahal Siska bisa saja akan di hukum berat oleh kakak kelas tadi. Semua siswa lainnya hanya menunduk ketakutan.

 

Apalagi Suci, jantungnya langsung berdegup kencang karena ketakutan. Suci melihat ke arah Siska dan menggelengkan kepalanya sambil menampilkan wajah sedihnya. Biar bagaimana pun Suci akan tetap kena hukuman walaupun temannya yang mengadu. Siska tersenyum senang melihat Suci yang ketakutan. Ia sangat Suka melihat Suci yang akan kena hukuman lagi oleh kakak-kakak kelasnya. Bukan ia tidak peduli dengan dirinya. Sebab dia sudah menyiapkan alasannya.

 

"Suci dikerjai sama kak Rangga, bu", jawab Siska.

 

Tubuh Suci terasa lemas saat Siska mengadu pada Lita. Suci menyayangkan sikap Siska yang tidak kasihan pada dirinya. Suci tidak mengerti apa maksud temannya itu. Kalaupun sengaja ia terlalu gegabah.

 

"Kalau begitu saat bel istirahat nanti kalian berdua ikut dengan saya ke kantor. Suci kamu duduk sekarang!" ucap Lita pada Siska dan Suci.

 

Suci melihat seluruh meja sudah di tempati. Tapi, ada satu meja lagi di sudut ujung. Padahal Suci berharap dia mendapatkan tempat duduk paling depan. Karena masalah tadi, jadinya Suci mesti berlapang dada duduk di paling belakang.

 

Lita kembali lagi meneruskan yang sempat terhenti lagi. Ternyata Lita adalah wali kelas di kelas tersebut. Lita menerangkan peraturan-peraturan yang harus para siswa patuhi di sekolah ini.

***

 

Bel istirahat pun berbunyi. Seperti yang telah dibilang Lita, Suci dan Siska ikut ke kantor guru. Lita menyuruh keduanya untuk menunggu sebentar. Lalu Lita menyuruh seorang siswa untuk memanggil Rangga datang ke kantor guru. Suci sudah hampir kehilangan kesadaran dengan semua yang telah dan akan dihadapinya. Baru sehari ia bersekolah tapi, sudah mendapatkan berbagai hal buruk. Suci tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya di hari berikutnya.

 

Suci sangat heran melihat Siska yang begitu tenang. Apa yang sebenarnya Siska rencanakan? Sampai ia setenang ini.

 

"Kenapa kamu mengadu sama Bu Lita? Kita akan dikerjai sama kak Rsngga dan teman-temannya nanti", tanya Suci yang ingin tahu alasan Siska sebenarnya.

 

"Kita? Kamu aja kali", jawab Siska sambil tersenyum mengejek.

 

"Tapikan kata kak Rangga.... ", belum lagi Suci selesai.

 

"Udahlah, kamu tidak perlu tau. Kamu lihat aja nanti", potong Siska percaya diri.

 

Ternyata dugaan Suci benar. Siska sengaja melakukan hal ini padanya agar Rangga bisa menghukumnya lagi. Tapi, apa yang akan Siska lakukan nanti sampai dia percaya diri sekali tidak akan ikut dihukum, pikir Suci.

 

Tidak lama kemudian, Rangga datang dan bergabung dengan Siska dan Suci. Wajah Rangga sudah seperti singa yang ingin menerkam mangsanya. Seketika Suci menunduk takut dengan tatapan tajam dari Rangga.

 

"Rangga, apa maksud kamu memecahkan telur di kepala Suci. Kamu bisa saya laporkan ke kepala sekolah! Disini sekolah tempat belajar. Bukan tempat ajang untuk sok jago!", ujar Lita yang geram dengan sikap siswa yang suka sok berkuasa.

 

"Ibu tahu dari mana? Ini cuma salah paham kok Bu", jawab Rangga berpura-pura bingung.

 

"Siska yang bilang. Emangnya Suci salah apa sama kamu? Kamu ini, laki-laki kok suka nyakiti perempuan. Seandainya kamu punya adik perempuan, kamu rela adikmu diperlakukan seperti itu?", ucap Lita lagi.

 

Ucapan Lita sangat mengena pada Rangga. Angga semakin geram pada Suci. Semua kesialannya akibat Suci. Ia tidak ingin mendapatkan hukuman. Itu sama saja akan mempermalukannya dan akan merusak image nya.

 

"Bu, Ibu salah paham. Saya gak bermaksud untuk mengerjai Suci. Ini cuma permainan aja kok", jawab Rangga santai.

 

"Permainan apa yang kamu maksud?" tanya Lita penasaran.

 

"Em, itu karena dia kalah dalam permainan tebak-tebakan. Makanya dia mendapat hukuman. Gitu Bu", jelas Rangga berbohong.

 

"Kamu tidak sedang mengada-ngada kan Rangga? Lagian kalau memang begitu, saya tidak setuju dengan hukuman yang kamu lakukan pada Suci. Ini sudah di luar batas Rangga!", lanjut Lita menasihati.

 

Mereka bertiga hanya diam mendengar perkataan Lita. Dalam diam itu mereka punya pikiran masing-masing. Suci dengan ketakutannya pada Rangga. Siska merasa senang melihat Suci yang ketakutan. Dan Rangga dengan rasa dendamnya pada kedua siswi itu.

 

"Suci, Siska apa benar seperti itu? Apa Rangga berkata benar?" tanya Lita lagi.

 

"Iya bu benar", jawab Siska lebih dahulu.

 

Suci kaget dengan pengakuan Siska. Namun, Angga tersenyum mendengarnya. Suci benar-benar tidak menyangka Siska telah mempermainkannya. Lalu, bagaimana dengannya? Apa yang harus dikatakannya? Suci berpikir bahwa dia memang seharusnya menyetujui alasan Rangga. Mungkin bisa melepaskannya dari hukuman.

 

Lita terus memandangi Suci. Menunggu jawaban darinya. Suci harus rela di perlakukan tidak adil agar ia terhindar dari kejahatan Rangga yang lainnya.

 

"Benar bu yang di katakan kak Rangga", jawab Suci lesu.

 

Lita seperti tidak percaya dengan perkataan ketiga siswa di hadapannya. Mereka seperti berbohong menyembunyikan sesuatu. Tapi, ketiganya sudah mengatakan kesepakatan. Pada akhirnya Lita hanya meminta Rangga meminta maaf pada Suci. Dan dengan berat hati Rangga berpura-pura minta maaf.

 

"Tunggu pembalasanku Suci!"

 

***

BAB 3. Lagi-lagi Rangga Mengerjai Suci

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Para siswa sangat senang mendengarnya karena bel pulang adalah yang paling ditunggu-tunggu. Mereka berjalan dari koridor dan ada pula yang mengambil jalan pintas melewati lapangan sekolah menuju pintu gerbang. Mereka terlihat asik berjalan sambil mengobrol dengan teman yang lainnya.

 

Rangga sudah menunggu kedatangan Siska sejak tadi. Siska tahu Rangga dan teman-temannya dari jauh sudah menunggunya. Tapi, Siska tidak menghindarinya. Ia berjalan dengan santainya. Dan benar saja Rangga menghadangnya. Rangga menarik lengannya dan membenturkan tubuh Siska di tembok.

 

"Kena kau! Berani-beraninya kamu mengadu! Mau jadi pahlawan hah?" ucap Rangga marah.

 

"Kak Rangga, aku cuma mau bantuin kakak aja kok.  Kak Rangga pasti suka kan ngerjain si Suci. Jadi kali ini kakak punya alasan lagi untuk menghukumnya", jawab Siska sambil tersenyum jahat.

 

"Jadi kamu.. ", Rangga belum selesai bicara.

 

"Iya kak. Aku juga tidak suka dengan dia. Jadi, terserah kakak mau apakan dia sekarang", potong Siska.

 

"Terus, dimana dia sekarang?"

 

"Kayaknya masih di kelas deh kak. Mungkin dia nunggu semua orang pulang buat menghindari kakak", Siska memprovokasi.

 

Rangga melepaskan Siska lalu, memberikan kode pada kedua teman prianya untuk mengikutinya menemui Suci. Rangga memasang wajah sangarnya.

 

Brak! Rangga mendobrak pintu kelas yang di tempati Suci. Suci yang lagi melamun menjadi terkejut mendengarnya. Dan jantungnya berdegup kencang ketika melihat Rngga sudah berada di dalam kelasnya.

 

"Bagus kamu ya. Mau mengelabui ku ha!", ucap Rangga marah.

 

Suci hanya bisa diam tertunduk. Ia sudah mulai ingin menangis lagi mendengar bentakan dari Rangga. Hatinya begitu terluka jika ada membentaknya apalagi Rangga adalah kakaknya.

 

"Sini kamu!", teriak Rangga sambil memukul meja.

 

Dan terjadilah isak tangis dari Suci. Dia begitu takut dengan Rangga. Dari sejak kecil Rangga memang tidak pernah memperlakukan Suci dengan baik.

 

"Aku nggak butuh tangisan kamu. Ayo cepat kemari!", teriak Rangga lagi.

 

Dengan langkah gemetar Suci menghadap Rangga. Isak tangisnya membuat Rangga semakin geram pada Suci. Rangga menarik lengan Suci lalu membenturkan tubuh Suci ke tembok. Suci berteriak kesakitan.

 

"Kamu taukan kesalahan kamu? Aku nggak perlu menjelaskannya lagi. Terimalah hukuman dariku!" ucap Rangga sambil mencengkram pipi Suci.

 

Rangga mengulurkan tangannya sebelah lagi meminta sesuatu pada Yoga. Kemudian Yoga mengeluarkan sebuah bungkusan yang berisi beberapa kue klepon. Yoga memberikannya pada Rangga.

 

Dengan senyuman jahatnya ia memasukkan satu kue ke dalam mulut Suci dengan paksa. Tapi, belum lagi Suci sempat mengunyah Rangga sudah memasukan kue itu lagi ke dalam mulut Suci.

 

Suci sudah merasa ingin muntah. Ia terus menggelengkan kepalanya sambil menangis. Mulutnya sudah terlalu penuh. Tapi, Rangga masih memaksakan kue ketiga untuk masuk ke mulut Suci.

 

"Ayo makan! Enakkan? Enak dong? Aku udah capek-capek loh beliin ini buat kamu", ucap Rangga dengan senyuman jahatnya.

 

Suci tidak bisa mengeluarkan suaranya. Karena terhambat oleh kue-kue yang ada di mulutnya. Suci merasa ingin memuntahkan kue itu. Dan, tiba-tiba ada seorang siswa yang masuk ke kelas menghentikan aksi Rangga. Ia adalah Rio ketua OSIS.

 

"Rangga, apa-apaan kamu!", kata Rio sambil melepaskan tangan Rangga dari pipi Suci.

 

Suci langsung berlari keluar kelas untuk membuang kue-kue yang ada di mulutnya di pinggir halaman sekolah. Suci merasa lega tapi itu tidak juga menghapus rasa takut dan sedihnya.

 

"Gila kamu ya, dia perempuan Ngga. Siswi baru....", Rio belum selesai bicara.

 

"Kamu nggak usah sok jadi pahlawan!", ucap Rangga geram sambil menunjuk-nunjuk dada Rio.

 

"Eh Rio, nggak usah sok kecakepan! Mentang-mentang kamu ketua OSIS, kamu berani sama kami yang udah senior ini!", sambung Yoga.

 

"Tau nih si Rio, santai aja napa", sambung Tara juga.

 

Saat Rio ingin berbicara lagi, Rangga menghentikannya dengan berteriak lalu keluar dari kelas itu. Rangga menggenggam lengan Suci lagi.

 

"Mulai saat ini, kamu nggak usah ikut campur lagi dengan urusanku! Kamu urus saja masalahmu!", ucap Rangga sambil menunjuk-nunjuk Rio.

 

Rangga menarik paksa Suci. Suci kewalahan mengikuti langkah Rangga. Rangga membawanya sampai ke parkiran. Lalu Rangga menyuruh Suci masuk ke dalam mobilnya.

 

Lagi-lagi Rangga mencengkram pipi Suci, "Dengarkan aku baik-baik! Jangan pernah katakan pada siapapun tentang hubungan kita! Aku nggak sudi mengakui mu sebagai adikku!"

 

"Iya kak", jawab Suci bersedih dengan linangan air matanya.

 

"Keluar sana!", usir Rngga.

 

Suci pun keluar dari mobil Rangga. Ia berdiri melihat mobil itu menjauh darinya. Suci menghapus air matanya berjalan menuju pintu gerbang.

 

Rasanya ingin sekali Suci akrab dengan Rangga layaknya kakak adik. Tapi, keinginan itu mungkin tidak akan pernah terwujud. Walaupun sering dilukai oleh kakaknya, Suci tetap menyayangi Rangga. Ia akan tetap mematuhi perkataan Rangga.

 

Hati yang terluka itu kian lama akan semakin terbiasa. Yang terpenting bagi Suci ialah ia harus tetap menjadi adik yang baik untuk Rangga. Walaupun Rangga tidak menganggapnya sebagai adik.

 

Suci menghampiri mobilnya yang dikemudikan oleh supirnya. Ia melepaskan tasnya lalu duduk dan bersandar pada badan bangku. Sambil menghela napas, Suci memejamkan matanya. Mengulang kembali memorinya mengenai kejadian yang di alaminya tadi.

 

Kenapa sih kak, harus sebenci itu padaku. Jika kakak tidak ingin mengakuiku sebagai adik, setidaknya lihat aku sebagai orang lain yang tidak perlu kakak usik kehidupannya. Aku yakin setelah ini tidak ada lagi ketenangan untukku. Aku harus apa? Bahkan aku takut menghadapi kehidupanku sendiri. Ucap Suci dalam hati.

***

Suci sedang berbaring di kasurnya. Ia menatap sendu langit-langit kamarnya. Rasanya hari ini lelah sekali. Tidak ada teman tempat berbagi dan bahkan sekolahnya kali ini tidak menyenangkan sama sekali. Tapi, bagaimana pun ia harus tetap bertahan.

Tok.. Tok..

Terdengar suara ketukan di pintu kamar Suci. Suci pun segera duduk dan menyuruh orang di balik pintu itu masuk. Yang tak lain adalah Ibunya, Mama Ayu.

Mama Ayu masuk dengan wajah sumringahnya. Ia memeluk bahkan mengecup kening Suci.

“Gimana sekolahnya tadi? Seneng nggak?”, tanya Mama Ayu yang terlihat begitu bahagia.

Oh, andaikan Mama Ayu tahu apa yang terjadi pada Suci hari ini, pasti ia tidak akan mampu tersenyum seperti itu. Suci tidak tega harus membicarakan hari buruknya di hari pertamanya masuk sekolah menengah ke atas.

“Suci senang kok Ma. Semua teman-teman Suci baik-baik semuanya”, jawab Suci dengan melebarkan senyumannya sehingga Mama Ayu tidak curiga padanya.

“Oh iya, kata Pak Ucup tadi lihat kamu bersama Rangga? Beneran kakak kamu sekolah di sana juga?”, tanya Mama Ayu yang terlihat antusias.

Suci tidak bisa mengelak, ia hanya bisa menganggukkan kepalanya saja. Tidak mungkinkan ia mengadu soal Rangga yang mengerjainya habis-habisan? Pasti Mama Ayu akan langsung bersedih. Dan Suci tidak mau melihat mamanya sedih karenanya.

“Terus?”, tanya Mama Ayu yang ingin mendengar cerita lebih dari Suci.

“Terus gimana maksudnya Ma?”, jawab Suci bingung dengan pertanyaan ambigu dari mamanya.

“Ya, terus kamu dan kakak kamu gimana?”, tanya Mama Ayu lagi yang greget banget karena Suci yang tidak paham maksudnya.

“Ya, nggak gimana-gimana Ma. Biasa aja. Mama kan tahu kalau kak Rangga ngga suka sama aku”, jawab Suci yang mengingatkan Mamanya.

“Sabar ya sayang. Mama yakin kok, Rangga pasti sayang sama adiknya yang cantik ini. Semoga dengan ini kalian bisa makin dekat ya. Mama lega deh, karena ada kakak kamu yang bisa jagain kamu waktu di sekolah”, oceh Mama Ayu yang berpikir semuanya baik-baik saja.

Hah.., seandainya Mama Ayu tahu. Jika Suci yang harus menjaga dirinya sendiri dari ulah Rangga.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!