NovelToon NovelToon

Jadikan Aku Pengganti Dirinya

Selalu Mempesona

Amara menatap kagum sosok pria yang saat ini sedang mengucapkan kata sambutan di atas panggung pada acara perayaan ulang tahun perusahaan yang saat ini sedang dipimpinnya. Sosok pria gagah dan beribawa yang saat ini ditatapnya adalah Aga. Pria yang sudah hampir lima tahun belakangan ini mengisi hati dan pemikirannya.

"Kak Aga, kau selalu saja mempesona." Gumam Amara sambil menatap sosok Aga yang saat ini sedang menuruni panggung setelah mengucapkan kata sambutan.

Amara terus menatap sosok Aga tanpa berkedip hingga akhirnya pria itu kembali duduk di kursi yang bersebelahan dengan sahabat baiknya bernama Agatha.

"Anty, Zel mau duduk sama Om Aga dulu, ya." Ucap sang keponakan yang bernama Zeline. Sejak tadi ia sudah sangat ingin menghampiri meja Aga dan keluarganya.

"Baiklah. Tapi jangan membuat keributan di sana." Pesan Amara.

"Nda suka ribut kok Zel tuh." Jawab Zeline dengan bibir mengerucut karena tidak suka mendengar perkataan Amara.

Amara hanya tersenyum melihat ekspresi menggemaskan keponakannya saat ini. "Pergilah. Bukannya Zel ingin pergi ke meja Om Aga." Ucap Amara.

Si kecil Zeline mengangguk lalu melangkah pergi menuju meja Aga dan keluarganya berada.

Melihat kedatangan Zeline ke meja mereka tentu saja membuat Aga dan keluarganya sangat senang. Terutama Papa Andrew yang sangat menyayangi Zeline dan menganggap Zeline sebagai cucu kandungnya sendiri.

Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Amara terus menatap interaksi Zeline dan keluarga Aga. Terlihat jelas di mata Amara di balik sikap dingin Aga tersimpan kasih sayang yang sangat besar pada Zeline yang berstatus sebagai keponakannya.

Puas menatap interaksi Zeline dengan keluarga dari ayah kandung Zeline, Amara pun kembali fokus pada acara yang sedang dilangsungkan. Jika tadi ia duduk ditemani oleh Zeline, kini Amara hanya duduk sendirian.

Agatha yang sejak tadi mencuri pandang pada Amara pun berpamitan pada Papa Andrew untuk menghampiri sahabat baiknya itu.

"Zel datang, Anty pergi." Ucap Zeline sambil menatap kepergian Agatha.

Tangan Aga terulur mengusap kepala keponakannya. "Zel di sini saja sama Om dan Kakek." Ucapnya lembut dan diangguki Zeline sebagai jawaban.

Agatha yang kini sudah duduk di kursi yang tadi ditempati Zeline nampak menyenggol lengan Amara. Ia tersenyum penuh maksud pada Amara yang menatap sebal kepadanya.

"Ada apa sih, Agatha." Ucap Amara.

Agatha mendekatkan bibir ke kuping Amara. "Aku tahu sejak tadi kau memperhatikan Kakakku bukan?"

"Eh." Kedua kelopak mata Amara terbuka lebar. Bagaimana Agatha bisa mengetahui gerak-geriknya sementara sejak tadi ia merasa Agatha hanya fokus menatap ke atas panggung.

"Bagaimana kau bisa tahu, eh maksudku kenapa kau berkata seperti itu." Amara jadi gelagapan sendiri dengan jawabannya.

"Karena aku memperhatikan gerak-gerikmu sejak tadi. Aku juga melihat saat kau tersenyum sambil memegang kedua pipimu melihat kakakku berdiri di atas panggung." Agatha kembali berbisik. Berniat menggoda Amara.

Rona merah nampak muncul di wajah Amara setelah mendengarkan perkataan Agatha. "Kau jangan berbicara sembarangan Agatha." Masih berusaha mengelak walau ia tahu Agatha tak akan percaya begitu saja.

"Amara, ini sudah lima tahun sejak kau memendam perasaan pada kakakku. Apa saat ini kau tidak berniat mengatakan cinta atau mengejar cinta kakakku. Mungkin saja jika kau mau bergerak kakakku bisa melihatmu sebagai seorang wanita." Ucap Agatha membuka pemikiran Amara yang selama ini hanya mencintai Aga dalam diam.

***

Ayo Katakan Cinta!

Amara jadi diam dan berpikir keras. Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar untuknya mencintai sosok Aga. Bahkan karena terlalu mencintai sosok Aga, Amara sampai menolak mentah-mentah ungkapan cinta dari banyak pria untuknya.

"Ayolah Amara, jangan memikirkan status Kak Aga sebagai mantan kekasih kakakmu. Itu hanya masa lalu. Lagi pula kakakmu tidak mencintai kakakku saat itu. Dia hanya menjadikan kakakku sebagai tameng." Agatha kembali bersuara membuka jalan pemikiran Amara.

"Baiklah. Aku akan menyatakan cinta pada Kak Aga." Ucap Amara setelah banyak berpikir.

Agatha tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan giginya yang tersusun rapi. "Itu baru Amara."

"Aku..." Amara menepuk dada lalu tertawa kecil. "Tapi kau menyetujui bukan jika nantinya aku menjadi kakak iparmu?" Kelakar Amara.

"Tentu saja aku setuju. Dari sekian banyak wanita yang mencoba mendekati kakakku, aku hanya percaya jika hanya kau wanita baik yang pantas untuk kakakku."

Amara jadi merasa mendapatkan dorongan sekaligus dukungan yang kuat untuk menyatakan cinta pada Aga. "Terima kasih, Agatha. Tapi kau harus berjanji untuk selalu merahasiakan perasaanku ini pada Kak Aga sampai aku menyatakan cinta kepadanya!"

"Kau tenang saja. Selama empat tahun ini aku sudah menutup mulutku rapat-rapat untuk tidak membocorkan isi hatimu pada Kak Aga."

Amara sejenak menatap ke kiri dan ke kanan. Memastikan tidak ada orang lain yang mendengarkan percakapan di antara mereka sejak tadi. Setelah memastikan semuanya aman, Amara pun kembali melanjutkan pembicaraan dengan Agatha.

"Doakan aku agar berhasil menggantikan posisi Kak Naina di hati Kak Aga." Ucap Amara. Karena setelah hampir empat tahun berlalu sejak Aga memutuskan hubungan dengan Naina, sampai saat ini Aga belum bisa menerima sosok baru di dalam hidupnya. Aga terkesan menutup hati dan matanya pada setiap wanita yang mencoba mengisi hatinya. Bahkan setelah berpisah dari Naina, Aga terlihat jauh lebih dingin dan tak tersentuh.

"Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Aku juga ingin kakakku segera menikah dan memberikan keponakan yang lucu untukku."

*

Acara perayaan pesta ulang tahun perusahaan malam itu berakhir saat waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Amara yang melihat Zeline sudah mulai menguap dan mengucek kedua mata tanda mengantuk pun meminta izin untuk pulang lebih dulu dari Amara dan keluarganya.

"Anty Mara gendong." Pinta Zeline seraya mengulurkan kedua tangan mungilnya pada Amara. Ia merasa sangat malas untuk berjalan dalam kondisi mengantuk seperti saat ini.

"Gendong, hei yang benar saja. Kau itu sudah besar centil. Anty mana kuat menggendong tubuhmu ini." Amara tak habis pikir dengan permintaan Zeline yang ada-ada saja.

Agatha yang mendengarkannya pun tertawa. Sementara Aga hanya menatap Amara dan Zeline dengan datar.

"Ya deh Zel jalan saja." Ucap Zeline dengan bibir mengerucut. Semenjak usianya bertambah besar, si kecil Zeline jadi merasa kurang kasih sayang dari orang sekitarnya karena sudah tak ada lagi yang mau menggendongnya kecuali sang papa.

Amara mengusap kepala keponakannya gemas. "Kak Aga, Om Andrew, Agtha, kalau begitu saya pamit pulang dulu." Ucap Amara.

Papa Andrew dan Aga mengangguk.

Amara segera membawa Zeline keluar dari dalam gedung hotel menuju parkiran mobilnya berada.

Agatha yang menyadari jika sejak tadi Aga menatap kepergian Amara tanpa berkedip pun berdehem. "Kak Aga, kalau dilihat-lihat Amara cantik juga, ya. Tidak kalah cantik dari Kak Naina." Ucap Agatha pelan sambil menatap Aga.

Aga menatap pada adiknya. Keningnya mengkerut halus setelah mendengarkan perkataan Agatha. "Kenapa kau berkata seperti itu?" Tanya Aga dengan wajah datar tanpa ekspresi.

***

Mengejar Cinta Aga

"Tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya menyatakan pendapatku saja." Jawab Agatha sedikit takut dengan tatapan datar Aga.

"Oh, begitu."

"Jadi bagaimana menurut kakak, Amara cantik bukan?"

"Semua wanita itu cantik. Termasuk dirimu." Jawab Aga singkat.

Agatha dibuat gemas mendengar. Jawaban Aga sama sekali tidak menunjukkan jika Aga menaruh rasa ketertarikan pada Amara.

Aga pun akhirnya pergi dari hadapan Agatha dan Papa Andrew untuk menghampiri salah satu rekan kerjanya yang belum pergi meninggalkan ballroom hotel.

"Papa, apa menurut Papa Kak Aga bisa mencintai wanita lain selain Kak Naina?" Tanya Amara pada Papa Andrew yang sedang menatap kepadanya.

"Tentu saja bisa. Tapi mungkin belum saatnya. Sepertinya sampai saat ini kakakmu hanya ingin fokus pada pekerjaannya saja."

Agatha menghela napas panjang. "Ini tidak boleh dibiarkan." Gumamnya.

"Apa yang tidak boleh dibiarkan Agatha?" Tanya Papa Andrew.

"Tidak apa-apa, Pah." Agatha tersenyum kaku lalu mengalihkan percakapan mereka ke arah lain.

*

Pagi itu di kediaman Bu Fatma dan Ayah Arif, Amara nampak mengeluarkan banyak baju dari lemari pakaiannya. Ia mencari baju kerja terbaik yang ia punya untuk berangkat bekerja pagi ini.

"Warna pink atau warna biru ya?" Amara mengetuk-ngetuk keningnya tanda berpikir.

Zeline yang ternyata sudah bangun dari tidurnya menatap kehebohan Amara sambil mengucek kedua kelopak matanya.

"Napain tu, Nty?" Tanya Zeline sambil menguap.

"Centil, kau sudah bangun." Amara mendekat pada Zeline dan meninggalkan pakaiannya di atas lantai.

"Sudah, Anty." Jawab Zeline.

"Centil, ayo bantu Anty memilih baju untuk bekerja!"

"Pilih-pilih baju lagi?" Wajah Zeline nampak bingung. "Kenapa Anty susah sekali memilih baju saja. Mamah Zel lihat itu mudah saja pilih bajunya." Protes Zeline.

Amara mengusap gemas rambut keponakannya yang sedikit berantakan. "Jangan banyak berbicara. Sekarang ayo cepat bantu Antu memilih baju kerja!" Ajak Amara lalu memaksa Zeline turun dari ranjang.

Zeline yang merasa malas pun mendekat pada lemari Amara. Ia memperhatikan Amara yang kini menempelkan beberapa baju kemeja di tubuhnya dan meminta pendapatnya untuk memilih.

"Baju pink ini saja Anty." Ucap Zeline setelah yang kedua kalinya Amara menempelkan baju kemeja bewarna pink di tubuhnya.

"Baiklah, Anty akan memakai baju ini hari ini!" Seru Amara girang.

Zeline mengangguk saja. Kemudian ia pergi meninggalkan Amara untuk mencari keberadaan neneknya.

"Si centil itu selalu bisa diandalkan!" Ucap Amara lalu tertawa mengingat Zeline selalu menjadi komentator pakaian yang akan ia gunakan jika Zeline menginap di rumahnya.

*

Amara mengendarai mobilnya menuju perusahaan dengan perasaan senang. Rasanya ia sudah tidak sabar sampai di perusahaan dan bertemu dengan sosok pria pujaan hatinya. "Agatha benar, aku harus bergerak cepat agar Kak Aga bisa melihatku sebagai seorang wanita bukan lagi sebagai seorang adik." Ucap Amara.

Sudah cukup lima tahun lamanya ia memendam perasaan pada Aga. Kini Amara tidak mau diam lagi. Ia akan bergerak untuk mengejar cinta Aga tanpa memperdulikan lagi jika Aga adalah mantan kekasih dari kakaknya.

"Kak Aga, Mara datang!" Ucap Amara setelah mobil yang dikendarainya sudah terparkir di besement perusahaan. Amara segera keluar dari dalam mobil setelah memastikan penampilannya cantik paripurna.

Senyuman secerah mentari pagi Amara tebarkan pada para karyawan yang sedang berlalu-lalang di lobby perusahaan. Para karyawan yang melihat senyuman di wajah cantik Amara pun ikut tersenyum.

"Semangat untuk hari pertama mengejar cinta Kak Aga." Gumam Amara setelah masuk ke dalam kotak besi yang akan mengantarkannya ke lantai tertinggi perusahaan.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!