Hiruk pikuk tahun terakhir di sekolah adalah hal paling menyebalkan di dunia ini. Tiada waktu untuk sekedar bersantai begitulah sabda para guru. Tapi, itu tidak berlaku untuk mereka, D-CAISA. 4 sekawan yang sudah bersama sejak di bangku menengah pertama. 3 bule blasteran dan 1 lagi yang tak jelas asal usulnya. Bagi mereka belajar itu memang penting, tapi menjaga kewarasan pikiran dari beban kelas akhir lebih penting lagi.
Tiap sebulan sekali mereka menghabiskan waktu bersama di rumah Cathleen Joselyn, melepas penat dengan bertukar cerita ataupun sekedar menonton film bersama di laman online. Seperti saat ini, mereka sedang menonton salah satu series bertemakan zombie yang sedang booming-boomingnya saat ini. Oh, ini ide Sena Khalila dan Alena Guinevere.
"Aduh ! Aduh itu Teuku ! Cepetan ya ampun ! Ini cowok yang lain bantuin si Teuku, tolonglah jangan diem aja !" Kaira Helda berteriak heboh. Tubuhnya bahkan sampai terlonjak-lonjak melihat film yang mulai memasuki masa-masa menegangkan.
"Aduh ! Masa semuanya loyo gitu sih ! Mau diem-diem aja biarin Teuku kesusahan apa ?!" Omel Alena.
"Si Teuku atlet taekwondo kayaknya. Gerakannya mantap dan selalu tepat sasaran" celetuk Cathleen saat menonton adegan si Teuku yang melayangkan sidekick pada zombie yang menyerang pemuda itu.
"Awas ! Awas di belakangmu ! Teuku lihat ke belakang ya tuhan !" kebalikan dengan Cathleen, Sena berseru khawatir melihat adegan itu.
Mereka berempat menonton dengan raut wajah tegang dan juga gemas sekaligus melihat para tokoh utama yang berjuang bertahan diri dari kejaran zombie. Kemudian seruan "woah !" memenuhi ruangan kala salah satu karakter dalam film menggunakan pintu sebagai tameng penyelamat.
"Woah adonan keren ! Adonan keren !" Kaira berseru sembari bertepuk tangan dengan riuh. Ah, ngomong-ngomong Teuku dan adonan bukanlah nama asli dari para karakter di film tersebut. Keempat sekawan itu tidak mengetahui nama asli mereka, jadilah nama panggilan Teuku dan adonan digunakan mereka untuk menyebut para tokoh tersebut. 3 jam mereka habiskan menonton series itu. Selepas series itu tamat, mereka kembali berceloteh riang membahas series menegangkan yang telah habis ditonton tersebut.
"Gantung banget endingnya ! Bikin kesel aja" Sena menyuarakan protes miliknya.
"Iya, makanya banyak yang minta season 2" ujar Cathleen. Gadis itu sempat melihat beberapa konten di sosmed yang membahas soal series yang habis mereka tonton.
"Season 2 nya kakak, adain dong. Bisalah jadi lanjutannya, jangan bikin kita-kita penasaran begini" kata Alena dengan senyum lebar.
"Netflix emang gitu. Setiap series yang dibuat pasti gantung endingnya !" Kaira ikut menyuarakan protesnya.
"Tapi, seru banget seriesnya nih ! Kadang bikin emosi, kadang bikin gremetan juga sama tokoh yang bisa-bisanya masih bengong, padahal ada bahaya di depan mata" Alena memberikan komentarnya.
"Bener !" Sena berseru. "Eh tapi ya, kalian coba bayangin kalo itu ada di dunia nyata..." Keempatnya saling berpandangan satu sama lain selepas mendengar pernyataan Sena, sebelum berseru bersamaan "amit-amit ! Jangan sampai kejadian !"
"Tapi kalau kayak gitu, kita jadi beban di grup sih. Yang ada malah jadi sasaran empuk para zombie" Cathleen berujar.
"Begini-begini, kalo ada zombie ya. Aku sama Sena bawa tongkat baseball. Terus Kaira dorong kursi rodanya Cathleen. Nah, si Cathleen nanti bawa tongkat panjang. Ngebayangin gitu bikin ketawa, lucu banget kalo kita harus ngelakuin beneran. Nggak bisa, nggak bisa. Kalo kita yang ngelakuin malah jadi lawak bukannya keren" Alena menyuarakan imajinasi yang ada di kepalanya.
"Bangsat ngebayangin aku, hahahahaha ! Bener sih, bukannya keren kayak di film jadinya" umpat Cathleen diiringi dengan tawa kerasnya.
"Terus-terus Kaira bakal teriak gini 'SIALAN, CEPETIN JALANNYA' . Bah, gara-gara dia teriak sekenceng itu, kita jadi dikejar zombie" kembali lagi dengan Alena dan fantasinya.
"Idih, kalo aku sih bakal ngomong gini 'Eh bajingan zombie brengsek, nambah beban hidupku aja kau ini !' terus aku tabok kepalanya" Kaira menyahut.
Cathleen tertawa keras mendengar itu. "Aku teriak nanti 'MISI WEH, AWAS KALIAN SEMUA ! LAMA AMAT JALANNYA !' nggak bisa berhenti ketawa aku ngebayangin situasinya gitu. Malah mancing keributan jadinya."
Alena kembali berbicara dengan sejuta imajinasi di kepalanya. "Aku ngebayangin please. Terus Sena bakal nanya 'ada yang mau permen ?' sambil ngeluarin stok permennya itu."
Kaira menggeleng tak setuju mendengar itu. "Aku malah ngebayangin Sena mau makan permen, sayangnya nggak jadi. Permennya jatuh karena dia keburu kabur dari zombie."
"Terus pas adegan kita di kejar zombie, Kaira nanti teriak pas kita lagi mukulin zombie, tambahin efek slow motion, hahaha aib banget pasti !" Seperti tidak perlu dijelaskan siapa yang memiliki imajinasi begini.
"Aku teriaknya kayak gini, 'Pukul mereka semua. Pukul aja nggak perlu ragu-ragu. Anggep itu mantan kalian yang brengshake ! Cepetan we ! Brengsek di belakang nambah banyak !' Fix, aku jadi cheerleader kalian aja" dan partnernya yang selalu memberikan ide dialog untuk dirinya sendiri.
"Terus-terus ya, Kaira ternyata kelepasan megang kursi roda Cathleen. Kita gak sadar kursi roda Cathleen jalan sendiri. Nanti aku sama Sena nabok kepalanya Kaira terus marahin dia, 'CATHLEENNYA YA TUHAN, KOK DILEPASIN SIH BEGO !' tambahin efek slow motion kayak di film-film india" dan yah masih berlanjut drama perhaluan ini.
"Terus zoom in zoom out satu-satu pas sadar Cathleen hilang."
Si empunya yang sedang dibicarakan oleh duo sejoli tersebut ikut menyahut, "Sial, aku ngebayangin nanti pake sound tiktok yang 'aaaaa...' ini kenapa jadi makin absurd ya, astaga." Mereka berempat kemudian tertawa keras mendengar itu.
"Bayangin tiba-tiba Kaira kram kakinya, terus aku seret dia ke rooftop sekolah" ujar Alena yang berakhir dengan geplakan dari Kaira.
Cathleen dan Sena sama-sama tenggelam dalam tawa demi mendengar cerita absurd kedua temannya tersebut. Lagi dan lagi Alena berceloteh, "Kita kompak gak sih ? Jadinya disini lengkap banget, Sena keluarin jurus dari latihan fisik sispalanya, Kaira dengan ilmu medis pmrnya, terus aku dengan pukulan yang dipelajari di softball, sama Cathleen yang pintar berbagai bahasa."
"Lah ? Kalo Cathleen bahasa, berarti nanti dia dong terjemahin bahasa zombienya ke kita. Gimana coba nerjamahinnya, mereka kan cuman bisa ngomong 'woargh ! Woargh' doang" Kaira berceletuk pelan.
Sena yang semakin tenggelam dalam tawa akhirnya ikut buka suara, "Sumpah kalian mood banget !"
Dan mereka pun kembali tenggelam dalam dunia fantasi mereka. Membuat cerita ala mereka diiringi lelucon-lelucon khas satu sama lain. Tanpa mereka sadari bahwa ketika fajar tiba di hari berikutnya, semuanya menjadi kenyataan. Imajinasi yang digunakan sebagai lelucon satu sama lain malah berakhir petaka. Mereka berempat berlarian dengan jantung berdebar dan pikiran-pikiran negatif yang menyelimuti kepala. Tidak ada lagi komedi tentang para zombie tersebut. Hanya ada usaha keras untuk bertahan hidup di tengah wabah yang menyerang. Mereka siswa tahun terakhir yang hanya berbekalkan alat seadanya dan pengetahuan dari film yang mereka tonton. Tak lupa kenekatan demi menyelamatkan hidup masing-masing. Hanya itu yang menjadi kunci utama mereka bertahan hidup.
Dengan segenap tenaga yang dikerahkan mereka berhasil menyelamatkan diri dari sekolah yang didominasi para zombie tersebut. Mencuri satu mobil milik guru tidak akan masuk catatan kriminal kan ? Mereka terpaksa melakukannya demi keselamatan jiwa. Kaira yang mengemudikan mobil itu. Hanya berbekal kenekatan dan pengetahuan seadanya, dia memacu sang kuda besi menuju ibu kota. Dengan harapan bahwa mereka bisa menyelamatkan diri dari para zombie yang mengganas.
Namun, sayang di tengah perjalanan menuju ibu kota, ada bus yang melaju ugal-ugalan. Tak ada pilihan lain bagi Kaira selain banting setir. Membuat mobil itu menabrak pembatas jalan. Hancur lebur keadaan dari mobil tersebut. Para penumpangnya terjepit di dalam dalam keadaan terluka parah. Dalam detik-detik yang akan berakhir mereka sama-sama berpikir mengenai satu hal.
'KENAPA ENDING MEREKA TIDAK SEKEREN DI FILM ?!'
Ada harapan kecil di tengah-tengah masa krisis yang akan selesai mereka hadapi. Sebuah harapan bila waktu bisa diputar kembali, mereka ingin menamatkan cerita mereka dengan keren layaknya di film-film. Dan bertemu dengan happy ending yang sesungguhnya.
Bisakah hal tersebut terkabulkan ?
Tak lama selepas sepasang kelopak mata tersebut menutup, ada sekelebat cahaya yang menyelimuti tubuh mereka. Dalam satu jentikan jari, tubuh keempat hilang ditelan sang cahaya. Tanpa jejak ataupun bekas yang tertinggal. Menghilang begitu saja di tengah keheningan yang mengisi.
-Kkeut
Cathleen tersentak bangun dari mimpi buruknya. Jantung milik gadis bermarga Joselyn itu berdebar dengan kencang. Kepalanya memutar balik bayangan mimpi yang berakhir dengan ending tragis hidupnya dan para sahabatnya tersebut. Tangannya mengusap kasar wajah cantik berpeluh tersebut. 'Hanya mimpi buruk, bukan masalah besar' batinnya berkata.
Dia menyandarkan punggungnya di dinding tepat di belakangnya. Kepalanya masih memutar kisah dia dan teman-temannya yang bertahan hidup di tengah wabah zombie. Dalam ingatan yang masih tersisa di kepala, semua bermula ketika festival sekolah dimulai. Tak ada yang mencurigakan. Hingga tiba-tiba beberapa murid tak terkendali dan mulai menyerang satu sama lain dengan ganas. Dia tidak begitu jelas mengingat, karena mimpi itu memang berada dalam memori jangka pendek yang cepat sekali lenyap. Hanya beberapa adegan epic yang dilakukannya bersama teman-temannya, lorong berdarah, dan sisanya kabur menyelamatkan diri. Ah, satu lagi ending mimpi itu.
Cathleen menggelengkan kepalanya, "bisa-bisanya Kai yang mengemudikan mobil. Dia kan ceroboh sekali ! Astaga, gara-gara dia kami semua tiada, sialan sekali !" umpatnya pelan.
Tak lama setelah 1 umpatan dilontarkan gadis Joselyn tersebut, ponselnya berdering dengan keras. Cathleen mengernyitkan dahi, bertanya-tanya dalam benak, siapa orang gila yang menelpon dirinya di subuh hari ini ? Tangannya meraih ponsel yang telah selesai mengisi daya tersebut. Dirinya mendengus membaca nama kontak yang menelpon dirinya subuh hari tersebut.
*'Panjang umur'* batinnya bersuara. "Silly Helda" begitulah yang tertulis di layar ponsel. Cathleen langsung menggeser tanda menjawab telepon, hanya perlu sedetik keheningan sebelum teriakan keras memenuhi telinganya.
"CATHLEEN JOSELYN BANGUN WOY ! JANGAN NGEBO KAU !" teriak di seberang telepon.
"Sialan, tidak perlu berteriak kau ! Aku sudah bangun, bodoh ! Kalau tidak siapa yang akan menjawab telepon subuhmu ini hah ?! Setan begitu ?!" Cathleen mengomel.
Ada tawa kecil yang ditangkap. "Hehehe, hanya memastikan kau kan orangnya sangat kebo, alias susah dibangunkan" si Helda terkekeh pelan. "Lagian lu yang minta gue buat bangunin ye, katanya biar nggak telat berangkat. Udah gue turutin nih. Ngomong-ngomong nih, bukan subuh loh ini...." Cathleen mengernyit pelan demi mendengar hal tersebut.
"Maksudmu ?" tanyanya. Ini memang subuh kan, lihat saja di luar saja masih gelap. Atau memang begitu anggapannya.
"Cathleen Joselyn, sahabatku yang seperti saudara kandung beda ayah dan ibu, yang kucintai ini" Cathleen berusaha menahan diri agar tidak berakting seperti orang yang ingin muntah. "BERAPA KALI HARUS KUKATAKAN UNTUK MENGGANTI TIRAI HITAM BUTEK ITU ?! SEKARANG SUDAH JAM 6.30 SIALAN !"
Ada satu umpatan yang lolos dari ranum si gadis bermarga Joselyn. Dia buru-buru mengecheck jam di layar ponselnya dan gadis itu terkejut bukan main, kala mengetahui bahwa apa yang dikatakan Kaira memang benar adanya. "BRENGSEK LU KAI ! GUE BILANGNYA BANGUNIN JAM 5.30 BUKAN JAM 6.30 !"
"YA MAAF, YANG PENTING GUE UDAH BANGUNIN KAN !!!!" Kaira tak mau kalah ikut berteriak, membuat beberapa orang yang berdiri di sekitarnya tersentak kaget demi mendengar suara lantang tersebut. Mereka pun hanya bisa menggeleng maklum. Terlanjur terbiasa dengan kelakuan unik bin aneh Kaira Helda.
"SIALAN KAU !" satu umpatan sebagai salam penutup telepon mereka berdua. Cathleen langsung bergegas menuju kamar mandinya. Ada cemas dan juga kesal yang menyelimuti. Dalam hati dia berharap semoga dia tidak terlambat masuk ke sekolah. Dia sedang tidak mood diceramahi para guru. Oh tentunya setelah sampai, dia akan langsung memberikan "hadiah spesial" untuk Kaira Helda.
Sementara sang pelaku yang diumpati, tengah merenggut kesal di bangku tempat duduknya. "Salahku apa ? Masih mending aku mengingatkannya sekarang. Ini salahnya juga, sudah kubilang untuk menghidupkan alarm saja, tapi dia tidak mau menuruti ish..." ya sepertinya gadis itu tidak mau mengakui bahwa dirinya memang salah. Mari doakan saja Kaira selamat dari amukan Cathleen.
Semoga saja.
Kaira menaruh ponselnya ke dalam ransel kecil yang ia bawa, kemudian mengalungkan tali ransel tersebut ke tubuhnya. Dia mengambil botol minum yang kata teman-temannya botol senggol bacok, karena ukurannya yang besar bukan main itu. Kaira meninggalkan kelasnya untuk berkeliling sekolahnya yang sedang mengadakan festival.
Alstrahera international High School, sebuah sekolah menengah atas berskala global yang merupakan sekolah keempat sekawan D-CAISA. Jangan tanya bagaimana keempatnya bisa masuk kemari, anggap saja mereka sedang hoki besar sampai bisa masuk kesana bersamaan. Meski mereka berada di kelas yang berbeda, tapi tak menghambat tali persahabatan mereka. Oh tentu saja, karena mereka sefrekuensi. Iya sefrekuensi bobrok dan suka ngejulid bersama.
Kembali lagi ke sekolah mereka yang sedang mengadakan festival tersebut. Festival ini diadakan sebagai salah satu bagian dari perayaan anniversary sekolah mereka. Ada banyak hiasan yang dipajang. Kaira yang sedang berkeliling sekolahnya tersebut, mengukir senyum bahagia kala maniknya dimanjakan dengan lampion-lampion yang digantung diatas seutas tali di atas kepalanya. Tak lupa rangkaian bunga yang memenuhi setiap sudut sekolah. Tapi, dari semua itu yang paling menarik perhatian Kaira adalah stan-stan makanan yang berjajar.
Maniknya berbinar kala mendapati ada berbagai macam kuliner yang disajikan. Okay, ini adalah satu hal yang disukai oleh Kaira dari sekolahnya. Yeah, meski gadis itu menyukai menjulid serata memaki-maki sekolahnya sendiri, diam-diam dia juga bersyukur bisa masuk kesini. Iya. bersyukur karena sekolah ini mengadakan festival tiap tahunnya. dengan jajaran stan makanan yang beragam. Favorit Kaira Helda.
*'Fufufufu, lupakan apa itu diet Kai. Ini waktunya kamu bersenang-senang !'* batinnya berbisik. Dan detik berikutnya gadis itu sudah berdiri di sebuah stan makanan, memesan beberapa jenis makanan sekaligus membuat beberapa siswa yang juga memesan terheran dibuatnya. 'Bagaimana caranya dia menghabiskan itu semua ?!' pikir mereka. Andai kata mereka tahu bahwa kapasitas perut Kaira memang 2 kali lipat lebih besar daripada manusia umumnya. Yeah, gadis super Kaira itu, kalo boleh dikata.
Kala dia sedang menunggu pesannya dimasak, dia menatap sekitaran dan kemudian tersentak pelan. Ada perasaan familiar yang tidak dia ketahui. Seperti pernah melihat situasi ini tapi dia tidak mengingatnya.
'Do you get deja vu...' benaknya berkata. Kadang dia merutuki sifat mudah lupanya tersebut. Aduh, jadi penasaran kan dia pernah melihat situasi ini dimana.
Tak jauh dari sana, ada duo sejoli yang selalu bersama-sama kemanapun mereka pergi. Siapa lagi kalau bukan Sena dan Alena. Sena yang tengah mengantri di stan minuman dan Alena yang berdiri di sampingnya, sibuk dengan ponselnya sejak mereka mulai menjelajahi stan-stan yang ada disana.
Sena mencoba mengintip sedikit apa yang membuat sahabatnya itu sibuk sekali. Ada tampilan chat yang dia lihat dengan jari jemari Alena yang menari diatas keyboard, menulis beberapa kata untuk membalas chat yang diterima. Sena mengedikkan bahu acuh, 'mungkin itu gebetannya' begitulah isi pikiran gadis Khalila. Selepas dia membayar minuman yang dipesan, bersamaan juga dengan Alena yang menghembuskan nafas lelah, kemudian menyimpan ponsenya di kantong jas sekolah yang dipakainya.
Sena mengangkat alisnya heran, "kenapa ?" tanyanya sembari hendak menyedot minuman miliknya.
Alena melirik sahabatnya tersebut, kemudian tanpa aba-aba merebut minuman tersebut membuat Sena berseru pelan tak terima. Meski demikian, dia membiarkan tanpa melayangkan protes. Pada tegukan terakhirnya, Alena mulai buka suara menjawab pertanyaan yang sempat terabaikan, "temanku sedang mengikuti lomba sains yang diadakan pemerintah. Sejak tadi pagi, dia terus menspam chatku dan berkata dia takut hasil karya gagal. Katanya sih, masih dalam proses percobaan kepada sampel yang diuji. Menyebalkan sekali, karena dia terus mengirim pesan yang sama. Aku lelah membaca berulang kali kalimat itu" katanya sembari mengembalikan minuman milik Sena.
Sena berdecak pelan, "hal wajar bila temanmu ketakutan begitu. Lomba dari pusat apalagi membawa nama sekolah. By the way, memang lomba tentang apa itu ?" tanyanya. Kedua orang tersebut berjalan bersama meninggalkan area stan, menuju area utama festival, tempat pertunjukan hiburan diadakan.
Alena mengedikkan bahunya acuh. "Entahlah, dia hanya mengatakan tentang percobaan menguji kekebalan imun tubuh manusia. Aku pun tak mengerti maksudnya. Anak sayur* memang beda otaknya dengan kita." Dan selepas mereka membicarakan berbagai hal random dalam perjalanan menuju pusat festival diadakan.
(*Anak sayur adalah julukan beken di Alstrahera. Julukan ini disematkan kepada anak-anak jurusan Sains yang memiliki keambisan tingkat tinggi serta kecerdasan diatas rata-rata.)
Kembali lagi ke tokoh yang tak jelas asal usulnya, Kaira Helda. Gadis itu tengah berjalan menuju kelas tempat Cathleen berada. Di tangannya penuh dengan makanan yang baru saja dibelinya. Mulutnya asyik mengunyah beberapa dengan dengung pelan, kala merasakan enaknya rasa makanan tersebut di lidah perasa miliknya. Kala dia hendak menggigit makanannya kembali, dari arah berlawanan ada beberapa siswa yang berlari. Salah satunya menabrak pundaknya, membuat makanan yang hendak ia makan jatuh ke lantai.
Dia merenggut sebal. Makin sebal lagi karena siswa yang menabraknya, langsung berlari dengan kencang tanpa minta maaf kepadanya. Namun, maniknya menatap heran karena ada beberapa siswa lain yang juga ikut berlari dengan raut wajah yang err ketakutan mungkin ? Kaira tak yakin dengan hal itu, hanya sekelebat yang dia lihat.
Dan tak berselang lama seorang siswa lain juga berlari melewati dirinya, tapi siswa yang ini berlari dengan suara geraman keras. Ada cairan merah yang menodai lehernya. Kaira menengok ke arah belakangnya dengan raut kebingungan, gadis itu melihat siswa yang berlari dengan geraman tersebut berusaha menangkap siswa yang berlari dengan wajah ketakutan. Rasa familiar itu kembali menghampiri. Lama-lama Kaira bisa frustasi karena terus-terusan merasakan deja vu. Tapi, masa bodo lah, gadis itu mengangkat bahunya acuh kemudian melanjutkan perjalanan dan berusaha mengikhlaskan makanannya yang jatuh. 'Mungkin mereka sedang bermain kejar-kejaran' dia menarik kesimpulan demikian. Meski feelingnya tidak menyetujui itu.
Namun, tiba-tiba sesuatu melintas di kepalanya, kala memikirkan apa yang baru saja melewatinya. Dia baru mengingatnya sekarang. Kejadian tadi persis sama dengan series zombie yang kemarin ditontonnya bersama kawan-kawannya tersebut.
Tunggu dulu, zombie ?
Spontan dia menengok kembali ke belakang. Maniknya membulat terkejut kala menangkap sosok dengan cairan merah di lehernya tersebut, tengah menggigit bahu salah satu siswa yang berlarian menabrak dirinya. Mulutnya menganga terkejut melihat ceceran darah yang mengotori lantai. Batinnya bergejolak dengan segala pikiran buruk yang menyerang. Rasa mual mendadak menyerangnya, makanan yang ditelan seakan memaksa ingin dikeluarkan. Sial, dia paling tidak bisa melihat darah dalam skala banyak seperti itu. Nasib buruk karena dia harus melihat semua itu secara langsung.
Bodohnya si Helda masih berusaha berpikir positif thinking di tengah kejadian nyata yang disaksikan mata telanjangnya. Namun semua spekulasi tersebut tentunya hancur, kala siswa yang digigit itu perlahan menunjukkan perubahannya menjadi sosok mayat hidup. Sedetik kemudian, dia mulai menggigit siswa lain yang kebetulan lewat di lorong tersebut. Ada banyak teriakan yang memenuhi lorong tersebut, membuat suasana makin mencekam.
Tanpa aba-aba, gadis Helda langsung memacu kakinya dengan cepat. Dia harus cepat-cepat bertemu dengan Cathleen. Menyelamatkan sahabatnya tersebut dan tak lupa menghubungi Sena serta Alena. Batinnya mengumpat pelan, kenapa bisa yang mereka imajinasikan kemarin sore benar-benar terjadi saat ini ?! Dia ingin mengatakan pada dirinya, bahwa itu tidak mungkin terjadi, tapi matanya melihat semua kejadian tersebut secara nyata. Mau tak mau, suka tak suka, dirinya harus mempercayai ini semua. Dia harus cepat bergerak sekarang, sebelum makin banyak yang terinfeksi dan menyusahkan dirinya dalam menyelamatkan diri.
"Brengsek ! Zombie sialan kau menambah beban hidupku saja !" satu umpatan dia lontarkan.
Misi bertahan hidup serta menyelamatkan diri dari wabah zombie dimulai !
-Kkeut
Tepuk tangan riuh memenuhi halaman depan sekolah, sebuah panggung yang cukup besar berdiri disana. Band sekolah yang baru saja tampil tersebut, membungkuk hormat kepada penontonnya, sebelum meninggalkan panggung dengan iringan tepuk tangan dan seruan-seruan heboh dari para siswa & siswi, yang baru saja menonton penampilan mereka. Di antara banyaknya penonton yang berteriak heboh, terdapat Sena dan Alena yang juga ikut bersorak untuk band tersebut.
"Tahun ini cukup banyak penampilan yang menarik" Sena memberikan komentarnya, di tengah bisingnya penonton.
"Hah ? Apa ?" Alena berkata dengan suara agak keras. Dia tidak begitu mendengar ucapan Sena. Di sekitar terlalu berisik, apalagi banyak siswi yang masih berteriak heboh.
"A.KU.BI.LANG.TA.HUN.I.NI.CU.KUP.BA.GUS !" Sena berseru sembari mengeja setiap kata yang diucapkan.
Alena mengernyit, "KAU BILANG APA ?! TIDAK TERDENGAR ! BERISIK DISINI !" rungu Alena belum bisa menangkap apa yang dikatakan sahabatnya. Sena mendengus mendengar pengakuan itu. Dia nyaris menjitak kepala Alena, tapi tertahan karena telinganya menangkap, ada suara dering telepon dari dalam kantong jas sekolah miliknya.
Dia mengambil ponselnya yang berdering dan ada nama Kaira yang terpampang di layarnya. Sontak Sena menjawab telepon tersebut. Suara pertama yang terdengar ia suara langkah kaki yang dipacu dengan cepat. Ada juga suara nafas yang terengah dan beberapa kali Sena menangkap suara 'DUG !' yang keras, seperti suara tabrakan sesuatu. Hanya berselang 1 detik setelah bunyi tabrakan itu, ada makian samar-samar yang bisa ditangkap Sena. Tak lama setelah itu, suara grasak grusuk yang tak karuan tertangkap rungunya. Sena menarik ponsel yang tertempel di telinganya kemudian menatap ponselnya dengan manik yang heran, apa mungkin suara disini yang terlalu bising ya sampai rungunya mendengar suara-suara tak jelas tersebut. Total Sena dibuat kebingungan.
"Alena, aku kesana sebentar. Mau ngangkat teleponnya Kaira" Sena menunjuk suatu sudut halaman sekolahnya yang terlihat sedikit sepi. Dia pikir bisa mendapatkan suara telepon yang lebih jernih disana. Alena memberikan tanda 'okay' dengan telunjuk dan ibu jarinya. Gadis itu terlalu menikmati tontonannya saat ini, hingga tak banyak berkomentar kepada Sena.
Selepas mencapai tempat yang diinginkan, kembali Sena menempelkan ponsel miliknya ke telinga, "Halo Kai, kenapa nelpon ?" tak ada jawaban dari pertanyaannya. Namun, Sena bisa mendengar suara-suara yang pertama kali dia dengar kala mengangkat telepon Kaira. Malah suaranya makin banyak dan keras. Gadis itu mengenyit pelan, 'kali ini masalah apa yang kau buat Kaira, astaga...' batinnya berucap. Pikir gadis itu Kaira membuat masalah kembali hingga membuat keributan di seberang telepon.
"Kai-"
"SIALAN SENA !" umpatan dari Kaira yang menjadi kalimat pertama sahabatnya di telepon. "SI ALENA HPNYA KEMANA SIH ?! DARITADI DITELPON NGGAK DIANGKAT !"
Sena merengut pelan, "Kai, kamu lupa hpnya Alena kan sempet jatuh, nada deringnya lagi nggak berfungsi. Wajar kalo kamu telpon, dia nggak tahu."
"SIALAN ! MINGGIR OY ! SIALAN JANGAN KESANA KALO KALIAN MASIH SAYANG NYAWA ! YA TUHANKU, SUDAH DIKASIH TAHU MALAH NGGAK DIDENGERIN ! BUDEG APA KALIAN YA ?!" Kaira berteriak entah kepada siapa di seberang sana.
"Kai, kamu ngomong apa sih ? Terus suara apa dari tadi kok ribut banget ?" Sena bertanya. Belum ada jawaban di seberang telepon sana, hanya ada suara yang terengah-engah. Sembari menunggu temannya memberikan jawaban, dia melihat sekeliling dan sedikit mengernyit setelahnya. Tepat saat maniknya menangkap pemandangan yang aneh tapi dirasa familiar di benak gadis Khalila.
Sena terpaku di tempatnya demi melihat pemandangan mengerikan yang tersaji di hadapannya. Suara jeritan dan teriakan memenuhi telinganya. Sukses membuat dirinya terkejut dengan jantung yang mulai berdebar dengan kencang. Saking terkejut dia sampai tak menyadari bahwa Alena telah menghampirinya. Alena yang baru saja tiba, memandang heran temannya yang terlihat seperti melamun. Demi menghindari hal-hal yang tidak baik, dengan sekuat tenaga dia menepuk punggung Sena. Sukses membuat Sena tersentak sampai terdorong ke depan pelan. Kehilangan keseimbangan dan nyaris terjatuh jika Alena tak segera menangkap tangannya.
"Kagetan banget kamu, hampir jatuh kan. Makanya, jangan bengong begitu. Awas nanti dirasuki setan loh. Denger-denger setan di sekolah demen ama yang begituan" ujar Alena berusaha menakut-nakuti temannya. Sena hendak memarahi temannya namun, kembali batal demi mendengar suara Kaira yang masih tersambung di ponselnya.
"SIALAN SENA ! YANG KEMARIN KITA OMONGIN BENERAN TERJADI ! ADA ZOMBIE DI SEKOLAH INI ! DAN SEKARANG VIRUSNYA SUDAH MULAI MENYEBAR KEMANA-MANA ! CEPET BAWA ALENA LARI DAN SEMBUNYI KALIAN BERDUA ! AKU MAU MENJEMPUT CATHLEEN DULU ! APAPUN YANG TERJADI USAHAKAN KALIAN TETAP HIDUP, OKAY ? INGET KITA MASIH PUNYA IMPIAN KE KOREA ! GOOD LUCK GAISEU !" tepat setelah peringatan itu diberikan, Sena bisa melihat siswa yang dilihatnya tadi digigit siswa lain mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan. Persis seperti di series yang dia tonton.
Tanpa aba-aba, dia langsung menarik tangan Alena untuk berlari. Namun, Alena yang masih belum menyadari kejadian petaka yang terjadi malah menarik balik tangannya. Dia mengernyit melihat wajah Sena yang mulai memucat. Pun dirasa tangan Sena yang agak gemetaran dan mendingin. "Sena kenapa ? Kamu sakit kah ? Kok mendadak pucat begitu mukanya" Alena bertanya khawatir.
Sena tak menjawab, dia malah menangkup kedua sisi kepala temannya itu, memaksa kepala Alena untuk menoleh ke tempat kejadian yang dilihatnya. Alena yang masih diselimuti kebingungan, melihat ke arah yang ditunjuk Sena dengan manik keheranan. Dia hanya melihat ada seorang siswa yang bertingkah aneh dan tak terkontrol, tiba-tiba saja dia menggeram kemudian menyerang siswa lainnya. Darah muncrat mengotori dinding, demikian yang dilihat Alena. Dan gadis itu memiringkan kepalanya bingung. Otaknya lambat mencerna sehingga gadis itu tak paham apa maksud Sena menunjukkan hal tersebut.
"Emang kenapa sih Sena ?" demi mendengar itu, rasanya amarah Sena memuncak di atas kepala. Tolong tahan Sena untuk tidak memukul temannya ini. Tak ada waktu lagi untuk menjelaskan sambil diam terpaku. Bisa dia lihat para siswa yang sudah terinfeksi mulai mengejar siswa-siswi yang masih menonton pertunjukan yang disajikan. Keadaan kacau balau disana, tapi hebatnya Alena yang malah diam menonton semua itu.
Dengan sekuat tenaga gadis itu menarik kerah belakang kemeja Alena, membuat Alena nyaris terjatuh ke belakang jika saja dia tidak memiliki refleks yang bagus. Sena masih berusaha menyeret paksa temannya yang lemotnya bukan main itu. "SIALAN ALENA ! JANGAN LEMOT DULU NAPA DI SITUASI GINI !"
"Hah ? Kenapa sih ?"
"BRENGSEK ALENA, NGGAK LIAT APA ?! TADI TUH ZOMBIE BENERAN ! ZOMBIE YANG KEMARIN KITA TONTON BENERAN ADA !" Sena berteriak dengan keras memberitahu temannya. Jika saja situasi tidak sedang mengancam nyawa mereka, sebenarnya ini akan terlihat lucu. Melihat bagaimana Sena dengan tubuh yang lebih kecil dari Alena, kepayahan menyeret tubuh si gadis Guinevere. Andai kata situasi lebih kondusif mungkin mereka akan menjadi bahan tertawaan siswa siswi Alstrahera.
Masih dalam keadaan mencerna, Alena tetap diam selama dirinya diseret paksa oleh Sena. "Oh, jadi itu tuh zombie toh..." monolognya.
Habis sudah kesabaran Sena mendengar hal itu. "IYA ALENA CANTIK ! SEKARANG CEPETAN LARI SEBELUM ZOMBIENYA KESINI !" dia kembali berteriak. Sial, lama-lama pita suaranya bisa putus karena terus meneriaki Alena. Sena butuh permen favoritnya untuk mengembalikan kewarasan yang terkikis ini.
Alena yang baru saja bisa mencerna, tanpa aba-aba langsung menegakkan tubuhnya, membuat yang masih menarik kerah belakangnya, tertarik ke arah Alena. "AYO LARI SENA ! ZOMBIENYA UDAH MAU KESINI !!!!" Alena berseru selepas melihat sesosok zombie yang berlari cepat ke arah mereka. Kemungkinan dia terpancing mendengar perdebatan dengan suara keras kedua sahabat itu.
Keduanya memacu kaki mereka untuk berlari dengan cepat. Tapi, demikianlah Alena dan Sena, yang masih sempat bertengkar. Di situasi genting ini, mereka masih sempat-sempatnya berdebat satu sama lain. Bahkan menaikkan nada suara, yang jelas makin memancing banyak zombie berlari mengejar mereka.
"KENAPA NGGAK NGASIH TAU DARI TADI SENA ?!" Alena berteriak kesal. Dia nyaris saja mati tadi, karena Sena terlalu lama memberikan penjelasan.
"KAMU LEMOT BANGET YA ALENA SIPUT !" Sena blik berseru marah. Andai saja Alena bukan sahabatnya, mungkin Sena tidak akan peduli tadi. Bersyukurlah kamu Alena Guinevere, karena kamu masih tersemat oleh embel-embel sahabat Sena Khalila.
"JANGAN SALAHIN KELEMOTANKU ! HARUSNYA TADI KAMU LANGSUNG KASIH TAU AJA ! TO THE POINT !" Alena berseru tak terima. Enak saja kelemotannya disalahkan begini. Memangnya siapa juga yang mau jadi lemot begini ?
"ADUH, MASA GITU AJA KAMU NGGAK NGERTI SIH ?!" Sena berujar frustasi. Dia mengacak rambutnya kasar, membuat rambutnya makin berantakan dan tak karuan.
"YA GIMANAIN ?! KITA JADINYA LARI KEMANA NIH ?! KOK NGGAK JELAS BANGET ARAH SAMA TUJUANNYA" Alena bertanya masih dengan nada suara yang ditinggikan.
"ADUH, NGGAK TAU ! JANGAN TANYA AKU ! SI Kaira NGGAK ADA NGASIH TAU HARUS LARI KEMANA LAGI ! KATANYA LARI ABIS TUH SEMBUNYI !" Sena makin panik kala menyadari mereka harus bersembunyi dimana saat ini ? Gadis itu dilanda kebingungan yang hebat. Dia merutuki diri kenapa baru menyadari hal penting itu sekarang.
"OALAH GITU TOH ! AYO KITA- AAAA ZOMBIENYA KESINI ! ZOMBIE BAU BUSUK ! JANGAN KESINI SIALAN ! AKU BELUM KETEMU PACARKU DI KOREA ! BELUM MAU MATI AKU !" Alena berseru sembari mengeluarkan wajah sedih. Hey, dia belum mau mati sebelum bertemu pacarnya di Korea sana.
"BANGSAT ! KALIAN KALO MAU JADI ZOMBIE SILAHKAN AJA, JANGAN NGAJAK-NGAJAK KAMI ! SANA MINGGIR !" Sena berseru sembari mendorong beberapa tubuh yang menghalangi jalannya dan Alena.
Keduanya spontan menghentikan langkah, kala ada 1 zombie yang menghalangi jalan di hadapannya. Sena makin dibuat panik karenanya. Dia menoleh ke belakang tapi ada zombie lain yang mengejar mereka. Total otak Sena berhenti bekerja dan buntu akan tindakan yang harus dilakukan.
Sementara itu, Alena yang berada di sampingnya tak kalah panik melihat pemandangan di hadapannya. Manik mengitari lorong di sekitarnya siapa tau bisa digunakan sebagai senjata. Meski dia sering dikatain lemot, syukurlah otaknya masih bekerja untuk mencari cara menyelamatkan diri.
Tapi, lorong itu tak memiliki sesuatu yang bisa dijadikan senjata. Karena terlanjur dilanda kepanikan hebat, dirinya langsung menarik pot bunga yang digantung di pagar pembatas di sampingnya. Kemudian dengan skill melempar bola yang didapatnya di klub softball, Alena melempar pot itu ke arah zombie yang berada di hadapannya.
Prak !
Pot itu tepat mengenai kepala si zombie. Hancur sudah kepala si mayat hidup yang sekarang tergeletak di lantai tersebut. Darahnya menggenang di lantai, membuat Sena mengernyit jijik melihatnya. Sementara Alena, dia lebih tenggelam ke euphoria karena berhasil mengenai kepala zombie tersebut. Ada seruan 'yes' yang Sena tangkap dari sahabatnya.
Namun, dia tidak bisa membiarkan Alena terlalu senang karena lemparannya tepat sasaran. Dari arah belakang ada derap langkah yang makin cepat. Sial, itu pasti para zombie yang sedari tadi mengejar mereka. Maka dari itu, gadis Khalila langsung menarik Alena untuk berlari lagi dengannya. Mereka berdua melewati lautan merah yang tercipta di lorong sekolah yang biasa dilewati tersebut.
Dalam hati mereka memanjatkan doa, semoga saja mereka tidak bertemu lagi dengan zombie. Karena jujur saja Sena malas sekali harus melihat wajah dan tubuh yang dibalut darah tersebut. Menjijikan membuatnya ingin muntah saat itu juga.
'Zombie nggak ada yang gantengan dikit gitu ? Setidaknya, di situasi mengerikan aku masih sempat cuci mata supaya semangat menyelamatkan diri' batin Sena dengan nada miris.
-Kkeut
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!