NovelToon NovelToon

Ku Rebut Kembali Karena Dia Miliku

Chapter 1

"Mas Dav, awas!!" Teriak Vey, di saat mobil yang dia tumpangi bersama dengan suaminya hendak menabrak pembatas jalan tol. Davin kehilangan keseimbangan dan ketika kakinya menginjak rem, sama sekali tidak berfungsi.

Suara benturan mobil yang cukup keras menabrak pembatas jalan tol di wilayah Jakarta. sore itu, membuat Vey tersadar dari komanya. Setelah berbulan bulan lamanya tidak sadarkan diri. Setelah kecelakaan tempo hari yang menimpa dirinya dan suaminya. Wanita berparas cantik berkulit putih dan berambut panjang yang masih berusia 26 tahun itu seperti baru terbangun dari mimpinya.

Mimpi itu memang nyata dan dia terbangun dari komanya karena mimpi itu. Dia seperti orang yang linglung berada di ruangan asing yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. Keringat dingin bercucuran membasahi tubuhnya. Sudut matanya melirik ke arah kanan dan kiri, mencari seseorang yang biasanya selalu di dekatnya.

"Mas. Mas Dav! Kamu di mana, mas?" Panggil Vey, memanggil-manggil nama suaminya. Dia ketakutan, mimpi itu membuatnya takut. Takut terjadi sesuatu yang buruk pada suaminya.

Suaminya, kemana suaminya yang bernama Davin Damian berada. Vey memanggil manggil nama suaminya namun tidak ada sahutan. Vey terus berteriak memanggil nama suaminya di sisa tenaganya. Beberapa detik kemudian, bukan suaminya yang datang menghampirinya. Bagas kakak kandung Vey berlari tergesa gesa setelah mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Lelaki tampan yang masih betah melajang di usianya yang tidak muda lagi itu berlari masuk ke ruang rawat adiknya. Bagas melihat Vey terduduk di atas ranjang pasien. Dia langsung mempercepat langkahnya untuk memeluk adiknya.

"Vey, kamu sudah sadar?" Ucap Bagas. Dia memeluk adiknya yang telah lama koma.

Wanita malang yang duduk di atas ranjang rumah sakit itu adalah satu satunya saudara kandungnya. Ayah mereka yang bernama Bagus menikah lagi dengan seorang wanita yang bernama Retno. Retno memiliki putri dari lelaki lain yang bernama Renata. 

Kehadiran Retno dan Renata menghancurkan kehidupan Vey. Menghancurkan rumah tangga Vey dengan Davin yang terbilang sangat harmonis. Bagas selama ini menyimpan semua kisah tentang adiknya sendirian. Menunggu adiknya sadar dari komanya lalu dia akan menceritakan kejadian pahit setelah kecelakaan itu terjadi.

Bagas tersenyum, karena akhirnya adiknya yang selama ini koma telah sadarkan diri. Dia menatap Vey yang masih bingung dengan sikap kakaknya. Melihat wajah bingung adiknya, membuat Bagas tidak tega ingin menceritakan semua tragedi dalam hidup Vey.

"Kak. Dimana aku? di mana suamiku?" Pertanyaan yang keluar dari bibir pucat Vey telah Bagas duga sebelumnya. Wajah Bagas yang sebelumnya nampak berbinar karena adiknya telah sadar dari komanya. Kini wajah itu berubah menjadi muram, terlihat seperti menyimpan sesuatu dari Vey.

Sekali lagi Vey bertanya kepada kakaknya di mana dia berada dan di mana suaminya. Namun Bagas masih bungkam. Hingga Vey berteriak sekali lagi bertanya di mana dia berada dan di mana suaminya.

"Kak, jawab pertanyaanku, please!!" Pinta Vey. Air matanya mengalir menyatu dengan keringat dingin yang menetes dari dahinya.

"Tenang, Vey. Kakak mohon kamu tenang dulu, ya!!"

Bagas meminta Vey agar tenang. Sementara dia akan memanggil perawat dan dokter untuk memeriksa kondisi Vey saat ini. Vey menggeleng, bukan perawat ataupun dokter yang saat ini dia butuhkan. Yang dia butuhkan adalah jawaban dari pertanyaan pertanyaanya. Melihat wajah bingung kakaknya, membuat Vey semakin penasaran.

Vey memegang pergelangan tangan Bagas di sisa tenaganya yang masih lemah dan dalam masa pemulihan. Bagas mengurungkan niatnya lalu menatap adiknya. 

"Aku tidak butuh dokter, kak. Yang aku butuhkan jawablah pertanyaanku. Suamiku di mana? Apa terjadi sesuatu yang buruk padanya?"

Sekali lagi dia bertanya di mana dia saat ini dan di mana suaminya. Bahkan suaranya mulai lemah karena terus berteriak memanggil manggil suaminya. 

Vey menyadari sesuatu yang aneh pada dirinya. Perutnya nampak rata, apa yang terjadi denganya. Vey semakin frustasi karena kakaknya masih bungkam.

"Kak, Apa yang sebenarnya terjadi denganku? kenapa perutku rata? dimana suamiku? Apa yang sebenarnya terjadi? Vey terus bertanya hingga dia mendapat jawaban atas semua pertanyaannya.

Bagas benar benar merasa kasihan sekaligus tidak tega melihat kondisi adiknya. Dia juga bingung, takut adiknya akan syok setelah mengetahui kenyataan pahit yang menimpanya. Tetapi melihat adiknya yang terus mencecarnya dengan banyak pertanyaan yang sama. Mau tidak mau akhirnya dia mengatakan semuanya, itu pun dengan satu syarat. Vey harus diperiksa dulu oleh perawat dan dokter. Setelah Bagas mengetahui kondisi adiknya yang membaik, Bagas Pun menceritakan semuanya dari awal kecelakaan itu terjadi hingga saat ini.

"Kakak mohon padamu, tenanglah dan dengarkan cerita kakak dengan baik," pinta Bagas. Vey mengangguk dan mulai mendengarkan semua cerita Bagas.

Pertama Bagas memberitahu soal kecelakaan maut yang terjadi beberapa bulan yang lalu. Dalam kecelakaan itu Vey kehilangan bayinya yang masih berusia empat bulan. Mendengar janin telah gugur, Vey menahan air matanya agar tidak menetes. Dia sudah berjanji kepada kakaknya agar bersikap tenang.

Dia juga teringat kembali kejadian kecelakaan yang sama persis seperti di mimpinya barusan. Ternyata kecelakaan itu memang nyata terjadi dan dialaminya.

Vey menundukan kepalanya, matanya memandang ke arah perutnya yang datar. Janinnya telah gugur, bayi yang telah lama dinanti nanti telah tiada. Vey meraba perutnya yang sebelumnya sedikit membuncit kini menjadi datar kembali. Perih dan tangis dia tahan menjadi satu agar tidak terlihat. Vey masih berpura pura kuat untuk mendengar kelanjutan cerita dari kakaknya. Tanpa Bagas tahu, hatinya hancur mendengar bayinya telah gugur sebelum dilahirkan.

Pukulan batin pertama telah dia dengar dan dia berusaha bersikap tegar. Kini dilanjutkan cerita kakaknya selanjutnya. Bahwa kecelakaan itu terjadi karena ulah saudara tiri mereka yaitu Renata. Vey sempat tidak percaya, bagaimana bisa Renata melakukan hal sekeji itu padanya. Padahal Vey selalu menyayangi Renata seperti saudaranya sendiri.

Bagas berkata bahwa Renata menyuruh orang orang suruhannya untuk merusak rem mobilnya Vey. Karena Renata tahu, Vey saat itu pergi ke rumah sakit sendirian. Renata ingin melenyapkan Vey dan janinya dengan cara merusak rem mobilnya. Bagas juga berkata selain itu Renata juga ingin menguasai suami dan juga harta Vey dengan suaminya.

Vey semakin syok, dia menggeleng tidak percaya dengan cerita kakaknya. Namun Vey belum berkata apapun. Dia tetap bersikap tegar karena ingin Bagas melanjutkan ceritanya. Dia tahu, jika dia memperlihatkan kesedihanya, maka kakaknya akan berhenti bercerita.

Bagas memperhatikan ekspresi Vey yang terlihat baik baik saja. Dia bertanya kepada adiknya, ingin dilanjutkan ceritanya atau berhenti sampai di sini. Vey meminta Bagas melanjutkan ceritanya. Vey bertanya lalu kemana suaminya yang belum dia lihat dari tadi. Apakah Dav baik baik saja, karena Vey mengingat Dav lah yang mengemudi mobilnya saat kecelakaan itu terjadi.

Bagas menghembuskan nafas pelan, dia sendiri juga butuh mengontrol emosinya. Kakak mana yang tidak emosi melihat adik iparnya melupakan adiknya. Di tambah lagi Davin saat ini di bawah kendali Renata saudara tirinya.

Bagas masih diam, hingga Vey menyenggol lenganya. Lagi lagi Bagas memandang ekspresi Vey yang masih terlihat baik baik saja. Dia mengira adiknya adalah wanita yang kuat atau memang mati rasa. Tanpa Bagas ketahui, sedari tadi Vey menahan diri agar tidak terlihat sedih di depan kakaknya.

"Suamimu amnesia!!" ucapnya mulai membuat Vey sedikit berubah. Tidak bisa ditutupi ekspresi penuh kekhawatiran di wajahnya. 

"Lalu, dimana suamiku saat ini? Apakah dia baik-baik saja? siapa yang merawat suamiku selama aku koma, kak?" 

Vey terus bertanya, karena yang Davin punya di dunia ini hanyalah Vey. Davin adalah anak tunggal, sedangkan kedua orang tuanya telah tiada. Vey sangat mengkhawatirkan kondisi suaminya saat ini, melebihi kondisinya sendiri.

"Dia di bawah kendali dan hasutan Renata!!" 

Reaksi Vey terlihat menahan emosi mendengar Renata menguasai suaminya. Bukan hanya suaminya, dari cerita Bagas tadi, Renata juga menguasai rumah mewah dan hartanya dengan suaminya.

"Masih adakah sesuatu yang belum aku ketahui tentang suamiku, kak?" Tanyanya, ingin mengulik semua info tentang Davin.

Bagas menggeleng, karena cerita Bagas tentang Renata, Dav dan Vey hanyalah itu. Selanjutnya Vey akan mengetahuinya sendiri setelah dia kembali ke Indonesia.

Kini kesabaran, emosi, kesedihan, tangis yang Vey tahan sedari tadi akhirnya tumpah begitu saja. Dia melampiaskan kekesalan dan sesak di hatinya dengan menangis dan menjerit. Bagas tidak sanggup melihat adiknya serapuh itu. Jika tahu adiknya akan serapuh ini, Bagas akan menarik semua ucapanya tadi.

Bagas membawa Vey kedalam pelukannya, tubuh Vey bergetar. Bagas bisa merasakan kepedihan di hati adiknya. Sungguh pukulan batin yang tidak semua orang bisa sekuat adiknya. Kehilangan janinya, kehilangan suami serta semua hal yang dia miliki bukanlah perkara yang biasa saja. Tidak semua wanita bisa sekuat dan setegar adiknya.

Vey termasuk wanita yang kuat, dia hanya perlu meluapkan emosinya dengan menangis. Lalu dia menghapus air matanya dan melepaskan pelukan Bagas. Dia menatap Bagas dan Vey berkata. 

"Bawa aku kembali ke Indonesia, kak," ucap Vey, memohon.

"Baiklah! Asal kau berjanji akan selalu baik-baik saja dan tentunya setelah kondisimu membaik."

Bagas menatap adiknya, dia mengangguk dan berjanji akan membawa Vey kembali ke Indonesia. Kemudian Vey berkata "Aku akan merebut kembali karena dia milikku," Bagas mengangguk. Bagas juga berjanji akan membantu Vey untuk mendapatkan kembali semua yang telah menjadi milik adiknya.

Chapter 2

Seorang wanita berparas cantik natural tanpa polesan apapun di wajahnya, menginjakan kembali kakinya di halaman rumah yang beberapa bulan ini dia tinggal. Matanya melihat rumah mewah berlantai tiga lengkap dengan pilar pilarnya yang kokoh. 

Dua hari lalu dia tiba di Indonesia berkat bantuan Bagas kakaknya. Hari ini dia nekat pergi sendiri untuk menemui Davin suaminya tanpa sepengetahuan kakaknya. Vey memastikan Bagas pergi ke kantornya sebelum dia pergi ke rumah tempat suaminya dan adik tirinya berada. 

Dengan langkah penuh semangat, dia sudah tidak sabar berjumpa dengan suaminya. Rasa rindu yang dia tahan berhari hari ingin dia lupakan hari itu juga.

Vey membuka pintu utama rumah mewahnya yang tidak tertutup rapat. Menandakan ada seseorang di dalam sana. Dia masuk begitu saja karena ini adalah rumahnya dan bukan rumah orang lain. Matanya melihat setiap sudut ruangan dan dia melihat dekorasi di dalam rumahnya telah berubah. Bukan hanya itu saja, foto pernikahan yang terpajang di ruang tamu rumahnya pun telah tiada. 

Rasanya ingin sekali dia mencakar-cakar wajah saudara tiri serta ibu tirinya. Mereka telah lancang menguasai serta merubah semua miliknya.

"Mas. Mas Davin! Mas Davin. Kamu di mana, Mas?" Teriakan Vey menggema, memanggil-manggil suaminya.

Vey memanggil manggil nama suaminya, berharap suaminya saat ini berada di rumah. Seorang asisten rumah tangga menegurnya karena Vey masuk ke rumah orang tanpa permisi. Asisten rumah tangga yang menegurnya itu tampak asing, berbeda dengan asisten rumah tangga sebelumnya. 

"Hey, siapa kamu? Lancang sekali nyelonong ke rumah orang tanpa permisi."

Suara asisten rumah tangga yang menegur Vey terdengar cukup keras hingga ke telinga Renata, Retno dan juga Davin. Vey hanya melirik dengan ekor matanya. 

"Hey, apakah kamu tuli?" tegurnya sekali lagi. Namun Vey tidak menanggapi. Vey tetap fokus memanggil-manggil nama suaminya.

Renata yang berada di dalam kamar ibunya pun bertanya kepada Retno ibunya, ada keributan apa di bawah sana. Retno pun juga tidak tahu, mereka pun turun ke lantai bawah untuk memastikannya. Davin yang baru keluar dari ruang kerjanya pun ikut turun karena penasaran.

Renata dan Retno berjalan menuruni anak tangga. Keduanya terkejut setelah melihat siapa orang yang berdiri tegak memandang ke arah mereka. Lebih tepatnya Vey memandang ke arah seorang pria yang berdiri di belakang saudara tiri dan ibu tirinya. 

"Dasar rubah betina! Kalian berdua apakan suamiku?" Teriak Vey.

Renata dan Retno nampak gugup. Mereka mengira Vey telah mati setelah kecelakaan itu terjadi. Nyatanya dia masih hidup dan saat ini berada di hadapan mereka.

Davin menuruni anak tangga. Matanya memandang ke arah Vey dan membuat Vey merasa senang. Melihat arah pandangan Vey tertuju bukan kepadanya, Renata langsung menoleh ke belakang. Dia juga melihat Davin berdiri di belakangnya menatap ke arah Vey.

"Mas Davin!!" Sapa Vey tersenyum manis pada suaminya. Davin mengernyitkan alisnya, dia sama sekali tidak mengenal wanita yang saat ini tersenyum kepadanya.

"Siapa kamu?" Tanya Davin. Dia benar-benar tidak mengingat Vey sama sekali, hal itu yang membuat jantung Vey serasa diremas cukup kuat. Sehingga rasa sakitnya membuat dadanya terasa sesak. 

Vey mencoba mengontrol dirinya, dia teringat ucapan Bagas, bahwa suaminya saat ini sedang amnesia. Wajar jika Davin tidak mengingat siapapun, yang tidak wajar adalah dua perempuan yang memanfaatkan kondisi suaminya saat ini.

Melihat keberadaan Davin di belakangnya, membuat Renata tersenyum. Renata berbisik di telinga ibunya, apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Retno memerankan peranya menjadi sosok nenek sihir yang sebenarnya.

"Siapa kamu? Kamu gak punya sopan santun nyelonong masuk ke rumah orang, ya?" Dengan angkuh, Retno bertanya pada Vey. Dia berpura-pura seolah tidak mengenal Vey.

Vey berdecak setelah melihat sandiwara ibu tirinya. Vey hanya diam tidak menanggapi sandiwara ibu tirinya. Karena melihatnya saja Vey sudah merasa muak.

"Mas Davin. Wanita itu punya niatan yang tidak baik. Dia ingin merebutmu dariku dan dia ingin menyakitiku, mas!!" Rengek Renata.

Renata tidak mau kalah dari ibunya, dia juga bersandiwara, menuduh Vey sebagai seseorang yang akan merebut Davin darinya. Tangannya memeluk lengan Davin cukup erat seolah dia tidak rela jika Vey mengambil Davin darinya. Ditambah air mata palsu sebagai pelengkap sandiwaranya demi menarik simpati Davin. Davin semakin bingung, dia merasa simpati kepada Renata dan membuatnya lebih percaya ucapan Renata.

"Bohong! Aku ini istri sahmu, mas. Dua rubah betina ini yang sebenarnya ingin memisahkan kita."

Vey tidak terima, lalu dia mengatakan kepada Davin bahwa dia adalah istri sahnya. Davin semakin bingung, karena dia tidak merasa pernah menikahi seseorang. Renata dan Retno lagi lagi menyela ucapan Vey, seolah semua ucapan Vey adalah tipuan belaka.

"Bohong! Jangan percaya ucapan wanita itu, karena semua ucapanya adalah kebohongan, Mas.Pasti kamu lebih percaya denganku, karena akulah yang selalu berada di sisimu selama ini, bukan?" Timpal Renata tidak ingin memberi celah pada Vey.

Renata memang pandai bersilat lidah, membuat Vey semakin muak karenanya. Dia adalah penyihir sebenarnya yang menyamar menjadi peri. 

"Lihatlah, mas! Ini cincin pernikahan kita dan masih melingkar di jariku. Kamu juga punya cincin seperti cincin ini, mas," ucap Vey. Sayangnya cincin di jari manis Davin sudah tidak ada dan entah kemana.

Vey terus meyakinkan Davin bahwa dia benar-benar istri sahnya. Vey berjalan mencari bukti bukti pernikahan seperti album foto dan poto poto yang terpajang lainya. Dia  ingin memperlihatkan  kepada suaminya, agar suaminya percaya ucapannya.

Melihat Vey yang tidak menemukan bukti sama sekali, membuat Renata dan Retno menahan tawanya. Bagi mereka Vey terlalu bodoh, untuk apa Retno dan Renata menyimpan foto poto Vey bersama Davi. Tentu saja mereka lebih memilih membuang semua hal tentang Vey dan Davin. Karena poto poto itu hanya akan menghambat semua rencana mereka berdua.

"Di mana kalian membuang foto pernikahan kami?" Teriak Vey kepada dua rubah betina yang menghancurkan hidupnya.

Like daughter like mom, anak dan ibu sama saja, sama sama liciknya. Davin sudah seperti ayah kandung Vey, yang dihasut oleh saudara dan ibu tirinya. Vey tidak akan tinggal diam, cukup ayahnya yang dikuasai mereka, tidak untuk suaminya.

Semakin lama Davin muak pada tiga wanita di hadapannya. Davin berbalik badan hendak kembali ke ruang kerjanya. Teriakan Vey membuat Davin mengurungkan niatnya.

"Demi Tuhan percayalah aku adalah istrimu, Mas. Mereka pasti membuang semua poto poto kita. Aku mohon percayalah dengan ucapanku, Mas. Aku adalah istrimu, satu satunya wanita yang kamu nikahi secara sah."

"Bohong, dia bohong, mas!!" Timpal Renata dengan air mata buayanya.

Renata terus saja memotong ucapan Vey. Dia tidak mau kalah begitu saja, dia tidak akan membiarkan Davin lebih mempercayai Vey dibanding dirinya. Renata mengeluarkan air mata palsu agar Davin terus bersimpati padanya. 

Vey tetap saja meyakinkan Davin bahwa dia adalah istri sahnya. Renata dan Vey seperti beradu argumen, saling memperebutkan Davin. Membuat kepala Davin semakin pusing karena dua wanita di hadapanya yang membuatnya semakin bingung. 

"Diam!!"

Davin berteriak, dia ingin menyudahi perdebatan antara Renata dan Vey. Davin memanggil security yang entah di mana ketika Vey dengan mudah masuk ke dalam rumahnya. Mendengar suara Davin yang menggelegar membuat security itu segera datang ke hadapan majikannya.

"Kemana saja kamu? Bagaimana bisa orang ini masuk ke rumahku begitu saja? Usir dia dari rumahku!!" Teriak Davin memerintah. Renata dan Retno menunjukan Dominance smilenya, seolah mencibir Vey.

Seorang security yang di perintah Davin pun segera melaksanakan tugasnya. Dia mencoba menyeret Vey keluar dari rumahnya.

"Lepaskan. Aku bisa berjalan sendiri!!" Vey memberontak minta dilepaskan dan dia bisa berjalan sendiri.

"Hey, rubah betina. Nikmati sisa tawa kalian saat ini, sebelum kedok kalian terbongkar nantinya," ucap Vey sebelum melangkahkan kakinya keluar meninggalkan suami dan rumah mereka dulu.

Dengan berat hati serta membawa luka yang menganga di hatinya, akhirnya Veypun pergi. Dia begitu hancur melihat perubahan sikap suaminya kepadanya. Tetapi Vey bisa memaklumi karena sikap Davin yang seperti itu karena kondisinya yang sedang amnesia. Di tambah lagi karena hasutan dari Renata dan ibu tirinya.

Kejadian yang baru saja terjadi padanya tidak membuatnya menyerah. Vey tetap bertekad merebut kembali suami serta semua yang dimilikinya.

Dia berjalan keluar dari pintu gerbang rumahnya. Dia terus berjalan sepanjang trotoar jalan dengan membawa luka serta tangisan. Mungkin saat ini dia hanya bisa menangis, tetapi setelahnya dia berjanji akan lebih kuat dari hari ini.

Chapter 3

Vey mengikuti kemanapun arah kakinya membawanya melangkah. Hingga dia sampai ke bawah apartemen milik kakaknya yang jaraknya tidak jauh dari rumah yang baru saja dikunjunginya.

Air matanya sudah mengering, namun dia kembali menangis ketika mengingat wajah suaminya. Sekuat apapun dia menahan, hatinya tetaplah hancur. 

"Tuhan, ini adalah ujian terberat di dalam hidupku. Tapi tolong beri kekuatan pada diriku agar kuat menghadapi semua ujian darimu."

Vey terus terisak hingga matanya merah dan kering. Sakit di hatinya membuat sekujur tubuhnya juga merasakan sakitnya. Seperti ada sesuatu yang tidak kasat mata menusuk hatinya dan itu sangat sakit.

Kebahagiaan singkat dengan suaminya yang tinggal kenangan. Wanita mana yang akan sanggup menerima kenyataan jika wanita lain merebut suami yang sangat dicintainya. Vey terus menangis, masih terbayang-bayang perubahan sikap suaminya kepadanya.

Vey sempat melihat Davin berbalik badan memunggunginya sebelum Vey pergi dari rumahnya. Hingga Vey menatap nanar punggung suaminya yang berjalan kembali ke lantai atas.

Vey terus menangis, hingga dia tidak sadar Bagas kakaknya telah kembali. Bagas panik melihat adiknya menangis. Dia bingung apa yang terjadi pada adiknya.

"Vey. Katakan kenapa kamu menangis? Siapa yang membuatmu menangis?" Tanya Bagas yang khawatir.

Vey mendongakan wajahnya, melihat kakaknya yang sedang memperhatikanya. Vey langsung berdiri berhambur ke pelukan Bagas.

"Apa yang terjadi? Kenapa kamu menangis, Vey?" Tanya Bagas sekali lagi.

Sebelum menceritakan semua yang terjadi padanya. Vey meminta maaf terlebih dahulu kepada kakaknya. Karena pada saat kakaknya pergi ke kantor, diam diam Vey pergi menemui suaminya. Sontak Bagas terkejut lalu memeriksa kondisi adiknya takutnya ada yang terluka.

"Mereka tidak melukai fisiku, kak! Yang mereka lukai adalah hatiku," ucapnya diikuti isak tangis yang tidak bisa di tahan ya.

Bagas memeluk adiknya semakin erat, mencoba menenangkannya. Dia tahu ini sangat berat bagi adiknya. Tetapi apalah daya, semua sudah terjadi. Bagas menyayangkan adiknya yang terlalu gegabah. Seharusnya dia menunggu Bagas untuk menemaninya ke sana.

"Kak. Kakak sudah berjanji akan membantuku, bukan?"

Vey meminta bantuan kepada kakaknya, tentu saja kakaknya pasti membantunya. Bagas sangat menyayangi Vey dan ingin adiknya kembali seceria dulu. Ibunya telah tiada, ayahnya telah dikuasai ibu tirinya. Hanya Vey satu satunya keluarganya yang akan dia jaga dan dia perjuangkan.

"Aku ingin melamar menjadi sekretaris di perusahaanku. Bagaimana menurutmu, kak? Kakak bisa membantuku masuk dengan mudah?"

Vey mengutarakan keinginan untuk melamar menjadi sekretaris di Wing Corporation. Sontak Bagas dibuatnya heran akan niatan adiknya. Kenapa Vey harus melamar menjadi sekretaris, padahal dia pemilih perusahaan itu. Saham Vey lebih besar dibanding saham suaminya.

Begitulah Vey, dia adalah pemilik saham terbesar di Wing Corporation. Tetapi tidak satupun orang yang mengetahuinya kecuali suami dan kakaknya.

Menjadi istri yang baik dan menunggu suaminya pulang kerja adalah kebiasaanya dulu. Meskipun Vey adalah orang kaya, Vey tetaplah wanita biasa dengan penampilan yang sederhana.

"Kenapa tidak kamu ambil alih saja perusahaan itu, Vey? Kenapa harus menjadi sekretaris?" Tanya Bagas tidak habis pikir dengan kemauan adiknya. Vey menghapus air matanya kemudian dia tersenyum menatap kakaknya. 

"Jika menjadi sekretaris bisa membuatku dekat dengan suamiku, maka apa yang salah, kak? aku juga bisa mengawasi suamiku serta aset asetku di perusahaan itu, bukan?" 

Setelah difikir fikir ucapan Vey memang ada benarnya. Bagas menjadi paham niat dan tujuan adiknya. Tidak diragukan lagi, Vey memang cerdas dari dulu. Bahkan Wing Corporations semakin berkembang pesat juga karena campur tangan nya. Meskipun hanya di rumah menunggu suaminya, Vey juga memantau perkembangan perusahaanya. Dia wanita pintar, tidak perlu pergi ke kantor untuk mengerjakan semua pekerjaannya.

"Itu juga satu-satunya cara. Mengingat kondisi Mas Davin saat ini. Dia tidak percaya semua ucapanku yang mengatakan bahwa aku adalah istrinya. Dengan menjadi sekretaris, maka aku bisa setiap hari bertemu dengan suamiku. Aku bisa meeting atau bahkan melakukan perjalanan bisnis berdua dengan suamiku, bukan?"

"Lalu kapan rencanamu itu akan kamu mulai?" Tanya Bagas memastikan. Bagaimanapun dia akan berada di belakang adiknya untuk selalu melindungi Vey.

Rencana yang telah Vey susun, dia akan mencoba mengirim surat lamaran nya besok siang. Berharap dia bisa diterima dan memperlancar rencananya. Atau bisa saja Vey langsung datang ke Wing Corporation untuk melamar secara langsung.

Bermodal kecantikan dan kepintaran yang dia miliki, Vey yakin dia pasti diterima. Apa lagi dia sudah tahu semua tentang Wing Corporation, karena memang yang mengelola selama ini adalah dia.

"Kakak akan membantumu, pasti kamu akan diterima dengan sangat mudah!!"

Bagas sangat yakin akan ucapanya itu. Siapa yang akan menolak wanita cerdas seperti adiknya. Bukan hanya cerdas, adiknya memiliki inner beauty yang tidak semua wanita miliki.

Vey berhambur memeluk kakaknya, mereka adalah kakak beradik yang sama sama berjiwa bisnis. Bahkan perusahaan Vey Wing Corporation juga bekerjasama dengan perusahaan milik kakaknya.

Vey meminjam laptop kakaknya untuk membuat surat lamaran. Besok dia akan menyerahkan sendiri surat lamaranya di Wing Corporation. Dia juga ingin melihat kondisi perusahaan saat ini. Karena beberapa bulan ini, selama koma dia tidak mengetahui perkembangan perusahaan.

Ditambah lagi kondisi suaminya yang sedang amnesia. Vey khawatir jika Renata dan ibu tirinya merencanakan sesuatu untuk mengambil alih perusahaannya juga. Walaupun kesanya mustahil, karena semua berkas berkas sudah berada di tangan Bagas.

Untung saja kakaknya bertindak dengan sangat cepat. Dia mengamankan semua aset aset milik Vey di saat Vey sedang koma. Menyisakan aset aset milik Davin dan rumah mewahnya.

Vey tidak masalah bila Renata dan ibu tirinya menguasai rumah mewahnya. Vey masih bisa membangun istana yang lebih mewah dari rumahnya yang telah di kuasai dua wanita yang saat ini di bencinya.

Tapi apalah arti istana tanpa suami yang dulunya sangat mencintainya. Vey bertekad akan mengejar cinta suaminya kembali. Melakukan segala upaya agar Davin bisa mengingatnya kembali.

****

Ke esok harinya tepatnya sebelum jam makan siang. Vey mendatangi perusahaanya sebagai pelamar kerja. Penampilanya kali ini sangat berbeda, sehingga setiap mata yang melihatnya dibuatnya kagum.

Tampil cantik dengan pakaian kerjanya, walaupun sederhana tetapi tetap terlihat berkelas, anggun dan elegan. Vey mengenakan atasan blouse berwarna putih tulang dengan paduan rok pensil selutut dengan warna senada.Melihat penampilanya saja, orang orang sudah bisa menebak bahwa Vey adalah wanita yang cerdas dan berkelas.

Dengan langkah penuh percaya diri dia langsung menuju ruang bagian hrd untuk menyerahkan surat lamaranya sekaligus berkas-berkas lain.

Di sana bukan hanya Vey saja, banyak orang orang yang melamar menjadi sekretaris Davin di Wing Corporation. Namun diantara banyaknya orang yang melamar, Vey adalah wanita yang paling menonjol dan cocok menjadi kandidat terpilih menjadi sekretaris di perusahaanya.

Tidak menunggu waktu lama, berkat campur tangan kakaknya juga, akhirnya Vey terpilih menjadi sekretaris Davin. Vey sangat senang, dan akan memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.

"Tunggu pembalasanku, rubah betina!!" Gumamnya dalam hati, membayangkan wajah ke dua wanita yang menghancurkan hidup Vey.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!