NovelToon NovelToon

Istri Pertama Yang Diceraikan

Talak.

"Demi Allah Tuhanku aku tidak ridho dengan ucapan mu.. mulai detik ini aku ceraikan engkau 'Susi maharani', detik ini juga aku haramkan tubuhku atas dirimu.."

Tidak ada yang bisa Susi lakukan selain pergi dari rumah suaminya.

Selama hidup bersama tak pernah sekalipun suaminya marah.

Azam sangat mengerti dirinya.

Sebelumnya mereka adalah sahabat, jadi mereka saking mengerti dan saling memahami hingga pada satu waktu suaminya izin menikah lagi dengan wanita pilihannya.

Kehadiran istri ketiga membuat Azam berubah. Meskipun Azam masih perhatian tetapi seiring berjalannya Susi menyadari bahwa keberadaannya hanya menjadi beban untuk sang suami.

Kini dia harus rela diceraikan di usianya yang sudah tidak lagi muda.

"Maaf, maafkan aku Sus, tolong jangan pernah membenci diriku..." lirih Azam menarik Susi dalam pelukannya.. Azam dan Susi terisak sedih mereka sama-sama terluka, namun baik Azam dan Susi mereka tau ini yang terbaik.

"Jangan sedih Zam, gue janji tidak lebih 4 bulan gue akan bawa suami gue dihadapan kalian semua." (miris janji yang Susi buat hanya untuk melepas 2 orang yang ia sayangi agar membuat mereka tidak merasa bersalah).

"Akan kami tunggu! Susi, sekali lagi maafkan Aku..!! Jaga diri baik-baik dan 4 bulan dari sekarang aku tunggu janjimu." Azam tersenyum lembut.

Senyum segaris terbit dibibir Susi, wanita anggun itu mengangguk, kini saatnya ia memikirkan bagaimana ia dapat menemukan calon suami dalam kurun waktu 4bulan?

Hahaha rasanya Susi ingin menertawakan dirinya sendiri, bahkan hidup puluhan tahun dengan pria tampan, mapan, sabar kyak Azam saja tidak membuatnya tertarik dengan laki-laki itu.

Menghela nafasnya Susi berpamitan kepada Azam untuk segera pergi, tujuan nya adalah kota Surabaya karena kebetulan ada urusan pekerjaan yang ia tangani.

Meninggalkan rumah yang selama 16 tahun menciptakan jutaan kenangan bersama.

Dan disinilah ia sekarang.

Angin malam menerpa wajah wanita manis yang baru menuruni mobilnya.

Wanita itu merasa bingung dengan sekitarnya, waktu menunjukan pukul 01:00 namun nampak keramaian yang membuatnya merasa penasaran.

Wanita itu turun dari mobilnya dan melihat beberapa pedagang yang menjajakan dagangannya di pinggir-pinggir jalan.

Dengan senyum ia menghampiri laki laki paruh baya yang sedang memarkir motornya.

"Permisi ada apa ya pak kok ramai sekali?" tanya wanita itu dengan sopan.

Bapak-bapak itu tersenyum. "waah! Pasti sampean orang baru yaa mba? Ini ada pasar mba" jelas si bapak itu tersenyum.

Wanita yang tak lain adalah Susi itu mengerjap, dalam benaknya bertanya, tidak salah ada pasar sayur malam-malam begini bahkan ini tengah malam?

Bapak itu menyentuh pundak Susi, membuat Susi menatap sang Bapak.

"Ini namanya pasar Keputran biasa disebut pasar puteran Surabaya, jangan heran memang pedagang berdagang jam segini, biasanya yang dagang itu petani dan dibeli oleh pengepul kayak penjual sayur keliling itu mba!" jelas sang Bapak.

"Nanti kalo sudah hampir pagi pasarnya bubar, karena jalannya kembali aktif" tambah sang Bapak.

Sedangkan Susi hanya mengangguk -angguk.

"Terimakasih Pak, sudah menjelaskan saya permisi." pamit Susi sopan pada sang Bapak.

"Ih injih mba silahkan! Saya juga mau belanja" ujar sang Bapak sambil mulai berjalan meninggalkan Susi.

Susi melangkah mendekati mobil, sebelum membuka pintu mobilnya, seorang anak kecil perempuan menarik ujung hijabnya, membuat Susi menoleh.

"Bundaaa" lirih sang anak, membuat Susi mengerjap terkejut.

"Bunda," ulangnya dengan kepala mendongak menatap Susi dengan sedih.

Susi menelan ludah menetralkan rasa bingungnya, beberapa detik kemudian Susi mendudukkan diri dihadapan anak kecil yang sangat manis menurutnya.

"Adik memanggil saya?" tanya Susi lembut, sambil mengelus kepala anak kecil itu.

Anak kecil itu mengangguk, dan dengan tiba-tiba mengalungkan kedua lengan kecilnya di leher Susi, menangis di leher wanita manis yang masih merasa bingung itu.

Beberapa saat anak itu melepaskan lengannya dari leher Susi.

"Adik sama siapa kesini? Bundanya kemana?" dengan lembut Susi menanyai anak yang sepertinya sedang tersesat itu.

Anak kecil yang masih sesenggukan itu menatap wajah Susi dengan mata polosnya

" Kinan kesini sama Ayah, Bunda..kan Bundanya Kinan disini!" ucap sang anak yang bernama Kinan itu dan kembali memeluk leher Susi.

"Tapi Tante bukan Bundanya Kinan sayang" ucap Susi lembut memberi penjelasan pada anak yang sedang memeluknya itu.

Beberapa saat kemudian tidak terdengar lagi suara ataupun pergerakan dari anak yang memeluknya, Susi melerai pelukan lengan kecil itu dan yang terjadi adalah bocah asing yang baru di temui-nya itu tertidur di saat memeluknya.

"Kinan..!!" seru seorang laki-laki yang terlihat sedang khawatir dan kebingungan.

Susi melihatnya dengan tatapan menilai, aaahh mungkin ini adalah 'Ayah' yang dimaksud anak yang bernama Kinan ini.

"Pak! Apa Bapak mencari anak ini?"

Laki-laki itu menoleh, menatap 2 perempuan dari generasi yang berbeda itu, dan Tatapannya jatuh kepada anak mungil yang tertidur di pangkuan perempuan asing .

Laki-laki itu ikut berjongkok dan merengkuh tubuh mungil yang sedang terlelap di pangkuan wanita tersebut perasaan kacau dan kehilangannya sedikit mereda, kini netra hitam itu menatap netra Susi yang juga tengah memperhatikannya.

"Terimakasih" ucapnya kepada Susi.

Susi tersenyum canggung dan mengangguk.

"Sama-sama, Pak."

"Bunda, ahhh Ayah ..!! Kinan mau sama bunda saja yahh!" anak kecil bernama Kinan itu segera bangkit dan kembali memeluk tubuh Susi yang di akui sebagai bundanya itu.

"Kinan jangan begitu kasian tantenya.. ayo kita pulang, Ayah sudah selesai menurunkan ikan."

Kinan yang mendengar ucapan sang Ayah justru menangis sesenggukan lagi.

"Kinan gak mau Ayah, Kinan mau sama Bundaaa..!"

Ucapan Kinan membuat bingung dua orang asing itu, baik Susi maupun Ayahnya Kinan sama-sama terdiam.

"Jangan begitu Kinan ayok kita pulang yuk,!! Nenek sudah tungguin lhooo." bujuk rayunya pada sang anak tidak juga membuahkan hasil.

Susi menatap iba laki-laki yang berstatus Ayah Kinan itu, dan dengan penuh pertimbangan Susi rela mengantarkan pulang Kinan kerumahnya.

Mobil Susi beriringan dengan mobil bak terbuka milik 'Habibi Hasim' nama Ayah Kinan.

Kinan yang berada satu mobil dengan Susi sedangkan Hasim mengendarai kendaraanya seorang diri.

Kurang lebih 1jam perjalanan yang mereka tempuh untuk sampai ke gerbang yang bertuliskan.

' Selamat datang di kota Lamongan'

Ada sedikit penyesalan di hati Susi menawarkan diri untuk mengantar Kinan sampai rumahnya, kenyataannya ternyata rumah Kinan berbeda kota, dari Surabaya menuju Lamongan itu sekalinya cukup jauh.

Namun melirik anak kecil yang tertidur lelap di samping kemudi membuatnya sedikit bahagia

"Apa salahnya membuat anak orang merasa bahagia?" monolognya.

Beberapa hamparan air mewarnai perjalanan yang ditempuh Susi, Susi mengamati suasana luar mobil, sepertinya hamparan tambak menghiasi kanan kiri jalan, dapat Susi simpulkan kalau ayah Kinan adalah pengelola tambak ataupun buruh tambak.

Melihat sekitaran area yang Susi masuki adalah perkampungan yang berada di sekeliling tambak.

Beberapa menit perjalanan mobil yang dikendarai ayah Susi berhenti di sebuah rumah susun yang cukup sederhana, di depanya terdapat box box yang sepertinya Ter isi oleh ikan.

Susi melepas sabuk pengaman dan hendak turun, Hasim melangkah mendekati pintu tempat sang anak tertidur pulas, Susi membukakan pintu mobil dan membiarkan Hasim mengendong tubuh kecil anaknya. Namun belum sepenuhnya tubuh mungil itu terangkat, Kinan sudah memanggil Susi dengan sebutan Bunda dan merengek minta gendong.

Dengan wajah tidak enak Hasim membiarkan sang anak merengkuh pundak Susi, Susi dapat melihat tatapan merasa bersalah Hasim untuknya.

Tapi Susi tidak merasa terbebani, Susi dengan senang hati mengendong anak manis yang baru ditemuinya itu.

Hasim mempersilahkan Susi masuk, terlihat banyak pekerja yang menyapa Hasim, sepertinya Hasim adalah bos mereka, dari cara mereka berinteraksi sepertinya Hasim sangat di segani, mungkin mereka karyawan Hasim pikir Susi.

Susi bertemu dengan wanita yang sudah tidak muda namun tersenyum ramah, cara berpenampilan ya seperti orang Jawa pada umumnya , dengan rambut disanggul kecil dan gelang yang melingkar di pergelangan tangannya, jangan lupakan anting yang berbentuk bunga mekar yang cukup besar.

Susi berkenalan dengan wanita tersebut yang ternyata adalah Ibu dari Hasim, Tidak semenit pun Kinan mau melepaskan wanita yang sudah di klaim sebagai bundanya itu.

Dari situ Susi mengetahui bahwasanya Hasim adalah seorang DUDA satu anak, istrinya meninggal paska melahirkan sang anak.

5th usia Kinan tanpa mendapatkan kasih sayang seorang Ibu, Wanita itu bercerita, banyak sekali yang mendekati Hasim dengan menarik perhatian Kinan namun tak satupun gadis gadis itu berhasil.

Kinan sangat sulit disentuh, anaknya keras kepala namun manja, entah angin apa yang membuat Kinan menjadi lengket seperti itu kepada Susi.

Susi mendengarkan cerita wanita dihadapannya dengan khidmat, tidak menyela sama sekali.

Hingga pertanyaan gadis kecil yang berada dalam pangkuannya itu mengejutkannya.

" Bundaaa.. Bunda mau kan jadi Bundanya Kinan betulan,?"

######

Hai reader. Kembali author bikin cerita.

Kali ini bukan tentang CEO ya, lebih ke cerita cinta romantis.

Kisah seorang wanita yang bertaubat dari kisah masa lalu dan bertemu dengan pasangan yang juga memiliki masa lalu kelam.

Mohon beri dukungan jika cerita ini ingin dilanjutkan.

Pernikahan kilat

"Bundaaa, Bunda mau kan jadi bundanya Kinan betulan?"

Susi tidak tau ingin menjawab apa? Bibirnya kelu hanya untuk mengucapkan kata saja tidak bisa.

Untung Hasim segera datang membawakan es krim yang dapat menarik perhatian Kinan, hingga dengan cepat berlari turun dari pangkuan Susi.

Membuat Susi bernafas lega.

Hasim meminta izin kepada Susi untuk berbicara berdua .

*********

Dan disinilah mereka di bawah pohon mangga yang sedang banyak buahnya di sekeliling tambak.

"Maaf." ucapan yang dilontarkan duda satu anak itu pada Susi, dan berlanjut ke obrolan serius, pada awalnya Susi dan Hasim nampak sesekali bercerita tentang kehidupan mereka masing masing hingga entah kekonyolan dari mana Susi menawarkan diri untuk menjadi Bunda Kinan yang sesungguhnya, membuat Hasim terkejut bukan main.

Susi berkata jujur dengan Hasim, bahwa dia adalah seorang janda, dan dia sedang mencari jati diri.

Sedangkan Hasim hanya menangkap poin-poin penting yang diucapkan oleh Susi.

"Apa kamu serius mba? Bahkan kita baru kenal?"

Tentu ada keraguan, tapi Susi merasa inilah jalan Tuhan.

"Kenapa tidak mencoba berkomitmen dulu? Saya akan berusaha menjadi Bunda yang menyayangi Kinan dengan tulus." Susi berusaha meyakinkan.

"Dan saya akan berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk mas Hasim pula." jawab Susi dengan menutup mata.

"Bagaimana dengan cinta? Apa mbak mau melayani saya sebagai mana mestinya meski tanpa rasa itu?"

Pertanyaan Hasim mampu membuat tubuh Susi menegang, Namun dengan cepat ia menetralkan ekspresi nya.

"Tentu" jawab Susi sedikit ada keraguan.

"Saya akan segera meminang Anda dengan resmi mba, dan sebelum itu saya mau bertanya tentang mahar yang mba inginkan." ucap Hasim lembut. sebenarnya dalam benak Hasim penuh dengan rasa campur aduk. Namun dengan mantap Hasim mau menyetujui lamaran konyol wanita yang belum genap 24jam dikenalnya.

Berawal dari sopir pengantar ikannya sedang sakit, Hasim berniat mengantarkan sendiri pesanan ikan itu ke Surabaya, Namun tanpa diduga anak semata wayangnya terbangun dari tidurnya mana kala Hasim akan berangkat, dan dengan rengekan ala Kinan akhirnya anak usia 5th itu ikut sang Ayah, hingga berakhir pertemuannya dengan Susi.

Mengingat betapa singkatnya perkenalan mereka, membuat keraguan besar di hati Hasim. Namun ia teringat akan sholat istikharah nya beberapa bulan terakhir, Hasim memohon petunjuk pada sang kuasa untuk memberikan ia jodoh yang tidak hanya menerima dirinya namun juga menerima kehadiran sang anak. Dan hadirnya wanita aneh ini Hasim simpulkan sebagai jawaban atas doanya.

"Saya tidak ada wali, dan untuk keluarga saya, saya sudah tidak diakui sebagai anggota keluarga mereka." ungkap Susi dengan menahan sesak di dada mengingat bagaimana sang ayah mengusir dirinya dan keluarganya memutuskan tali persaudaraan dengannya.

"Dan kalau untuk mas kawin saya meminta uang TUNAI senilai 5M."

Hasim terbelalak mendengar permintaan mas kawin yang di ucapkan Susi, sedikit penyesalan telah menanyakan perihal permintaan maskawin padanya.

Susi terkekeh melihat ekspresi wajah Hasim.

"Jangan khawatir mas Hasim! 5M yang saya maksud bukan 5 miliar kok!" serunya sambil menutup mulutnya agar tak mengeluarkan suara tawanya. Sedikit terhibur menatap wajah laki laki dihadapannya membuat Susi melupakan luka hatinya.

Hasim menatap polos wanita di depanya itu.

"5M yang saya maksud (Lima ratus Lima puluh Lima ribu Lima puluh rupiah). bagaimana?? apa mas Hasim sanggup..?? baiklah kalau mas Hasim tidak sanggup bisa kurang, atau 15 ribu juga tidak masalah." jawab Susi santai.

"Aaahhhhhhh mba bikin saya hampir jantungan lhoo .. harusnya mbaknya sebut nya bukan 5M tapi 4L" Sambil menghela nafas lega, Hasim menatap wanita yang terlihat, cantik, terawat, dan pastinya dari kalangan yang tidak biasa. Entahlah mengapa Hasim sama sekali tidak menaruh curiga sama wanita di depanya itu. Sepertinya Hasim merasa hatinya terpatri pada sosok wanita milenial itu.

"Saya sanggup mba ..sangat sanggup, jadi kapan mba mau kita melaksanakan ijab kabul?"

"Bagaimana kalo hari ini?" ucap Susi menatap laki-laki dengan kulit sawo matang yang berada dihadapannya itu.

Hasim kembali menghela nafasnya menghadap wanita ajaib yang membuat dirinya seolah terkena serangan jantung.

"Mana bisa mbaaa..!! Anak presiden saja menikah butuh persiapan, apa lagi kita orang biasa begini! Paling tidak untuk persiapannya butuh satu bulan."

"Aku tidak berharap adanya resepsi, Aku hanya mengharapkan status sah saja, apa gak bisa lebih cepat?"

Lagi Hasim merasa heran dengan sifat aneh Susi.

"Jadi maunya selain sekarang atau besok ..emm.. bagaimana kalo minggu depan..??"

"Bagaimana kalo lusa?"

Hasim sampai tepok jidat dengan wanita aneh di depanya itu, namun dengan berbekal ucapan 'basmalah' Hasim akhirnya mengangguk dan berujar "Baiklah mari kita bicarakan bersama ibu saya."

Tidak ada pikiran buruk dihari pria itu. Janda. Itu yang Hasim tahu sebagai status Susi.

Hanya obrolan ringan yang memunculkan ide gila ini. Hasim juga menanyakan kepada Susi apakah dirinya hamil atau tidak?

Jawaban Susi memantapkan niat hatinya untuk menerima tawaran pernikahan yang diajukan wanita itu.

*******

3 hari yang mendebarkan bagi Susi, keputusan yang Susi ambil semata hanya sebuah rasa kasihan kepada anak kecil yang tidak mendapatkan belaian kasih sayang seorang ibu.

Setidaknya Susi melakukan sesuatu hal yang membuatnya merasa berguna, dan Susi bertekad tidak akan lagi mengusik kehidupan masa lalu nya.

Tiga hari yang lalu setelah negosiasinya bersama Hasim, Ayah dari Kinan, mereka berdua segera membicarakan rencana pernikahan mereka bersama Ibu Hasim.

Tanpa diduga wanita tua itu menangis haru, Tidak banyak pertanyaan yang wanita tua itu tanyakan, Ibu dari Hasim itu bersujud syukur, membuat hati Susi tersentuh.

Tidakkah Susi merasa bahagia? Wanita hina sepertinya bisa memberikan harapan kebahagiaan pada wanita tua dan gadis kecil tak berdosa.

Dan sampailah hari dimana Hasim mengucap janji suci pernikahan bersama Susi.

Tidak ada yang istimewa, Hanya acara sederhana dan ringkas yang mengiringi acara pernikahan singkat itu.

Hingga acara ijab Kabul selesai Susi barulah dituntun keluar kamar oleh Ibu Hasim.

Wanita manis dengan kebaya putih dan beberapa bunga melati menghiasi hijab dengan warna senada.

Cantik, manis, dan mempesona itulah yang menggambarkan sosok Susi.

Hasim mengulurkan tangannya dan disambut oleh Susi, hingga bibir pria hitam manis itu menempel di kening Susi.

Tidak ada yang istimewa yang dirasakan Susi, meski senyum manis senantiasa menghiasi bibirnya, namun sesungguhnya senyuman itu tidak sampai ke hatinya.

Berbeda dengan senyum mengembang dua wanita berbeda generasi yang duduk di sebelah mereka, tampak binar bahagia menghiasi wajah wanita tua yang tak lain adalah Ibu Hasim.

Dan jangan lupakan binar kebahagiaan yang terpancar di mata gadis kecil yang bernama Kinan itu.

Melihat itu Susi sangat bersyukur, setidaknya untuk sekarang kehidupannya sedikit berguna bagi orang lain.

2 bulan lalu ia pergi ke Surabaya menyelesaikan pekerjaan yang mengharuskan Susi terbang ke kota ini, dihari perceraiannya dengan Azam.

Dalam langkahnya Susi bertekad akan memperbaiki diri, Ia tidak mau terus menerus hidup tanpa arah melihat kebahagiaan Azam dan Ismi membuatnya iri sekaligus ikut bahagia.

Usia yang kelewat matang memberinya sedikit rasa takut akan datangnya kematian, Susi berjanji setidaknya sebelum dia pergi kepangkuan yang maha kuasa ia sudah mencoba untuk berubah dan dapat berguna untuk orang lain.

Dan di hari akhir ia menyelesaikan pekerjaan yang menguras tenaganya, Ia berniat pergi keluar negeri lagi.

Namun karena asik mengobrol di apartemen temanya, Susi sampai lupa waktu, tengah malam Susi baru ingin kembali ke apartemennya sendiri, meski sang teman sudah memintanya untuk menginap tapi Susi menolaknya, lagian ia akan segera terbang bukan? Jadi ia berencana pulang ke apartemen nya dan berberes.

Jalanan yang biasa Ia lalui itu nampak sepi dan sedikit renggang kendaraan, hingga Susi sampai di persimpangan jalan yang terlihat ramai dan menyita perhatiannya, ya jalan yang ramai di tengah malam itu adalah jalan yang berubah menjadi pasar dimalam hari yang membawa takdirnya bertemu dengan sang suami.

*****

Acara selesai 2 jam lalu namun baik Susi dan Hasim masih sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

Hasim pastinya sibuk dengan teman-temanya yang kepo dengan pernikahan keduanya yang sangat mendadak itu.

Susi yang sibuk membuka bawaan bawaan ibu-ibu berupa sembako yang di dapatkan ibu mertuanya.

Hingga matahari terbenam di tempat peristirahatannya, akhirnya keduanya sama-sama dipertemukan di kamar pengantin mereka.

######

Mau dilanjut tidak cerita cinta pasangan sederhana ini?

Suami istri sesungguhnya.

Senyum manis menyambut laki-laki berperawakan sedang itu.

Dimata Susi Hasim adalah laki-laki yang memiliki postur tubuh rata-rata orang Indonesia 165 kira kira sampai dengan 170cm.

Badannya sedang tidak gemuk tidak kurus, tampilannya sederhana dan tidak berlebihan.

Memang sih dibandingkan Azam, Hasim tidak ada apa apanya, Azam yang tinggi menjulang dan juga kulit bersih dan terawatnya. Dan jika dibanding kekasih Ismi (istri kedua Azam). Hasim pun tidak ada apa apanya. Abrisam masih muda, meski tidak setinggi Azam, aura kepemimpinannya itu mencolok dan jangan lupakan kulit putih bersihnya yang mengalahkan perempuan.

Sedangkan Hasim, laki-laki berkulit sawo matang yang memiliki wajah khas orang Jawa, tidak ada mata biru, ataupun rambut yang kemerah merahan.

Namun. Sosok sederhana ini sudah sah menjadi suaminya, mata coklat tua itu menatap Susi dengan penilaian.

Yah tentu saja dari tadi Susi sibuk, Dan baru selesai melaksanakan shalat isya, jadi Ia melupakan hijabnya karena baru saja melepaskan mukena nya.

Susi menyambar kembali mukenanya namun terlambat tangan Hasim sudah mencekal pergelangan tangannya.

"Tidak usah, mbak lebih cantik tanpa hijab. Dan lagian sekarang kita berada dikamar, nanti kepanasan loh." senyum kecil Hasim menatap wajah gugup Susi.

Dalam hati Susi berharap pria dihadapannya ini tidak menyentuhnya malam ini karena sejujurnya Susi belum siap.

Susi tersenyum canggung, berdeham mencoba mengalihkan perhatian.

"Mas, emmm... mana Kinan?" tanya Susi mengurai kegugupan.

Hasim mendekati wanita cantik didepannya dengan senyum manis.

"Kinan sudah tidur sama Ibu, oh iya mbak, ada pesanan dari Kinan tadi sebelum masuk ke kamar nenek nya." ucap Hasim menatap wajah cantik Susi.

Susi tersenyum mendengar Hasim berkata Kinan memesan sesuatu..

Ahhh Susi berpikir Kinan mau dirinya menyusul Kinan tidur dikamar sang mertua.

"Kinan pesan apa mas? Katakanlah aku gak mau bikin Kinan kecewa." ucap Susi dengan antusias.

Senyum di wajah Hasim kembali merekah mendengar penuturan sang istri. Hasim melipat bibirnya kedalam menyembunyikan binar kebahagiaan yang ia rasakan.

Hasim berdeham menetralkan detak jantungnya.

"Tadi sebelum masuk ke kamar Ibu Kinan berpesan pada saya, untuk segera membuatkan adik kecil untuknya ."

Mata Susi terbelalak lebar, senyum di bibirnya surut mendengar ucapan Hasim, mendengar permintaan Kinan ludah yang Susi telan seolah berubah rasa menjadi pahit.

Hasim mendekati tubuh Susi, memangkas jarak yang tercipta, mata coklat tua itu memaku mata Susi.

Susi dapat merasakan nafas hangat Hasim, bau rokok bercampur wangi khas laki-laki itu menyeruak di Indra penciumannya.

Susi memundurkan badannya, namun Hasim pun melangkah maju mendekati tubuh nya, hingga bibir Hasim berhasil menemukan tempatnya beradu.

Lama Hasim mencium bibirnya namun tidak segera Susi balas, tangan Susi terkepal kuat di antara tubuhnya, ada rasa ingin mendorong laki-laki yang dihadapannya ini. Namun, ada kewarasan di otaknya.

Hingga Hasim melepaskan tautan bibir darinya.

Hasim menatap penuh tanya dengan sorot matanya.

Tatapan Hasim membuat Susi merasa bersalah, harusnya Ia tau resiko menikah secepat ini, bagaimana pun Hasim bukanlah Azam, Pria yang mengetahui sisi lain pada dirinya.

Susi menarik sudut bibirnya, memberanikan menatap wajah Hasim, dan sedetik berikutnya Hasim sudah kembali meraup bibir Susi dengan bibirnya, Dengan canggung Susi mulai membalasnya meski tidak sampai hati namun Susi berusaha melayani Pria yang sudah sah menjadi suaminya itu.

Dan terjadilah yang seharusnya terjadi, sebelum penyatuannya dengan sang suami Susi memberikan syarat agar lampu dipadamkan .

Susi beralasan bahwa ia sangat suka bercinta di lampu temaram, membuatnya bebas berekspresi.

Tanpa curiga Hasim menuruti kemauan istri barunya, Dan pada akhirnya mereka melakukan hubungan suami istri yang sesungguhnya.

25 menit setelah penyatuan mereka Hasim mendapatkan telepon dari orang, yang mengharuskan Hasim untuk turun ke tambak, Hasim berpamitan kepada Susi, dan memintanya segera beristirahat.

Hasim menyempatkan mencium kening sang istri dan berlalu keluar kamar.

Setelah pintu kamar tertutup rapat , luruh sudah air mata Susi, Tidak dipungkiri melakukan hubungan dengan suaminya memberikan rasa takut yang luar biasa di hati Susi.

Bukan hanya rasa takut tapi juga rasa malu yang luar biasa. Sengaja Susi meminta Hasim mematikan lampu agar Hasim tidak melihat ketakutan yang dialami nya, Susi menggenggam seprai sekuat tenaga menyalurkan rasa takutnya.

Menahan diri agar tidak mendorong ataupun menendang tubuh suaminya, rasanya Susi inggin menampar Pria yang telah berani menyentuh tubuhnya, Namun bagaimana lagi? laki-laki itu memiliki hak penuh atas dirinya.

Mati - matian Susi menahan tubuhnya agar tidak bergetar, Belum juga dapat mengendalikan rasa takutnya.

Rasa rakit manakala senjata sang suami memasuki miliknya pun harus Ia rasakan.

Jujur Susi sendiri pun ragu apakah dia masih virgin atau tidak?

Karena secara alamiah Ia memang tidak pernah melakukan hubungan intim dengan laki-laki.

Cara yang mereka lakukan memuaskan hasrat berbeda dengan cara penyatuan beda jenis, Namun mendapati rasa sakit mana kala Hasim membobol gawangnya, Susi bernafas lega setidaknya Ia masih memiliki selaput dara.

Dan Susi ikhlas menyerahkan kesuciannya pada orang yang sah menjadi suaminya.

Namun lagi-lagi pil pait harus ia telan, Susi enggan menunjukkan rasa sakitnya pada Hasim, Susi takut Hasim berpikiran yang tidak-tidak tentang rumahtangganya terdahulu. Biarlah Susi berpura-pura biasa saja.

Setelah Hasim menanam benih nya dan berlalu ke kamar mandi, dengan cepat Susi menyalakan lampu dan membersihkan jejak percintaan mereka.

Termasuk bekas darah di seprai Ia tutupi dengan tubuhnya. Susi mengatur deru nafas dan mimik wajahnya seolah-olah puas dan bahagia, berbanding terbalik dengan kenyataan sesungguhnya.

Sampai pada pintu kamar mandi yang terbuka memperlihatkan Hasim yang tersenyum hangat pada Susi, dan dibalas senyuman manis ala Susi.

Hasim memakai baju kaos dan celana pendek berbahan kain yang tampak sederhana, lagi-lagi lagi Susi membandingkan suami barunya dan mantan suaminya.

Azam yang selalu berpakaian rapi tidak pernah memakai celana pendek, hidupnya diwarnai dengan pakaian formal dan piama tidur, bahkan belum pernah Susi melihat Azam memakai kaos, semua pakaian dilempari Azam memiliki kerah dan kancing baju yang disebut kemeja.

Lamunan Susi buyar tatkala tiba-tiba ponsel Hasim berbunyi, dan setelahnya laki laki yang kini menjadi suaminya itu pamit pergi keluar pada Susi.

Susi yang merasa lelah luar biasa , Karena mengerahkan seluruh tenaganya untuk menahan diri agar tidak bergetar atau menangis pun kini mulai terlelap.

*******

Pria dengan cambang tipis dan tampilan sederhana itu terduduk di dalam mobil bak terbuka, Duduk di belakang kemudi dengan pikiran menerawang.

Adalah Hasim. Kaki-laki yang baru saja melewati malam hangat itu tertunduk di kursi mobil dengan pikiran berkecamuk.

Laki-laki yang pernah menyandang status DUDA itu sedang merenungi perbuatanya barusan, malam yang dihabiskan bersama istri barunya yang mengaku janda tapi perawan.

Tentu.

Hasim sedang memikirkan pergelutan dirinya dan Susi, Hasim adalah laki-laki yang sudah pernah merasakan indahnya bersetubuh, tidak menampik bahwa duda itu merasakan haus akan nafkah batin.

Mendapatkan istri baru, cantik dan mulus membuat hasrat yang sudah 5th tak tersalurkan, bergelora, atas dasar nafsu dan hasrat Hasim meminta haknya pada istri yang baru dinikahinya tanpa perkenalan jauh itu.

Hasim, melihat keraguan dan ketegangan di wajah sang istri itu, namun mencoba acuh, Hasim berpikir, Istrinya hanya grogi atau gugup.

Dengan bersemangat Hasim memanggut bibir wanita yang berbodi bak gitar Spanyol itu, menyalurkan keinginan yang menggelora di hatinya.

Hingga Hasim mendengar permintaan sang istri agar mematikan lampu, Istrinya beralasan suka bercinta dengan keadaan kamar yang gelap.

Tanpa curiga Hasim menuruti kemauan sang istri. Namun, setelah Hasim kembali mencumbu sang istri, Hasim merasakan tubuh istrinya bergetar meski tidak terlalu nampak tapi Hasim dapat merasakannya, Hasim yang hendak mengaitkan tangannya ke tangan sang istri kaget, merasakan tangan sang istri yang menggenggam erat seprai disisi tubuhnya.

#####

Hayu, Sebenarnya mba Susi kenapa?

Masih mau lanjut?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!