NovelToon NovelToon

Jebakan Murid Nakal

Meletre

Mentari pagi menghangatkan kota Semarang, tanah mulai mengering setelah diguyur ribuan air dari langit. Kini hangatnya pun mengiringi langkah pria 24 tahun berseragam PGRI mendekati meja makan untuk memulai hari yang bertenaga.

Nasi goreng Sego tiwul buatan Ibu melengkapi menu pagi hari ini. Disusul sang adik berseragam SMA menduduki kursi di sebelahnya. Tampak keduanya menekuni piring yang masih berisi dengan iringan sendok dan garpu yang saling bersahutan.

"Mas jadi mengajar di sekolahku?" tanya Cakra membuka obrolan.

"Kamu pindah lagi Satria? Tidak capek to? Setahun kamu pindah lebih dari tiga kali. Belum menemukan guru cantik yang bisa menggantikan Ayu di hati kamu?" tanya Ibu menyela pertanyaan Cakra.

Satria menghela nafas panjang, sejak lulus dari kuliah dan mengikhlaskan sang mantan menikah dengan dosennya memang dia belum bisa membuka hati untuk wanita manapun. Hal itu juga yang membuatnya memutuskan untuk menjadi guru, karena cita-cita nya dengan sang mantan yang akan mereka gapai bersama pupus begitu saja.

"Belum terpikirkan Bu, masih mau santai mengajar dan seru-seruan dengan murid-murid," jawab Satria dengan lembut.

"Biarkan saja Bu, belum lihat guru dan murid-murid di sekolahku sing ayune ngalahke Widodari! Mbak Ayu aja kalah Bu," sambung Cakra dengan santai tapi tidak di gubris oleh Satria. Kakaknya justru cepat-cepat menghabiskan makan dan pamit dengan Ibu. Satria memang paling menghindari pembahasan akan perempuan apa lagi jika Ibunya sudah membahas pernikahan.

"Kamu mau bareng apa bawa motor sendiri?" tanya Satria pada Cakra yang kemudian beranjak dan mencium tangan Ibu. Dia segera meraih tas kerjanya dan segara melangkah keluar rumah dengan di antar oleh Ibunya.

"Aku berangkat sendiri aja Mas, kalo bareng sama Mas nanti bisa kalah pamor. Kalo bisa malah jangan ada yang tau kalo Mas Satria itu kakak aku, bisa di teror aku nanti," keluh Cakra.

"Kamu aja yang meletre!" celetuk Satria yang kemudian menaiki motornya. Motor besar dengan harga lumayan yang dia punya, hasil dari kerja kerasnya selama ini. Bukan sebagai guru melainkan dari usaha lain yang ia miliki dan kini menjadi aset terbesar dalam hidupnya karena gaji guru dia berikan full untuk keluarga.

Sekitar dua puluh menit Satria sampai di area parkir sekolah. Ternyata kedatangannya menjadi buah bibir para siswi yang juga baru berdatangan. Motor besar dengan helm full face dan jaket kulit memberi kesan berbeda, terlebih saat atributnya mulai di buka, membuat para siswi gagal fokus saat netra melihat sesuatu yang menyegarkan.

"Guru gaul." Itu lah yang di ucapkan oleh kebanyakan murid.

Satria sadar jika dirinya di jadikan topik utama para murid. Namun, itu menjadi hal yang sudah biasa terjadi setiap ia baru menginjakkan kaki di sekolah baru.

"Ehemmmm...Maaf ya Mas, Pak, Lik, itu motor nya bisa geser sedikit tidak ya? Aku mau parkir takut nyenggol," seru salah satu siswi yang tiba-tiba datang mengendarai mobilnya. Sedikit sopan namun panggilan terhadap Satria membuat pria itu menggelengkan kepala.

Tanpa banyak kata Satria segera menggeser motor miliknya dan memberi jalan agar mobil tersebut bisa parkir.

"Makasih ya Pak," ucap gadis itu dengan memberikan senyuman manis dan kedipan mata yang sangat langka dia berikan. Mungkin jika siswa lain melihat itu auto klepek-klepek tetapi, tidak dengan Satria yang hanya mengangkat kedua alis kemudian melengos pergi meninggalkan area parkir.

"Siapa sich dia? Guru baru atau hanya tamu? Aku sudah seperti orang cacingan begini bukannya balik senyum malah sok cool. Wah...Wah...Minta aku kerjain dia. Berasa paling tampan mungkin, padahal aku kalo di kasih juga tidak mau," sewot Shayu dengan memicingkan matanya.

Buru-buru Shayu turun dari mobil lalu melangkah panjang untuk mengejar Satria. Gemas sekali ketika ada orang yang mengabaikannya begitu saja. Mungkin orang itu tidak tau sedang berhadapan dengan siapa.

"Stop Pak!" seru Mashayu menghentikan langkah Satria. Dia memicingkan mata menatap Satria dari atas sampai bawah. "Tidakkah Bapak mengerti akan sopan santun? Mahal sekali senyum anda rupanya." Shayu dengan berani menegur Satria, itupun karena sikap Satria yang menurutnya sangat menyebalkan. Dia berkacak pinggang dengan membusungkan dada menghadang jalan Satria.

Sama halnya dengan Shayu, Satria pun menyapu penampilan Shayu dari atas sampai bawah. Dia menyunggingkan senyum tipis kemudian menatap Shayu dengan lekat.

"Rapikan dulu penampilan kamu sebelum mengkritik orang tentang sopan santun!"

Jleb

Spontan Shayu melihat penampilannya, dia tercengang melihat dua kancing paling atas seragamnya belum terpasang dan rok sedikit kusut menggulung ke atas karena saat keluar dari mobil tadi Shayu begitu terburu-buru dan belum sempat merapikan penampilannya.

Mashayu merengut kesal, dia kembali melihat Satria dengan sorot matanya yang tajam dan tangan yang mengepal. Shayu merasa dilecehkan dan tidak terima dipermalukan.

"Andai bertemu lagi, akan aku beri pelajaran orang itu!" Shayu menghentakkan kakinya kemudian melangkah menuju kelas.

Setelah berkenalan dengan teman guru yang lain, kini Satria segera masuk kelas pertama. Seperti di sekolah sebelumnya, kehadirannya disambut baik oleh para murid terutama para siswi. Bagaimana tidak, jika biasanya mereka melihat guru matematika yang galak dengan pesona yang mengerikan. Kali ini mereka mendapatkan guru muda dengan face tampan bahkan mengalahkan siswa yang paling famous di Pancadarma. Sudah dapat dipastikan matematika menjadi hal mudah untuk dikerjakan karena gurunya saja membuat semangat dalam belajar.

Kabar adanya guru baru menjadi tranding topik di SMA 1 Panca Darma. Sampai di kantin begitu ramai dengan pembahasan yang sama, hingga kabar itu pun masuk ke telinga Shayu dan ketiga sahabatnya.

"Ada guru baru?" tanya Shayu pada ketiga temannya.

"Hhmm... Seperti yang kita dengar, dan katanya gantengnya maksimal. Si doi aja kalah!" jawab Arita dengan melirik seseorang yang berjalan mendekat.

Pria itu adalah Arta, pria tertampan yang menjabat sebagai ketos dan memiliki keberuntungan karena bisa menjadi pacar Mashayu, si cewek yang sulit sekali ditaklukkan. Walaupun tanpa ia tau Mashayu menerima hanya karena mengincar status saja agar tidak di bilang cacajodi alias cantik-cantik jomblo abadi.

"Eh mau kemana?" tanya Cakra yang melihat Shayu kini dengan cepat melesat keluar dari kantin.

"Penasaran sama guru baru!" seru Shayu dengan terburu-buru. Dia begitu penasaran siapa guru baru yang mendadak viral dan membuat heboh murid-murid SMA Pancadarma. Sedangkan Arta yang baru sampai di meja Mashayu tadi hanya bisa menghela nafas berat melihat kepergian Mashayu dengan begitu gemas.

"Sabar Bro, kayak nggak tau sahabat gue aja!" ucap Cakra dengan menepuk pundak Arta.

...****************...

Jangan lupa dukungannya ya Man-teman 🤗🤗

dan baca sampai akhir.

Follow Ig aku weni0192

Ancaman

Dua jam sebelum berakhir aktivitas di sekolah, kini kelas XII IPA 2 yaitu kelasnya Mashayu tiba-tiba ramai saat guru baru melangkah masuk. Semua murid terpukau dengan pesona guru baru yang tampan dan berwibawa tetapi, tidak dengan Cakra dan Shayu.

Cakra yang kenal betul siapa guru tersebut sedangkan Shayu menatap jengah karena dia mengingat kejadian pagi tadi saat dia dicuekin hingga urat kaki ikut emosi.

"Jangan pada norak dech!" celetuk Mashayu. Namun, cukup membantu Satria yang sedikit kewalahan menghadapi murid di kelas itu.

Satria segera memperkenalkan diri dan memulai pelajaran tanpa ada kendala yang berarti. Maklum jika si cantik sudah turun tangan auto diem semua.

"Mengerti semuanya?" tanya Satria pada semua murid setelah memberikan penjelasan materi hari ini.

Mashayu mengangkat tangan dan Satria mempersilahkan untuk Mashayu bertanya. "Silahkan jika ada yang ingin ditanyakan!"

"Saya tidak mengerti Pak!" jawab Shayu dengan dengan tatapan penuh arti. Entah apa yang kini tengah di pikirkan oleh Shayu. Namun, ucapan Shayu membuat sahabatnya dan murid lain mengernyitkan dahi.

"Yang mana yang kamu tidak mengerti? Bisa kamu pertanyakan pada saya dan akan saya jelaskan ulang." Sebagai guru, Satria dituntut untuk lebih bersabar dan menjelaskan sampai muridnya paham dengan materi yang telah dia ajarkan.

Mashayu beranjak dari duduknya, pandangan Shayu terus menatap wajah guru baru tanpa putus. Langkahnya mendekat dengan gaya centil dan nakal. Satria terus memperhatikan, dia tidak mengerti dengan sikap muridnya yang cukup berani. Satria ingat betul wajah itu, wajah murid yang tadi ia temui di area parkir. Hanya kali ini dia tidak tau apa mau Mashayu, hingga terus mendekat dan mencondongkan tubuhnya yang membuat pipi mereka hampir bersentuhan.

Tangan Shayu menyelipkan sesuatu di saku kemeja Satria dengan membisikkan sesuatu yang membuat Satria melangkah mundur.

"Saya butuh bantuan bapak untuk menjelaskan lebih detail! Jika bapak tidak datang maka reputasi Bapak sebagai guru baru disini akan terancam!" Shayu tersenyum dengan merapikan seragamnya lalu kembali duduk manis tanpa mengalihkan pandangan.

Satria mencoba untuk tidak menghiraukan akan sikap Shayu, meski dia penasaran dengan apa maksud Shayu bersikap demikian. Satria pun kembali mengajar sampai bel pulang sekolah berbunyi dan kegiatan belajar mengajar hari ini pun berakhir.

Sebelum masuk area parkir, Satria teringat akan sesuatu yang tadi dimasukan di saku kemejanya. Dia mengambil lipatan kertas kecil lalu perlahan membukanya.

"Alamat...Apa maksudnya meminta aku datang ke rumahnya?" Batin Satria setelah ia membaca kertas yang bertuliskan sebuah alamat.

Satria menatap lurus tepat di mana mobil yang pagi tadi terparkir di samping motornya telah keluar dari area parkir. Mobil murid yang berani mengancam dan memintanya untuk datang ke rumah dengan alasan tidak mengerti dengan materi yang dia sampaikan.

Satria memutuskan untuk segera pulang dan mengabaikan permintaan Mashayu. Satria melajukan motornya dengan kecepatan sedang dan sampai di rumah bertepatan dengan Cakra yang juga baru sampai.

"Baru pulang Mas? Tidak mampir bengkel dulu to?" tanya Cakra yang berjalan bersamaan dengan Satria.

"Capek, mungkin besok saja kesana." Satria meletakkan tasnya dan duduk di kursi teras kemudian melepas sepatu kerja.

"Capek karena dideketin banyak siswi cantik ya Mas? Siapa tau nanti ada yang bisa buat Mas Satria move on. Aku acungkan jempol lima kalo sampai ada yang bisa menarik perhatian Mas ku ini!" Goda Cakra yang tau betul, tidak akan mudah membuat kakaknya berpaling dari cinta pertama. Mungkin efek di tinggal nikah saat sayang-sayangnya jadi meninggalkan bekas yang tak kunjung hilang.

"Ck, jempolmu hanya ada empat. Jempol tetangga yang akan kamu pinjam!" Sahut Satria yang kemudian beranjak masuk ke rumah lalu diikuti oleh Cakra yang membuntuti di belakanganya.

"Jempol tak berkuku tapi berkepala," jawabnya penuh makna yang membuat Satria menghentikan langkah. Satria menatap Cakra yang cengengesan dengan menghembuskan nafas kasar. Lalu segera masuk kamar tak ingin menimpali ucapan sang adik yang tak akan ada habisnya.

Melihat kakaknya yang terlihat kesal Cakra pun hanya cekikikan dengan menatap ke arah celana. "Kenapa harus bertanya jika diapun punya...hahaha...."

"Cakra, cepat ganti baju, mandi dan makan!" seruan Ibu membuat Cakra segera berlari menuju kamar namun, belum sempat masuk pertanyaan kakaknya yang ternyata masih berdiri di ambang pintu kamar menghentikan langkah Cakra.

"Siapa Mashayu?"

"Mashayu Rengganis?" Tanya Cakra memastikan dan mendapatkan anggukan dari Satria. "Dia murid tercantik di SMA Panca Darma, anak dari salah satu pendonor dana terbesar di sekolah," jelas Cakra tapi belum sempat kembali bertanya sang kakak sudah masuk ke dalam kamar tanpa menjelaskan maksud dan tujuan menanyakan perihal tentang sahabatnya.

Selesai sholat magrib Satria duduk di pinggir ranjang dengan membuka laporan keuangan dari salah satu karyawannya. Tak seperti biasa, kali ini ia tampak tidak fokus karena teringat akan kertas yang masih berada di dalam saku kemeja yang tadi dia pakai.

Satria bergegas masuk ke dalam kamar mandi mencari tumpukan pakaian kotor. Dia mengambil kembali kertas yang masih terlipat rapi. Melihat dengan pikiran tak yakin, namun langkahnya justru membawa dia berganti pakaian, lalu melangkah keluar kamar dengan pakaian rapi membawa jaket serta kunci motor kesayangannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di salah satu rumah mewah yang terletak di perumahan kota Semarang. Nampak gadis cantik yang merengut di depan teras. Berulangkali ia melihat ke arah gerbang tapi tak kunjung datang seseorang yang ia harapkan.

"Mati aku kalo Pak guru itu tidak datang!" lirihnya dengan menepuk jidat kemudian menggigit jemarinya dengan memikirkan segala kemungkinan. Namun, saat ia ingin beranjak suara motor terdengar membuat senyumnya mengembang.

Mashayu segera melihat jam tangan lalu tersenyum penuh makna. "Tepat sekali, let's play guru jutek!"

"Bukain Pak, itu guru aku yang datang!" seru Mashayu agar satpam yang menjaga membukakan gerbang untuk Satria.

Mashayu segera mendekat dengan senyum yang tak kunjung pudar. Dia bernafas lega melihat Satria yang mungkin akan menjadi Ksatria dalam hidupnya. Sayangnya tidak menggunakan pakaian baja hitam seperti di film-film jaman 90an yang dia lihat di ruang kerja sang Papah.

"Masuk Pak!" Belum apa-apa Mashayu sudah mempersilahkan Satria untuk masuk.

Satria menoleh setelah membuka helmnya, dia melihat pakaian Mashayu yang sangat tidak pantas di gunakan untuk menyambut tamu tetapi, Satria hanya menggelengkan kepala dan bersikap biasa. Dia turun dari motor dan melangkah mendekati Mashayu yang terlihat sudah tidak sabar.

"Ck, ayo Pak cepet masuk, lama sekali Bapak ini!" sewot Shayu dengan gemas kepada gurunya.

Jebakan

Satria melangkah gamang, tiba-tiba dia ragu untuk masuk ke dalam rumah. Dia melihat ke sekitar rumah yang nampak sepi dan hanya ada scurity yang kembali ke bangunan persegi sebagai tempatnya bertugas.

Melihat Satria yang berjalan lambat, membuat Mashayu geregetan, dengan cepat Mashayu melangkah mendekati Satria yang nampak tersentak.

"Lama sekali sich Pak jalannya!" ucap Mashayu yang gemas dengan Satria karena, tak kunjung masuk ke dalam rumah. Terlebih Shayu sudah mendengar deru mobil yang sangat dia kenali mulai masuk, dengan cepat Shayu menarik tangan Satria dengan seluruh kekuatan yang dia punya, kemudian dengan lincah menjatuhkan dirinya lebih dulu di sofa hingga Satria yang tidak siap pun ikut jatuh menindih gadis itu.

"Auwh...Berat banget sich Pak! Kalau tidak karena terpaksa aku tidak mau melakukan ini!" lirih Shayu dengan menahan sakit di tubuhnya tapi masih terus menahan tubuh Satria.

Satria ingin beranjak namun tidak bisa karena Shayu mengalungkan tangannya dengan erat. Posisi sungguh tidak aman. Di tambah pakaian Shayu yang membuat mata pria mana saja akan gagal fokus. Untung saja Satria tidak tertarik dengan itu karena, masih terpatri nama wanita cantik beranak satu. Jika tidak, mungkin sudah melahap habis Shayu tanpa sisa.

"Kamu mau apa?" pekik Satria saat tangan Shayu dengan lincah bergerak membuka kancing kemejanya. Satria seakan ingin di lecehkan oleh muridnya sendiri.

"Henti_" Belum sempat Satria protes, Shayu kembali membuatnya tercengang dengan bola mata yang melebar. Satria di buat mati gaya oleh muridnya. Shayu tiba-tiba menarik leher Satria hingga kedua bibir mereka bersinggungan. Sejenak keduanya terdiam, meski hanya menempel namun mampu membuat jantung terpompa begitu kencang.

Ini pengalaman pertama untuk keduanya, hal yang tak terduga oleh Satria, dengan mudah melelang ciuman pertamanya pada gadis SMA.

"Mashayu Rengganis!" teriak pria paruh baya yang baru saja masuk ke dalam rumah. Beliau begitu terkejut dengan kelakuan putrinya. Tak menyangka jika Shayu bertindak di luar batas. Letih yang masih terasa di pundak beliau seakan lenyap termakan emosi yang tiba-tiba hadir. Apa yang beliau tidaklah salah, putrinya sedang berbuat mesum di rumahnya sendiri.

Satria dengan cepat beranjak dan menoleh ke asal suara. Dia yakin pria yang kini menatap dengan tatapan tajam adalah Ayah dari murid yang kini dengan santai merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan.

Padahal tanpa Satria tau nyali Shayu pun menciut karena mendapatkan tatapan penuh pertanyaan yang terkesan ingin mengulitinya. Tatapan tajam dari Papah dan juga gurunya yang membuat nafasnya hampir sesak. Mata Shayu membola sempurna saat sang Ayah dengan cepat melangkah maju dan meraih kedua sisi kerah pakaian Satria untuk melayangkan pukulan yang hampir saja mengenai wajah tampan gurunya.

"Papah hentikan!" Dengan cepat Mashayu menghentikan tindakan Papahnya yang hampir mencelakai Satria.

"Apa yang kamu lakukan dengan pria ini Shayu? Kamu ingin membuat malu Papah? Siapa dia?" sentak Pak Danuaji dengan menurunkan kepalan tangannya.

"Dia pacar Shayu Pah, dia yang akan menikahi Shayu karena secepatnya dia akan melamar Shayu. Kami akan menikah setelah Shayu lulus sekolah."

Dengan cepat Satria menoleh ke arah Shayu, bola matanya lagi-lagi melebar mendengar ucapan muridnya. Baru kenal tadi di sekolah, mana mungkin akan melamar gadis itu di tambah keduanya tidak ada hubungan apa-apa. Satria tidak bisa tinggal diam, dia tidak boleh masuk dalam jebakan yang telah Shayu buat.

"Maaf Pak, perkenalkan saya guru di sekolah putri Bapak. Dan saya bukan..."

"Jadi kamu seorang pengajar? Tetapi kelakuanmu tidak menggambarkan seorang guru yang baik! Atau memang kamu guru cabul?" tuduh Pak Danuaji.

"Pah!"

"Diam shayu!" Sentak sang Papah.

Satria sudah tidak bisa menjelaskan lagi, dia membenarkan akan ucapan wali muridnya jika kelakuannya tadi tidak menggambarkan seperti seorang pengajar. Dia menyentuh seorang gadis yang harusnya dia ajarkan hitung menghitung, justru dia seperti sedang mencari untung. Meskipun tidak di sengaja tetapi itu yang terlihat.

"Kamu harus menikahi putri saya jika tidak, reputasi mu akan hancur malam ini juga!" tegas Pak Danuaji membuat kedua orang beda usia itu begitu terkejut.

deg

"Tapi saya dan putri Bapak...."

"Cepat hubungi keluargamu jika tidak ingin saya bawa kamu ke kantor polisi dengan kasus pelecehan terhadap murid!" Ancaman telah di layangkan dan itu membuat Satria terdesak dan tidak bisa lagi menolak. Bahkan ingin kembali membela diri pun dia enggan karena merasa semua akan percuma. Dia menatap Mashayu dengan geram. Satria pun menyesal telah datang menemui murid nakal yang tak disangka akan mengubah statusnya tiba-tiba. Padahal tadi niatnya baik, ia akan membantu Mashayu untuk belajar tetapi malah justru hampir di hajar.

"Malam ini juga kalian menikah!" Lanjut Pak Danuaji setelah Satria tak lagi membantah.

"Tapi Pah, aku masih sekolah! Dan kita sepakat untuk menikah setelah aku lulus bukan sekarang!" kali ini Mashayu yang akhirnya berusaha menolak. Namun hal itu tidak menggoyahkan keputusan Pak Danuaji dan membuat Mashayu nampak kelimpungan sendiri, nyalinya menciut untuk sekedar menoleh ke arah Pak gurunya. Dia begitu kesal karena Satria tidak menolak.

Malam ini juga keduanya harus menikah untuk menghindari segala bentuk perzinahan, mengingat tingkah keduanya yang sudah di luar batas. Sebagai Ayah dari pihak perempuan Pak Danuaji pun harus tegas. Dia tidak mau setelah putrinya disentuh dengan bebas, kemudian dia membebaskan pelaku tanpa tanggung jawab.

"Saya akan menikahi putri bapak malam ini juga!" ucap Satria tak kalah tegas membuat Mashayu semakin pusing kepala. Dia yang berniat menggagalkan perjodohan yang akan di lakukan Papahnya dengan salah satu anak dari rekan bisnis beliau. Malah justru terjebak ke dalam perangkapnya sendiri.

Setelah menghubungi dan memberi kejutan untuk kedua orangtuanya di rumah. Kini status Satria telah berganti, bukan hanya sekedar guru tetapi suami untuk murid nakal yang kini justru menangis setelah berhasil membuatnya malu. Bukan hanya karena dia yang harus menikahi bocah, tetapi juga karena scandal yang menjadi alasan Satria terpaksa menikahi muridnya sendiri.

Dengan hanya mengenakan kemeja putih milik mertuanya, begitupun dengan Shayu yang menggunakan pakaian hampir sama dengannya. Kini keduanya sah dalam satu ikatan yang tak diinginkan. Pernikahan beda usia hasil jebakan, di rencanakan oleh satu pihak, yang berujung kerugian bagi keduanya. Sungguh di luar dugaan.

"Bukankah ini yang kamu mau? Kenapa harus menangis? Padahal acting mu sangat bagus tadi!" lirih Satria di depan penghulu. Satria mengulurkan tangan membiarkan murid yang sekarang berstatus istri menyalaminya dengan takzim. Satria mengusap air mata Shayu kemudian mengecup kening gadis itu dengan lembut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!