NovelToon NovelToon

Cinta Tanpa Hati Srita

Kabur dari Rumah

Srita mengambil motor lalu keluar dari rumahnya. Saat itu rumah dalam keadaan sepi. Dua anaknya, Truno dan Marsa sedang berada di sekolah. Sementara orang tuanya sedang berada di kebun. Dia membawa anaknya Secil yang masih berumur 2,5 tahun.

Dengan hati bergemuruh Srita buru-buru menutup pintu lalu mendudukkan Secil di depan dan mengikat anaknya menggunakan kain panjang agar lebih aman, lalu mengendarai motornya dengan kecepatan kencang. Mencoba berpacu sebelum ada yang kembali ke rumahnya.

"Kita mau ke mana Bu?" Secil menanyakan tujuan pergi ibunya.

"Kita akan ke rumah teman ibu. Kita akan nginap di sana. Secil yang baik ya"

"Apakah ada mainan di sana?" dengan suaranya yang belum begitu tepat Secil kembali bertanya.

"iya, pasti ada mainan. Duduklah dengan tenang"

Setelah 20 menit mengendarai, Srita menghentikan motornya tepat di halaman rumah sepupunya.

"Assalamualaikum"

"Nun, Ainun!"

Tok, tok, tok. Srita mengetuk pintu dengan tak sabar.

Terdengar langkah kaki dari dalam.

"Srita...! hei, tumben kamu ke sini"

"Iya, titip motor ya, aku ada perlu ke kota. Ke rumah temanku. Ada acara di sana. Aku bakal menginap di sana beberapa hari"

" Langsung masukkan garasi saja Ta, maaf aku belum selesai memakaikan baju Dimas"

"Kuncinya aku titip kamu saja ya Nun, barangkali dirimu mau pakai. Oh iya aku langsung berangkat ya. soalnya mobil yang aku pesan itu sudah datang"

" Iya Ta, hati-hati"

Srita mengendong anaknya menuju mobil yang telah menunggu di jalan. Setelah memasukkan tas yang berisi beberapa helai bajunya ke dalam, dia duduk sambil memangku anaknya.

"Kita naik mobil ya Bu" Secil terlihat senang. Naik mobil baginya adalah hal yang langka.

Srita tersenyum tanpa menjawab.

Penumpang mobil kecil itu tak banyak. Mungkin karena bukan hari libur jadi sedikit orang-orang yang bepergian ke kota. Itu menguntungkan bagi Srita karena terhindar dari ngobrol basa basi dengan penumpang lain. Meski tadi ibu-ibu yang di sebelahnya sempat menanyakan tujuannya.

Terlihat Secil mulai ngantuk. Srita membetulkan posisi anaknya agar nyaman, setelah itu dia mengambil hp dan mengetikkan pesan

"Aku sudah dalam perjalanan"

"Ok, nanti saat sudah dekat kabari, aku jemput"

Setelah menyimpan hpnya Srita menyandarkan badannya, pikirannya masih belum tenang. Hari ini dia mengambil keputusan yang sangat besar. Kabur dari rumah dengan meninggalkan anak-anaknya. Suaminya pasti tak menduga setelah pagi tadi semuanya masih berjalan seperti biasanya. Setelah anak-anaknya berangkat sekolah dan suaminya pergi kerja diapun tak lengah.

Srita seorang ibu rumah tangga biasa. Wanita itu hanya tamat SMP. Orang tuanya tak mampu untuk menyekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dia menikah muda karena jatuh cinta pada pemuda yang saat itu mengerjakan proyek tak jauh dari tempat tinggalnya. Orang tuanya tak bisa menghalangi karena melihat anaknya sudah tak bisa dibilangi.

Bertahun-tahun berumah tangga kehidupan ekonominya tidak mengalami perubahan. Suaminya yang bekerja jika hanya ada proyek tak memiliki penghasilan tetap. Sementara Srita memiliki keinginan-keinginan yang lebih. Dia melihat teman-teman sekolahnya dulu sekarang hidup berkecukupan.

Sekarang dia merasa lelah dengan kehidupannya. Kabur dari rumah adalah pilihan yang dia ambil setelah beberapa hari memikirkannya. Saat ini dia menuju seseorang yang dalam beberapa bulan terakhir telah menjadi teman di dunia maya. Terlalu sering berbalas pesan, hingga pesan- pesan berisi rayuan membuai hati Srita. Dia menjanjikan hal- hal manis pada Srita.

Rayuan manis

Dua jam waktu yang Srita tempuh untuk sampai di tujuan. Dia mengambil hpnya lalu mengetikkan pesan "aku sudah dekat mas"

pesannya langsung centang dua biru.

Terlihat pesan balasan sedang diketik

"aku menjemputmu. Tunggu di simpang tiga tak jauh dari situ. aku pakai motor warna hijau"

"ya..."

Srita menyampaikan ke sopir agar berhenti di simpang tiga. Sambil menggendong anaknya, Srita turun dari mobil. Tangan kirinya menenteng tas. Secil menggeliat "apakah sudah sampai Bu?"

"belum nak, tidurlah lg" Dia menepi ke bawah pohon, menunggu jemputannya di pinggir jalan.

Hatinya berdebar-debar saat dari kejauhan melihat orang yang ditunggunya. Dia tersenyum bahagia. Setelah mendekat Srita bisa melihat wajah laki-laki yang selama ini hanya dilihatnya lewat video call.

"hai..., akhirnya kamu datang. ini anakmu?"

"iya, aku terpaksa membawanya. karena jika aku tinggal pasti dia akan terus mencari ku"

"baiklah, ayo!" laki-laki itu mengajak Srita agar segera naik ke motornya.

"kita ke mana mas?" Srita memajukan kepalanya agar suaranya terdengar diantara derau angin.

"ke rumah kontrakan ku, nanti aku akan bilang bahwa kamu adalah sepupuku. Tenang saja"

Laki-laki itu Bagito, duda yang telah bercerai dari istrinya dengan alasan sudah tidak cocok lagi. Dia merantau dari Jawa ke Sumatra. Mengenal Srita dari media sosial lalu berlanjut lewat W*ats**p. Mereka berkomunikasi setiap hari. Bagito yang pandai merayu, gencar merayu Srita dengan kata-kata manisnya.

Srita yang selama hidup dengan suaminya tak pernah mendapatkan kata-kata romantis yang berisi rayuan terbuai dengan mudahnya.

Bagito membelokkan kendaraannya ke sebuah rumah kecil. "kita sudah sampai. Ayo bawa anakmu masuk. Aku telah menyiapkan mainan untuk anakmu"

Srita sekilas memandang rumah tersebut. Dalam hatinya bimbang melihat kondisi rumah yang ditempati Bagito.

"Bu..." Secil ternyata telah bangun

"kita telah sampai ke rumah teman ibu" Srita tersenyum pada Secil.

Bagito membuka pintu. Rumah itu memiliki satu kamar.

"Sayang, letakkan anakmu di sini. Aku sudah tk sabar ingin memelukmu" Bagito berbisik ke telinga Srita dan menunjuk ke tikar yang sudah tersedia mainan anak-anak.

"sebentar mas, ku buatkan dulu dia susu"

"aku menunggumu di kamar. Jangan lama-lama" Bagito masuk ke ruangan di sebelah ruang tamu.

Srita melihat sebuah teko berisi air, lalu membuatkan anaknya susu

"Secil di sini dulu ya. Main dengan mainan ini. Nanti minum susunya. Ibu ada perlu dulu dengan teman ibu"

Secil hanya mengangguk, dia sedang merasa senang melihat mainan baru.

Srita membuka pintu dan masuk ke ruangan yang tadi dimasuki Bagito.

"mas! kamu membuatku terkejut" Bagito tk sabar mengunci pintu dan menarik Srita dalam pelukannya.

"aku merindukanmu sayang" Bagito tk sabar menci*mi Srita

"aku pun merindukanmu mas"

Mereka saling memeluk erat. Bagito sebagai duda yang telah lama tak merasakan kehangat** tub** wanita, menci*mi Srita dengan penuh naf**. Srita yang telah lama kehilangan naf** pada suaminya merasakan kembali g*"rah kewanitaannya.

Tak lama untuk Bagito bisa melepas kancing bagian atas baju Srita

"mas...." Srita menahan tangan Bagito

"kenapa sayang, bukankah dirimu merindukanku"

"iya, tapi..."

"aku sudah lama menunggu kesempatan bisa berdua denganmu. Selama ini kita hanya bercumbu lewat hp. Ayolah sayang, manisku. tidak kah kau merasakan debaran hatiku yang teramat merindukanmu " Bagito merayu sambil tangannya memb*lai lembut b*bir Srita. Bagito memang pandai membuat Srita terbuai.

gubrak!!!!

"ibuuu....!"

Terdengar tangis Secil. Srita spontan melepaskan pelukan Bagito dan membuka. pintu

"Sialan! " Bagito mengu*pat kesal

Perhatian Bagito

"kenapa nak?" Srita mendekati Secil dan menggendongnya.

"aku jatuh Bu, sakit" masih terus menangis

Srita melihat kepala anaknya yang terlihat memar.

"cup, cup.... ibu obati ya" Srita mengusap-usap kepala anaknya lalu meniupkan napas di kening anaknya seolah-olah mengobati. Secil masih tersedu-sedu karena merasakan sakit.

Bagito keluar dari kamar menuju kursi yang ada diruangan itu. Dia duduk dan memandang ke arah Srita dan anaknya. Dia menahan kesal. Tapi tak memperlihatkan ke Srita.

"kenapa anakmu, sayang?"

"Dia jatuh mas. Kasihan memar kepalanya" Srita mengusap-usap kepala anaknya.

"aku keluar cari makan dulu, kasihan kalian pasti lapar. kamu urus anakmu dulu ya sayang"

"iya mas" Srita senang Bagito perhatian ke anaknya

Bagito keluar rumah dengan perasaan kesal. Tapi dia harus menahan diri di depan Srita.

Sementara Srita setelah berhasil mendiamkan anaknya beranjak ke bagian belakang rumah Bagito. Melihat-lihat kondisi rumah tersebut.

kasihan mas Bagito, tinggal sendirian tak ada yang ngurusi. Srita bergumam dalam hati.

Srita mengumpulkan beberapa piring yang kotor lalu mencucinya. Dia juga sedikit merapikan barang dapur Bagito yang tak seberapa. Terlintas dipikiran Srita tentang kedua anak yang ditinggalkannya.

ah, ada mbah juga ayahnya. Aku capek dengan situasi hidup di sana. Tiap hari ngurusi kerjaan rumah yang tidak ada habisnya. Belum lagi suamiku yang tak jelas pendapatnya. Lebih baik aku dengan mas Bagito. Dengan kerjanya sebagai pengawas perkebunan pasti gajinya banyak.

Srita meneruskan langkah ke kamar mandi.

ya ampun...

Srita seketika mengambil Bros yang tergeletak di sudut lalu membersihkan lantai kamar mandi tersebut .

Bener-benar tidak terurus mas Bagito. kasihan sekali.

Dari luar terdengar suara Bagito. Srita bergegas ke depan.

"sayang ini aku belikan nasi, makanlah dl. aku tadi sudah makan di sana. Jangan lupa suapi anakmu. Ini sengaja aku pisah lauknya"

"terimakasih mas. kamu perhatian sekali" Srita tersenyum dan mengambil nasi.

"apa yang tidak untukmu, sayang" Bagito mengeluarkan gombalannya "bahkan aku rela kerja siang malam agar dirimu bisa bahagia. Kita bisa beli rumah lalu kita menikah. Kamu bersedia kan sayang menikah denganku?"

"iya mas" Srita tersenyum membayangkan memiliki rumah sendiri dan hidup bahagia dengan Bagito.

Masa bodoh dengan anak dan suamiku. Toh selama ini suamiku tk bisa memberikan kebahagiaan padaku.

Setelah selesai menyuapi anaknya makan, Srita mendekati Bagito yang sedang asyik dengan HP-nya.

"mas, bagaimana kalau tetanggamu curiga dengan keberadaan ku?, aku sepertinya akan lama tinggal di sini"

"tenang sayang, nanti aku bilang bahwa kamu adalah sepupuku dari kampung. Mau mencari kerja di sini. Karena suamimu telah meninggal. Tapi setelah ini segera urus perceraian dengan suamimu ya" Bagito mencolek dagu Srita sambil mengedipkan matanya genit.

"iya mas, pasti"

"aku senang sekali lho sayang, kamu benar- benar datang ke sini. Seperti kedatangan bidadari. Aku bisa membayangkan hidupku akan bahagia memiliki istri secantik dirimu" Bagito memuji wanita di depannya.

"gombal kamu mas" Srita mencubit tangan Bagito

"jangan peluk-peluk aku di depan anakku mas. Nanti dia ngadu ke bapaknya" Srita menepis saat tangan Bagito mencoba memeluknya.

"Dia masih kecil sayang, tidak akan mungkin mengadu ke suamimu"

"tetap saja mas, aku khawatir"

"makanya segera ceraikan suamimu yang tak berguna itu. Aku sudah tak sabar untuk memilikimu"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!