Gadis si hobi masak karena dia ini harus membantu sang ibu untuk berjualan makanan di kedai depan rumah, karena dia bukan dari kalangan orang berada, jadi ya harus hidup pas-pasan yang artinya sederhana, kaya tidak, miskin juga tidak, ya begitu karena mereka masih bisa makan.
"Ayra bantu ibu sini, bungkusin itu gorengan dia mau lima ribu katanya, ibu mau ke belakang dulu," kata Mak Ijah memanggil anaknya si Hayra Mahalani karena dia anak tunggal hanya hidup bertiga bersama nenek, ibu dan dirinya ini.
"Iya ibu." sahut Ayra lalu membungkus gorengan itu.
Hayra baru lulus SMA dia masih nganggur belum dapat kerjaan kenapa tidak kuliah? Ya karena biayanya sangat mahal dan pasti keluarga mereka tidak mampu.
"Nak Ayra udah dapat kerjaan belom, kebetulan ibu ada lowongan jadi pelayan di kafe depan sana," ucap ibu-ibu yang membeli gorengan dan pentol itu.
"Nanti tanya ibu dulu Tante, kalo gimana-gimana saya kabarin Tante." ucap Hayra dia sangat ingin bekerja agar tak merepotkan sang ibu, Hayra sangat kasihan dengan ibunya yang tiap hari harus banting tulang demi dirinya dan sang nenek.
* * *
Pada malam harinya waktu kedai tutup, salah satu tetangga Hayra bernama Lidia datang sambil membawa buku novel bersampul silver dengan tokoh visual anak lelaki dan perempuan yang tidak ada wajahnya.
"Mau kemana, Lid?" tanya Hayra.
"Rumah mu, loh dek!" sungut Lidia dengan muka kesal.
Hayra hanya menggeleng pelan, dia tau sahabatnya ini sedang datang bulan, makanya dia sangat kesal dan sensitif. "Udah gih, gak usah ngambek, nih aku kasih pentol kebetulan gak ke jual tadi." ucap Hayra memberikan sebungkus pentol.
* * * *
Hayra di terima bekerja di kafe tempat rekomendasi sang ibu kemarin, dan hari ini hari Hayra mulai bekerja, tapi Hayra sedikit ngantuk karena begadang membaca novel miliknya sahabatnya itu, padahal kan Hayra ini tidak suka novel sukanya baca cerita online yang pendek-pendek gitu, tapi tadi Hayra hanya membaca setengah bab nya saja, dan akhirnya doang jadi ya gitu.
"Ibu Hayra berangkat dulu, doakan semoga hari ini lancar ya Bu, nek," ucap Hayra.
Selepas berpamitan pada kedua wanita yang dia sayang Hayra langsung pergi ke kafe tempat dia bekerja Hayra jalan kaki karena kafe itu ada di sebarang rumahnya tapi pas akan nyebrang salah satu anggota motor yang sedang sunmori melaju kencang ke arah Hayra hingga kuda besi itu bertabrakan dengan tubuh manusia hingga menyebabkan tubuh itu terpental jauh sehingga membentur jalan dengan cukup keras, kepala Hayra mengalami keretakan yang cukup parah beserta leher yang patah, kedua tangannya pun tak luput dari kata 'patah, tak berbentuk, dengan badannya sudah tidak berbentuk dengan rapi, darah berceceran di sepanjang jalan Hayra langsung meninggal di tempat begitu juga dengan si pengendara yang masih hidup tapi dia mengalami luka yang sangat serius sehingga menyebabkan dirinya koma.
Mak Ijah menangis histeris melihat jasad sang anak yang sudah tak berbentuk untuk sang nenek dia langsung pingsan saking kagetnya melihat cucu perempuan satu-satunya meninggal dengan cara tragis seperti itu, sehingga membuat jalanan mancat.
Di tengah keributan yang cukup banyak itu sebuah cahaya putih kecil jatuh di tengah kerumunan orang banyak dan berhasil jatuh di atas darah yang berceceran di tengah jalan aspal yang begitu mulus dan hitam.
* * *
Di dunia berbeda seorang gadis terbangun di rumah lusuh miliknya itu, dia menatap ruangan itu dengan seksama. "Ini di mana? Bukannya aku tadi kecelakaan, apa itu cuma mimpi?" tanya Hayra pada dirinya sendiri.
Hayra bangkit lalu melihat ke arah cermin dan Hayra sangat terkejut melihat wajahnya yang sangat kusam pipi gembul itu tampak sangat kusam bila di bersihkan dengan giat pasti wajah ini sangat cantik dan imut secara bersamaan.
"Apa ini yang di namakan perpindahan jiwa? Tapi ke tubuh siapa?" tanya Hayra pada dirinya sendiri Hayra keluar melihat halaman rumah itu, hanya ada dua kamar lalu dapur dan kamar mandi, dan halaman rumah yang cukup sempit hanya ada pohon mangga yang berbuah sangat lebat.
Hayra kembali masuk lalu meronggah isi laci guna untuk mencari info dirinya dan duit, siapatau ada diary dan bekas ulangan semester gitu atau identitas pemilik tubuh ini.
Dan akhirnya Hayra menemukan kartu pelajar milik tubuh yang iya tempati ini.
Tertanda dengan Hayra Maharani
Tanda pengenal
Hayra Maharani
Umur 16 tahun
Sekolah Perwira Pramaja High School
Atau PPHS Sekolah elit menengah atas
Hayra yang membaca itu seketika langsung terkejut dan tersadar bahwa dirinya memasuk ke dalam novel yang di pinjamkan oleh sang sahabat yakni Lidia.
"Jadi aku masuk novel menjadi tokoh figuran yang menjadi bahan bully di sekolah dan kambing hitam lalu di bunuh oleh si tokoh utama pria dan tokoh antagonis pria." ucap Hayra bergidik takut.
"Huh, bila mau aman sepertinya aku harus benar-benar menjauhi semua tokoh novel agar aku tidak terkena imbasnya," molong Hayra.
Hayra bertekad untuk tidak berurusan dengan semua tokoh novel, dan pemilik tubuh ini tidak punya keluarga dia bekerja menjadi tukang Koran nanti jam dua dia harus sudah aktif berjualan koran, Hayra masuk sekolah menggunakan beasiswa yang pastinya itu tidak mungkin cukup karena bayar buku baju segala macam itu harus di urus. Menjadi penjual koran saja itu tidak cukup ya mau bagaimana lagi dia masih remaja 16 tahun siapa yang mau menerima dirinya bekerja di restoran itu pun jika mau harus ada orang dalem seperti manager nya gitu?
Setelah meneliti semuanya dan mempertimbangkannya Hayra pun lekas pergi ke pedagang koran untuk di ambil lalu di jual, meski mustahil ada orang yang ingin beli koran karena sekarang sudah serba internet dan sosmed.
"Ga pa-pa lah, dari pada gak ada kerjaan." ucap Hayra lalu pergi, meskipun sempat tersasar dengan andalan bertanya-tanya pada warga dan akhirnya dirinya pun sampai.
* * *
Hari Senin hari yang paling siswa-siswi Benci karena harus hormat di tengah lapangan lalu mendengarkan ceramah yang tak berbobot, seperti buang sampah pada tempatnya, apa tidak ada ceramah selain membuang sampah? Pantas saja anak didiknya tidak tau sopan santu mem-bully orang yang berada di bawahnya lalu dengan entengnya sang guru hanya bilang 'itu hanya candaan anak muda! what the hell men!
Hayra berdiri di depan gerbang sekolah yang menjulang tinggi dia nampak gugup, padahal Hayra kan sudah pernah sekolah. "Huh, tenang, jangan gugup?" ucap Hayra menenangkan dirinya ini.
Hayra Maharani ini adalah mantan anak STM tapi ya gitu dia tidak ikut kenakalan teman-temannya itu, karena hidupnya begitu biasa, bukan berarti dia takut, tapi dia males aja berurusan sama anak STM sebelah.
Kadang akur kadang tidak begitulah STM nya dulu, tapi berbeda dengan sekarang dia berada di dalam novel Love For Amelia yang di mana hanya di bahas sekolah elit dan disiplin tapi kelakuannya kek setan suka mem-bully orang.
Hayra masuk dan yah, dia mendapat tatapan menjijikan, benci, dan segala macam lainnya. "Huh, gini amat jadi orang miskin di cela mulu dah!" gumam Hayra lalu masuk tanpa memperdulikan cemoohan tak jelas itu.
Hingga sebuah tas mahal merek YSL melayang di mukanya membuat sekitaran wajah Hayra merasa perih, Hayra melihat tas mahal itu jatuh di kakinya sehingga teriakan seorang wanita memanggil dirinya.
"Heh, cupu ambilkan tas gue!" perintah Nina salah satu tukang bully di PPHS yang cukup di takuti, sehingga jiwa anak STM mengobar kuat di dalam diri Hayra.
Dengan tenang Hayra menendang tas mahal itu hingga mengenai tong sampah. "Astaga maaf aku sengaja!" ucap Hayra lalu mengambil tas tersebut dan melemparkannya ke muka Nina yang sudah mulai mengamuk dengan kecepatan seribu kilat Hayra pergi berlari dari sana, dan untung dia di bully di samping kelas yang sepi jadi aman dia tak akan jadi bahan gunjingan.
* * *
Hayra masuk IPA 2 yang isinya murid-murid pintar dan anak beasiswa tapi yang paling miskin ya jelas saja dirinya ini, huh miris sekali.
Hayra duduk di paling belakang dengan seorang gadis nerd sama seperti dirinya ini, walaupun agak berubah sedikit, Hayra sudah tidak memakai kaca mata dan rambut yang di kepang satu, wajah masih buram karena belum ada duit untuk beli skincare.
"Eh dengar-dengar ada murid baru, katanya sih cantik dari keluarga Madipurna yang kaya itu," ucap si gadis depan bangku Hayra.
"Moga-moga dia masuk kelas kita gue mau kenalan sama keluarganya Madipurna." ucap si cewe satu lagi dengan nada antusias.
Hayra baru ingat bahwa marga Madipurna itu milik keluarga protagonis wanita yakni Amelia Putri Madipurna yang sangat di manja dan di jaga oleh keluarga Madipurna sehingga Amelia tumbuh dengan sifat polos, lugu dan naif miliknya itu, sehingga membuat orang gemas dengan tingkah lakunya itu, tapi tidak dengan Hayra dia sedikit tidak suka karena menurutnya itu terlalu berlebihan.
Apalagi keluarga Madipurna dalam mendidik Amelia agar tetap polos dan lugu, menurut Hayra itu enggak banget karena apa, anak perempuan itu tidak selamanya berada di dekat keluarganya ada kala nanti dia menikah dan belum tentu si suami betah dengan tingkah manja miliknya itu, ya kalo manja pinter sih boleh aja, tapi ini? Kalo seperti bayi ya kita bosan lah sebagai laki-laki!
Hayra hanya mendengar lalu mengeluarkan buku tulis miliknya yang sudah lusuh tapi tak pa-pa, yang penting bisa nulis, sehingga guru fisika masuk lalu mengajarkan rumus-rumus yang bikin otak keluar asap.
* * *
Bell berbunyi dengan nyaring semua murid pergi keluar dari kelas dan si nerd yang duduk di dekatnya itu pun ikut keluar tinggal Hayra sendiri, mau ke kantin dia tidak punya uang, punya sih, tapi Hayra masih mikir nanti pas pulang sekolah dia mau makan apa, angin? Yang ada mati kedinginan dia nanti.
Nina and the geng datang ke kelas Hayra dengan rombongannya, mendobrak pintu itu hingga Hayra yang tidur untuk menghalau rasa laparnya pun harus terbangun dan melihat Nina yang begitu marah.
"Kalian siksa dia!" suruh Nina.
Kedua tangan Hayra di pegang lalu pipinya di tampar bolak-balik, hingga membiru tak lupa perutnya di tendang dua kali sehingga Hayra memuntahkan darah dari mulutnya, tapi karena mereka tak punya perasaan dengan sadis mereka membenturkan kepala Hayra di meja tiga kali sehingga Hayra mandi darah di sekitaran wajahnya.
Lalu Nina dengan santainya mengambil catokan rambut dan mencatok pipi Hayra sehingga Hayra berteriak menangis minta ampun karena itu begitu sakit dan perih. "Ampun ...! Udah ....!" Hayra memberontak pelan tak kuasa menahan sakit di pipinya yang di tempelkan catokan rambut.
"Hahahaha ...! Sakit? Rasain siapa suruh sok berani lawan gue tadi pagi hah! Dasar cupu miskin hama!" teriak Nina lalu menendang wajah Hayra hingga terpental di kelas itu.
Para siswa-siswi yang melihat itu dari arah jendela hanya bisa bergidik ngeri tanpa niat mau menolong, Hayra meraup udara sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan keterkejutannya dengan yang terjadi pada hari ini, Hayra begitu shock dengan semua ini sehingga tangannya mengepal erat menatap rombongan Nina yang pergi keluar.
"Anjing! Gue bales lu babi, biadab!" batin Hayra berteriak marah menaruh dendam yang begitu besar.
Mereka hanya melihat tanpa mau menolong Hayra yang sudah tak berdaya lantai begitu merah oleh darah Hayra, tapi Hayra tak perduli, dia bangkit lalu pergi dari sana dia berpapasan dengan gitu yang hendak masuk mengajar.
"Mau kemana kamu Hayra?" tanya pak Dirma.
"Buta mata lu anjing!" umpat Hayra tak memperdulikan keterkejutan guru itu.
"Kamu--"
"Mau marah lu? Lu dah tua gak usah bacot anjing?!" sentak Hayra, karena iya begitu kesal dengan guru-guru yang berada di sini karena tidak membela dirinya pasca di bully oleh geng gadungan itu.
Hayra berjalan menyusuri koridor yang sudah sepi itu, dia tidak perduli karena pikirannya sudah di isi bagaimana cara dia balas dendam sama si begundal itu.
Hayra melewati parkiran yang banyak kumpulan lelaki dan satu perempuan dan Hayra tebak ini kumpulan geng Motor yang bernama Venus yang di ketuai oleh Azka Mahardika tokoh utama pria.
Tapi Hayra tidak perduli itu, dia hanya melewatinya sehingga salah satu dari mereka memberhentikan Langkat Hayra. "Neng kenapa darah-darah begitu?" tanya Putra Rahardian anggota Venus.
Tapi Hayra hanya diam menatap Putra sambil melihat sekelilingnya dan dia ingat bahwa dia tidak mau berurusan sama para tokoh novel yang hanya membuatnya mati gegara fitnah sialan itu dan si bangsat Amelia hanya menangis tanpa mau menjelaskan.
Hayra pergi dari sana tanpa menjawab pertanyaan Putra, Hayra pergi dari sana sehingga melihat mobil milik Nina yang berwarna putih Hayra segera membuka tas miliknya lalu mengambil buku dan pulpen setelah itu mencatat plat mobil itu.
Anggota geng Venus merasa heran dengan kelakuan Hayra. "We, cupu gak usah sok dingin, lo!" teriak Nolan si begundal penyuka cewe sehingga anak orang bunting lalu bunuh diri.
Hayra hanya acuh tak perduli yang dia pedulikan bagaimana caranya dia bisa membalaskan dendamnya barusan otak kriminalnya sudah tersusun jelas dia akan menyiksa Nina hingga sujud meminta ampun di kakinya seperti yang Nina perintahkan Minggu lalu.
"Mati kamu Nina Wulandari!" sinis Hayra lalu pergi dari sana dengan senyum miring miliknya.
Anak Venus yang melihat senyuman mengerikan itu mengernyit bingung dengan perubahan si cupu korban bully itu.
"Kak aku takut!" cicit Amelia di dekapan Azka. Azka hanya membalas dengan pelukan hangat yang dimilikinya beserta kecupan di kedua pipi gadis manisnya ini.
Hayra menunggu Nina dengan satu parang di tangannya darah di wajahnya Hayra sengaja membiarkannya kering Hayra sudah menabur paku di jalan itu, dan ya waktu sangat mendukung mobil Nina sudah kelihatan dan.
Plus!
Ban mobil itu kempes sehingga membuat Nina turun dengan keempat kawannya yang mengoceh tak jelas karena perjalanan nikmat mereka terganggu. "Aduh, kok bisa banyak paku sih, mana tempat ini sepi lagi!" ujar Wilda teman Nina.
Hayra yang melihat itu tersenyum penuh kemenangan dengan parang yang iya bawa tak lupa sarung tangan putih melekat di jemari lentik miliknya itu.
Dengan santai Hayra menebas punggung Wilda hingga sobek menganga lebar darah membasahi jalan yang cukup banyak darah.
Mereka kaget dengan pekikan Wilda yang sesaat lalu pingsan atau meninggal pun aku tidak tau. "Lo!" pekik Nina melihat Hayra yang memegang parang dengan senyuman manis di bibir kecil itu.
"Hay Nina, ketemu lagi kita," ucap Hayra dengan nada lembut.
Nina begitu kaget dia tidak menduga akan seperti ini. "Kaget iya? Uhh ... kasihan nih minum!" todong Hayra pada darah Wilda yang mengalir cukup banyak.
"Dasar gila!" pekik Nina sangat shock melihat semua ini dengan kedua temannya sudah menggigil ketakutan.
"Bedanya dengan kamu apa? Kita sama-sama gila kan?" tanya Hayra lalu merusak kaca mobil itu dengan parang yang iya bawa. "Bawa gih teman lo, takutnya dia mati, oh ... satu lagi, besok kita ketemu di sekolah ya, aku mau ngasih kejutan, yang sangat .... Sepesial!" ucap Hayra dengan senyum manis di bibirnya itu.
Nina dan kedua temannya menggigil ketakutan mereka tak menyangka akan seperti ini mereka sangat takut. Sehingga salah satu kaki teman Nina terkena parang yang Hayra bawa menggores betis perempuan itu sehingga mengerang kesakitan.
"Mau lagi gak? Biar darahnya makin banyak?" tanya Hayra lalu pergi masuk ke dalam hutan karena ada segerombolan motor yang mendekat Hayra diam mengawasi Nina di bawah pohon dengan senyuman seperti iblis.
Nina dia hanya bisa melihat memantung karena shock, dan ya, yang lewat itu anak-anak Venus terkejut melihat darah dan Nina yang masih sangat shock ketiga temannya sudah pingsan dan lainnya.
"Kalian kenapa kok, banyak darah gini?" tanya Tama sembari turun dari motornya menghampiri Nina yang diam tak berkutik.
Nina hendak berbicara tapi penglihatannya teralihkan oleh Hayra yang berada di bawah pohon dengan parang yang masih di nodai darah kedua temannya.
"Ak-aku!" Nina keburu pingsan di pelukan Tama, mereka menelpon ambulans Azka memeluk Amelia yang sudah sangat ketakutan melihat darah yang menggenang itu.
* * *
"Huh, puas banget gue liat muka si Nina itu, awas aja berani melapor ke polisi gue cari lu sampe akar-akarnya!" gumam Hayra di depan cermin sembari memandangi luka di bagian wajahnya yang nampak sangat membengkak akibat catokan rambut dan hantaman meja.
"Ini belom berakhir, Nina, gue gak akan berhenti samapi lo bersujud minta maaf di depan gue, pembullyan yang gue alami tidak setimpal dengan yang gue lakukan tadi!"
Hayra berjalan keluar mulai sekarang dia harus mencari kerjaan yang tetap bila seperti ini terus kapan dia maju, musti mustahil mendapat kerjaan dengan tetap tapi Hayra tidak pantang menyerah kehidupannya tidak seperti dulu yang ada sang ibu karena sekarang dia benar-benar hidup sendiri jadi Hayra tidak bisa mengandalkan siapapun harus berusaha sendiri.
* * * *
"Harus kemana lagi, ni gue cari kerjaan?" Gumam Hayra menatap trik matahari sore yang begitu panas Hayra berteduh di dekat tembok melihat mobil mahal yang lalu lalang. "Kerjaan, kerjaan..." gumam Hayra sembari duduk bersama para anak-anak yang ngemis di dekatnya.
Sehingga salah satu mobil berhenti di depan mereka, para anak-anak pengemis itu nampak antusias karena mereka mengira akan di kasih sesuatu tapi sayang si pengendara mobil itu membuang sampah di depan mereka sehingga membuat mereka sedih dan kecewa 'sehina itukah kami wahay orang kaya? Kamu juga manusia cuma beda derajat aja, jadi jangan sampai kami dendam lalu membegal dirimu!
Hayra hanya menatap males karena dia bukan pengemis hanya mencari pekerjaan tapi tak dapat-dapat jadi perlu bersabar. "Woe OKB, orang kaya baru! Gak usah sok kau ya!" sentak Hayra yang begitu malas melihat wanita itu seperti tak berdosa membuang setumpuk sampah di depan mereka.
Wanita yang hendak masuk ke dalam mobilnya menoleh ke arah Hayra yang sedang duduk dengan santai melihat ke arah dirinya. "Maksud kamu apa?"
"Lo buta dek? Sok ga tau begitu, buang sampah lo sono, lu pikir kita-kita ni apaan!" sarkas Hayra menendang sebungkus plastik hitam itu ke arah si wanita yang berada di dalam mobil Van hitam mengkilap itu
wanita cantik itu melotot terkejut dengan aksi Hayra. "Kamu ...!" geram wanita cantik itu menatap tajam Hayra.
"Mau marah? Eh ... bak sampah deket, apa susahnya buat turun beberapa detik buat buang, kenapa musti harus di lempar depan kami, lo buta apa gimana, hah? jelas-jelas ni tanda peringatan nulis kata-kata gede banget lo, ga mungkin kan lo rabun jauh?" timpal Hayra menunjuk papan pelang yang tertulis di larang membuang sampah sembarang.
"Dah lah, ga guna debat ma, lo!" kesel Hayra lalu berjalan pergi dari sana dengan si wanita yang merenggut kesal setengah mati di dalam mobil mewah miliknya ibu dan bapaknya.
"Awas, lo cewe songong!"
* * *
Hayra pulang dengan keadaan lesu karena ia belum dapat kerjaan mana uang sudah menipis, dengan cara apa lagi dia harus mencari kerja. Hayra pergi ke arah dapur untuk melihat ada makanan apa tidak karena saat ini dia begitu lapar.
Hayra membuka lemari kecil penyimpan makanan tapi sayang isinya sudah tak ada hanya sebutir beras dalam toples yang tersisa Hayra mengusap perutnya lapar duit lima ribu miliknya dia ambil lalu membeli mie gelas agar cukup untuk mengganjal rasa laparnya.
Hayra pergi ke warung lalu membeli mie gelas yang sudah naik harganya menjadi 1500 jadi Hayra hanya mendapat tiga bungkus dan kembalian 500 rupiah dan Hayra mengambil permen fox tiga rasa yakni stroberi, jeruk dan lemon.
Hayra menangis memakan mie gelas itu, dia begitu sedih akan kehidupan keduanya ini kenapa dia begitu sial akan kehidupan. "Gue benci keadaan ini! Gue benci ...!" teriak Hayra dengan suara lirih di tambah rasa lapar yang tak kunjung usai karena hanya memakan satu mie gelas dan duanya lagi untuk besok atau nanti, "dulu hidup gue ga enak, tapi gue masih bisa makan, tanpa harus kelaparan, lah ini? wong melarat!"
"Kenapa hidup gue sial Mulu, sih!" teriak Hayra kesetanan. "Gak di sana gak di sini hidup gue sial mulu, sial! Sial! Sial ....!" Hayra menangis kencang dia sangat frustasi akan hidupnya kedepannya.
"Lo yang punya tubuh, kenapa musti gue yang harus nyelesain masalah lo, anjing! Kenapa ...?!" terak Hayra, rasa pusing menyerang dirinya, sungguh Hayra merasa amat frustasi dia seakan merasa gila dia belum bisa terima dengan kehidupan keduanya ini dia amat tidak terima! Tidak terima!
"Lo yang punya masalah kenapa harus gue yang nanggung akibatnya!" teriak Hayra semakin frustasi, "mau jadi gila, takut ga bisa waras lagi! asu-asu!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!