NovelToon NovelToon

Love Story : Dalam Dinginnya Bad Boy, Terukir Hangatnya Cinta

LS bab 1

Bak disambar petir di siang bolong. Jantung Andini berdebar lebih cepat mendengar kedua orang tuanya yang saat ini sedang membicarakan tentang perjodohannya. Padahal jelas sekali jika saat ini Andini masih sedang menimba ilmu di salah satu kampus swasta.

“Ayah, ibu. Aku tidak ingin menikah dengan pria pilihan ibu dan ayah.” Tolak Andini memberanikan dirinya untuk menyelah perbincangan orang tuanya. Ia tidak sanggup jika harus menikah di usia yang masih sangat belia. Belum lagi, pria yang akan dijodohkan dengannya adalah pria yang paling menyebalkan di kampus.

Baru saja pulang kampus dalam keadaan yang lelah dan langsung mendengar kabar yang sungguh sangat tidak enak. Dan yang lebih parahnya lagi Andini dapat mendengar dengan sangat jelas nama pria yang akan di jodohkan dengan dirinya itu. Kevin Mahendra. Mahasiswa yang juga saat ini sedang berkuliah di fakultas yang sama dengan Andini. Siapa yang tidak mengenal Kevin, pria yang begitu sangat nakal dan hobi balap liar, dan juga hobi menggonta-ganti pasangan. Namun, bagi Andini tidak ada sedikitpun pesona yang mampu membuatnya tertarik pada pria yang sangat jauh di bawah standarnya.

Andini juga kadang heran. Apa hebatnya Kevin sampai seluruh mahasiswi sangat mengidolakannya dan bahkan rela mengantri hanya untuk bisa duduk di motor Kevin.

Andini yang memang memakai hijab sejak duduk di bangku SMP ini, langsung duduk tepat di samping ibunya yang bernama Rosita.

“Bu, aku salah dengarkan? Ini semua tidak nyatakan?” Tanya Andini dengan raut wajah yang gelisah dan juga mata yang mulai berkaca-kaca. Tidak mungkin bagi dirinya untuk menikah di usia dini, belum lagi latar belakang antara dirinya dan juga Kevin benar-benar sangat jauh berbeda. Andini yang berpakaian sopan di tutup dengan hijab di kepala sedangkan Kevin, dengan tampilan yang metal seperti anak punk. Kadang rambut Kevin di cukur mohawk dan kadang juga di biarkan panjang. Andini pun heran karena tidak ada satu pun dosen yang berani menegur, karena mungkin Kevin adalah anak dari pemilik kampus tersebut. Dan jangan bilang dengan tampilannya. Yang kadang memakai jaket kulit hitam, dengan celana model botol, dan sepatu boots kulit menampilkan gaya geng motor seperti yang ada di film-film.

“Bu.” Lirih Andini karena ibunya tetap diam tidak menjawab sama sekali ucapannya.

“Ini sudah menjadi keputusan keluarga. Siap atau tidak, kau harus menikah dengan Kevin Mahendra.” Kata Ardi, ayah Andini.

“Ayah,” Baru kali ini Andini berani menaikkan volume nada suaranya di hadapan orang tuanya. “Andini masih remaja ya’. Andini masih menimbah ilmu. Apa kata teman-teman Andini jika Andini menikah? Apa kata orang-orang di luar sana Yah?” Kini Andini tidak dapat lagi menahan air matanya. Ia terus saja terisak karena tidak terima dengan perjodohan yang sangat mendadak ini.

“Ayah tidak peduli dengan ucapan orang-orang di luar sana. Ayah hanya ingin melihat kamu hidup bahagia Andini.”

“Ayah..” Lirih Andini. “Bagaimana jika kebahagiaan Andini adalah tidak menikah dengan Kevin? Ayah..” Kini Andini berdiri dan mendekati sang ayah. Andini menggenggam tangan sang ayah. “Ayah, tolong pertimbangkan lagi perjodohan ini.”

•••••

Kini Kevin dan kawan-kawannya sedang berada di jalan raya tempat di mana dirinya selalu nongkrong jika sedang membolos. Bukan sedang, tapi tiap hari kerja Kevin bukan belajar melainkan hanya membolos dan menikmati dunia luar yang membuatnya begitu bahagia. Bahagia bagi Kevin. Tapi tidak bagi kedua orang tuanya yang tiap hari merasa pusing karena sikap Kevin yang tidak pernah berubah meski sudah dilakukan berbagai macam cara.

Gumpalan asap rokok kini sedang melambung di udara. Kevin terus saja menghisap dan menghembuskan rokok yang sedang berada di sela jarinya.

“Kev, mereka belum datang juga.” Kata Farel teman Kevin yang juga saat ini sedang menghisap sebatang rokok. Kevin tersenyum devil mendengar perkataan Farel. Mana mungkin sang lawan berani datang melawan Kevin untuk balapan motor, secara Kevin sudah sangat lihai dan belum ada satu orang pun yang berhasil mengalahkan dirinya. Dan bahkan Kevin diberi julukan sebagai singa jalanan.

“Kita menang berdiri coy..” Kata Farel sambil tertawa bahagia. Karena tidak perlu menguras tenaga untuk saat ini. “Yuda, ini.” Kata Farel memberikan Yuda rokok.

“Nggak Rel. Aku lagi sakit.”

“Cemen banget sih kamu Yuda.” Ejek Farel.

Seketika ponsel Kevin berdering. Terlihat jelas nama sang ibu tertulis di sana. Namun Kevin sama sekali tidak menggubris dan terus saja mengabaikan panggilan sang ibu.

“Jawab Kev. Kasihan kan ibu mu” kata Yuda.

Ketiga sahabat ini terkenal dengan sebutan tiga Singa, Kevin dikenal dengan singa yang kejam, Farel dengan julukan singa playboy dan Yuda dikenal dengan singa yang baik hati. Ya, walau Yuda gabung dengan Kevin dan juga sering membolos tapi nilai Yuda masih normal-normal saja. Berbeda dengan Kevin dan juga Farel yang berada di peringkat paling bawah di dalam kelas mereka.

Lalu kini ponsel Yuda yang berdering. Panggilan dari ibunya Kevin yang bernama Farah. Jika Kevin sangat sulit untuk dihubungi maka jalan satu-satunya yaitu menghubungi Yuda karena Yuda selalu saja mau menjawab dan selalu berkata dengan jujur kepada Farah mengenai Kevin.

“Halo Bu.”

“Maaf dengan Kevin. Ini dari RS Permata Bunda. Ibu Farah saat ini sedang di rawat.”

“I-ibunya Kevin?” Tanya Yuda memastikan jika apa yang ia dengar barusan tidak salah.

“Iya, tolong segera untuk datang ke rumah sakit. Karena ibu anda saat ini sedang tidak sadarkan diri.” Setelah menjelaskan hal demikian, suster yang menghubungi Yuda dengan ponsel Farah langsung memutuskan sambungan.

Yuda dengan paniknya langsung memberikan kabar pada Kevin tentang keadaan ibunya. Namun, Kevin bukannya panik dia justru masih duduk dengan santai sambil membakar rokok yang baru ia keluarkan dari bungkusannya.

“Kev, ini ibu kamu loh. Kamu ngga khawatir apa?”

“Paling ibu cuman sandiwara aja. Ngga usah di gubris. Ibu memang kaya gitu orangnya.”

Yuda menepuk jidatnya tidak percaya dengan sang sahabat yang begitu terlihat tenang dan santai padahal ibunya saat ini sedang berada di rumah sakit. “Nggak habis pikir aku Kev sama kamu. Kasihan kan ibumu.”

“Uda tenang aja Yud. Kevin uda tahu kalau ibunya itu pasti cuman sandiwara biar Kevin bisa cepat pulang.” Kata Farel, yang memang sudah tahu permainan Farah, ibunda Kevin yang selalu beralasan sakit agar Kevin bisa pulang, dan tidak melakukan balap motor liar di jalan raya.

Farah yang kini mendapatkan kabar dari salah satu orang kepercayaannya, jika hari ini Kevin, lagi dan lagi tidak masuk mata pelajaran. Dan kerjanya hanya membolos, langsung seketika merasa pusing. Karena sudah berbagai cara dilakukan Farah, agar Kevin mau mendengar perkataannya dan mau sadar, bagaimana pentingnya sekolah. Dan jangan hanya mementingkan tentang balapan liar. Namun, semua upaya Farah percuma, karena sampai saat ini Kevin tetap saja melakukan apa yang menjadi kesenangannya. Dunia balap, dunia malam. Semua dilakukan Kevin untuk membuat dirinya bahagia.

LS bab 2

Andini masuk ke dalam kamar dan langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Meluapkan kesedihannya, ia masih belum bisa percaya dengan apa yang barusan terjadi. Kebahagiaan yang ayahnya katanya nyatanya bukan kebahagiaan bagi Andini. Bukan Andini ingin menjadi anak durhaka, hanya saja apakah tidak ada orang lain lagi di luar sana. Kenapa harus Kevin? Kenapa?

Kevin Mahendra, seorang mahasiswa jurusan bisnis management, yang terkenal dingin, nakal dan juga berpenampilan seperti anak metal, selalu memakai celana botol, dan juga jaket kulit atau jaket jeans ke kampus. Bukan untuk belajar, melainkan hanya datang menyetor wajah lalu kemudian membolos. Itulah pekerjaan Kevin sehari-hari yang tentu saja bertolak belakang dengan Andini.

Tok... Tok... Tok...

Suara ketukan pintu kamar membuat Andini mengusap air matanya.

“Apa boleh ibu masuk?” Tanya sang ibu yang bernama Rosita.

“Ya, masuklah Bu.” Jawab Andini lalu Andini duduk di tempat tidur, sembari menunggu ibunya masuk ke dalam kamar. Rosita langsung duduk di tepi tempat tidur dan mengusap air mata yang masih membasahi pipi mulus Andini.

“Sayang, maafkan ibu dan ayah karena sudah menjodohkanmu dengan Kevin.” Ucapan sang ibu, mampu membuat Andini kembali menangis, mendengar nama Kevin saja membuat Andini merasa ada yang berbeda.

“Bu, apakah pernikahan yang telah diatur ini bisa ditunda, diundur sampai aku tamat kuliah, atau setidaknya hingga aku bisa mendapatkan kerja sesuai dengan mimpiku Bu.” Tawar Andini, karena ia merasa dirinya masih begitu belia untuk melakukan pernikahan dini ini. Sedangkan di luar sana masih banyak orang yang sudah berumur tapi belum menikah juga. Atau mungkin, lebih baiknya jika Kevin menikah saja dengan wanita lain, bukan dirinya.

“Sayang.” Kini Rosita mengusap lembut rambut Andini. “Ini sudah menjadi keputusan ayah dan ibu, dan tentunya sudah menjadi keputusan kedua orang tua Kevin. Ibu harap kau bisa mengerti, dan menerima semuanya..”

“Tapi Bu..”

Ingin sekali Andini berteriak di hadapan sang ibunya, namun Andini tahan mengingat dirinya adalah seorang anak. Dan sebaik-baiknya ucapan adalah mendengar ucapan orang tua. Karena tidak mungkin orang tua memberikan yang tidak bagus kepada sang anak. Mengingat Andini adalah seorang putri tunggal.

“Apakah ibu bahagia, jika Andini mengikuti permintaan ibu dan ayah?” Tanya Andini dan Rosita menganggukkan kepalanya sebagai tanda ia. “Baiklah, jika ayah dan ibu bahagia. Bismillah, Andini siap menikah dengan Kevin. Mohon doanya, agar Andini bisa menjadi sosok istri seperti ibu, yang sangat pandai dan lihai merawat, menjaga dan mencintai ayah.” Kata Andini mengikhlaskan semuanya. Tapi tetap saja, pernikahan yang akan di laksanakan ini belum ada cinta sama sekali. Apalagi sejujurnya Andini sama sekali tidak suka dengan Kevin, mengingat notabene nya Kevin yang terbalik seratus delapan puluh derajat dari dirinya.

“Kalau begitu bersiaplah. Nanti malam kita akan pergi menjenguk ibunda Kevin di rumah sakit.” Ingatkan sang ibu lalu keluar dari dalam kamar.

Tentu saja hati Rosita sakit, saat mendengar ucapan sang anak yang sudah meminta doa kepadanya. Anak yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang, kini akan menikah dengan pria yang juga Rosita sudah tahu tentang kenakalannya. Dan juga, awalnya Rosita menentang perjodohan ini, hanya saja karena perjodohan yang dilakukan sudah sejak lama saat keduanya masih berada di dalam kandungan. Ayah Andini dan ayah Kevin sudah sejak lama bersahabat, dan saat kedua istri mereka serentak hamil. Keduanya pun memutuskan untuk melakukan perjodohan sejak Andini dan Kevin berada di dalam kandungan.

“Bagaimana, apa Andini sudah setuju?” Tanya Ardi, ayah Andini saat melihat sang istri yang saat ini sedang bersandar di pintu kamar Andini. “Sabarlah, ini sudah menjadi keputusan kita bersama. Jadi, keputusan dan janji itu harus kita tepati. Ayah, yakin di balik sosok nakalnya Kevin pasti masih ada sifat baiknya. Percayalah.”

••••

Kevin pulang ke rumah dan langsung disambut oleh asisten rumah tangga yang bernama Sari. Sari mengatakan jika saat ini ibu dan ayahnya Kevin sedang berada di rumah sakit, karena tadi siang sang ibu terkena serangan jantung. Kevin yang sudah terbiasa dengan sandiwara sang ibu yang selalu saja mendadak sakit tidak memedulikan ucapan Sari sama sekali. Sehingga membuat Sari langsung menangis.

“Tuan muda Kevin, nyonya sedang sakit dan kali ini benar-benar sakit, bukan sandiwara lagi. Kumohon tuan muda, pergilah melihat nyonya. Kasihan, jika nyonya menghembuskan nafas terakhir tapi tidak melihat putra tercintanya.” Ucapan Sari mampu membuat Kevin menghentikan langkah kakinya. “Tuan muda, percayalah ini sungguhan, bukan rekayasa seperti yang sudah-sudah.” Jelas Sari, membuat Kevin terus menatap Sari. Saat Kevin melihat tidak ada kebohongan dari sorot mata Sari, membuat Kevin memutuskan untuk segerah ke rumah sakit.

Sepeninggalan Kevin, Sari langsung meraih ponselnya dan menghubungi Farah, mengatakan jika saat ini apa yang direncanakan sudah berhasil, dan Kevin sudah berangkat menuju rumah sakit.

Sari sama sekali tidak ingin membohongi Kevin, hanya saja cara itulah yang paling ampuh untuk membuat Kevin beranjak untuk melihat Farah yang berada di rumah sakit.

•••

Di rumah sakit, Andini menyapa kedua orang tua Kevin dengan senyum mengembang di wajah. Ia tidak menyangka jika Kevin yang terkenal nakal, dingin dan juga kejam ternyata memiliki kedua orang tua yang sangat baik, yang sangat bertolak belakang dengan sifat yang Kevin tunjukkan selama berada di sekolah.

Farah terus tersenyum bahagia melihat kecantikan wajah Andini yang tertutup dengan hijab di bagian kepalanya. Sungguh inilah yang membuat Farah semakin ingin menikahkan Kevin dengan Andini, karena Farah berharap kelak pernikahan yang mereka atur bisa membuat Kevin berubah, dan sadar. Dan terlebih lagi, ada Andini yang bisa menuntun Kevin ke jalan yang benar.

“Ardi, putri mu benar-benar cantik. Dan dia pun sepertinya menuruti sifatmu” Puji Mahendra ayah Kevin.

“Aku tidak sabar menunggu Kevin, jika dia sudah tiba, maka segera lakukan acara ijab kabul ini.” Perkataan Farah sungguh membuat Andini tercengang dengan mulut yang menganga. Ia tidak menyangka jika kehadirannya malam ini, adalah untuk melakukan acara ijab kabul.

Pantas saja, di dalam ruangan ini bukan hanya ada kedua orang tua Kevin tapi jelas sudah ada pak penghulu yang duduk di sofa, yang sejak tadi menjadi pusat perhatian Andini, namun Andini menepis semua pemikirannya, karena tidak mungkin dalam keadaan seperti ini melakukan acara ijab kabul. Tapi apa yang barusan dilakukan oleh calon ibu mertuanya seakan membenarkan semua isi pikiran Andini.

“Ayah, ibu.” Panggil Andini, yang seakan ingin bertanya apakah benar aku akan menikah di hari ini? Jam ini? Dan detik ini juga jika Kevin telah tiba? Dan seperti mengerti isi pemikiran sang anak, kedua orang tua Andini serentak menganggukkan kepalanya.

Rosita menggenggam kedua tangan Andini. “Ini yang terbaik.” Bisik Rosita.

“Tapi Bu,. Aku memang setuju untuk menikah tapi tidak sekarang, bu. Tidak hari ini juga. Ini benar-benar sangat mendesak dan sangat mendadak. Apa kata teman-temanku jika mereka tahu aku menjadi istri Kevin.” Hanya bisa diucapkan dalam hati saja. Ingin sekali Andini berlari menghilang dari tempat ini, namun keadaan tidak bisa membawanya pada situasi tersebut. Satu-satunya harapan Andini saat ini yaitu, berharap agar Kevin tidak pernah datang ke rumah sakit ini. Andini berharap Kevin melakukan taruhan balapan liar di luar sana agar pernikahan malam ini tidak terjadi.

Namun harapan tidak sesuai dengan Realita. Saat pintu kamar inap terbuka menampakkan sosok Kevin yang berdiri tegak dengan setelan baju kaos, celana jeans dan jaket jeans.

LS bab 3

Kehadiran Kevin mampu membuat semua orang di dalam kamar inap langsung tersenyum bahagia, karena pemeran utama dalam pernikahan telah tiba. Tapi berbeda dengan Andini, justru kehadiran Kevin membuatnya tidak suka, Andini justru berharap jika Kevin tidak usah hadir dan lebih baik berkeliaran di luar sana untuk malam ini, agar pernikahan tidak berlangsung. 

“Kau datang Nak.” Ucap Farah sambil tersenyum menatap Kevin yang baru saja tiba. Kevin berjalan menghampiri Farah dan langsung duduk di samping brankar tanpa memperdulikan semua orang yang berada di sana, namun! Mata Kevin tertuju pada satu tamu yang berada di dalam kamar inap sang ibu. Tamu tersebut adalah Andini, mahasiswa yang jelas satu kampus dengan dirinya tapi berbeda jurusan.

Andini yang merasa ditatap tajam oleh Kevin, langsung menundukkan kepalanya. Entah kenapa tatapan Kevin membuat dirinya merasa takut.

“Bagaimana kabar ibu? Siapa mereka? Kenapa banyak sekali orang disini?” Tanya Kevin yang tidak suka. “Ibu sedang sakit. Seharusnya ibu istirahat bukan melayani tamu yang tidak jelas seperti ini.” Ucapnya membuat sang ayah murkah. Karena yang berada di kamar inap itu adalah keluarga, calon mertua Kevin, dan seorang penghulu.

“Kevin, jangan ucapanmu.” Bentak Mahendra. “Pak penghulu, sekarang nikahkan mereka berdua.” Pinta Mahendra membuat Kevin menaikkan satu alisnya.

Menikah? Siapa yang akan menikah di dalam kamar inap rumah sakit. Apakah tidak ada tempat yang layak dan bagus di luar sana. Lagian jika harus menikah, maka menikahlah saja. Jangan mengganggu ibunya yang saat ini sedang terbaring. Itulah yang ada di dalam benak Kevin saat ini. Sang ibu pun langsung menggenggam tangan Kevin, jelas Farah tahu apa yang saat ini Kevin pikirkan, karena raut wajah datar Kevin masih bisa di baca oleh Farah.

“Ini permintaan terakhir ibu Nak. Ibu mau melihatmu menikah dengan Adinda”

“Menikah? Ibu ingin Kevin menikah? Dengan Andini? Siapa Andini? Kevin sama sekali tidak mengenalnya Bu. Dan juga, kenapa ibu harus bilang jika ini permintaan terakhir? Memang ibu mau ke mana? Mati? Tidak mungkinkan. Pokoknya Kevin tidak terima dengan semua ini, Kevin tidak mau menikah!” Tolak Kevin yang membuat Andini bersorak dalam hati. Tentu Andini pun tidak setuju dengan pernikahan ini, hanya saja Andini merasa apa yang membuat kedua orang tuanya bahagia, maka Andini akan melakukan itu, termasuk mengiyakan permintaan pernikahan yang telah diatur ini.

Dan juga, mengenai nama. Memang Kevin tidak tahu siapa itu Andini. Kevin hanya sesekali melihat wajah gadis itu di kampus, tapi tidak tahu pasti siapa nama gadis itu.

“Kevin! Jika kau tidak mau menikah. Maka seluruh aset yang kamu pegang ayah tarik. Motor, kartu Atm., handphone, dan masih banyak lagi.” Ancam Mahendra.

“Kev sayang. Sekarang kondisi ibu sedang tidak baik-baik saja. Serangan jantung bisa saja datang dan membuat ibu meninggal. Sebelum itu terjadi, maka ibu mau melihatmu menikah dengan Andini, gadis yang ibu pilih untukmu sayang.”

Kevin terdiam sejenak..

“Baiklah, dengan satu syarat.”

“Apa itu?” Tanya Farah dan Mahendra serentak.

“Setelah menikah, izinkan Kevin untuk tinggal di rumah kita yang satunya. Kevin tidak ingin tinggal dengan ibu dan ayah lagi.” Syarat dari Kevin. Setidaknya jika Kevin menikah, dirinya bisa keluar keluyuran tanpa harus mendapat telpon dari ibunya yang selalu membuatnya pusing. Ada bagusnya juga Kevin menikah. Karena, bisa terbebas dari kedua orang tuanya. Syarat dari Kevin pun, di iyakan oleh kedua orang tuanya. Tapi tidak bagi kedua orang tua Andini, jelas ia tidak terima dengan syarat dari Kevin, karena kedua orang tua Andini takut, jika Kevin melakukan kdrt pada putri semata wayangnya.

Setelah cukup lama berunding, antara kedua orang tua Kevin dan Andini. Kini, sudah diputuskan mereka akan tinggal bersama tapi, tidak boleh ada kdrt. Jika sampai itu terjadi, maka Ardi akan langsung menjemput Andini.

“Baiklah kalau begitu mari kita mulai ijab kabul ini.” Kata pak penghulu. Baik Andini dan Kevin, keduanya duduk tepat di depan penghulu. “Saya, nikah dan kawinkah Kevin Mahendra dengan Andini Ardiansyah dengan mahar satu buah helm dan alat Sholat dibayar tunai.”

“Saya terima nikah dan kawinnya Andini Ardiansyah dengan mahar tersebut dibayar tunai.”

“Sah....”

Ucap semuanya serentak. 

Dan kini, Andini dan Kevin resmi menjadi pasangan suami dan istri. Dan tentang mahar. Kevin sendiri yang mengatakan akan memberikan mahar tersebut, karena Mahar harus diberikan dengan uang penghasilan sendiri, dan helm itu adalah helm yang dibeli oleh Kevin dengan uangnya sendiri sewaktu menang taruhan balap liar.

Sedangkan Andini tidak mempermasalahkan tentang mahar yang diberikan oleh Kevin. Andini hanya berharap, Kevin bisa menuntunnya mencari jalan menuju surga. Karena ibadah terpanjang, adalah menjalani rumah tangga yang sakinah mawadah dan Warahmah.

“Berikan cincin ini pada istrimu.” Kata Farah sambil memberikan cincin pada Kevin. Lalu Kevin mengambil cincin tersebut dan benar saja langsung diberikan pada Andini, tanpa dipasang ke jari. Hanya diberi.

“Sayang, tidak begitu. Tapi di pasangkan.” Kata Farah menegur lembut Kevin.

“Sama saja, mau di pasang atau tidak. Kan judulnya diberi.” Gumam Kevin yang masih dapat didengar oleh Andini.

“Tidak usah tante, biar aku yang pasang sendiri.”

•••••

Di taman rumah sakit. Kini Andini dan Kevin sedang duduk di kursi taman, keduanya sama-sama terdiam, hingga Kevin memulai percakapan.

“Berapa yang ibuku bayar, agar kau mau menikah denganku?” Tanya Kevin dengan ketus dan dingin.

Tentu saja saat ini Kevin masih berpikir jika Andini adalah istri sekaligus mata-mata, yang akan siap melaporkan apa saja yang Kevin lakukan pada ibunya. Mendengar pertanyaan Kevin membuat Andini, mengusap dada.

“Astagfirullah. Apa maksudmu?”

“Ha. Tidak usah sok polos. Aku tahu, ibuku pasti membayarmu. Katakan berapa jumlah uang itu. Aku bisa memberimu dua kali lipat.”

“Kevin!” Tegur Andini. Karena tidak suka dengan tuduhan Kevin padanya. “Harusnya kamu tidak usah datang tadi, biar pernikahan ini tidak terjadi.”

Kevin membakar rokok, menghisap dan menghembuskan asap ke udara. “Jangan bilang sama siapa pun jika kita adalah pasangan suami istri. Cukup hanya kamu dan aku saja yang tahu.” Kata Kevin dan meninggalkan Andini dengan perasaan yang berkecamuk di dalam dada.

“Ya, Rabb. Tabahkan hatiku, semoga hamba-Mu ini bisa melewati ujian ini. Semoga hamba bisa sabar menghadapi Kevin.”

Kevin menarik gas motornya tanpa mempedulikan jalan raya yang sedang ramai. Kevin merutuki sendiri dirinya yang kenapa tadi harus mau menikah dengan seorang gadis yang belum ia kenal. Dalam beberapa jam, dirinya kini sudah resmi menjadi seorang suami. Dan dalam pikirannya, apakah dirinya bisa menjadi seorang imam, yang mampu menuntun istrinya. 

“Hahahahah.” Kevin tertawa.

Pikiran itu seakan menggelitik dirinya. Tentu saja jawaban dari pikirannya itu adalah tidak. Karena dirinya adalah seorang mahasiswa dan geng motor yang hobi nya hanya membolos, merokok, balapan dan bahkan kadang melakukan tawuran. Mana mungkin pria seperti dirinya bisa menjadi imam untuk gadis yang sudah memakai hijab, yang telah menjadi istrinya.

Penampilannya Kevin saja masih sangat kacau. Lihat saja, saat melakukan ijab kabul. Dirinya hanya memakai baju kaos yang dipadu padankan dengan celana model botol dan menggantung lalu memakai jaket jeans.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!