NovelToon NovelToon

Satu Tahun Setelah Perceraian

Bab 1

•••

Sosok wanita cantik melangkahkan kakinya menuju ke arah lift, namun tiba-tiba seseorang menghentikan langkahnya. Tatapan keduanya beradu.

Jika pria itu menampilkan raut kerinduan, maka berbeda dengan wanita itu. Ia hanya memberikan tatapan kebencian, ia seolah tak ingin melihat adanya pria itu dihadapannya.

Tangan pria itu mencengkram kuat tangan wanita di hadapannya, tatapannya kini berubah menjadi sangat tajam sekali.

"Kenapa kau ingin pergi? Apa kau lupa sesuatu, lalu ada apa dengan tatapanmu barusan hm?" Tanyanya dengan satu alisnya yang terangkat.

Saat pertanyaan miliknya tak dijawab, pria itu berucap lagi.

"Kau masih Istriku!" tekannya pada setiap katanya.

Seketika wanita itu memberikan senyuman mengejeknya.

"Masa lalu kita tlah usai! Kau dan aku tak punya hubungan apapun lagi." ucap Wanita itu.

Pria itu menampilkan wajah marahnya.

"Kita menjalani sidang? Jelas tidak, kau masih sah Istriku!" tekan Pria itu lagi.

Wanita itu lagi-lagi tersenyum, ia menatap pria tampan yang kini telah menjadi mantan suaminya.

"Kau sendiri yang tidak hadir pada persidangan itu, jangan lupa Lukas kita sudah selesai semenjak aku keguguran. Aku harap kita tak pernah bertemu lagi." ucap Wanita itu menepis tangan Lukas.

Lukas marah, ia mengejar Wanita itu lalu memeluknya dari belakang.

"Tolong jangan begini, aku maafkan satu tahun kepergianmu. Kembali denganku Gea." ucap Lukas.

Air mata Gea tak tahan lagi untuk menetes, ia melepaskan pelukan Lukas.

"Kau hanya masa lalu bagiku dan selamanya akan tetap begitu, Lukas! Kau hanya Luka, aku menyesal pernah mencintai pria sepertimu." Bentak Gea.

Lukas bisa melihat air mata milik Gea.

"Aku juga kehilangan calon bayi kita sayang, kenapa kau terus menyalahkanku? Tidak seharusnya kau…"

PLAK

"Tutup mulutmu! Kau lupa apa yang terjadi padaku, Hahh? Apa aku harus mengingatnya lagi agar kau sadar betapa besar kesalahan yang kau buat? Dimana kau saat aku akan melahirkan? Kau berada di pesta dan mabuk-mabukan, sialan!" Ucap Gea membentak.

Lukas terdiam, ia tak memungkiri kalau dirinya memang salah dalam hal ini. Gea memang pantas marah dengannya.

Lukas menatap Gea, ia ingin sekali merengkuh tubuh Gea mencoba agar menenangkan Istrinya itu.

"Biarkan aku menjelaskannya." Lirih Lukas.

"Penjelasanmu tidak akan mengembalikan calon Anakku!" Ucap Gea.

"Anak kita." Ralat Lukas.

"Tidak! Dia hanya calon Anakku karena hanya aku yang memperdulikannya, kau tidak! Di otakmu hanya ada bisnis, maka berhentilah mengusikku." Ucap Gea.

Gea lelah berdebat dengan Lukas, satu tahun ini ia sudah menghilang setelah kasus perceraiannya selesai namun karena pekerjaannya dipindahkan ke Jakarta lagi, mau tak mau Gea hanya bisa mengikuti instruksi Perusahaan tempat ia bekerja.

Tapi tiba-tiba saja Lukas mengetahui kedatangannya ke kota ini lagi. Namun bagi Gea, Lukas hanyalah masa lalu yang sudah lama berakhir.

"Aku berjanji akan…"

"Lupakan! Kau hanya orang yang tak terjebak dalam masa lalumu tapi aku tidak, bagiku kau luka terdalam yang pernah ada dalam hidupku." Ucap Gea meninggalkan Lukas pergi.

Rupanya Lukas bukan orang yang mudah menyerah, ia mengejar Gea hingga ke parkiran mobil.

Kebetulan saat ini sedang jam makan siang.

"Gea!!" Panggil Lukas lagi.

Gea hendak masuk ke mobil namun Lukas menahan pergerakannya lagi, kali ini pria itu sedikit mengunci Gea dalam sisinya.

"Kau tak bisa begini, aku tak pernah menandatangani surat perceraian kita!" Ucap Lukas.

"Itu masalahmu Lukas! Secara hukum kita sudah bercerai, bagiku kau hanya mantan suami dan kau bahkan tak terlihat seperti sosok manusia lagi di hadapanku." Sarkas Gea.

Lukas kembali mencengkam kuat lengan Gea.

Tawa Gea terdengar lirih sekali, ia menatap wajah Lukas.

"Aku tidak tahu apa yang membuatku pernah mencintai pria sepertimu Lukas, aku rasa aku akan mengutuk diriku karena pernah mencintaimu." Ucap Gea.

"Diam Gea! Kau pikir hanya kau yang terluka disini? Aku juga, aku juga hampir mati karena kehilanganmu." Ucap Lukas dengan wajah frustasinya.

Senyum Gea terukir, namun itu hanyalah ejekan untuk Lukas.

"Kau terluka? Sungguh? Aku harap kau bisa mati membawa luka itu!" Ucap Gea lagi.

Lukas tak terima, ia tak suka dengan cara Gea yang kini berani berkata kasar padanya.

Lukas menyatukan bibirnya dengan Gea, ia ******* rakus bibir Gea menyalurkan rasa rindunya yang membuncah selama setahun terakhir ini.

Gea marah, ia memberontak mendorong kuat tubuh Lukas namun tenaga Lukas sudah pasti lebih besar dari Gea.

Hingga hanya terdengar suara nafas Gea yang tersengal.

"Aku masih sangat mencintaimu!" Bisik Lukas.

Gea menunduk, puncak kepalanya menyatu di dada bidang milik Lukas.

"Rasanya sangat sesak sekali, aku tak sudi dicintai oleh pria yang sangat aku benci!" Lirih Gea yang masih mencoba memperbaiki nafasnya.

Mendapatkan kesempatan membuat Lukas mendekap Gea dalam pelukannya.

"Aku pastikan kau akan kembali mencintaiku." Lirih Lukas.

"Tidak akan." Balas Gea.

Bersambung…

Bab 2

...****************...

Gea memberontak dalam pelukan Lukas namun tampaknya Lukas tak berniat melepaskan pelukan itu.

"Menjauh lah Lukas! Aku mohon lepaskan aku." ucap Gea terdengar lelah.

Lukas melemah, ia melepaskan pelukan itu namun tidak dengan jarak posisinya.

Tatapan Lukas jatuh pada bibir Istrinya sendiri.

"Kau tinggal dimana?" tanya Lukas melembut.

Gea kembali berusaha menjauhkan tangan Lukas yang memegangi tangan miliknya.

"Ini kantor kerjaku Lukas, jangan mengusikku dan tolong menjauh lah dari sisiku. Jangan membuat masalah untukku." ucap Gea terdengar memohon.

Lukas tersenyum, lagi dan lagi Lukas dengan berani menyentuh wajah Gea. Hal itu membuat Gea semakin risih, bagi Gea Lukas hanya luka masa lalu yang bahkan sulit sekali untuk sembuh.

Tak lama terdengar suara seseorang.

"Gea?" panggil seseorang itu mendekat.

Ada kelegaan kala seseorang itu mendekat, Lukas ikut menoleh membuat Gea bisa melepaskan dirinya dari cengkram Lukas.

"Kevin!!" panggil Gea yang malah berlari ke arah pria itu.

Ya, pria itu teman satu kantor Gea yang kini juga dipindahkan tugas ke Jakarta.

Kevin memberikan tatapan seolah bertanya membuat Gea berucap.

"Aku bisa ikut denganmu? Mobilku sedikit bermasalah." bohong Gea seraya meraih lengan Kevin membawanya menjauh dari Lukas.

Tak ada yang salah, Gea dan Lukas sudah satu tahun yang lalu bercerai jadi mau dekat dengan siapapun maka itu bukan kesalahan.

Lukas yang melihat Gea menaut lengan pria itu membuat nafas Lukas sedikit berhembus kasar dan tangannya terkepal cukup kuat, bagi Lukas hubungan ia dan Gea baik-baik saja.

'Kau tak boleh seperti ini Ge, aku dan kau kita masih Suami Istri!' ucap Lukas membatin.

Lukas melangkah keluar dari parkiran, sebuah mobil dengan merk yang terbilang bagus keluar dari parkiran itu.

Sekilas mata Lukas menangkap ada sosok Gea di dalamnya.

'Kau masih milikku Gea!' batin Lukas seraya menaiki mobil miliknya.

****

Di perusahaan Atma Grup, seorang pria duduk di dalam ruangan kerjanya yang cukup luas.

Ya dia adalah Lukas Atma, pemimpin pergerakan Perusahaan Keluarganya sendiri.

Tatapan dinginnya menatap lurus, ada banyak pikiran di dalam otaknya.

Matanya sesekali terpejam memikirkan apa yang telah terjadi pada dirinya dan Gea saat pertemuannya hari ini dengan Gea.

"Aku tak pernah menandatangani surat perceraian itu, lalu apa Gea tahu kenapa aku tak datang pada sidang perceraian itu? Ah sial, aku hampir gila karena kehilanganmu Ge dan kau malah bersama pria lain. Aku tak akan rela kalau kau dimiliki orang lain, kau hanya milikku dan selamanya akan tetap begitu." ucap Lukas posesif.

Sedangkan di sisi lain.

Gea duduk di sebuah restoran bersama dengan Kevin, pria yang juga tak kalah tampan dan berkulit putih.

"Maaf sebelumnya kalau aku terdengar ikut campur urusanmu, tapi apa kamu ada masalah Ge?" tanya Kevin terdengar hati-hati.

Gea menatap Kevin, ia menggeleng.

"Bukan masalah besar, Vin." ucap Gea seraya mulai memakan makanan di hadapannya itu.

Kevin mengangguk, ia bisa melihat kalau Gea seolah tak ingin membahas masalah barusan.

Helaan nafas Kevin terdengar.

"Kedepannya kalau ada yang mengusikmu katakan saja padaku, aku masih teman satu kantor mu." ucap Kevin terdengar tulus.

Gea mengangguk sambil tersenyum.

Keduanya tampak menikmati makan siang mereka, setelah makan siang berakhir Kevin dan Gea kembali ke kantor mereka bekerja.

"Lain kali biar aku yang traktir." ucap Gea.

"Iya, boleh. Jangan lupa ya." ucap Kevin membuat senyum Gea sedikit terukir.

***

Waktu terus berjalan, hingga sore menampakkan cahaya yang mulai meredup.

Gea menjauh dari mejanya, tujuannya mampir sebentar ke Coffee shop samping kantor. Ia ingin meredakan rasa lelahnya, bertepatan dengan Coffee shop berada di samping kantor.

Senyum ramah Gea terukir pada para Karyawan, tiba-tiba seorang pria menghentikan langkah Gea.

"Gea kan?" tanya pria itu.

"Iya Pak." lirih Gea.

"Bisa ikut saya ke ruangan sebentar?" tanya Pria itu.

Gea tahu siapa pria yang kini bicara dengannya, pria itu senior Gea ditempat ini.

Dia sudah cukup berumur, Gea sangat tahu kalau tatapan pria itu sedikit cabul.

"Aku Helmi, ada sedikit pekerjaan yang ingin aku berikan padamu." ucap Helmi.

Gea menghela nafasnya, belum Gea berucap seseorang menarik tangan Gea. Dia Kevin.

"Sebelumnya maaf Pak Helmi, aku dan Gea sudah mau pulang. Kalaupun memang ada pekerjaan maka bisa dilanjut besok, lagipula ini sudah waktu jam kerja pulang." ucap Kevin.

Helmi hendak berucap namun Kevin segera menarik tangan Gea hingga keluar dari kantor itu.

Gea menatap tangannya yang ditaut oleh Kevin.

"Oh maaf Ge, aku tak berniat begitu. Maaf ya." ucap Kevin salah tingkah.

Gea tersenyum, ia mengangguk.

"Aku malah berterima kasih karena kamu telah menolongku." lirih Gea.

Kevin membalas senyum Gea.

"Kamu udah mau pulang Vin? Kalau belum, apa mau aku traktir minum kopi sebentar?" tawar Gea menunjuk ke Coffee shop di samping kantor.

Kevin terlihat mengangguk.

"Boleh, dengan senang hati." ucap Kevin.

Kini dua orang itu menikmati kopi dan kue.

"Kamu tinggal dimana disini Ge?" tanya Kevin.

Gea menjauhkan gelas yang berada di tangannya.

"Aku tinggal di salah satu Apartemen disini, kalau kamu?" tanya Gea seraya menyuap kentang goreng.

Kevin menatap Gea.

"Aku juga tinggal di Apartemen." ucap Kevin.

Gea hanya mengangguk, setelahnya hanya keheningan saja yang terjadi pada keduanya.

Tiga puluh menit lamanya, Gea melangkah menuju kasir. Ia membayarkan kopi milik Kevin dan dirinya.

Baru saja keduanya keluar dari Coffee shop itu tampak sosok pria dengan setelan jas menatap Gea cukup tajam.

"Gea!" panggilnya datar.

Suaranya terdengar seolah ada kemarahan pada nadanya.

Ia mendekat kearah Gea membuat Kevin menghadang pria itu.

"Sayang" panggil pria yang tak lain adalah Lukas.

Helaan nafas Gea terdengar saat Kevin menoleh menatapnya.

"Vin terima kasih untuk hari ini, kau bisa pulang lebih dulu." ucap Gea tersenyum.

Kevin mengernyitkan dahinya, ia sudah melihat pria yang kini menyebut Gea dengan sebutan 'sayang', tadi pagi juga ia sempat melihatnya.

"Apa kamu mengenalnya Ge?" tanya Kevin.

Gea hanya tersenyum, tangannya ia letakan pada bahu Kevin.

"Sampai ketemu besok Vin." ucap Gea seolah tak ingin Kevin terlibat dalam masalahnya.

"Oke, aku pergi duluan." ucap Kevin yang paham maksud Gea.

Gea tersenyum lagi pada Kevin, terdengar hela nafas Lukas.

Ia mendekati Gea hendak memeluk wanita itu namun Gea menahannya.

"Aku tidak punya urusan lagi denganmu!" ucap Gea dengan tatapan dinginnya.

"Dia siapamu?" tanya Lukas tak memperdulikan ucapan Gea.

Gea muak, ia menjauh dari Lukas namun bukan Lukas kalau dengan mudah melepaskan Gea.

Tampak Lukas menarik Gea cukup kasar menuju mobil miliknya.

"Lukas!" sentak Gea marah.

Lukas melotot.

"Aku ingin menjelaskan sesuatu, kau harus ikut dengan ku!" ucap Lukas.

"Tidak mau! Aku sudah tak punya urusan denganmu Lukas, lepas!" tekan Gea.

Lukas menghela nafasnya, ia membuka pintu mobil lalu memasukan Gea ke dalamnya.

"Ada banyak hal yang harus kita bicarakan!" ucap Lukas.

Gea menggeram marah saat Lukas memasangkan sabuk padanya.

CUP

Lukas menghadiahi kecupan di pipi Gea.

"Diam Ge!" lirih Lukas penuh peringatan.

Setelah memasukan Gea, Lukas tampak menyusul naik ke mobil. Ia segera menjalankan mobilnya.

Sebuah Apartemen mewah menjadi tempat pemberhentian Lukas.

Lukas melemparkan kunci mobilnya pada penjaga Apartemen itu, ia kembali menarik tangan Gea menuju unitnya.

"Lukas apa kau ini gila? Lepaskan aku!" sentak Gea terus berontak.

Lukas geram, ia langsung menggendong Gea ke punggungnya membuat Gea semakin berontak.

BRUK

Lukas meletakkan kasar Gea di atas sofa.

Ia berjongkok mengunci pergerakan Gea, mata Lukas terpejam seolah ia tengah menahan amarahnya.

"Kau selingkuh Ge? Apa dia pria barumu selama satu tahun meninggalkanku?" tanya Lukas.

Gea mencoba mendorong Lukas namun pria itu kini mencengkram kuat tangan Gea.

"Jawab aku Ge!" tekan Lukas.

"Jangan konyol, apapun kehidupanku bukan urusanmu lagi!" bentak Gea.

Lukas terkekeh kecil.

"Kau tak paham ucapanku Ge? Kau masih Istriku sayang, mengertilah! Punya hubungan dengan orang lain artinya kau selingkuh, kau tak paham hm?" tanya Lukas yang mulai melemahkan cengkeramannya di tangan Gea.

Lukas membelai pelan wajah Gea yang hampir menangis itu.

"Aku tak pernah menandatangani surat perceraian itu, asal kau tahu Ge saat aku terbangun kau sudah menghilang. Aku kecelakaan saat itu, lalu bagaimana caranya aku menandatangani surat itu hm?" tanya Lukas.

Gea lelah, ia muak dengan segala ucapan Lukas. Kalaupun dimasa lalu bukan Lukas yang menandatangani, tapi cap jari Lukas ada disana meresmikan perceraian mereka.

Apapun alasannya, Gea sudah rela atas perceraian itu, ia sama sekali tak pernah menyesal sekalipun.

"Lukas, aku lelah sekali. Aku mohon sangat kepadamu agar kau bisa mengerti aku. Kita sudah berakhir, aku dan kau…"

Lukas tiba-tiba menyatukan bibirnya dengan Gea, ia memulai mencium Gea saat Gea mulai berontak. Semakin Gea menolak maka semakin gencar pula Lukas ******* bibir wanita di hadapannya itu.

Lukas mendorong kasar tubuh Gea ke sofa, ia benar-benar merindukan Gea tapi Gea terus saja menolaknya.

Hingga tangis isakan Gea terdengar saat Lukas mulai melucuti kancing kemeja Gea.

Lukas menyerah, ia paling tak sanggup mendengar tangis milik Gea.

"Jangan menangis, aku tak berniat menyakitimu." lirih Lukas mengusap air mata milik Gea.

Gea terisak dalam posisi Lukas menindih tubuhnya.

Lukas menahan diri, ia bangkit seraya membantu Gea duduk.

"Maaf Ge, aku minta maaf. Apa aku melukaimu, katakan padaku dimana yang sakit?" tanya Lukas cemas saat Gea semakin terisak.

Gea menatap wajah Lukas yang sangat dekat sekali dengannya.

"Kau sudah berhasil melukaiku dan sekarang kau membantu luka itu kembali terbuka, iya kau memang luka terbesar untukku. Aku lelah sekali Luk, aku muak!" ucap Gea menyampaikan isi perasaannya.

Lukas menarik tubuh Gea masuk ke dalam pelukannya.

"Iya, aku paham. Istirahatlah Ge, kau tidur saja nanti aku bangunkan setelah makan malam." bisik Lukas.

Gea mendorong tubuh Lukas namun pelukan Lukas terlalu kuat untuknya membuat Gea hanya bisa pasrah.

Merasakan Gea melemah membuat Lukas langsung menggendong tubuh wanitanya itu, ia membawa Gea menuju ke arah kamar miliknya.

"Istirahatlah Ge, aku akan memasak untukmu nanti." ucap Lukas membelai wajah Gea.

Saat Lukas hendak pergi Gea menahan pergerakannya.

"Aku mau pulang Luk." ucap Gea.

Lukas menggeleng.

"Sekarang ini tempat kita sayang, atau kau mau kita kembali pulang ke rumah?" tawar Lukas menatap Gea sambil tersenyum.

Helaan nafas Gea terdengar.

"Kau memang gila Luk." ucap Gea.

Lukas tersenyum seolah ucapan Gea adalah pujian untuknya.

Ia memeluk Gea lagi.

"Kedepannya juga kita akan terus tinggal bersama, jadi berhenti menolak keberadaan ku." lirih Lukas.

Gea bisa mencium wangi tubuh milik mantan Suaminya itu.

"Menjauh lah Luk, aku lelah." ucap Gea.

Lukas tersenyum, ia melepaskan pelukan itu seraya merapikan rambut Gea.

"Iya, aku akan mandi dan kau beristirahatlah. Jangan berpikir bisa kabur sayang, didepan sana ada beberapa penjaga. Sulit untukmu bisa lari dariku." lirih Lukas dengan wajah tenangnya.

Gea tak menggubris ucapan Lukas, ia sudah lelah sekali. Gea memilih duduk di atas ranjang milik Lukas membuat senyum Lukas terukir.

Pria itu berjalan pergi menuju kamar mandi meninggalkan Gea yang kini merebahkan dirinya di atas ranjang miliknya.

Bersambung…

Bab 3

Malam itu.

Gea merasakan pelukan seseorang, ia tak menyangka dirinya malah terlelap di atas ranjang milik Lukas.

Jangan ditanya siapa yang kini mendekapnya dengan erat itu, sudah pasti mantan suami Gea yang masih belum selesai dengan masa lalunya.

Pelukan erat itu membuat Gea sedih, terkadang Gea pernah berpikir kenapa harus dia yang menghadapi masalah yang begitu rumit ini?

Lukas adalah pria yang sangat ia cintai di masa lalu, ia mencintai sosok tampan dan hampir sempurna itu. Pernikahan yang berjalan sekitar 4 tahun itu, Gea juga bahagia sekali saat dinyatakan mengandung Anak dari suaminya itu namun kenapa semua kebahagiaan itu direnggut tiba-tiba? Apa Gea tak berhak bahagia?

Tidak, semuanya adalah takdir! Dan perceraian Gea bersama Lukas juga sudah takdir, Gea mencoba belajar ikhlas. Selain tentang kehilangan calon bayi yang seharusnya lahir saat itu, semua memang sudah salah.

Lukas adalah Pria yang hari itu menjadi tempat Gea membuang kemarahannya, kalau saja Gea bisa cepat sampai ke rumah sakit mungkin bayi mereka akan lahir dengan selamat. Ah tidak memang Gea yang terlalu mencintai Lukas hingga ia percaya ucapan pria itu. Gea akui dirinya sangat bodoh.

Tampak Gea menjauhkan tangan Lukas yang menaut perutnya, ia mencoba turun dari ranjang itu. Berdekatan dengan Lukas membuat dada Gea sedikit terasa sesak, kebenciannya terhadap mantan suaminya itu terlalu dalam.

Gea berdiri, ia menatap wajah sendu Lukas yang terlelap seolah benar-benar lelah.

'Pertemuan ini salah Lukas, harusnya memang lebih baik aku tak pernah menginjakkan kakiku lagi di Jakarta.' ucap Gea membatin.

Gea mengambil tas selempang miliknya ia meraih gagang pintu kamar itu.

Air mata Gea terlihat mengapung di kelopak matanya, tangannya meremas kemejanya. Ada perasaan sesak sekali di dada Gea.

"Ini menyakitkan, kenapa kau harus datang kepadaku lagi? Kau membuat luka yang sudah aku simpan selama setahun ini kembali terbuka Luk!" ucap Gea menahan tangisnya.

Gea pergi meninggalkan kamar Lukas, salah jika ia tidur satu ranjang dengan mantan suaminya itu.

Terlihat Gea mulai melangkah, tak sengaja matanya menatap bingkai foto di atas meja. Wajahnya dan wajah Lukas tampak disana, Gea menutupnya. Foto pernikahan itu tidak layak untuk berada di sana lagi.

Setelahnya Gea meninggalkan Apartemen milik Lukas.

"Nyonya" sapa seorang penjaga saat Gea kini berada di ambang gerbang.

Gea menatap dingin pada penjaga itu.

"Tolong bukakan gerbang untukku Pak.  Aku dan pria tadi tak punya hubungan apapun, kalau beberapa penghuni tahu maka aku yakin Unit disini tak akan laku lagi. Kalau bapak tetap menahan saya karena perintah pria itu maka saya akan melaporkan ini atas tuduhan penculikan." lirih Gea.

Penjaga itu hanya bisa menurut mendengar ucapan Gea.

"Apa Nyonya perlu taksi?" tawar penjaga itu.

Gea menggeleng.

"Tak perlu, aku bisa jalan kedepan." tolak Gea.

Gea segera melangkah pergi dari kediaman mewah itu.

Hingga Gea berhenti di sebuah halte bus, kepalanya menunduk sedangkan hari semakin malam.

Gea lelah sekali, hari ini Lukas benar-benar membuatnya muak akan tingkah pria itu.

Tangan Gea mengusap perut rata miliknya, dulu ada bayi yang ia kandung selama 9 bulan di dalam perutnya itu namun bayi miliknya tak bisa diselamatkan lagi saat telah sampai di rumah sakit.

Air mata Gea tak bisa tertahan lagi, sosok bayi lelaki itu masih teringat dalam pikiran Gea.

"Maaf" isak Gea yang mulai menangis.

****

Malam itu Gea kembali menggunakan Bus setelah mengambil mobilnya yang masih berada di parkiran kantor.

Di Apartemennya yang kini Gea sewa, ia duduk setelah membersihkan dirinya. Parfume milik Lukas menempel di tubuh Gea membuat Gea benar-benar jijik akan mantan suaminya itu.

Gea mulai merebahkan dirinya di atas ranjang, ia mencoba memejamkan matanya hingga rasa lelah itu berganti dengan rasa kantuknya.

Akhirnya Gea terlelap dalam tidurnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di sisi lain.

Lukas membuka mata setelah waktu menunjukan pukul empat dini hari, geraman tertahan Lukas terdengar.

"Kau meninggalkanku lagi Ge?" lirihnya menatap Gea yang sudah menghilang dari sampingnya.

Lukas mengepalkan tangannya, ia tak ikhlas Gea menceraikannya begitu saja. Bagi Lukas hubungannya dengan Gea tak pernah berakhir, semua memang salahnya bahkan kematian calon Anaknya juga Lukas mengaku itu salah dirinya namun untuk perceraian Lukas tak pernah mau menerima itu.

Lukas menuruni ranjang, ia menatap balkon yang masih tampak gelap.

"Gea sayang, kau dan aku akan tetap bersama. Kau Istriku!" tekan Lukas penuh keyakinan.

Mata Lukas menatap jari manisnya yang menunjukkan cincin pernikahannya dengan Gea.

"Kita baik-baik saja Ge dan sebentar lagi kau juga harus pulang ke rumah kita, kau sudah lama pergi jadi tugasmu kembali padaku." lirih Lukas seraya tersenyum memandangi cincin yang bertaut di jari manisnya.

Bersambung… 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!