"Jangan sentuh dia!!" bentak Nico saat melihat istri nya akan dipeluk oleeh teman laki - lakinya.
"Siapa dia Al?" tanya Reno.
"Aa..aak..aku juga tidak tau!" balas Alena.
Nico yang melihat itu menjadi terbakar emosinya. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, bahwa istrinya di peluk oleh laki - laki lain.
Nico langsung menyeret Alena menuju ke mobilnya.
"Apa yang sedang kamu lakukan hah!!" bentak Nico kepada Alena.
"Apa yang aku lakukan Mas? Kamu sendiri yang memulai ini. Kamu tidak pernah mengakui ku sebagai istrimu!" sarkas Alena. Dia sudah lelah dengan perlakuan suaminya.
"Aku ini suami kamu Al,Tapi kamu malah bermesraan dengan laki - laki lain di depan ku!" Nico terbakar api cemburu.
"Jangan salahkan aku Mas, kalau aku melakukan ini. Aku sudah muak dengan sikap mu. Aku ingin berpisah dengan mu!" satu kata itu mampu membungkam mulut Nico.
"Itu tidak akan terjadi!" balas Nico.
Dia membawa Alena menuju rumahnya yang jauh dari jangkauan media. Alena hanya bisa menangisi nasib nya. Kenapa dia begitu menyedihkan.
"Kenapa harus aku ya Tuhan," ucapnya dalam hati.
Alena hanya diam dan menatap keluar jendela. Dia malas melihat wajah suaminya.
Sesampainya Nico di rumah, dia langsung menyeret Alena menuju kamarnya. Nico mengunci Alena dari luar.
"Mas, apa yang kamu lakukan !"
"Mas, jangan kunci pintunya !" teriak Alena. Dia terus menggedor pintu, namun hasilnya nihil.
"Jangan ada yang membuka pintunya!" perintah Nico pada anak buahnya.
"Baik tuan!"
Nico meninggalkan rumah nya dan menuju ke Bar tempat biasanya minum - minum. Disana sudah disambut Jo pemilik Bar sekaligus temannya.
"Seperti biasa," ucap Nico.
"Kenapa lagi hah!"
Nico tak ingin menjawab. Dia sudah di buat pusing oleh tingkah istrinya.
"Jangan kamu sia - siakan dia. Jika kamu sudah tidak menginginkannya lebih baik berikan padaku!" ucap Jo.
"Otak mu sepertinya geser!" balas Nico.
"Daripada kamu sia - siakan, lebih baik lepaskan dia. Kasian Nic!"
Nico tak membalasnya, dia hanya ingin mabuk dan mabuk saja hari ini. Saat sedang menikmati minumnya, ada seorang tamu tak diundang langsung duduk di pangkuan Nico.
"Boleh aku ikut gabung?" tanya wanita itu.
"Tentu!" balas Jo.
"Pergilah, sebelum aku melempar mu!" seru Nico.
Bukannya pergi, wanita itu malah semakin berani mendekatinya. Dia muali meraba dada bidang Nico tanpa permisi.
Tangannya yang bergerilya disana, langsung dicekal kuat oleh Nico.
"Aku sudha memperingatkan mu, aku tidak ingin diganggu. Jadi pergilah!"
Dengan wajah kesalnya, wanita itu pergi meningglakan Nico.
Hingga pukul 02.00 Nico baru pulang. Dan langsung masuk ke kamar Alena.
Alena yang sudah tertidur di kasur king size nya hanya memejamkan matanya. Mendengar suara pintu terbuka, dia tau siapa yang membukanya. Tapi dia hanya melriknya sekilas. Alena tau kalau suaminya baru pulang dengan kondisi mabuk berat.
Hal itu sudah menjadi kebiasaan Nico setiap harinya.
Melihat istrinya yang tertidur, Nico langsung mandi. setelah selesai dia merebahkan dirinya disamping Alena.
***
Pagi hari Alena sudah terbangun. Dia harus segera menyiapkan baju kerja dan sarapan untuk suaminya.
"Jangan pernah berteman dengan laki - laki manapun!" ucap Nico tiba - tiba.
Nico sudah siap dengan setelan jasnya. Dia harus segera ke kantor untuk mengahadiri rapat. Nico sendiri adalah CEO di perusahaan fashion.
"Kamu dengar apa tidak!" bentak Nico.
"Iya Mas," ucap Alena.
"Kamu tau kan kosekuensinya jika kamu melanggar?" tanya Nico sambil mengusap pipi mulus Alena.
Alena hanya menganggukkan kepalanya.
Setelah selesai makan, Niko langsung berangkat ke kantornya. Setelah kepergian Nico, jatuhlah air mata Alena. Dia menangis sejadinya di dalam kamarnya.
"Kenapa aku yang tidak boleh pergi bersama teman - temanku mas? Sedangkan kamu bersama dengan wanita manapun aku hanya diam saja!"
"Bahakan kamu memeluk dan mencium wanita lain di depan publik aku juga tidak marah. Tapi kenapa aku yang ingin pergi bersama temanku, kamu larang? Bahan kamu menyembunyikan status kita."
"Aku juga ingin seperti wanita lain yang diakui sebagai istrinya mas. Aku juga ingin seluruh dunia tau kalau kamu adalah suami ku dan hanya milikku seorang," tangis Alena semakin pecah ketika mengingat suaminya bilang kalau dia single dan belum memiliki kekasih di depan media yang mewawancarainya.
Alena juga tau kalau saat ini Nico dekat salah satu model papan atas. Wanita mana yang tak mau dengan Nico Alexander pengusaha sukses dan juga model. Dia di kenal sebagai laki - laki sukses dan mapan. Banyak yang menjodohkannya dengan artis dan model papan atas yang tak kalah cantik dan kaya. Namun semua itu sirna karen orang tuanya memaksa dia menikahi Alena gadis yang sudah menyelamatkan kedua orang tuanya dari insiden kecelakaan.
Pernikahan itu diadakan dengan sederhana tanpa di hadiri teman dan kerabat dari kedua belah pihak. Nico tidak mau reputasinya hancur gara - gara menikahi wanita yang gak jelas asal usulnya.
Hal itu dia tutupi, karena Nico memiliki hubungan khusus dengan Viona model majalah dewasa. Nico tidak mau kalau sampai Viona tentang pernikahannya.
"Sayang Aku mau tas itu," ujar Viona.
Ya, Nico tidak benar - benar pergi ke kantor. Melainkan menemani Viona berbelanja di salah satu mall terkenal di Jakarata.
"Ambil saja apa yang kamu mau," balas Nico.
"Makasih sayang," ucapnya sambil menciun pipi Nico.
Viona memang tidak tau malu. Bahkan di tempat umum dia berani mencium Niko.
Sudah diberi lampu hijua oleh Nico, dia tidak menyia - nyiakan kesempatan itu. Dia ambil semua barang - barang bermerek dengan harga selangit, dan Nico yang membayarkan semua barang - barangnya.
Bahkan Alena saja tidak pernah dia belikan baju. Dia membeli dengan uang hasil kerja kerasnya sendiri.
Setelah puas membeli semua barang - barang mewah, Nico mengajak Viona pergi ke apart miliknya.
"Kamu puas hem," tanya Nico pada Viona.
"Puas dong sayang, kan kamu yang belanjain," balasnya sambil mengusap dada bidang Nico.
Sudah menjadi tradisi setiap Nico bertemu Viona pasti dia akan meminta jatah selayaknya suami istri. Dia begitu menikmati setiap servis Viona.
"Tidak salah memang kalau manager memilih kamu sebagai model dewasa, servis kamu tidak pernah mengecewakan," ucap Nico.
"Kamu bisa aja," jawabnya sambil bergerak naik turun.
Viona yang memimpin kegiatan panas itu. Hal itu sepdan dengan barang yang dia beli hari ini.
Entah Nici menganggapnya seorang pelacur atau sebagai kekasih, yang jelas Viona selalu melayani setiap ajakan Nico. Nico juga memasangkan alat kontrasepsi, agar Viona tak sampai hamil. Itu akan sangat merepotkan bagi Nico.
"Lebih cepat Vi..." ucap Nico
Tangan Nico ikut menggerakkan pinggul Viona naik turun. Dia akan segera mencapai puncaknya, makanya dia percepat gerkannya.
"Aku mau..."Viona tak sanggup melanjutkan kata-katanya.
Lenguhan panjang terdengar dari mereka berdua.
Pagi - pagi Alena sudah siap dengan setelan rok nya. Dia harus berangkat bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri. Dia berjalan menuju halte bus yang jaraknya cukup jauh dari rumah yang dia tempati saat ini. Karena rumah yang dia tempati dengan Nico jauh dari jalan raya.
Alena tidak pernah diantar Nico kemanapun Alena pergi. Dia selalu berusaha sendiri. Bahkan untuk hidupnya dia juga berjuang sendiri. Meski rumah mewah dan bergelimang harta Alena tidak pernah menerima nafkah lahir maupun batin dari Nico.
Sesampainya di Cafe Alena segera membantu teman - temannya menata meja kursi. Sudah 3 tahun Alena bekerja disini. jauh sebelum dia menikah dengan Nico.
"Al, nanti kirimkan pesanan ini ke Apartemen Puri," ucap kepala Cafe.
"Baik pak."
"O ya Al, sekalian ini juga. Kamu kirim ke alamat yang tertulis di atasnya."
"Baik pak, saya bereskan ini dulu."
Selain jadi pelayan Cafe, Alnena juga menjadi kurir pengantar makanan. Karena hari ini temannya libur Al harus menggantikannya.
Setelah selesai membereskan meja, Al langsung berangkat menuju alamat yang sudah tertera. Dia mengendarai motor operasional milik Cafe.
"Apartemen Puri no.234. Nah, ini ketemu!" seru nya dalam hati.
Alena menekan tombol belnya. Hingga keluarlah seorang laki - laki dengan handuk sepinggang memperlihatkan otot kekarnya.
"Ini pesananya tu," Alena menggantung kata - katanya setelah melihat siapa orang didepannya.
Begitu juga dengan Nico yang kaget, karena yang mengantar pesanan ternyata adalah istrinya sendiri.
"Mas Nico," ucap Alena.
Bersamaan dengan itu keluarlah wanita dengan baju dinasnya yang memperlihatkan area pedalamannya.
"Siapa honey?" tanya Viona dengan mesranya sambil memeluk Nico dari belakang.
Alena yang melihat adegan itu sedikit bergetar tangannya. Namun beberapa detik kemudian dia menetralkan suaranya agar tak terlihat gugup.
"Terima kasih tuan, semoga anda puas dengan pelayanan kami," ucap Alena yang ingin segera pergi dari sana, namun suara wanita itu membuatnya berhenti ditempat.
"Tunggu," ucap Viona sambil mengambil dompet kedalam dan memberika beberapa tips untuk Alena.
"Ini untuk mu!" ujar Viona.
"Terima kasih nona," Alena pun segera pergi dari sana. Dia sudah tidak sanggup menahan tangisnya.
Setelah pergi dari apart Nico, Alena berhenti sejenak di sebuah taman kecil didekat apart. Dia menangis sesenggukkan.
"Kenapa hati ku sakit mas, melihat kamu dengan wanita lain? Bahkan kamu tidak mengenakan pakaian. Kenapa kita harus bertemu dengan situasi seperti ini!" lirihnya.
Setelah puas menangis, dia segera mengantar lesanan ke alamat selanjutnya.
"Bener ini kan alamatnya?" gumamnya.
Dia bertanya pada scurity yang berjaga di depan.
"Pak ini benar alamatnya disini kan?" tanya Alena.
"Iya neng, ada yang bisa saya bantu?" tanya balik scurity.
"Mau antar pesanan ini pak!" ucapnya sambil menunjukkan barangnya.
"Di tunggu sebentar," balas Scurity. Dia memanggil majikannya. Karena sebelumnya mendapat pesan, jika pesanannya datang dia disuruh memanggilkan majikannya.
Setelah beberapa saat majikannya keluar.
"Kok bukan mas yang biasanya?"
"Iya tuan, saya menggantikannya. Dia sedang ada keperluan jadi hari ini tidak masuk."
"Ya sudah, ini buat kamu." sambil memberikan beberapa lembar uang tips.
"Terima kasih tuan." Alena segera pergi.
Dia melajukan motornya menuju Cafe. Disepanjang jalan dia masih teringat suaminya. Mungkin sebelumnya dia tidak memiliki rasa apa - apa, tetapi saat sudah menikah dengannya perlahan rasa cinta itu tumbuh dengan sendirinya. Sayangnya cinta itu bertepuk sebelah tangan. Setelah sampai dia langsung membantu teman - temannya menyajikan pesanan pelanggan.
(ini saat Alena menunggu pelanggan datang ya)
"Selamat datang tuan," ucap Alena kepada pelanggan yang baru datang.
"Americano 1," pesan pelanggan.
"Baik tuan," ucap pelayan lain.
Alena yang mengantar pesanannya.
"Silahkan tuan," ujar Al.
"Bisa temani saya minum kopi?"
"Mohon maaf tuan, tapi saya masih bekerja."
"Berarti jika jam kerja kamu habis, bisa menemaniku minum kopi?"
"Hah, it itu saya tidak bisa tuan."
"Panggilakan bos mu!"!
"Mohon maaf atas kelancangan karyawan saya tuan. Biarkan dia menemani anda." ucap pemilik Cafe.
"Kamu temani pelanggan kita!" perintah Bos Alena.
"Baik pak," Alena pun menemani Sean.
Sean adalah pelanggan tetap di Cafe ini. Sebelumnya yang Alena bukan bagian pelayan, dia dibagian dapur. Jadi maklum kalau dia tidak tau wajah pelanggan tetapnya.
Sean adalah CEO disalah satu perusahaan yang terkenal saat ini. Sean adalah pemilik perusahaan Property dan Garment. Setiap hari, pada jam istirahan dia pergi ke Cafe tempat Alena bekerja.
"Apa kamu baru disini?" tanya Sean.
"Tidak tuan, saya biasanya di belakang."
"Siapa nama kamu?"
"Alena."
"Sepulang kerja nanti tunggu aku di depan halte bus sana, ada hal yang ingin aku bicarakan!" ucap Sean.
"Baik tuan," balas Alena. Dia tidak mungkin membantah, bisa di pecat nanti oleh bosnya.
Setelah percakapan itu Sean langsung pergi dan meninggalkan tips di meja untuk Alena.
"Hari ini cukup banyak uang yang aku dapat," gumamnya.
Malan hari tiba jam pulang Alena. Sesuai janjinya dia menunggu di halte bus dekat Cafe.
(ini muka lelahnya Alena setelah pulang kerja)
"Masuk!" perintah Sean dari dalam mobil.
Alena hanya mengikuti interuksinya saja.
"Ada apa ya tuan? Saya harus segera pulang," ucap Alena memulai lembicaraan.
"Temani aku ke pesta ulang tahun sahabatku." ujar Sean.
"Maksud tuan?"
"Aku akan mengantarmu ke butik langgananku." sambil melajukan mobilnya, sesekali Sean melirik Alena.
"Dia sangat cantik," batinya Sean.
****
Beberapa saat setelah Alena berdandan cantik, dia keluar untuk menemui Sean.
"Apakah terlihat memalukan?" tanya Alena.
Sean tertegun dengan kecantikan Alena. Bahkan, wanita yang selama ini di temui tak ada satu pun yang secantik Alena.
"Tidak, itu cukup baik." balas Sean. Dia tidak ingin memuji Alena. Nanti dia besar kepala pikir Sean.
Alena dan Sean memasuki gedung tempat acara digelar. Terlihat banyak tamu dari kalangan artis dan bos besar yang datang.
"Aku pikir kamu tidak datang bro," ujar Jo teman Sean.
"Sebenar nya aku malas datang!" balas Sean.
Terdengar tawa dari teman - temannya.
"Siapa dia, apa mainan baru mu?" tanya Jo.
"Jaga mulut mu!" sarkas Sean.
"Ayo kita cari minum dulu," ajak Sean pada Alena.
Saat Alena berjalan, tak sengaja menabrak seseorang.
"Maafkan saya, saya tidak sengaja." ucap Alena.
"Lain kali hati - hati kalau jalan!"
Deg...
Alena mengenali suara ini. Dia lalu mendongakkan kepala nya, dan betapa kagetnya melihat suaminya juga hadir di acara ini.
Nico membelalakkan matanya melihat Alena bergandengan dengan laki - laki lain.
Alena yang ditatap suaminya langsung menundukkan kepalanya. Dia takut akan dikurung lagi oleh Nico.
"Saya permisi ke toilet dulu tuan," ucap Alena.
"Baiklah, aku tunggu disini."
Alena segera pergi dari sana. Untuk menghindari Nico.
"kenapa harus bertemu disini?" batinnya. Dia mencoba mentralisir kegugupannya.
Saat keluar dari toilet, Alena dikagetkan dengan hadirnya Nico di depan pintu.
"Dasar wanita murahan! Bukannya merawat suami dengan baik, malah pergi dengan laki - laki lain!" bentak Nico.
"Aku tidak murahan! Wanita yang bersama mu itu lebih murahan! Bahkan dia tidur dengan suami orang tanpa rasa malu! Dia adalah seorang pelac*r! Balas Alena yang langsung ditampar oleh Nico.
"Jaga mulut kamu ya! Dia bukan pelacur seperti kamu yang tidur dengan banyak pria! Setidaknya dia hanya melayaniku saja!"
Hancur hati Alena mendengan perkataan suaminya. Nico memperjelas hubungannya dengan wanita itu. Bahkan mereka sudah sering berhubungan badan tanpa sepengetahuan Alena.
"Lebih baik kita berpisah saja!" ucap Alena tiba - tiba.
"Itu tidak akan pernah terjadi sebelum aku menyiksa mu terlebih dahulu!" balas Nico sambil mencengkeram mulut Alena.
Nico pergi dari sana, meninggalkan Alena yang menangis pilu. Kejadian tadi tak luput dari pandangan Sean.
Sean juga kaget mengetahui Nico ternyata sudah memiliki istri. Dan istri itu adalah wanita yang di incarnya.
"Jangan salahkan aku Nic, kalau mengambilnya dari mu. Kamu sia - siakan dia membuat aku ingin lebih berjuang lagi untuk merebutnya dari mu dan membahagiakannya!" batin Sean.
Sean pergi dari sana dan kembali ke meja makanan. Dia akan menunggu Alena disana. Sean tidak ingin Alena tau kalau sebenaranya dia sudah mengetahui Alena adalah istri dari seorang Nico Alexander.
Setelah puas menangis Alena membarsihakan diri dan menata riasan nya lagi. Dia harus segera kembali agar Sean tidak curiga.
"Kok lama Al?" tanya Sean pura - pura.
"Iya, tadi toilet nya antri." balas Alena.
"Baiklah para hadirin acara selanjutnya adalah berdansa dengan pasangan masing - masing dan jangan lupa siapa yang terbaik akan mendapatkan hadiah!" ujar MC.
"Kamu mau dansa?" tanya Sean.
"Aku tidak bisa,"
"Nanti aku ajari!"
"Aku takut akan mempermalukan mu,"
"Tidak akan," ucap Sean sambil meraih tangan Alena.
Alunan musik berbunyi seirama, bergerak kesana kemari membuat tubuh Alena menjadi lebih rileks. Dia bisa mengimbangi gerakan Sean.
"Kamu cepat juga belajarnya," bisik Sean pada Alena.
Dia hanya tersenyum. Sebelum akhirnya bertukar pasangan.
Gerakan selanjutnya adalah memberikan pasangan kita kepada pasangan lain. Bertepatan dengan itu Nico berada disebelah Sean, dan Alena berpindah pasangan dengan Nico.
"Dasar kampungan! Tidak bisa berdansa saja sok - sok an bisa!" ujar Nico ditelingan Alena.
Alena hanya diam tak menjawab. Dia malas berdebat dengan Nico, apalagi ini adalah tempat umum.
Alena kembali lagi pada Sean.
"Kamu mengenalnya?" tanya Sean.
"Tidak!"
Sean hanya tersenyum mendengarnya.
"Bisakah kita pulang setelah ini, aku sudah lelah!" ucap Alena.
"Tentu!"
Setelah acara dansa selesai, Sean membawa Alena keluar gedung. Dia mengantar Alena pulang. Ditengah perjlanan Alena tertidur, mungkin karena lelahnya dia sampai terlelap.
Saat berhenti di lampu merah Sean memperhatikan wajah Alena yang cantik. Dia menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Alena.
"Bertahanlah, setelah ini kamu akan menemukan kebahagiaan." monolog Sean.
Dia melaju menuju alamat yang Alena berikan sebenlumnya.
"Bagaimana bisa Nico membiarkan mu pulang sendirian dengan kondisi jalan seperti ini Al,"
"Dia akan menyesal saat kehilanganmu!" ucap Sean.
Sesampainya didepan pintu gerbang Sean disambut oleh petugas yang berjaga.
"Anda siapa?" tanyanya.
"Saya teman Alena, bisa bukakan pintunya? Dia tertidur."
"Tidak bisa tuan!"
Dengan terpaksa Sean membangunkan Alena.
"Al, Al, bangun kita sudah sampai," ucao Sean.
"Uuggghhh... Kita sampai mana?" tanya Alena.
"Sampai depan rumah kamu!"
Alena langsung terbelalak kaget. Dia tidak menyangka kalau Sean akan mengantarnya hingga kedepan rumahnya. Alena buru - buru turun sebelum Nico tau kalau dia diantar pulang oleh laki - laki.
"Terima kasih sudah mau mengantarku," ucap Alena
"Sama - sama, kamu masuk dulu sana!" usir Sean.
Alena hanya menganggukkan kepalanya.
Dia langsung memasuki gerbang rumahnya yang menjulang tinggi. Alena segera membersihkan diri sebelum Nico datang dan menjambak rambutnya.
Gaun yang dia kenakan, disimpan dilemari miliknya dengan baik. Besok akan dia kembalikan kepada Sean.
Alena sudah selesai dengan ritual mandinya. Dia akan segera tidur, seharian bekerja membuatnya begitu lelah. Saat akan memejamkan matanya, tiba - tiba pintu kamarnya terbuka.
"Bangun kamu!" bentak Nico sambil menyeret Alena dari tempat tidurnya.
"Apa - apan kamu mas!" teriak Alena.
"Dimana dia menyentuhmu hah! Disini, disini, atau dia sudah meniduri mu!" ucap Sean.
Plak..
"Jaga ucapan mu, aku bukan wanita murahan yang dengan seenaknya tidur dengan laki - laki lain dengan status ku seorang istri! Aku bukan kamu mas, aku masih bisa menghargai pernikahan kita meski tanpa didasari cinta!"
"Halah, sok suci kamu! Wanita seperti kamu ini sukanya sama uang. Hanya dengan dilempar uang, sudah bisa mendapatkan tubuhmu ini!"
Sungguh menyakitkan kata - kata Nico. Selama ini Alena menjaga mahkotanya dengan baik. Hanya kepada suaminya mahkota itu akan dia berikan. Tapi sayangnya dia tidak mendapat lerlakuan dengan baik.
"Terserah apa kata kamu mas, aku sudah capek setiap hari harus bertengkar dengan kamu. Seharusnya kamu tidak usah pedulikan aku, kalau kamu tidak menyukai ku. Biarkan aku pergi dari sini." Alena sudah pasrah dengan perlakuan Nico.
Nico yang masih tersulut emosi langsung meninggalkan kamar Alena.
Dia kembali ke kamarnya untuk menjernihkan pikirannya.
Bunyi phonsel Nico tanda panggilan masuk.
"Ada apa?" tanya Nico.
"Kamu tidak kesini, aku merindukanmu."
"Hari ini aku lelah, besok saja!" Nico langsung mematikan panggilan dari Viona.
***
"Gimana sih Nico, dia gak tau apa kalau aku lagi pengen. Disaat dia yang butuh saja, aku harus melayaninya. Tapi giliran aku, ada saja alasannya!" omel Vion.
"Sayang bisa kita bertemu?" ucap Viona dengan seseorang disebrang sana.
"Apa kamu ditelantarkan oleh kekasih mu?"
"Entahlah, disaat aku menginginkannya dia sibuk."
"Kemarilah, aku siap melayani mu,"
"Tunggu aku!" Viona langsung mematikan panggilannya dan mengambil kunci mobilnya menuju hotel tempat biasa dia menginap dengan kekasih gelap nya.
Sesampainya di hotel Viona langsung menuju kamar yang sering dia pesan. Disana cukup privat, banyak kalangan orang penting yang menginap dengan selingkuhannya atau hanya sekedar one night stand saja.
"Sayang.. Aku merindukan mu," ucap Viona
"Baby kamu tambah cantik dan sexy!" serunya sambil menampol pantat Viona.
Mereka saling menautkan bibir, mengapsen setiap inci gigi Viona. Max yang menyukai tubuh Viona dari dulu tak menyia - nyiakannya. Setiap Viona butuh partner pemuas naf** nya Max selalu siap melayani.
Semua itu di luar kendali Nico. Nico tidak mengetahui jika dia di duakan oleh kekasihnya sendiri. Bahkan sudah berkali - kali Viona dan Max melakukan hubungan ba***. Viona sendiri adalah wanita hip*** s**. Nico tidak mempermasalahkan soal mahkota Viona yang sudah hilang sebelum dia mengenalnya. Viona berdalih kalau dia dibohongi oleh mantan kekasihnya dan di tinggal menikah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!