Siang itu seorang gadis sedang duduk di meja rias, wajahnya memperlihatkan aura kebhagiaan karena sang pujaan hati akan datang untuk melamarnya.
Tok Tok
"Kak, boleh Kayla masuk? Seseorang mengetuk pintu dari luar.
"Masuk, saja tidak dikunci", jawabnya sambil tetap fokus pada kegiatannya.
Ckleeek.
"Kak,ini mau taruh di mana? Tanya Kayla yang membawa makanan untuk kakaknya.
"Taruh, di meja sebelah sana! Tunjuknya ke arah meja dekat ranjang.
Kayla meletakkannya di meja,seperti yang dimaksud kakaknya.
Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba.Datang sebuah mobil Pajero di depan rumah, begitu sampe halaman mobilpun berhenti. Semua orang yang ada di situ sampe melongo buatnya.
Beberapa saat kemudian pintu mobil terbuka tampaklah seorang laki-laki sudah berumur seperti seumuran bapak, tapi masih terlihat jelas ketegasan dan ketampanannya,ada juga wanita cantik berhijab ikut turun sambil membawa hampers dan juga bingkisan,entah apa isinya.Siapakah dia? Kakaknya atau jang......
"Kak,itu siapa? Tanyaku pelan agar tidak berisik.
"Nanti,kamu juga tahu,dek",jawab kak Siti masih fokus ke arah depan sana.
Kulihat Ibu dan Bapak juga tersenyum menyambut kedatangan mereka, terus calon suami kak Siti mana? tanpa ku sadari mereka sudah berada di depan kami.
"Assalamu'alaikum, Bapak, Ibu semunya", sapanya ramah.
"Wa'alaikumsalam, jawab kami serempak sambil bersalaman.
"Ini, calonnya yang mana, ya kok sama? Tanya seseorang kepada aku dan kak Siti, karena wajah kami hmpir sama dan umur hanya selisih 1th,jd terlihat sama.
"Saya, bu calon istrinya mas Zidni", jawab kak Siti dengan malu malu.
"ooh, jawabnya seraya mengangguk-angguk kepalanya.
"Mari, Pak haji,bu silahkan masuk", bapak mengajak mereka masuk dan duduk di ruang tamu.
"Kayla, bantu kakakmu membuat minuman! Titah ibu kepada ku yang masih bengong.
"B-baik,bu" aku segera menyusul kak Siti yang sudah sibuk di dapur membuat minuman.
"em...kak, calon suami kakak yang mana? Tanyaku.
"Ya, yang itu",jawabnya sambil terus mengaduk minuman.
Aku diam,mencoba mencerna ucapan kakak ku, "apa, iya laki-laki itu calon kak,Siti",aku bermonolog sendiri di dalam hati.
"Tolong, bantuin kakak membawa cemilan itu, dek! Perintahnya yang membuat lamunanku buyar seketika.
"B-baik, kak",jawabku gelagapan juga terkejut.
Aku segera membawa minuman ke depan yang di ikuti Kayla adikku di belakang, sesampainya disana segera ku hidangkan beserta makana kecil yang kami buat, akupun ikut duduk bersama mereka.
"Monggo, di minum tehnya,Pak Haji, bu? Bapak mempersilahkan tamunya.
"Trimaksih, Pak, Bu jadi merepotkan,"jawabnya sopan.
Setelah hening beberapa saat akhirnya ada seseorang yang membuka percakapan.
"Em...begini Pak Bu,maksut kedatangan kami kesini ingin melamar anak bapak,yang bernama Siti Nurhayati, untuk mas Zidni," Suara seorang perempuan yang terlihat ramah,tenang dan anggun.
"Maksutnya,gimana ini? Tanya bibiku yang juga ikut di undang karena rumahnya bersebelahan.
"hem hem, maksutnya gini, mas Zidni ini suami saya,jadi ya untuk suami saya,"jawabnya seraya tersenyum ke arah kami.
Aku melongo dibuatnya,"jadi, kakak ku seorang pelakor?" kulihat semua orang di ruangan ini langsung diam,tak ada yang bersura.
Kulihat,kak Siti juga diam padahal tadi sudah senyam senyum da sesekali melirik lelaki yang berada di sebelah wanita tadi.
"Katanya, dulu mbak Siti pernah mondok di pesantren, dan mereka bertemu, iya kan mas? wanita memaparkan pertemuan kakak ku dengan lelaki itu.
semua orang di sini saling pandang,karena ada yang janggal semua ini. Kakak ku tidak pernah ke pesantren,tapi dia bekerja di salom plus plus".
"Maaf, bukannya dulu nak Siti ini bekerja di sa-.....ucapan bibi menggantug karena wanita tadi ingin pergi ke toilet.
"Maaf,mau numpang ke belakang,di mana ya? Tanyanya tiba-tiba.
"Oh,mari bu saya antar ke belakang,"Ibu mengajak wanita tadi ke belakang.
..."Maaf, jangan ada yang bilang kalau Dek Siti,ini pernah kerja du salon,dan jangan mengatakan kalau kita bertemu di salon plus plus, ingat itu! Ancam mas Zidni....
Jadi,pada dasarnya semua ini sudah direncankannya, terlihat Siti hanya diam saja berarti sudah mengetahuinya.
"Maaf, ya jadi tertunda obrolan kita," kata perempuan tadi.
"Em....kalau saya terserah anak saya saja, mau tidak,ndok? Tanya bapak serius.
"Saya, mau jadi istrinya mas Zidni",jawabnya sumringah.
"Baiklah, kalau begitu terus kita tentukan hari H kapan, lebih cepat lebih baik, ya kan? Kata wanita tadi ku ketahui bernama Tatik, istri pertamanya mas Zidni.
Akhirnya setelah musyawarah bersama tadi, bahwa pernikahan akan dilaksanakan dua minggu lagi,walaupun bapak keberatan karena ekonomi keluarga kami,tapi dari pihak laki-laki dia yang akan membiayai semuanya.
Setelah sekian lama akhirnya tamunya pamit undur diri.
"Maaf, pak bu serasa sudah cukup kami mau mohon pamit, sampai ketemu dua minggu lagi", mas Zidni mewakili semuanya.
"Baik, kami tunggu kedatangannya,pak Haji", jawab bapak tampak segan dengan calon menantunya.
"ya, sudah mas pulang dulu, nanti mas kabari lagi," pamit mas Zidni pada Siti.
Perlahan mobil tamu tadi meninggalkan halaman rumah, kamipun masuk ke dalam dan berbincang-bincang.
"Jadi, calon suaminya Siti itu sudah punya istri, ya? Tanya bibi Ruli.
"Iya, bi," jawab Siti pelan seakan tak terdengar.
"Jadi bagaimana persiapanya,apa sudah di siapkan surat-suratnya,"tanya bibi Ruli sekali lagi.
"Belum,Ruli nanti akan segera saya urus "jawab bapak.
"Ya, sudah kalau begitu, saya juga pamit karena sudah selesai," seraya bangkit.
"Terimakasih, bi telah meluangkan waktunya," ucap Siti sambil mengantar ke teras.
"Dah, gak perlu minta maaf,kaya ma siapa aja," jawab bibi Ruli terkekeh.
Akhirnya bibi Ruli pulang, Siti masuk ke dalam langsung menuju kamarnya.
Di kamarnya Siti duduk di depan meja rias, dia membyangkan kalau nanti jadi istrinya Zidni.
Siti segera meraih handpon yang berada di dekatnya, diusap layarnya dan mencari tombol berwarna hijau di hanponnya.
"Assalamu'alaikum, mas dah nyape mana? Tanyanya basa basi.
"Wa'alaikumsalam, dek ini lagi di jslan, ada apa? Baru saja kita bertemu, kangen...ya? godanya sambil menyetir mobil.
"em, Siti mau tanya, boleh? sambil membenarkan posisi duduknya.
"Boleh, mau tanya apa, hem? Tanya Zidni. jawabnya
"Bener, kan mas Zidni kalau aku menikah dengan mas, mas akan belikan aku motor,? tanyanya serius.
"Iya, mas kan dah janji, kenapa memangnya? jawabnya tetap fokus.
"Siti, cuma mau mastiin saja, jawabnya pelan.
"Tenang saja, mas sudah siapin semunya, adek gak khawatir, sudah dulu ya,mas lagi nyetir, nih," Assalamu'alaikum. Langsung mematikan hp nya.
Namaku Siti Nurhayati,gadis kampung lugu yang tidak mengenal dunia luar, hidup serba pas pasan, aku hanya lulusan SMP dari segi apapun sangat minim dengan ilmu pendidikan.
Suatu hari aku di ajak teman sekolah kerja di kota, katanya enak dapat uang banyak, mendengar uang langsung tertarik tak berfikir panjang pekerjaannya apa?
"Eh, mb Asti makin keren aja, nih? Pulang kapan, mb? Tanyaku.
"Oh, Ssiti kabar gue baik dong, Jawabnya sambil mengibas-ngibaskan tangannya ingin menunjukkan perhiasannya.
"Em, mbak Asti pasti enak banget kerja di kota, Siti menanggapinya.
"Enak, lh secara gak kaya, kamu! Jawabnya angkuh.
"Iya, sih mbak, jawab siti pelan karena merasa kurang nyaman.
"Em, gimana kalau kamu, ikut kerja sama gue,aja? Tanyanya sambil memainkan kukunya yang lentik berwarna merah.
"Gimana, ya Asti aku sih mau tapi ibu sama bapak? Jawabnya ragu.
"Yaa...,kamu harus pandai bujuk Ibu dan Bapakmu, nanti kalau iya, gue urus semuanya, kamu tinggal siap-siap saja, gimana? Rayu Asti.
"Siti, pikirkan dulu, As nanti aku coba bujuk Bapak sama Ibu, dulu," balasnya sambil memohon.
"Baik, Gue tunggu kabar dari kamu, permisi dulu Gue mau lanjut jalan-jalan, ok bay bay," Asti langsung pergi meninggalkan Siti.
Dikala senja yang indah di peraduannya, semua orang telah pulang dari aktifitasnya, dari pagi sampai sore. Kebiasaan orang kampung setelah habis magrib bercengkerama di ruang keluarga.
"Pak, Bu Siti mau kerja, tanya siti hati-hati.
"Uhuk uhuk, kerja di mana? Tanya Pak Fandi bapaknya Siti.
"Kerja, di kota, Pak", jawabnya jujur.
"Kerja apa? Sama siapa,Nak? Tanya bapak dengan serius.
"B-belum tahu, kerja apa tapi Siti sama Asti, Pak," jawab Siti meyakinkan orang tuanya.
"Asti, temen kamu yang rada"...ucapan bapak tak lagi dilanjutkan.
Seketika di ruangan itu hening tidak ada yang bersuara, bapak menghisap sisa puntung rokok tembakau buatan sendiri sesekali terdengar suaranya mendesah, memikirkan beban hidup.
"Bu,Pak Siti ijin masuk kamar dulu", ditengah heningnya suasana.
"Hm, hanya itu jawaban bapak sedangkan ibu diam saja.
Aku berjalan menuju kamarku yang tak jauh dari tempat kami berbincang, sampai dikamar aku mencoba memikirkan,"apa langkahku ini sudah benar" fikiran ku tak menentu,ada kebimbangan dalam hati antara menuruti hati atau ego.
Kurebahkan tubuhku di ranjang yang hanya beralaskan kasur yang sudah usang, ku coba pejamkan mata untuk mengistirahatkan fikiran yang bagai benang kusut.
**
Pagi yang cerah,matahari sudah menampakan senyumnya,perlahan ku buka jendela yang terbuat dari papan kayu, uadara yang masuk dipagi hari sangat baik untuk paru-paru.
Segera ku bersihkan tempat tidur dan keluar kamar membantu Ibu di dapur.
Di sana nampak Ibu dan Kayla sedang memasak untuk sarapan,jadi aku putuskan membersihkan rumah saja, dari nyapu, mngepel dan mencuci baju.
"Alhamdullah, akhirnya kelar juga", gumamku seraya mengusap peluh.
"Sudah, selesai ya kak? Tanya Kayla.
"Sudah, dek,"jawabku sambil duduk di teras rumah.
"Kak, katanya kakak mau kerja, ya? Tanya Kayla sambil ikut duduk di samping ku.
"Rencana, iya kenapa? Tanyaku balik.
"Em, sama siapa, kak? Tatapannya serius.
"Asti, belum aku jawab sempurna sudah dipotongnya.
"Asti, yang temen sekolah, kakak? Kayla bertanya tanpa lelah.
"Iya, kenapa memang? Tanyaku kesal.
** Tiga hari kemudian Siti pergi ke rumah Asti untuk memastikan tentang penawaran tempo hari.
Tok Tok Tok
"Assalamu'alaikum, Siti mengetuk pintu rumah Asti.
"Wa'alaikumsalam", eeh nak Siti, mari masuk" jawab Ibunya Asti ramah.
"Terimakasih, Bu"jawab Siti sambil mengikuti langkah Ibu paruh baya tadi masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu.
"Em, maaf Bu, apa Astinya ada? Tanya Siti lagi untuk memastikannnya.
"Ada, bentar Ibu panggilin, ya" jawabnya sambil berlalu ke dalam.
Aku duduk menunggu Asti menemuiku,kulihat isi di dalam rumah Asti benar-benar sangat luar biasa, vournicernya pun sangat bagus tidak kaleng-kaleng, bahkan sofa yang aku duduki sangat mewah, "Apa sih pekerjaannya Asti, sampe bisa beli barang -barang mewah", gumamku dalam hati.
"Hai, Sit lama nunggu gue ya" tanyanya sambil menepuk pundak ku.
"Astagfirullah, Asti nagagetim aja",aku terkejut mendengar Asti yang tiba -tiba ada di hadapan ku.
"He he, sory Gue gak sengaja, habis lo serius amat, liatin apa, sih? Jawab Asti cengengesan.
"E eh, gak kok, jawab ku malu karena ketahuan.
" Ni, nak Siti minumnya, Ibunya Asti menyuguhkan minuman teh dan juga cemilan.
"Terimaksih, Bu jadi repot -repot segala" jawabku sungkan.
"Tidak apa -apa,nak ya sudah Ibu tinggal masuk, kalian berdua lanjutin ngobrolnya" Ibunya Asti berlalu meninggalkan kami berdua.
"Gimana, dengan tawaran Gue kemarin? Tanya Asti serius.
"A aku bersedia, ikut kamu, As", jawabku mantap.
"Bagus,lah kalau lo mau"jawabnya sambil manggut -manggut.
"Terus, kapan berangkatnya, As? Tanyaku antusias.
"Itu, terserah lo maunya, kapan? Karena semakin cepat semakin lebih baik", Jawab Asti.
"Lusa, bagaimana As? Aku harus siap-siap lebih dulu.
"Gak, papa lo siapnya, kapan? Jawab Asti santai sesekali memperlihatkan perhiasannya.
"Baik, terimaksih ya sudah mau mencarikan ku pekerjaan" Jawab Siti dengan wajah gembiranya.
"Gak, masalah Gue hanya sekedar bantu,lo" jawabnya sambil tersenyum.
"Ya, sudah aku pamit dulu,Asti", Aku hendak berdiri untuk pamit.
"Eh, diminum dulu teh nya, Cegah Asti pada Siti.
"I iya, terimakasih," jawabnya sambil duduk kembali meminumnya.
Akhirnya kami ngobrol lagi kesana kemari, aku bertanya tentang pekrjaannya di sana yang katanya teman-temannya sangat baik, aku pun jadi tidak sabar ingin cepat bekerja seperti Asti, dari hasil dia bekerja Asti dapat membeli apapun.
" Dah, lo gak usah kawatir, lo bakal bisa beli apapun yang, lo mau," Asti meyakinkanku.
"Terimaksih, sekali lagi memang kamu sahabat terbaikku," Jawab Siti karena senang.
"Ok, Jawab Asti tersenyum simpul,seperti ada udang di balik bakwan.
"Aku, pamit dulu sudah sore, nanti Ibu nyariin aku, lagi"Asti bangkit dari duduknya.
"Assalamu'alaikum, salam Buat Ibumu, ya? Asti segera keluar rumahnya Asti berjalan pulang.
"Wa'alaikumsalam, ya nanti Gue sampain," jawabnya.
Siti berjalan pulang dengan hati gembira karena sebentar lagi akan bekerja, Siti sudah membayangkan betapa senangnya, dapat uang banyak.
Tak terasa berjalan Aku sudah sampai di depan rumah, kulihat Bapak duduk di teras sambil menghisap rokok menatap tajam kedatanganku.
"Darimana, kamu Sit? Tanya bapak tanpa basa-basi.
"Em dari rumah teman, Pak",Jawabku menunduk tak berani menatapnya.
"Darimanaaa!!! Tanya bapak sekali lagi lwbih keras sampe aku terjungkit dibuatnya.
"Dari, rumahnya Asti, Pak? Jawabku jujur tak ada yang aku tutup-tutupi.
"Apaaa? Jawab bapak kencang, dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Kenapa,memangnya Pak? Aku ingin merubah hidup, Pak? Jawabku meyakinkan bapak.
"Bapak, tidak setuju, kalau kamu kerja ikut Asti! Jawab tegas sambil berlalu masuk ke dalam rumah.
Tubuh ku membeku mendengar perkataan Bapak, belum pernah aku melihat beliau marah apalagi terhadap kami sekeluarga.
""Sudah, nak ayo masuk hampir petang," Ibu merangkul ku untuk masuk ke dalam rumah.
"Kenapa, Siti tidak boleh kerja, Bu? Tanyaku di sela tangisku.
"Sudah sudah, nanti Ibu ceritakan, sekarang masuk, mandi terus siapin makan malam! Kata Ibu lagi.
"Baik, Bu,"jawabku, sebenarnya masih banyak yang ingin aku tanyakan, ya sudah lah nanti saja.
Makan malam sudah terhidang di meja, aku segera ke kamar untuk mandi agar tidak tercium bau ikan asin.
Tak butuh waktu lama aku sudaj selesai dengan ritualku, berhias di depan cermin menyisir rambutku yang sebahu merapikan baju, dan selesai.
Aku berjalan kelluar kamar menuju meja makan, sudah tak sabar perutku minta diisi, langkah demi langkah ku lewati tiba di depan kamar Bapak, ingat kejadian tadi sore.
Cekleek
Tiba-tiba pintu terbuka, terlihat Bapak keluar dari kamar hendak makan malam, aku jadi kikuk dengan kejadian tadi.
"Bapak, sapaku menunduk tak berani memandangnya.
"Hem, hanya itu yang kudengar, sepertinya bapak masih marah dan berjalan menuju meja makan tanpa mengajakku.
Aku segera menyusul ke meja makan di sana sudah berkumpul semua, ada Ibu, Bapak dan juga Kayla, semuanya melihat ke datanganku dan itu semua membuatku salah tingkah.
"Cepat! Bapak sudah lapar," suara Bapak keras.
Aku hanya mengangguk dan mengambil tempat duduk biasannya, kami makan dalam diam hanya suara dentingan sendok dan piring yang saling beradu.
"Pak, Bu Kayla masuk dulu " suara Kayla memecahkan keheningan di meja makan swtelah kami selesai.
"Ya, segera tidur jangan sampai larut malam! Jawab Bapak perhatian terhadap adikku.
"Baik, Pak Bu," Kayla segera berlalu dari meja makan meninggalkan kami bertiga.
Aku gelisah ingin bertanya takut Bapak marah kalau tidak hatiku belum lega.
"Pak, Sit- belum juga aku melanjutkan peetanyaanku Bapak sudah pergi.
"Bu, Bapak tunggu di kamar! Bapak berkata dan pergi tanpa menghiraukan ku.
Sakit hatiku melihat Bapak tak lagi memperhatikan ku lagi, aku tidak bisa berbuat apa-apa karena itu semua keinginanku.
"Sudah, nanti biar Ibu bicara sama Bapak," Hanya Ibu yang bisa memahami persaanku.
"Sekarang, kita bersihkan dulu meja makannya, Ibu bantu"Ibu menguatkanku dengan mengusap bahuku.
Aku hanya mengangguk tanda mengiyakannya, dan segera ku punguti bekas kami di meja makan lalu kubawa ke belakang untuk dicuci.
Setengah jam kemudian selesai karena dibantu Ibu padahal biasanya Kayla yang melakukannya.
"Ibu, masuk dulu, ya kamu juga cepat istirahat," ibu langsung pergi meningggalkan aku yang masih berdiri di dapur.
"Iya, Bu,"jawabku lesu meninggalkan dapur ke kamar dengan langkah gontai.
Perlahan aku masuk kamar dan naik ke tempat tidur, biasanya melihat bantal saja sudah ingin cepat-cepat tidur tapi untuk malam ini mataku enggan untuk terpejam, pikiran ku berkelana kemana-mana.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu, lekas ku bangun dan membuka lemari, ku ambil celengan jago berwarna merah, mungkun ini jalan satu satunya.
Braakkk
Terlihat uang berwarna hijau biru ungu sudah berhamburan ke lantai, aku terpana melihat isinya.
Segera ku punguti uang yang berserakan di lanatai, hati ku bahagia dan segera ku hitung.
"Seratus, dua ratus," gumamku terus menghitung.
"Tujuh ratus enam puluh lima," uang yang terkumpul.
"Alhamdullah," semoga ini cukup untuk bekal ku selama belum gajian nanti, gumamku sambil memeluk erat uang hasil celenganku.
Cepat-cepat ku masukkan ke dalam lemari yang biasanya aku menyimpan uang, tak lupa segera ku bersihkan pecahan celengan yang terbuat dari tanah agar tak melukai kaki.
Sekarang aku sedikit lebih tenang hanya tinggal meyakinkan bapak, kulirik jam dinding sudah menunjukkan 21.30 waktunya istirahat.
**
Kukuruyuuuukk
Terdengar suara ayam berkokok tandanya sudah pagi, rasanya masih enggan untuk bangun karena cuaca hari ini dingin banget tapi pikiran memaksa untuk segera bangun dan melakukan kegiatan rutinitas.
"Huuaaam," jam berapa sih, berisik banget suara ayam," gumamku seraya menyibak selimut dan segera turun dari tempat tidur.
Aku segera ke kamar mandi untuk bersih-bersih mengambil air wudzu untuk melaksanakan shalat, keluar kamar mandi segera ku bentangkan sajadah.
Sebelum keluar kamar tak lupa ku rapikan tempat tidur lebih dulu.
"Alhamdulillah, akhirnya selesai," gumamku sambil membawa pakaian kotor ke belakang untuk dicuci.
"Mau, nyuci kak? Tanya Kayla yang sedang membantu Ibu masak.
"Ya, Kay mau sekalian gak punya kamu? Tanyaku balik.
" Gak lah, kakak dah nyuciin bajunya Bapak sama Ibu," jawabnya tersenyum ke arah ku.
"Ya, sudah kakak lanjutkan nyuci, ya," sambil berjalan meninggalkan area dapur menuju bagian belakng tempat uantuk menyuci.
"Ya, kak," jawabnya sambil tangannya sibuk mengaduk sayur.
Kurang lebih satu jam berkutat di tempat cucian akhirnya selesai, Kayla dan Ibu juga sudah selesai memasak, terlihat makanan sudah terhidang di meja makan.
"Dah, selesai ya, jadi gak bantuin," suaraku lesu karena Ibu dan Kayla sudah selesai memasak.
"Gak, papa kan kakak sudah nyuci," Jawab Kayla sambil mengambil air minum.
"Ya, sudah sekarang kalian mandi, nanti sarapan bareng!! Titah Ibu kepada kedua anaknya.
"Siap, Bu jawab Kayla sambil tangannya diangkat.
Aku dan Ibu tertawa bersama melihat tingkah Kayla.
" Siti, juga mau mandi dulu, Bu," pamitku langsung pergi ke kamar untuk dan menuju kamar mandi.
Seperti biasa kami makan di meja makan, tinggal menunggu Bapak dan Ibu yang belum ada.
"Kak, beneran kakak mau kerja? Tanya Kayla.
"Ya, kenapa Kay? Tanya ku balik sambil kulihat kearahnya.
"Kakak, yakin mau ikut kerja dengan Asti? Tanya adikku lagi.
"Memang, masalah buat kamu? Jawabku sewot.
"Bukan, kak tapi Asti it- ucapan Kayla terputus kala ada suara Bapak.
"Eheem, suara Bapak mengagetkan kami,menghentikan Kayla yang bicara tentang Asti.
Kami langaung makan dengan diam seperti biasanya, kulihat Bapak juga menikmati makanannya.
"Sit, apa keinginanmu tidak dapat dibatalkan? Tanya Bapak selesai kami makan.
"Maaf, Pak benar Siti ingin kerja di kota," jawabku jujur.
"Huuff, kulihat Bapak mengusap wajahnya tanda sedang tidak baik-baik saja.
"Coba,pikirkan sekali lagi, bukan Bapak melarang kamu bekerja, tapi Bapak khawatir dengan kamu," Bapak berkata dengan mata berkaca-kaca.
"Siti, hanya minta do'a Bapak sama Ibu, agar Siti mendapatkan pekerjaan yang bagus dan bertemu dengan majikan yang baik seperti Asti, Pak," Jawabku sambil menangis terisak.
"Jika, itu keinginan kamu, Bapak tidak bisa berbuat apa-apa, maaf Bapak belum bisa memberi kebhagiaan buat kamu," suara Bapak parau.
"Tidak, Bapak adalah lelaki terbaik bagi kami, Siti berayukur pnya Bapak seperti Bapak," aku menghambur memeluk bapak kami semua yang ada di sini menangis haru.
" Sudah, sudah anak Bapak gak boleh cengeng," Bapak mengurai pelukannya dan menatapku sendu.
"Iya, Pak jawabku sambil menghapus air mata.
"Sudah, jangan nangis terus, jelek tu wajah kamu keluar ingusnya," Suara Ibu yang meledekku.
"Kapan, kamu berangkatnya, nak? tanya bapak ingin tahu kepaatiannya.
"Besok, Pak," jawabku mantap agar Bapak tak meragukannku.
"Yaaah, sedih dong," celetuk Kayla di tengah-tengah keseriusan kami.
"La, kan masih ada Bapak sama Ibu, Jawab Ibu mewakili ku.
"Bapak sama Ibu, gak asik," jawab Kayla cemberut.
"Mending, kamu do'ain kakak, siapa tahu nanti betah di sana nanti kakak pulang, kakak ajak, giman? Jawabku untuk mengiburnya.
"Beneran, kak," wajahnya langsung sumringah.
"Iya, kakak janji," jawabku tersenyum ke arahnya.
"Janji? Sambil mengangkat jari kelingkingnya.
"Hm, akupun menautkan jari kelingkingku kepada Kayla.
Aku sudah tak sabar menunngu hari besok, jadi deg degan jantungku, seperti apa ya, kota itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!