"Aku mau pindah dari sini..!!" teriak Bayu begitu lantang kepada istrinya.
"Dengar baik-baik, aku sudah tidak tahan lagi hidup satu atap dengan ibumu. Aku mau kita mencari kontrakan sendiri."
Dewi hanya terdiam dan menunduk saat suaminya marah.
dengan hati yang panas, Bayu meninggalkan istrinya sendirian di kamar.
"mau kemana kau Bayu..?" suara yang tak asing itu menghentikan langkah Bayu.
"Aku akan mencari kontrakan untuk istri dan kedua anakku."
"lalu kau akan meninggalkan mama di sini sendirian, lalu yang akan membayar uang bulanan rumah ini siapa..?"
"Bukankah ada ayu dan suami mama..? "
"tapi Bayu..."
sebelum ibu mertuanya menyelesaikan ucapannya. Bayu pergi meninggalkannya.
****
"Ini rumah kontrakan kita yang baru."
Dewi hanya terdiam, mau tidak mau iya harus ikut dengan suaminya.
saat melihat kontrakan di dalam, wanita dengan paras cantik itu menggerutkan dahinya.
"apa yakin kita akan mengontrak di sini..?"
"yakin, sangat yakin." seru Bayu sambil menatap rumah yang ada di depannya.
"Hallo sayang, mama sekarang tinggal di sebelah sini.." seru ayu, ibu mertua Bayu.
pria berparas tampan itu hanya membuang nafas kasar.
"kok bisa..? mama tinggal di sini..?"
"tentu bisa,karena mama tidak mau jauh dari anak kesayangan mama." sambil menaik turunkan alis.
"ingat Bayu, walaupun kita beda rumah. kamu yang harus membayar kontrakan ini. jadilah menantu idaman."
"tapi ma.."
"sudah, tidak ada tapi-tapian mama mau membereskan barang-barang milik mama."
Dengan langkah cepat, Bayu masuk ke dalam dan membanting semua barang yang ada.
Bruk...Prang...Prang...
"aaaaaaaaaa....s*al, dasar nenek lampir..!!"
"cukup mas...cukup !!" teriak Dewi saat melihat rumah berantakan.
wanita itu menutup telinga dan menahan tangis melihat kemarahan Bayu yang menjadi-jadi.
"lihat...lihat ibumu..!!, dia menjadikanku seperti sapi perahnya.!!" mata Bayu merah dan nafas yang tak beraturan.
"Ada apa...ada apa ini..!!, pak Bayu..!! apakah anda baik-baik saja..?" teriak seseorang dari luar.
Bayu mengatur nafasnya supaya kembali normal. kemudian keluar untuk melihat siapa yang memanggilnya.
"pak Hadi..? maaf pak, uang kontrakan sudah saya transfer tadi."
"saya ke sini bukan menanyakan uang kontrakan pak, saya mendengar kegaduhan di tempat ini. sebenarnya apa yang terjadi..?"
Pak Hadi pemilik kontrakan menatap ke arah Bayu, berharap mendapat penjelasan yang pasti.
"Biasa itu pak, urusan rumah tangga. maaf kalau membuat keributan."
"kalau bisa di selesaikan secara baik-baik mohon di selesaikan mas. jangan sampai membuat kegaduhan di tempat ini.Tidak enak dengan yang lain."
"Baik pak." seru Bayu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Tidak lama keluar mertua Bayu dengan menggunakan piyama bermotifkan bunga-bunga.
"Eh..kebetulan ada bu Ayu, saya mau minta uang kontrakan. Tadi bilangnya mau bayar pas udah masuk. tapi saya tunggu di rumah ibu tidak datang-datang."
"Pak hadi, ini saya mau bayar." ayu menatap tajam ke arah menantunya itu.
"saya permisi dulu pak, mau ke dalam."
"baik mas Bayu."
"Bayu...tolong bayar dulu kontrakan mama, dasar menantu tidak peka."
pak Hadi menatap ke arah Bayu dan Bu ayu secara bergantian.
"jadi mas bayu ini menantu ibu."
"iya benar pak,nanti setiap bulan uang kontrakan yang bayar menantu saya."
Bruaaaakkkk....
Terdengar suara pintu yang di banting dari dalam.
"Astaghfirullah Aladdin.." pak Hadi mengelus dadanya.
"Bisa-bisa kontrakan saya dalam hitungan jam bisa rubuh."
mertua Bayu hanya tersenyum
"kalau begitu saya permisi dulu pak hadi.besok uang kontrakan minta saja ke menantu saya."
pak Hadi hanya membuang nafas kasar, dan kembali ke rumahnya yang tidak jauh dari kontrakan,sambil terus beristigfar sepanjang jalan.
"Pak Hadi ada apa..?" tanya marta seorang penghuni kontrakan.
"Tidak kenapa-napa bu, saya permisi dulu."
"aduh..dasar pak Hadi, tidak bisa di ajak kerja sama.kalau ada berita besar lumayan, besok pagi ada bahan baru untuk bergosip ria saat beli sayuran hehehehe."
bapak kontrakan itu hanya menggelengkan kepalanya sambil beristighfar saat mendengar ucapan Marta.
"dasar bu Marta, apa-apa di jadikan bahan gosip, pantas saja dia di sebut ratu gosip di kontrakan ini. Astaghfirullah Aladdin...kenapa malah saya yang ngomongin orang."
****
"Dewi, tolong bilang ke mama, aku tidak bisa kalau harus menafkahi keluarga mama, kamu tau kan kebutuhan kita sangat banyak."
mata Bayu menatap Lio dan leo buah hatinya yang sudah tertidur lelap.
"lihat anak-anak kita, lihat baju yang mereka kenakan. Aku tidak bisa membelikan mereka baju yang bagus karena tiap bulan harus mengeluarkan uang lebih untuk kebutuhan orang tuamu."
"iya mas, besok aku akan bicara dengan mama, semoga dia mengerti dan mau."
pria itu langsung membanting tubuhnya di kasur di sebelah anaknya tidur.
walau malam sudah larut, namun Bayu belum bisa memejamkan matanya dengan sempurna, pikirannya sudah kemana-mana.
di pandangnya kedua buah hatinya.
"maafkan papa sayang, belum bisa memberikan yang terbaik untukmu. mulai sekarang papa janji akan membahagiakan mu."
Batin Bayu, tanpa terasa air mata membasahi kedua pipinya.
Tok..tok...tok..
terdengar suara pintu yang di ketuk berulang-ulang.
"siapa dek..?"
"itu mas, ada pak Hadi..itu...anu...pak Hadi." suara Dewi terbata-bata, ia takut bila suaminya marah lagi.
"huff.."
dengan langkah malas Bayu keluar dan menemui pak Hadi.
"maaf pak, saya tidak mau membayar kontrakan bu ayu, dia punya suami minta dengan suaminya, saya hanya menafkahi anak dan istri saya."
sebelum pak Hadi berbicara, Bayu langsung to the poin ke arah masalahnya.
Dia tahu, kalau pagi ini pemilik kontrakan akan meminta uang kontrakan yang di tinggali mertuanya.
"Bu, bagaimana ini..? menantu ibu tidak membayar kontrakan ibu. jadi ibu bayar kontrakan sekarang atau angkat semua barang-barang ibu." pak Hadi yang sudah mulai kesal dengan semua keadaan yang membuatnya marah.
"ehh...tumben bapak kontrakan marah-marah."guman Marta sambil melihat ke arah pak Hadi dan bu ayu.
merasa menjadi pusat perhatian tetangganya membuat ayu tidak mau di pandang sebelah mata.
"pak Hadi tenang saja,saya akan langsung bayar hari ini. tunggu sebentar."
ayu masuk ke dalam kamarnya, di lihatnya ke tiga anaknya yang sedang bermain Hp.
dengan membuang nafas kasar, ayu mengambil uang simpanan.
"awas kamu Bayu, kamu harus mengganti semua ini." batin bu ayu.
"ini uangnya pak, bulan besok biar saya yang minta uang ke anak saya."
pak Hadi mengambil uang itu kemudian pergi menahan kesal dan amarahnya.
"eh...ibu kenapa masih lihat-lihat saya."
"eh..enggak bu, saya tadi keluar karena dengar kegaduhan."
"asal ibu tau ya, saya bukannya tidak mau membayar kontrakan. saya hanya mau menguji menantu saya."
Marta hanya tersenyum kecut mendengar penjelasan dari ayu.
" ma, aku titip lio dan leo."
"hem...ingat wi, besok kamu gajian harus ganti uang yang tadi buat bayar kontrakan."
"Tapi ma,..."
"Tidak ada tapi-tapian. kamu kerja yang mengurus anak-anak mama juga.jangan jadi anak durhaka."
"kenapa Nita tidak cari kerja saja ma." protes Dewi.
"Nita lagi cari kerja, tapi belum dapat.ya sudah sana berangkat. jangan lupa ganti uang mama."
Dewi hanya mengangguk pasrah, sebagai anak dia tidak mau di anggap sebagai anak yang durhaka.
"kenapa mukamu di tekuk seperti ini.." seru bayu melihat wajah dewi yang tak ada senyumnya sama sekali.
"Tidak apa-apa mas."
"ayo kita berangkat nanti kesiangan."
Bayu menjalankan sepeda motornya.
"kamu tau, mas sekarang seneng sudah tidak satu rumah dengan mama lagi. impian mas akan terkabul." mata bayu menatap ke depan ke arah jalanan yang ramai pagi ini.
"impian mas apa..?"
"mas ingin memperbaiki mobil kita dek, biar nanti kalau jalan-jalan, kita tidak kepanasan maupun ke hujanan. gaji kamu buat kebutuhan kita sehari-hari sedangkan gaji mas buat benerin mobil dan bayar angsuran motor setiap bulan. bagaimnaa...?" mata bayu berbinar-binar sangat bahagia.
"iya mas."
"selama ini kebutuhan mama selalu kita yang nanggung, dari uang makan, sewa rumah dan biaya sekolah adik kembarmu. belum nita yang hanya diam di rumah tidak mau mencari pekerjaan. ayah sambungmu juga tidak jelas. masa mama ada suami apa-apa minta ma mas." Bayu mengeluarkan semua yang ada di pikirannya.
"ayah sambungmu itu kemana dek, bukannya dia kerja jadi supir pribadi orang kaya..?"
"entah lah mas, selama ini hasil kerja ayah tidak pernah di berikan oleh mama. sepertinya..."
ucapan Dewi menggantung.
"ya sudah tidak usah di pikirkan, sudah hampir tujuh tahun kita berumah tangga kita belum bisa beli apa-apa. mulai hari ini kita menata hidup kita tanpa ada campur tangan dari mamamu."
"iya mas, maafkan Dewi mas."
Dewi hanya tertunduk lesu.
***
"ma, minta uang buat beli baju."
"uang dari mana..? uang mama sudah buat bayar kontrakan. kakak iparmu sekarang sudah mulai pelit sama mama. kamu bukannya cari kerja, malah tidur melulu di rumah."
"aduh mama...capek Nita cari kerja kesana-kemari tapi tidak di terima-terima."
"kamunya aja males, gimana hubunganmu dengan Dito..?"
"hubungan kami baik-baik saja, sebentar lagi kami akan menikah."
"apa..? Tidak salah dengar mama. kamu mengambil keputusan besar ini tanpa melibatkan orang tuamu."
" Besok dia akan ke rumah dan akan berbicara masalah pernikahan kami."
Bu ayu melirik males ke arah anaknya.
"hahahaha..hahahaha..."
suara tertawa renyah lio dan leo terdengar jelas dari luar.
ke dua anak itu hanya berbeda satu tahun.
lio sang kakak yang berumur empat tahun, sedangkan leo sang adik berumur tiga tahun.
kedua kakak beradik itu asik bermain air di ember bekas hujan semalam.
"lagi...lagi...kak..basahi lagi..."
teriak sang adik begitu senang saat dirinya di guyur air oleh lio.
Bu Marta tertawa geli melihat kelucuan ke dua bocah kecil.
Tidak berselang lama seorang gadis dengan badan yang gemuk keluar.
"aduh...basahkan..!!, enak banget kalian ya main air lihat baju jadi basah semua !!" teriak gadis gemuk.
kedua bocah tadi berhenti melakukan aktifitas nya,mereka sangat takut.
"aduh akit...akit...te" teriak Lio sambil memegang telinganya yang di jewer.
"leo ayo pulang, jangan ikut-ikutan kakak enggak bener ya." leo berjalan di belakang sang kakak.
bu Marta yang mengamati dari tadi menaikan ke dua alisnya.
"siapa gadis itu..?, galak banget sama anak kecil. seharusnya di kasih tau baik-baik jangan main kasar gitu. jadi gemes sendiri lihatnya."
"heh... ngomong sendirian awas lho ke sambet."
"e...dalah...dalah...bu Yati bikin kaget aja."
"ada apa bu, kok kayak burung Beo ngomong sendiri."
"tau tidak bu Yati, tadi ada gadis gendut. main kasar sama anak tetangga baru kita. kayaknya itu adik dari mama anak kecil itu."
"ah...yang bener bu."
"benar bu Yati. saya dari tadi di sini ngelihatin tuh anak main. tiba-tiba ada kakak garang."
bu marta mempraktekkan kejadian tadi.membut bu Yati tertawa terbahak-bahak.
" Eh...ada pak Hadi."
kedua ibu-ibu tadi langsung berhenti bicara saat pemilik kontrakan lewat.
"ehm..ibu-ibu dari pada bergosip dan membicarakan orang. saya sarankan lebih baik ibu-ibu masak dan beres-beres rumah."
"idih...pak Hadi, kami tidak bergosip kami bercerita sesuai fakta, benerkan bu..". bu Yati memandang Marta, berharap mendapat dukungan dari temennya itu.
Bu Marta hanya mengangguk pelan dan tersenyum
"Kami lagi menunggu mang Ujang mau beli sayur, tapi belum datang-datang."
"ya sudah kalau begitu, ingat ya ibu-ibu jangan gosipin orang, nanti kalau orangnya denger bisa jadi perang dunia ke lima di kontrakan ini."
"baik pak." kedua ibu-ibu memandang pak Hadi sampai menghilang dari pandangan mereka.
"lihat ma, anak-anak ini bajunya basah semua."
"aduh Lio kamu jangan main air, baru aja mandi. kamu tidak kasihan dengan Oma."
kedua anak yang belum mengerti itu hanya diam saja.
"Nah, ginikan cakep. inget jangan main air lagi, tante capek nyuci baju kalian."
kedua bocah kecil tadi hanyak menganguk. entah di dengar atau tidak.
"bu...bu yati, lihat itu kedua anak yang saya bicarakan tadi."
"lucu banget ya bu, anak-anaknya."
lio dan leo hanya mentap genangan air yang tidak jauh dari mereka.
"adek...jangan main air, nanti di marahin tante gendut." teriak lio sambil menarik tangan adiknya agar menjauh dari genangan air.
"aaaaaaaa hua...hua...." suara keras tangisan keluar dari leo.
"aduh, lio kamu apakan adikmu sampai menangis."
tangan gemuk itu menarik telinga lio hingga merah.
"hiks...hiks...hiks...bukan salah lio te".
"jelas-jelas yang ada di sini kamu dan leo. kalau bukan kamu yang membuat leo menangis siapa..? hantu."
perempuan gendut menggendong leo dan meninggalkan sang kakak di luar sendirian.
sebenernya tidak sendiri juga, karena di situ ada bu marta dan bu yati yang sedang duduk di teras depan kontrakan.
kedua ibu-ibu tadi menyaksikan adegan yang menurut mereka sangat tidak bagus.
"tuh kan bu yati, apa kataku. gadis gendut itu galak banget, melebihi ibu tiri."
"iya bener bu, saya kalau tidak menyaksikan sendiri tidak akan percaya."
"jadi saya cerita tadi, bu yati tidak percaya."
"bukan begitu bu marta, hehehhe" perempuan dengan rambut pendek itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum.
Bu marta memalingkan mukanya dengan sangat kesal.
Hari ini adalah hari yang semua orang tunggu di akhir bulan.
Apalagi kalau tidak menunggu upah bulanan kami selama sebulan kami bekerja.
Aku menerima gajiku dengan sangat bahagia.
"Hem...aku bisa membelikan baju baru untuk anak-anak"
"Dek, ayo pulang malah melamun." suara mas bayu membangunkan ku dari lamunan.
"kita beli makanan di resto depan dulu ya dek, buat kita nanti makan." aku hanya mengangguk tanda setuju.
sudah hampir tiga puluh menit mas bayu belum keluar dari dalam resto.
aku menunggu dengan sangat kesal.
"ta...ta...lihat, mas beli banyak makanan untuk kita. ini buat makan malam dan ini sarapan besok pagi."
"aromanya sudah bikin cacing di perutku demo mas." kami tertawa bersama sepanjang pulang ke rumah.
"mama...papa..!!" teriak Lio anak pertamaku. dia berlari dan memelukku dengan sangat erat.
"mama..kakak kangen ma mama.."
"mama juga kangen ma kakak, adek mana..?"
"adek di rumah oma ma."
"jagoan papa, sini papa gendong." mas bayu membentangkan kedua tangannya, menyambut anak tertua kami dalam pelukannya.
lio begitu bahagia saat bersama dengan kami.
"kamu sudah pulang wi..mana jatah mama..!!" tangan bu ayu sudah menjulur ke depan.
"tapi ma, aku mau membelikan baju anak-anak."
"beli baju anak-anak tunda dulu. ganti uang mama bayar kontrakan tadi pagi..?"
dengan berat hati, aku memberikan uang itu kepada mama. Bukannya aku tidak mau berbagi dengan orang tuaku tapi aku masih banyak kebutuhan yang harus kami penuhi.
karena selama ini uang larinya ke mama semua.
"Nah gitu dong. Uang bulanan mama..? sama biaya adik-adikmu sekolah mana..? kamu tidak lupa kan."
"ma, untuk sekarang kebutuhan mama dan adik-adik minta dulu sama ayah ya, dewi masih banyak kebutuhan."
"oh...jadi kamu mau jadi anak durhaka hah..!! kamu taukan ayahmu tidak pernah pulang ke rumah dan tidak memberi jatah bulanan. Dia pulang taunya makan kemudian pergi lagi."
Dengan cepat, mama mengambil paksa amplop coklat yang ada di tanganku.
"ma...jangan ma, itu untuk kebutuhan anak-anak."
"gaji suamimu kan besar, kamu pelit banget sama orang tua sendiri."
tak terasa butiran-butiran air membasahi pipiku.
"Ada apa ini ribut-ribut..?"
mas Bayu keluar rumah mendengar perdebatan ku dengan mama. suamiku menatapku dan mama secara bergantian.
suamiku hafal benar akan situasi yang kami hadapi saat ini.
"ma..sampai kapan mama akan bersikap seperti ini terus terhadap kami."
"Diam kamu Bayu, kamu sudah berani melawan dan bersikap pelit sama mama."
"ma, kami punya kehidupan sendiri.mama juga sama.jadi tolong jangan menjadi beban hidup kami."
mas bayu merangkul ku dan mengajak masuk.
"sudah berani kamu ya sama mama, lihat saja nanti." suara bu ayu penuh dengan penekanan.
sekilas ku melihat bu marta sedang melihat kami bertengkar. entah apa yang ada di pikiran tetanggaku saat ini, aku sudah tidak peduli.
"sudah jangan menangis lagi ya, anak-anak sudah menunggu kita makan malam." bisik mas bayu di telingaku.
aku hanya memganguk pelan, Lio dan Leo sudah berada di meja makan. mereka sudah tidak sabar menikmati makanan yang terhidang.
"ehmmm.enak...enak...ma, besok beli seperti ini lagi ya.." seru Lio dengan nada yang semangat.
"adek juga mau lagi ma."
aku berusaha tersenyum dan tegar di depan anak-anakku walaupun sebenarnya hati ini sangat sakit dan perih.
"maafkan mama ya sayang, mama belum bisa beliin baju baru untuk jagoan mama, mungkin belum rezeki kita nak." batinku sambil menahan air mata.
"Dek..sini dulu." mas Bayu menepuk karpet yang dia duduki, agar aku bisa duduk di sebelahnya.
"iya mas.."
" kamu besok jadi beli'in baju buat anak-anak.."
DEG...
jantungku berdetak hebat. aku bingung apa yang harus aku katakan kepada suamiku kalau uang gajiku telah di ambil semua oleh mama.
"Dek, kok malah melamun..besok jadikan..?" mas Bayu tersenyum menatapku.
"kayaknya enggak jadi mas, karena uang gajiku di ambil semua oleh mama."
"apa...??kenapa kamu kasih semua..?"
"mama minta mas, katanya mama banyak kebutuhan."
"jadi yang banyak kebutuhan mamamu..?, kita tidak ada kebutuhan.!!"
"mas tunggu mas...!!" mas Bayu pergi ke kamar dan langsung merbahkan diri di atas kasur.
Aku paham pasti suamiku sangat kecewa dan marah. Apa yang di impikan belum bisa terlaksana juga.
"maafkan aku mas."
"apa semua ibu mertua selalu bikin pusing atau matre ya...? atau cuma mertuaku saja yang bersifat seperti itu, bentar-bentar uang. bentar-bentar uang." lirih mas Bayu yang suaranya masih terdengar di telingaku
****
Tok...Tok...Tok...
"wi...Dewi...wi..., sudah siang kamu mau kerja apa tidak..!!"
Bu ayu terus menggedor pintu karena belum ada jawaban sama sekali.
" Nih anak kemana sih..tidur atau pingsan. udah siang belum pada bangun."
"ada apa sih ma." lirih ku sambil mengucek mata yang masih berat.
"ini sudah jam berapa, kamu tidak kerja ?"
"aku masuk siang ma." ku senderkan tubuhku di pintu dan ku buka mataku secara perlahan-lahan melihat cahaya matahari yang sudah bersinar.
"ya sudah, sini kunci motornya. Nita mau mengantar adik-adikmu sekolah."
"ini ma."
" oh ya wi,nanti kamu yang beli sayur ya. biar mama yang masak. hari ini mama mau masak ayam goreng, mie goreng dan sayur SOP jangan lupa beli. sebentar lagi mang ujang pasti lewat."
mama langsung melangkah pergi begitu saja, tanpa memberikan uang belanja. padahal uang gajiku sudah di ambil oleh mama semuanya.
aku hanya membuang nafas kasar dan melihat mama masuk ke dalam rumah.
"uang dari mana lagi aku, tidak mungkin aku minta mas Bayu."
aku mulai membuka tabungan yang aku simpan dalam lemari.
"kamu sedang apa dek..?"
"ini mas, anu....mama..."
"kenapa lagi dengan mamamu, apa dia minta uang lagi..?, yang kemarin kurangkah..?"
"bukan mas, ini buat beli sayur. mama minta beliin sayur nanti Dia yang masak."
"mamamu Tidak memberimu uang, padahal Dia tau, kamu tidak pegang uang sama sekali." mas bayu mengusap kasar wajahnya yang baru saja bangun tidur.
Terlihat jelas, bahwa mood mas Bayu sudah tidak bagus.
"mertua...oh...mertua...ada apa denganmu..?"
suara teriakan terdengar dari dalam kamar mandi. aku bisa menebak bahwa suamiku menumpahkan kekesalannya.
"mama...mama...."
sebuah tangan kecil melingkar di kakiku.
"adek sudah bangun." ku gendong dan cium anak kedua itu.
"mandi sama mama ya..? bentar lagi mama mau siap-siap buat kerja."
memandang dan memeluk kedua buah hatiku membuat semua beban di hidupku terasa begitu ringan.
anak-anakku yang selalu menjadi penyemangat ku dan suamiku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!