NovelToon NovelToon

Dewa Pendekar

Turnamen

Linawati Jayadi si dewi pedang menatap kesal ke arah suaminya, yang di pandang dia Lina sebagai lelaki tidak berguna.

Padahal suami dia sebenarnya adalah pemuda gagah yang bernama Dewa, sayangnya dia dekil dan kumal seperti tidak pernah mandi.

Lina ini meminta suaminya Dewa mencuci baju, tetapi sekarang yang ada malah semua baju rusak. Semua terkoyak hanya meninggalkan tumpukan kain robek hancur berantakan.

“Suami tidak berguna,” teriak Lina dengan sangat kesal, sementara Dewa hanya menyengir dengan tampang tidak merasa bersalah, di maki istri cantiknya itu.

Saat ini Lina sangat kesal, ingin sekali dia menghajar Dewa ini dengan pedangnya, tetapi itu mustahil dilakukan, Lina ini sama sekali bukan tandingan Dewa.

Diro Jayadi adalah jenderal selatan kerajaan Dwipa, pemimpin armada pasukan dengan 30.000 prajurit. Dia mengadakan sayembara bela diri. Hadiahnya adalah mempersunting anaknya Linawati Jayadi yang cantik dan sakti.

Tidak banyak peserta yang ikut, karena mereka tau siapa nanti lawan yang dihadapi, lawan yang sangat berat karena dia adalah Wisana kekasih dari Lina.

Wisana ini tersohor di dunia persilatan, ilmu rembulan esnya sudah di level tertinggi ketika masih berusia dua puluh tahun.

Sangat jarang atau mungkin cuma dia yang bisa menguasai ilmu itu di usia begitu muda, Banyak orang mempercayai itu, termasuk Lina sendiri.

Turnamen ini sendiri di usulkan atas inisiatif Wisana sendiri, Wisana yakin tidak ada yang bisa mengalahkan dia di kota perbatasan ini.

Tetapi tidak terduga di final Wisana kalah oleh Dewa, Diro dengan terpaksa memenuhi janji.

Lucunya Dewa ini tidak punya uang untuk pernikahan dia, Diro yang terpaksa membayarnya untuk pesta pernikahan mewah tiga hari tiga malam.

“Dewa kamu ini kalau sudah nikah, kerja buat negara ini saja, kamu jelas sangat sakti,” usul Diro ketika itu, Di lihatnya Dewa ini tidak ada kerjaannya.

“Tidak mau,” tolak Dewa dengan wajah datar. sungguh diluar nalar Diro.

Diro di buatnya menjadi naik pitam, tetapi dia tidak dapat berbuat apa-apa. Karena  Dewa memang sakti, selain itu dia ini adalah pemenang turnamen. Semua orang akan menyangka dia ingkar janji jika dia mengusir Dewa.

Sekitar sebulan lalu.

Saat itu di arena turnamen, Wisana dengan gagah dan senyum kemenangan telah melangkah ke lapangan, tempat pertarungan adalah alun-alun besar depan rumah jenderal Diro.

Wisana berdiri ditengah lapangan dengan gagah, dia mengangkat tangannya, langsung disambut dengan riuh tepuk tangan penonton, dmikian Lina pun juga memberi tepuk tangan, tentunya sambil berdiri menatap pujaan dia ini.

Penonton wanita tampak berbisik-bisik memuji penampilan serta bentuk badannya Wisana yang berotot besar sempurna.

Ketempanan Wisana juga terlihat sangat cocok  dengan  baju lengan pendek dari sutera mahal, sedangkan penonton pria jelas terlihat iri karena kepingin jadi seperti Wisana ini.

Ketika lawannya Wisana memasuki arena, semua tidak ada yang peduli. Seorang pemuda yang juga tampan tetapi dekil kumal dan menggenakan baju rombeng. Pemuda ini tinggi langsing tetapi tampak kokoh dengan otot yang tidak terlalu besar-besar.

Lina menatap sangat yakin Wisana ini, akan menang cepat, menekuk siapapun lawannya.

“Sebaiknya kau bersiap-siap, aku tidak akan bermurah hati.” Wisana begitu percaya diri dan dengan senyum menghina.

"Wisana... Wisana...." para penonton mengeluh-eluhkan Wisana. Wisana makin merasa terbang.

Tetapi Dewa malah tertawa menyeringai, Mukanya jadi sangat menyebalkan sekali. Dia juga memasang tampang meremehkan.

”Akan kurobek dan kuhancurkan kau segera.” ancam Wisana, dengan mata membara seperti hendak membakar Dewa saat itu juga.

“Sebaiknya kau beneran sakti, kok kayaknya aku akan kecewa.”

“Anjing banyak lagak,” hina Wisana balik. dia kini merasa sangat marah kepada pemuda tidak jelas di depannya ini.

"Huuuuuu huuuuu huuuu," penonton mendukung Wisana dengan menyoraki Dewa.

"Lemah, Lina akan menjadi milikku."Dewa menyeringai ketika mengatakan ini.

Wisana menahan amarah dalam dirinya untuk tidak menyerang Dewa sebelum bel berbunyi.

Dong!!! akhirnya juri memukul bel berbentuk gong sebagai tanda pertarungan telah di mulai.

Wisana langsung merangsek ke depan merapal jurus tingkat 15 rembulan es, Hawa dingin penuh kematian langsung mengarah ke kepala Dewa, Wisana tampaknya tidak hendak mengampuni Dewa. dia berniat membunuhnya sekarang ini.

Diro, Lina dan banyak penonton yakin Dewa akan segera tewas menggenaskan, melihat dari serangan mematikan Wisana ini.

Tetapi tanpa di duga siapa pun Dewa merapal baju besi emas, Serangan itu seakan mengenai Dewa tetapi sebelum mengenai tubuh Dewa, tertahan semacam zirah berbentuk lonceng emas.

Dewa menyeringai lagi sambil meledek, katanya. ”cuma segitu saja?”

“Baju besi emas…”guman Wisana kaget.melihat lawannya di kelilingi loncengnya terlihat jelas.

Jelas Wisana kaget dan tidak dapat lagi meremehkan pemuda gembel, yang berada di depannya ini. Itu ilmu tingkat tinggi dan langka dari tiongkok yang sudah menjadi buah bibir sejak lama.

Diro dan Lina, berikut semua penonton sekarang kaget bukan main. teryata pemuda gembel ini mampu menahan serangan Wisana dengan gampang.

Wisana jelas sudah tampak gentar dengan musuhnya ini. Kini dia segera merapal ilmu rembulan esnya yang terhebat, tidak tanggung-tanggung langsung level tertinggi tingkat 20 yang di kuasainya.

Hawa dingin keluar dari tubuh Wisana, Penonton pun dapat merasakannya hawa dingin yang terpancar dari tubuh Wisana ini.

Wow hebat sekali kagum mereka. suhu udara turun sampai terasa di pegunungan dalam radius sekitar 100 langkah, sampai detik ini penonton biasa yang tidak mengerti seberapa kuat Dewa masih percaya Wisana akan menang.

Dewa tertawa melihat ilmu rembulan es Wisana, cuma seperti itu pikirnya.

“Cih manusia yang bersembunyi di balik baju zirah emas.” Wisana menghina Dewa, sebenarnya karena putus asa, raut wajahnya tampak tegang sekali sekarang.

"pengecut... pengecut... manusia hina..."penonton mendukung Wisana, mereka masih tidak menyadari kekuatan Dewa.

“Ooo kamu tidak suka aku memakai baju besi emas? tidak masalah.” Dewa pemuda dekil itu kembali menyeringai menghina, Dia juga mngetawai para penonton yang masih memuja Wisana.

Tanpa di duga siapa pun termasuk Wisana sendiri, Dewa kemudian mengerahkan jurus rembulan es, sama tingkat tertinggi yaitu tingkat 20.

Tetapi perbedaan kekuatan mereka nyata sangat jauh sekali, karena begitu Dewa merapal, udara dingin dalam jarak 100 langkah langsung minus di bawah nol.

Gelas berisi air depan Lina saja langsung membeku jadi es. Belum pernah dia lihat es karena berada di negara tropis yang panas. Wisana jelas tidak akan dapat melakukan ini. Sekalipun dalam jarak sangat dekat.

Dan penonton yang memuja Wisana juga kaget, kini semua panil dan segera berlarian menjauh dari tepi arena pertarungan, karena udara dingin menusuk yang tercipta dari jurus rembulan es Dewa ini.

Jelas kini kekuatan Dewa, sangat jauh sekali perbedaan mereka berdua.

Wisana melihat kekuatan Dewa, dengkulnya terasa lemas dan bayang-bayang Lina lepas dari tangannya.

Tetapi demi harga dirinya, dia tetap melompat duluan merangsek menyerang Dewa. Mereka berdua akan beradu jurus, lebih baik mati bagi Wisana dari pada di permalukan menyerah.

Wisana hari itu kalah dengan memalukan, bersyukur Dewa menahan dirinya agar Wisana tidak terbunuh.

Dan begitulah Lina pun jadi milik pemuda dekil pemalas tetapi sakti mandraguna bernama Dewa ini

.

Tidak ada yang tau siapa pemuda dekil gagah ini, karena dia adalah Prabu Dewa Putra, Penguasa agung kerajaan Dwipa.

Suatu jaman keemasan yang tidak pernah tercatat sejarah, Pernah ada raja tak terkalahkan ada di sana. Raja kesepian yang menyamar menjalani hidup jadi rakyat jelata miskin.

Istana Dewa

Kerajaan Dwipa ini mencapai jaman keemasan di jaman Prabu Jaya Putra Maharaja, malang tidak dapat di tolak raja sakti yang mempersatukan banyak kerajaan ini meninggal mendadak karena sakit misterius.

Anaknya kemudian, yang masih baru berusia sembilan tahun menjadi raja, dia bergelar Prabu Dewa putra III.

Untuk menyembunyikan dari pandangan kawan dan lawan sejak saat itu, ada tirai emas tidak tembus pandang memisahkan ruang raja duduk di takthanya.

Hampir semua pegawai istana, sampai rakyat dan tamu negara, semua tidak pernah melihat Prabu Dewa Putra III ini.

Tujuan awalnya supaya tidak ada melihat raja, yang masih kecil sembilan tahun, di takutkan tidak akan berwibawa dan mengundang pemberontakan di kerajaan Dwipa.

Hanya orang tertentu, seperti Ibu Suri, Patih, para pengawal khusus dan kemudian ketika Dewa bertambah usianya, ya jelas permaisuri, selir-selir beserta dayang-dayang saja, yang pernah melihat seperti apa Prabu Dewa putra.

Sekarang ini prabu Dewa, sudah menjadi pemuda tampan dan gagah, Tetapi kebiasaan yang di perintahkan ibu Suri ini entah kenapa, tetap berjalan dan tidak berubah sama sekali.

Dewa dalam kesehariannya sibuk berlatih, Sejak umur empat tahun dia sudah berlatih ilmu bela diri.

Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, pribahasa ini jelas tepat untuk Dewa.

Dewa itu sangat berbakat, dia mempelajari aneka ilmu bela diri dengan cepat. Gurunya pun ada guru-guru terbaik berasal dari pedepokan lokal di kerajaan Dwipa sampai dari dinasti Yuan di Tiongkok.

Kemudian sekitar satu tahun lalu, sebelum Dewa kabur dan menyamar jadi pemuda gembel.

Selama ini Dewa hampir selalu tinggal di perdepokan rahasia, di gunung sunyi, Hanya berapa kali dalam setahun dia kembali ke istana, karena Dewa ini cuma boneka ibu suri, yang sebenarnya memerintah di kerajaan Dwipa ini.

Dewa sekarang ini, sudah banyak ilmu bela diri telah di kuasainya sampai sempurna. Ilmu pengobatan terbaik juga dia telah pelajari.

Kini dia kembali ke istana, karena semua guru dia telah selesai mengajar ilmunya ke Dewa. Kesaktiannya sudah bisa dibilang setingkat dengan ayahnya dulu.

Begitu Dewa kembali ke istana dari gunung sunyi. Dewa langsung di sambut oleh permaisuri dia, Putri Nira Dewi. Wanita ini yang panggilannya Nira, berusia sekitar tiga tahun di atas Dewa.

Tidak ada saling rindu di antara Dewa dan Nira ini. Nira menatap dingin suaminya prabu Dewa putra III yang baru datang ini.

Pernikahan mereka murni politik, Keduanya sudah saling tidak menyukai sejak mereka bertemu dan berlanjut setelahnya hingga sekarang.

“Tidak bisakah kau kelihatan pura-pura ceria menyambut suamimu ini,” bisik Dewa ke Nira ketika mereka berhadapan, seringai menyebalkannya Dewa jelas tampak di wajahnya.

“Ya ngga usah banyak basa-basi, semua juga sudah tau kita tidak saling menyukai.” bisik Nira ke Dewa, tampak masa bodoh.

“Kamu harus datang ke kamarku malam ini, Setahun tanpa wanita kamu tau.” Dewa menatap birahi ke Nira yang memang cantik jelita.

Nira dibuatnya tampak ketakutan sekarang, dia mundur selangkah, katanya dengan wajah takut,” kamu ke istana harem saja…”

“Tidak bisa, permaisuri yang pertama,” Dewa menyeringai, tetapi dengan tatapan menghina sekarang.

Nira menatap lantai dengan pasrah, dia di nikahkan dengan prabu Dewa Putra sebagai tanda kerajaan Kutai setia kepada kerajaan Dwipa.

Pertempuran kedua negara telah berlangsung sengit, di jaman Prabu Jaya Putra Maharaja.

Dalam pertempuran itu Kakek, Ayah, Paman, dan kakak-kakaknya Nira telah tewas jadi korban keganasan Prabu Jaya Putra, yang memang sangat sakti.

Sepuluh tahun lalu tepat setahun sebelum Ayah Dewa meninggal karena sakit jantung, kerajaan Kutai telah berhasil ditaklukan oleh Raja Jaya Putra.

Tiga tahun kemudian kakaknya yang kini adalah raja Kutai, terpaksa menikahkan Nira dengan prabu Dewa Putra atas paksaan ibu Suri kerajaan Dwipa, Nira terpaksa menikahi anak musuh ayahnya demi menunjukan kesetiaan.

Sejak mereka bertemu, Nira sudah menunjukan rasa bencinya kepada putra pembunuh keluarganya. Entah kenapa Dewa pun juga menatap sinis ke dirinya.

Dari awal pernikahan tidak ada hubungan suami istri di antara mereka, yang berlangsung sampai saat ini, Dewa memiliki banyak selir karena dia adalah raja, berbagai putri kerajaan. hingga putri pejabat.

Sampai upeti khusus dari berbagai daerah mengiriminya wanita cantik, untuk menjadi selir Dewa.

Tentunya di balik itu semua adalah ibu suri yang menentukan, Dewa hanya menurut saja.

Dewa tidak berlama-lama, kemudian berjalan ke kamarnya, hendak pergi mandi setelah perjalana jauh, tentunya debu-debu terasa mengganggu dirinya.

Di kamar dia, segera di sambut Ratih, ini adalah pengasuh dia dari sejak usia dua tahun, saat itu Ratih masih berusia dua belas tahun. Ratih ini ibaratkan adalah kakak, Ibu dan cinta pertama Dewa.

Saat usia dia dua belas tahun dia menyadari kalau dia menjadi tertarik dengan Ratih yang berusia sepuluh tahun di atas dia. Ratih ini sangat cantik sekali, kecantikannya jelas mempesona, pasti akan membuat pria manapun tidak dapat melepaskan pandangan dari kecantikan Ratih.

Ratih ini satu-satunya perempuan yang selalu mengikuti Dewa, di gunung sunyi pun dia pasti ikut.

Bahkan Ratih ikut belajar ilmu bela diri untuk mengusir bosannya ketika menemani Dewa, tidak serius, tetapi setidaknya ilmu langka, jurus sembilan matahari, Ratih kuasai sampai tingkat dua.

Setiap sebelum Dewa kembali ke istana, Ratih akan duluan pulang untuk memastikan semua fasilitas telah di siapkan dengan baik untuk prabu Dewa.

Ratih berjalan ke arah Dewa, Tanpa malu dan sungkan melepas ikatan baju Dewa satu persatu sampai tidak tersisa sehelai pun..

Kini Dewa telah bugil di depan Ratih. Ratih menatap kesal ke Dewa karena  ada yang sudah berdiri tegak di bawah sana.

.

“Beraninya bangun.” Ratih pun tanpa ampun memukul ke arah bawah.

“Aoowwww,” Dewa meringis kesakitan, tetapi dia memang membiarkan Ratih memukul keras tadi, padahal gampang saja buat dewa menyelamatkan dirinya dari pukulan Ratih itu.

Ratih kemudian mendorong paksa Dewa yang bersantai-santai ke dalam kamar mandi, air hangat terisi penuh ke sebuah bak kayu bulat berukuran besar.

Dewa kemudian digosok badannya oleh Ratih dengan batu apung, berapa minyak tumbuhan juga di lumuri ke tubuh Dewa.

Setelah mandi, Dewa kemudian berpakaian yang di pilihkan oleh Ratih, dia berada di kamarnya sekarang ini, dia duduk di kursi kayu panjang, di tutup kain berisikan kapas.

Sekarang ini prabu Dewa Putra tidak akan kembali lagi ke gunung sunyi, dia akan menjadi penghuni tetap istana dia.

“Apa Ibu akan ijinkan aku keluar dari istana…” Dewa berguman dan memandang ke arah Ratih, yang sekarang duduk bersimpuh di depan dia.

“Aku tidak yakin itu, Dewa.”

Ratih juga ragu apa ibu suri akan memberikan ijin ke Dewa. Ratih ini jika tidak ada orang lain, akan memanggil nama Dewa saja, tanpa embel-embel prabu.

“Kamu panggilkan Nira ya,” Dewa memintah Ratih memanggilkan permaisurinya.

Ratih tampak ragu, katanya.” apa kamu akan teruskan sandiwara kalian?”

Dewa diam saja, melihat Dewa tidak mau menjawab, Ratih kemudian keluar ruangan memanggil Nira.

Tidak lama Nira telah datang sendiri berdiri di hadapan Dewa, mereka hanya berdua sekarang ini.

Nira berdiri menatap dengan ketakutan suaminya itu, Dewa menyeringai melihat Nira yang seperti itu.

“Tidak usah takut begitu, aku Tidak tertarik sama wanita yang tidak mau denganku.” Dewa menenangkan Nira yang jelas ketakutan dengan dirinya.

Tadinya sebenarnya Dewa mau iseng jahil, ke Nira ini, dengan pura-pura memaksa segera berhubungan suami istri. tetapi sekarang ini, Dewa untuk iseng saja, dia telah kehilangan minatnya.

Pernikahan ini setidaknya sudah enam tahun, tetapi mereka tidak melakukan apa-apa selama ini.

Nira yang membenci Dewa tidak mau melayani Dewa. Dewa sendiri tidak tertarik dengan istri yang punya keingginan membunuhnya ini.

Dan begitulah, mereka sekarang ini sekamar berdua, hanya untuk menutupi kepalsuan mereka dari ibu suri.

Sampai kapan? Karena ibu suri tampaknya sudah mulai kehabisan kesabaran, Nira tidak segera memberinya cucu.

Biasa mereka hanya bertemu setahun berapa kali, tetapi jika Dewa kini sudah kembali menjadi penghuni tetap istana, maka tuntutan atas dirinya memiliki anak dari permaisuri akan meningkat.

Menyingkirkan Dewa

Kembali ke masa saat ini, Setahun setelah kejadian Dewa kembali ke istana. Pada saat ini, Dewa yang kini julukannya oleh masyarakat kota perbatasan sebagai “si gembel sakti” menantu Diro Jayadi, Jenderal selatan yang gagah perkasa.

Dewa tinggal di rumah keluarga Diro Jayadi di selatan kerajaan Dwipa. Di kota perbatasan yang cukup besar yang merupakan perbatasan kerajaan Dwipa dengan Majapahit.

Lina istrinya tidak mengijinkannya Dewa makan bersama di meja keluarga Jayadi, tetapi itu bukan masalah buat Dewa, karena dapur berisikan makanan yang sangat banyak, bisa di datangi langsung oleh Dewa kapan saja dia mau.

“Dewa ini kita lagi masak rusa, kamu mau?” Seorang pria tua yang jelas tampaknya juru masak, langsung menawari rusa panggang, ketika Dewa baru saja menyentuh lantai dapur Diro.

Berbeda dengan keluarga Jayadi yang memusuhi dia, Sebaliknya para pelayan Diro malah sangat ramah dengan Dewa.

Ya mungkin semacam perlawanan ketimpangan sosial yang mereka rasakan. Dewa yang di pikir mereka adalah seorang rakyat jelata seperti mereka ini, menjadi menantu seorang  Diro Jayadi bangsawan ningrat kaya raya dan seorang Jenderal.

Mereka semua bangga dengan Dewa, Apalagi Dewa juga telah mereka lihat sakti mandraguna. Benar-benar membanggakan.

.

“Pahanya buah aku satu ya Susno,” Dewa menyambut hangat tawaran juru masak yang bernama Susno itu. tidak pakai lama, Susno langsung segera memotong paha rusa itu dan kini potongan rusa itu segera berpindah ke tangan Dewa.

Segera saja Dewa menikmati daging rusa muda yang baru matang itu. Rasanya sangat enak, terasa lebih spesial karena perutnya sedang sangat lapar, Dewa kemudian memakannya sampai habis dengan cepat, segera saja tandas hanya tersisa tulangnya saja.

Tulang itu yang kemudian di lempar Dewa ke penghuni dapur, seekor anjing hitam yang sudah tua, anjing itu menyambutnya dengan riang.

"Semoga nasibku sudah tua nanti tidak seperti kamu, anjing hitam," guman Dewa merasa kasihan dengan anjing tua itu, tetapi sejak dia pergi dari istana bisa saja dia seperti anjing ini suatu saat.

Susno kemudian mengirim rusa panggang tadi, ke ruang makan, Diro tidak akan bisa apa-apa, jika nanti ini rusa panggang itu sampai dan mendapati hilang satu pahanya. dia tau pasti ulah Dewa menantunya.

Dan benar saja, ketika Diro di ruang makan bersama istri dan anak-anaknya cuma bisa menatap pasrah rusa di depan mereka yang tidak memiliki paha.

“Ayah sampai kapan gembel itu mengacak-acak rumah kita.” geram Jaya kakak tertua Lina.

“Kalian ada yang mampu mengusir atau membunuh dia dalam pertarungan satu lawan satu?” Diro tampak berkata dengan dingin. mustahil  saja ada anaknya yang mampu melawan Dewa.

Percuma marah, Sekarang ini apa Diro harus mengeroyok Dewa? Harga dirinya akan rusak. kehormatan di atas segalanya buat Jenderal Diro Jayadi.

Kini mereka semua terdiam mendengar perkataan Diro, mereka mulai makan dengan tidak berselera, Lina terutama, sejak dia menikah tidak dapat lagi dia bertemu Wisana sesuka hati, karena dia sudah berstatus istri Dewa.

Kini Lina hanya dapat bertemu Wisana secara sembunyi-sembunyi karena dia sudah menikah, Itu pun tidak boleh ketauan orang lain termasuk ayahnya sendiri.

Ayahnya pasti akan marah besar jika tau dia masih menemui Wisana, biasa dengan alesan klasik, kehormatan dirinya sebagai Jenderal selatan.

Wisana sendiri saat ini masih belum kembali ke ibukota sejak kalah bertarung dengan Dewa, dia diam-diam masih ada di kota perbatasan selatan ini.

“Kita bayar orang saja, yang kita tau sangat sakti, bagaimana?” Lina mengusulkan membayar pendekar tanpa tanding untuk mengalahkan Dewa, menyingkirkan Dewa dari kehidupan dia.

Pada jaman pendekar sudah wajar jika ada pertarungan dua pendekar, Itu tidak melanggar hukum jika sampai salah satu tewas dalam pertarungan.

“Ide bagus,” setuju Jaya mendengar usul Lina itu, semua berpandangan dengan mata berkilat.

Mungkin ini cara terbaik untuk menyingkirkan Dewa pikir mereka semua.

“Siapa orangnya?” Diro juga memandang baik usul ini, tetapi siapa yang di kira sanggup untuk melawan Dewa itu.

Tidak akan banyak pilihan, mungkin hanya tua-tua perguruan dan maha guru perdepokan saja yang sanggup.

“Bagaimana dengan gagak hitam?” Jaya mengusulkan nama julukan seseorang.

“Kalau menemui dia bisa-bisa kita tidak akan pulang selamat.” Diro tampak tidak setuju, Gagak hitam adalah ketua perompak gunung kenari. Musuh negara yang juga berarti musuh dia.

Perompak yang sangat kejam dan sakti. Kanon dia tidak dapat di bunuh karena memiliki ilmu rawa rontek.

Ajian sakti ilmu iblis yang sangat langka dan membuat pemakainya tidak akan mati, sekalipun di belah-belah menjadi banyak bagian.

“Aku mau Dewa di kalahkan saja, supaya dia bisa di usir. jangan di bunuh, kalau Gagak hitam pasti akan membunuh Dewa,” Lina justru keberatan jika gagak hitam yang di panggil, bisa-bisa Dewa di bunuh oleh Gagak hitam.

“Aduh kamu gimana ya? kalau menyingkirkan Dewa ya harus membunuh dia.” kesal Jaya kakaknya itu, Lina ini setengah-setengah, tidak jelas pikir Jaya.

“Kalau tidak kita bayar maha guru sakti untuk mengalahkan dia, jika dia kalah dia harus pergi mengasingkan diri ke mana gitu.” Lina menjelaskan niat dia sebenarnya, bukan untuk membunuh Dewa.

“Tetap saja kamu istrinya,”Jaya tersenyum meledek, ide Lina ini aneh. Dia tidak akan mungkin  begitu saja terbebas dengan kekalahan Dewa.

“Nanti setelah dia pergi,akan kugugat cerai dengan alasan yang mungkin bisa di terima…”Lina tampak kesal di ledek kakaknya Jaya, tapi dia memang harus segera terbebas dari Dewa.

Tiba-tiba beberapa prajurit penjaga datang melapor, Mereka tampak berlari-lari untuk segera menghadap Diro.

“Jenderal di luar ada pendekar, entah siapa menantang Dewa,” lapor prajurit yang datang itu, dengan nafas masih tersenggal-senggal karena berlari sangat kencang.

"O ya.. Suruh dia tunggu,” Diro justru tampak senang ada orang yang menantang Dewa, semoga saja orang sakti pikirnya.

“Siapa itu yang menantang?”Lina berbisik ke kakak keduanya yang bernama Tiro yang duduk di sebelah dia, tentunya Tiro yang tidak banyak berbicara, hanya menggeleng, karena memang tidak tau, dia juga belum keluar ruangan.

“Panggil Dewa, bilang ada yang menantang dia,” Diro menyuruh prajurit yang datang itu, segera mencari Dewa.

“Baik jenderal,” prajurit itu segera kembali berlari, kali ini untuk mencari Dewa. Seharusnya tidak jauh-jauh dari dapur pikir prajurit itu.

Mereka semua bergegas ke depan rumah Diro, semua bergerak cepat berlekas-lekas saja ke luar rumah, menemui siapa yang berani menantang Dewa.

Mereka semua terkesiap, karena yang berdiri disana justru sosok yang mereka bicarakan tadi, Gagak hitam. Dia tampak datang sendirian ke depan rumah Diro Jayadi tanpa anak buahnya.

Gagak hitam ini umurnya tidak jelas, Mungkin 40 tahun, Badannya hitam legam dengan perawakan gempal berotot. Rambutnya hitam panjang di biarkan terurai berantakan, tambah membuat dia justru tampak seram angker.

Sejatinya mereka adalah musuh besar, karena Diro salah satu tugasnya adalah menangkap Gagak hitam. Diro menghela nafas, kenapa bisa seberuntung ini? Katanya kemudian dengan nada senang yang tidak dapat di sembunyikannya,” karena ini urusan pendekar, masalah lain kita kesampingkan dulu.”

Bukannya seharusnya Diro ini marah melihat buronan pemerintah?ini malah justru sangat senang sampai matanya jelas terlihat berapi-api.

Demikian Jaya anaknya tersenyum penuh kemenangan, Cih tidak usah bersusah payah. Gagak hitam sendiri yang mencari Dewa, dosa Dewa ini pasti banyak, jadi bisa seapes ini.

Sekarang ini Jaya yakin Dewa akan terbunuh oleh Gagak hitam, lawan yang sakti mandaraguna.

Hanya Lina yang justru tampak kecewa, jelas dia mau di ceraikan Dewa tetapi dia tidak berharap jika Dewa terbunuh. bukankah itu terlalu kejam?

Dewa yang di cari gagak hitam muncul di pintu rumah Diro, dia hanya menyeringai melihat gagak hitam ini.

Kata Dewa meledek,”Ini orang gila dari mana nantang aku?cuma orang lemah mau macam-macam.”

Diro tertawa dalam hatinya,jika bersikap seperti ini. Dewa akan pasti segera di bunuh oleh Gagak hitam yang sakti ini. Masalah dia punya menantu kayak begini, akan beres dengan sendirinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!