KRIIIINNGGG!
Dering alarm membahana memenuhi kamar dengan nuansa serba pink itu, sehingga mengganggu tidur seorang gadis cantik dengan rambut berwarna pirang kecoklatan yang kini bukannya bangun malah...
PRAK!
PRAK!
KRRRINNGG!
Gadis cantik itu mengeluarkan satu tangannya dan memukul mukul alarm cantik berbentuk jamur itu namun sayang bukan berhenti alarm sialan itu malah terus saja berdering.
"Hish...ganggu orang tidur aja deh! Dasar alarm sialan!"
Gadis itu menyingkap selimutnya dan nampaklah wajahnya yang sangat cantik walau masih dengan muka bantalnya dan juga dengan mata yang masih terpejam. Gadis itu perlahan membuka matanya dan seketika nampaklah manik mata yang begitu teduh berwarna coklat kehijauan itu melirik malas ke arah alarmnya.
Diulurkannya tangannya ke arah benda yang terus berdering menyebalkan itu, dirinya lalu membuka jendela yang ada tepat di atas kepala ranjang dan sejurus kemudian...
SYUUT!
PRAK!
Gadis itu menengok ke bawah dimana jam yang malang itu kini bernasib tragis hancur berkeping keping setelah terjun bebas dari lantai dua rumahnya.
"Hahh...damai sekali," ucapnya seraya kembali menyamankan posisinya dengan kembali bergelung di atas ranjangnya dan menaikan lagi bedak cover tebal berwarna soft pink itu. Tapi baru juga menutup mata tiba tiba,
CEKLEK!
"EEEEEEEMMMM!
BANGUN! SUDAH JAM BERAPA INI!"
Seorang wanita paruh baya yang masih cantik walau usianya tak lagi muda itu kini masuk dan menarik narik selimut yang dikenakan oleh gadis cantik bernama Em yang tak lain adalah putrinya sendiri.
"Mom, biarkan aku tidur satu jam lagi. Ini hari liburku mom," ucap Em dengan suara serak dan parau seraya merapatkan lagi selimutnya.
Klaim
"Maka dari itu Mommy membangungakmu, bukankah kau bilang hari ini akan pergi ke disneyland bersama teman temanmu?"
Deg!
Em langsung bangun dan membelalakkan matanya dengan ekspresi horor, gadis cantik itu lantas menatap ibunya yang kini berkacak pinggang dengan kepala yang digelengkan kecil.
"Sekarang jam berapa mom?" tanya Em dengan muka panik dan tangan yang mulai menyingkap selimut tebal yang dia kenakan.
"Sekarang sudah jam delapan
lebih."
"Aaaa...aku telat!"
Em langsung turun dari ranjang dan lari terbirit birit menuju kamar mandi untuk membersihkan diri karena dirinya sudah telat untuk acara weekend nya dengan teman teman kuliahnya.
Sang ibu hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat tingkah putri bungsunya masih saja suka kekanak kanakan dan tidak pernah bisa bangun pagi dan harus selalu dibangunkan.
"Aku khawatir dia tak bisa menjadi seorang istri yang baik suatu saat nanti," ucap ibu Em seraya merapikan tempat tidur sang putri yang bagaikan kapal pecah.
Setelah merapikan tempat tidur sang putri wanita paruh baya berambut pirang itu turun untuk bergabung dengan anggota keluarganya yang lain di meja makan. Sampai disana dirinya langsung disambut dengan cerewetnya cucu pertamanya yang sekarang disuapi makan oleh ibunya.
"Mana Em, Mom? Apa dia belum bangun juga?" tanya putra sulungnya yang kini menyuapi istrinya yang katanya sedang tidak enak badan.
"Huuh...kau seperti tidak tahu saja bagaimana adikmu itu. Dia terus saja bersikap seperti bocah, momny tak yakin dia bisa menjadi istri yang baik suatu saat nanti," keluh wanita paruh baya itu seraya mendudkkan diri di samping sang suami yang kini sedang membaca koran di kursinya.
"Oh ayolah Mom, Em bahkan tidak punya pacar."
Semua orang langsung menatap ke arah sumber suara dimana kini gadis yang sejak tadi dibicarakan itu kini sudah datang dengan dress pendek ketat berwarna hitam dan sebuah jaket crop top berbahan jeans dibagian luarnya. Rambutnya juga sudah diikat tinggi tinggi.
"Kenapa pakaianmu seperti itu Em, apakah Daddy kurang memberikan uang sehingga kau memakai pakaian kurang bahan seperti itu?" tanya sang ayah yang kini menggelengkan kepala melihat penampilan putrinya.
"Ayolah Dad, ini fashion. Sudahlah, Em pergi dulu ya."
Cup!
Gadis itu mencium pipi sang ayah lalu secepat kilat melarikan diri sebelum kakaknya juga ikut mengomel.
"Em tunggu! Kau tidak sarapan dulu?!" ucap sang ibu yang kini bangkit sambil memegang satu buah roti isi berniat mengejar putri bungsunya.
"Tak perlu mom, Em akan makan diluar saja!" jawab Em seraya berteriak karena sudah hampir mencapai pintu utama dan bersiap keluar.
Gadis itu langsung melesat keluar membuat sang ibu dadanya yang selalu dibuat kesal dengan tingkah putrinya.
"Lihatlah itu, aku tidak yakin Em bisa mendapat suami dengan tingkahnya itu," keluh ibunya sambil memijat keningnya yang selalu pusing dengan putri bungsunya yang begutu pecicilan.
"Tenang saja, Daddy akan mencarikan suami yang bisa membimbing Em menjadi wanita yang baik."
Semua orang langsung menatap si kepala keluarga dengan mata terbelalak sempurna, sedangkan yang ditatapan kini malah menggendikkan bahunya seraya tersenyum misterius.
"Eemm...lama banget si kamu ," ucap salah satu temannya yang sudah menunggu dirinya di depan loket disneyland sejak setengah jam yang lalu.
"Hehe...maaf ya, aku telat bangun tadi pagi," ucap Em merasa tidak enak tapi setelah melihat tiga orang pria yang baru saja berjalan dari arah loket itu membuat Em langsung menggerutkan keningnya."Eh tunggu! Kenapa kalian membawa pasangan?" tanya Em merasa kesal.
"Hehe, ya kan karena kami punya pasangan Em. Sekalian quality time karena kekasih kami itu sudah bekerja jadi jarang punya waktu berdua," ucap salah satu temannya yang merasa sedikit tidak enak sebab dia tahu Em belum pernah berpacaran.
"Makanya Em, cari pacar gih. Betah banget jomblo terus, udah kuliah juga masa masih jomblo sih Em. Kampus kita itu banyak cowok tampan loh," ucap temannya yang lain seraya bergelayut manja di lengan kekasihnya.
"Iya nih Em, cari pacar gih. Pacaran itu enak tahuu," ucap yang lain tanpa rasa berdosa sedikitpun karena secara tak langsung sudah membully Em uang sudah menjadi jomblowan sejati sejak dulu.
"Hehe...yaudah masuk yuk," ucap sahabat Em yang langsung menggandeng tangan kiri Em dan tangan satunya menggandeng kekasihnya sendiri.
Dirinya agak kasihan juga melihat muka Em itu. yang puntung
Mereka lantas masuk ke dalam disneyland dengan tiket yang sudah dipesankan oleh para kekasih mereka. Dan di sinilah letak kekesalan Em, padahal niatnya untuk hilling bersama teman temannya untuk membunuh suntuk setelah kuliah yang begitu menguras otak eh mereka semua malah mulai berpengaruh sendiri sendiri dengan kekasih masing masing.
"Tau gini tadi tidur aja gak usah berangkat. Daripada jadi obat nyamuk," keluh Em seraya memilih malah bandara berbentuk lucu khas ala tokoh Disney.
Klaim
"Ya makanya kan aku sudah bilang kau harus cari pacar. Cantik cantik kok jomblo," ucap salah satu temannya yang langsung mengundang gelak tawa yang lainnya.
"Mau kenalan sama teman kami saja tidak? Dia juga jomblo tapi ya sibuk kerja terus," ucap salah satu kekasih dari teman teman Em itu.
"Haha...iya Em terima aja gih tawarannya daripada jomblo terus, kalau keluar sendirian terus.
Nggak malu tuh sama bocah yang ada di sana itu," ucap teman Em seraya menunjuk ke arah sepasang anak kecil perempuan dan laki laki yang sedang bergandengan tangan, mungkin umurnya masih dua belasan tahun.
"Aku nggak jomblo ya, aku ini single dan single itu pilihan," kilah Em dengan muka yang mulai merah menahan kesal.
"Halahh...bilang aja nggak ada yang mau," ledakan salah satu teman Em membuat gadis itu meradang.
"Jaga ucapanmu ya! Kata siapa tak ada yang mau denganku, banyak yang mau denganku! Aku itu pemilih tahu," ucap Em dengan raut wajah yang sudah merah karen menahan kesal yang sudah ada di ubun ubun.
***
visual
* Jonatahn
* Emerald
----
"Hahaha...coba buktinya, besok kamu bawa foto ciuman sama pria yang katanya mengantri untukmu itu," tantang salah satu temannya itu.
"Eh, apa apaan sih Jul—"
"OKEY! ku terima tantangan!"
Beatrice menatap tak percaya ke arah sahabatnya yang langsung menyetujui begitu saja tantangan tak masuk akal dari teman mereka itu.
"Em, kenapa di- Em! Emerald! Mau kemana?!"
Beatrice memekik dan beteriak memanggil sahabatnya itu yang kini sudah berjalan secepat kilat meninggalkan mereka semua yang mana teman temannya malah tertawa tawa saat ini. Beatrice menatap tidak suka kepada yang lain.
"Kalian itu apa apaan sih! Itu keterlaluan tahu! Masalah pasangan itu bukan hal yang bisa kalian ikut campur. Gue nyesel ikut kalian ke sini!"
Beatrice langsung menarik kekasihnya menjauh dari kedua temannya yang lain yang malah tak merasa berdosa sama sekali malah meneruskan aksi makan es krim mereka.
Hari sudah malam dan Em masih duduk di bangku taman sambil memegang sebuah es krim yang kini meleleh. Tak hanya es krimnya yang meleleh tapi air matanya juga terus saja menetes.
Gadis cantik bernama lengkap Emerald Stephany Emersson itu meratapi nasibnya yang terus saja jomblo di usianya yang hampir menginjak umur dua puluh tahun itu. Tidak ada yang menembak ya seumur hidupnya ini dan dia enjoy saja, tapi itu malah membuatnya di bully oleh teman temannya.
"Memang apa salahnya tidak punya kekasih? Toh tidak wajib juga," ucap gadis itu di sela sela tangisnya.
Kalimat itu sudah diucapkannya hampir seratus kali sejak tadi pagi duduk di sana. Di sampingnya banyak sekali sampai snack yang diwadahi menjadi satu di dalam kantong kertas. Tumpukan tisu juga nampak berserakan bahkan hampir satu kotak penuh Em habiskan untuk menghapus air matanya.
"Okey, aku nggak boleh nangis terus. Akan aku buktikan kalau banyak yang mau denganku, dia bilang foto ciuman kan?! Akan aku tabok wajahnya dengan foto ciumanku!"
Setelah membulatlan tepatnya, Emerald lantas membersihkan semua sampahnya dan setelah selesai dirinya lantas menghentikan sebuah taksi untuk menuju tempat dimana dirinha akan mendapatkan seorang pria yang pastinya bakal mau menjadi kekasihnya.
Mobil berwarna kuning itu malaju menembus padatnya lalu lintas California dan tak lama setelahnya mobil berhenti di depan sebuah gedung dengan plakat besar bertuliskan V.I.P. Emerald memberikan ongkos untuk taksi yang dan menarik nafas panjang sebelum melangkahkah kakinya masuk ke dalam gedung yang mulai ramai ketika matahari benar benar sudah hilang dan digantikan sinar rembulan itu menghentikan sebuah taksi untuk menuju tempat dimana dirinya akan mendapatkan seorang pria yang pastinya bakal mau menjadi kekasihnya.
Mobil berwarna kuning itu malaju menembus padatnya lalu lintas California dan tak lama setelahnya mobil berhenti di depan sebuah gedung dengan plakat besar bertuliskan V.I.P. Emerald memberikan ongkos untuk taksi yang dan menarik nafas panjang sebelum melangkahkah kakinya masuk ke dalam gedung yang mulai ramai ketika matahari benar benar sudah hilang dan digantikan sinar rembulan itu.
Emerald mulai masuk dan langsung disambut dengan dentuman musik yang keras dan memekakkan telinga, seketika Em langsung menutup telinganya karena musiknya sangat keras.
"Kalau sampai kakak tahu, bisa bisa diseretnya aku pulang sambil menjewer telingaku," gumamnya dengan mata yang terus melihat ke lantai dansa yang mulai ramai diisi oleh orang orang yang sibuk menari seperti cacing kepanasan itu.
Emerald akhirnya mendekat ke arah bertender yang kini sibuk menyajikan minuman untuk orang tamunya itu. Emerald duduk dan memperhatikan seorang pria tampan yang kini sedang mengocok berbagai campuran alkohol dalam gelas khusus itu sebelum menuangkannya di dalam sebuah gelas berkaki tinggi.
Setelah menyajikan cocktail untuk tamu eksklusifnya itu pria itu menghampiri Emerald yang terpaku dengan ketampanan pria itu.
"Anda mau memesan apa nona cantik?" tanya pria itu dengan tatapan yang mengerling genit, membuat Emeradl salah tingkah.
"Em...y-yang tidak terlalu keras saja," ucap Emerald dengan senyum malu malu.
Dalam hati dia juga berfikir bagaimana caranya menggaet pria tampan itu agar mau menjadi kekasihnya hanya dengan satu malam saja.
"Baiklah, tunggu sebentar okey?"
Pria tampan dengan rambut berwarna pirang dan kulit yang berwarna tan itu kini sibuk meracik minuman untuk disajikan pada Emerald dan kini setelah selesai pria itu langsung menyajikan sebuah minuman berwarna sedikit merah muda di dalam gelas berkaki tinggi ke Emerald.
"Raspberry soft Vodka untuk nona yang cantik ini."
Klaim
Emerald mulai meraih gelas berkaki tinggi itu dan nampak menimbang nimbang sebelum menegakkan minuman itu. 'Aku belum pernah minum alkohol sebelumnya. Ah tapi ya sudahlah, sekali saja tak masalah ya ucapnya dalam hati. kan?'
Dengan perlahan namun pasti Emerald menegakkan minuman itu dan dirinya langsung mengernyit merasakan rasa pahit bercampur rasa serupa rasberry mengenai indra pengecapnya. Namun lama kelamaan rasa panas langsung menjalar ditenggorokannya begitu dia menelan minuman itu.
"Ini enak," ucapnya dengan mata berbinar.
Bagai ketagihan, Emerald langsung meneguk satu gelas vodka itu dalam sekali teguk. Dan dirinya meminta untuk diberikan segelas lagi dan segelas lagi bahkan sampai gadis cantik itu mulai meracau tidak jelas.
Emerald bahkan hendak meminum satu gelas lagi sampai Tiba Tiba,
Tap!
"Berhenti minum alkohol. Apa kau tak sadar kalau kau bahkan sudah mulai mabuk?" ucap seorang pria yang merebut gelas milik Emerrald tadi.
"Hai pria tampan, kau mau menjadi pacarku tidak. Hik... aku jomblo dan dibilang teman temanku jadi mau tidak menjadi pacarku dan kita ciuman sebagai bukti kepada teman temanku nanti," ucap Em dengan sesekali cegukan dan bau alkohol langsing menguar dari mulutnya begitu dia membuka mulut.
"Berhentilah meracau tak jelas seperti itu. Kau sudah mabuk, sadarlah! Ayo aku antar kau pulang," ucap pria itu seraya menurunkan Emerald dari atas kursi bar dan seketika Emerald langsung menyambar bibir pria yang tidak dapat dilihatnya dengan jelas itu.
Cup!
Pria itu amat terkejut saat tiba tiba gadis itu menyambar bibirnya dan tanpa pria itu sadari Em menyalakan ponselnya lalu...
Cekrek!
Emerald memotret aksi ciumannya itu dengan posisi gadis itu menatap kamera dan dirinya membelakangi kamera.
"Bibirmu sangat manis tuan," ucap Em sambil mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu dan menataonya dengan wajah yang sayu dan mata yang menatap genit.
"Dasar tidak waras, kau sudah kelewat mabuk," ucap pria itu seraya berusaha menjauhkan wajah Emerald yang kini mulai mengendus endus lehernya.
"Hei gadis nakal, kenapa kau malah mengendus leherku."
Emerald tak memperdulikan pria itu dan kini malah semakin nakal saja menjilat leher sang pria yang entah bagaimana terasa sangat manis dalam indra pengecap Emerald. Em serasa menjilat es krim.
"Kau begitu manis tuan es krim, kau sangat manis seperti es krim," racau Emerald dengan suara yang mulai tidak jelas.
__&&&
"Baiklah, kau yang memancingku jadi jangan sesali apapun nona."
Emerald tak memperdulikan ucapan pria itu, dirinya juga tak memperdulikan ketika pria itu membawanya ke sebuah hotel mewah yang berada persis di sebelah club malam itu. Entah bagaimana mulanya yang jelas kini dirinya sudah dalam keadaan tak berbusana dengqn bibirnya sensual pria itu yang kini sibuk menikmati kedua bongkahan pejal dan bulat miliknya. Jari jemari pria itu juga sudah melakukan berbagai aksi dibagian terlarang miliknya. Kedua jari panjang itu seolah berusaha mendapatkan ujung lorong hangat itu dan berusaha membuat Emerald bergerak gelisah karena gempuran hsratnya, dadanya yang bulat dan kenyal itu juga semakin turun dan naik dengan tempo yang perlahan mulai cepat saat sesuatu dari dalam tubuhnya mulai mendesak keluar.
"Arrrgh....o-Ouuwwhh"
Seiring dengan teriakkan tertahan yang dilontarkan Emerald pertahanannya pun sudah gugur seiring sesuatu yang benar benar keluar dengan tubhh yang bergetar bukan main bahkan terasa semakin enak ketika pria terus menggerakkan jarinya pelan dan menambah kenikmatan yang Em rasakan.
Pria misterius itu tersenyum menyeringai lali menarik jari telunjuk dan jari tengahnya yang sudah basah dengan cairan lengket yang tadi dikeluarkan oleh Emerald.
Pria itu lantas berdiri dan membuka kancing-kancing kemejanya, terlihat tubuhnya yang terpahat sempurna dengan bentuk seperti dewa yunani yang langsung membuat Emerald menelan ludah melihat tubuh polos yang sangat menggiurkan itu. Itu adalah cerminan tubuh seorang pria yang terkadang terselip di mimpi indahnya tentang pria idamannya yang dia inginkan menjadi pendamping hidupnya.
Pria itu kembali menindih tubuh Emerald dan itu adalah untuk pertama kalinya mereka bersentuhan secara langsung, bergesekan, memuaskan hasrat satu sama lain.
"S-sakitt...i-ini sakitt."
Emerald merasakah bagian kewanitaannya terasa sakit ketika sebuah benda yang besar dan tumpul itu mencoba memasuki lembah kenikmatan miliknya yang sejak tadi dimainkan dengan jari dan lidah itu.
"T-tahan sebentar, Aku akan pelan."
Pria itu terus memajukan pinggulnya dan perlahan namun pasti pria itu berhasil mengoyak selaput yang menghalangi kejantanannya sejak tadi.
Pria tampan itu lantas menghentikan pinggulnya dan memberikan jeda agar Emerald terbiasa dengan miliknya yang sudah terbenam sempurna.
"Kau begitu cantik Nona, aku rasanya benar benar ingin menjadikanmu sebagai milikku."
Pria itu lansung mendorong pinggulnya dan menarik kembali lalu menghentakk dengan keras membuat Emerald memekik nikmat dan setelahnya hanya ada suara ******* dan decit ranjang juga geraman pria itu ketika milik Emerald mencengkeram erat miliknya.
"Ah! Ah! F-Faster.... Please."
"As you wish my darling."
Waktu seakan berjalan begitu cepat ketika kenikmatan benar benar menguasai tubuh keduanya. ketika pria itu menghentak hentak dengan begitu dalam sampai membuat Emerald menampilkan ekspresi yang benar benar menunjukkan kenikmatan saat benda itu mencium bibir rahimnya dengan kuat membuatnya gemetar lagi.
"A-Aku...Ahhh..." Suara Emerald yang mendesah nikmat itu kian lama kian tak beraturan yang mana itu tandanya gadis cantik itu akan mendapatkan kembali pelepasannya.
Pria itu lantas menenggalamkan wajahnya di pertolongan leher Emerald dan pinggulnya semakin menghentak keras dengan kaki yang mulai bergetar pertanda kalau dia akan segera mendapat pelepasannya.
"Faster...Faster..A-Aku..aku... t-tidak tahann...ahhh."
"Grrhhhh.....Emerald."
***
Sinar matahari pagi yang masuk melalui celah dari tirai jendela hotel yang tebal itu membuat tidur seorang gadis cantik dengan rambut pirang kecoklatan terganggu. Manik matanya yabg berwarna kehijauan itu tersembunyi di dalam kelopak matanya yang terus sejam tadi.
Emerald, gadis yang semalam baru saja melepaskan gelar gadisnya dan resmi menjadi seorang wanita itu nampak menggeliatkan tubuhnya yang bergelut di atas ranjang empuk hotel dengan sprei berwarna putih itu. Gadis itu juga merapatkan selimut yang membalut tubuhnya yang memang dalam keadaan polos dan hanya terbungkus selembar selimut.
Gadis itu terus bergelung dan merapatkan selimutnya seolah tak mau bangun dari atas ranjang yang empuk itu hingga tiba tiba sebuah dering smartphone yang terus bergema membuat gadis itu mau tak mau harus bangun dari tidur cantiknya.
"Siapa sih yang nelpon pagi pagi," gumamnya seraya mengeluarkan tangannya meraba raba di sebelah bantal, tempat dimana biasanya dia menaruh smartphone canggih kesayangannya itu.
"Aduh keman sih ponsel sialan itu! Semalam kan ada di sini
Emerald menggerutu kesal dengan kelopak mata yang senantiasa terpejam. Dirinya masih tak sadar dengan kondisi tubuhnya dan keadaan sekitar dimana tempatnya tidur yang tentu saja sangat berbeda dari tempat biasa dirinya dibangunkan oleh sang ibu. Karena ponsel yang dia cari tidak kunjung didapatkan, akhirnya gadis itu mulai membuka matanya dan mengerjap ngerjapkan kelopak matanya untuk beberapa saat, dan sejurus kemudian matanya langsung membelalak lebar begitu sadar dimana dirinya berada saat ini.
"Oh my god! Apa yang aku lakukan disini!"
Dengan gerakan yang sangat cepat Emerakd langsung membangunkan tubuhnya dan gadis itu semakin dibuat tak percaya ketika selimut putih yang sejak semalam membungkus tubuhnya itu seketika merosot begitu dirinya merubah poisisi dari i yang semula menjadi duduk.
"AAAA.."
Emerald meraih lagi selimut yang melorot itu secepat kilat untuk menutupi bagian yang terbuka. Ralat- bukan hanya bagian atasnya yang telanjang sempurnya tapi seluruh tubuhnya benar-benar sudah polos tanpa sehelai benangpun ketika Em mencoba mengintip ke dalam selimut.
"Huwaaaa...Momyyyy. seseorang menodaiku Mommm."
Emerald langsung menjerit seraya meneteskan air matanya karena baru sadar kalau iatelah melepaskan mahkotanya untuk seseorang yang bahkan tidak dia ketahui sosoknya itu. Dia bahkan melihat bercak merah kering yabf ada di atas ranjang tepat dibawah bokongnya. Apalagi kalau bukan noda sebuah darah. Darah yang mengindikasikan kalau pertahannya sudah dibobol dengan sempurna.
"Hikss...kenapa aku bodoh sekali. Aku cuma mau pacar, bukan melepas keperawananku seperti ini. Huuuhu....bagaimana kalau aku hamil," ucap gadis cantik itu di sela sela tangisnya.
Duak!
Duak!
Duak!
Emerald terus meneteskan air matanya terisak isak seraya memukul kepalanya sendiri. Gadis itu menangis lumayan lama sampai hampir seperempat jam lamanya. Tiba-tiba terdengar lagi dering smartphonenya dan saat itu baru dia sadar kalau benda pipih mahal itu masih di dalam tas selempang yang kemarin dia bawa.
Dilihatnya sebentar nama orang yang menghubunginya itu, sejurus kemudian EmerLd langsung membellaakkan matanya begitu melihat nama sang kakak tertera di layar ponsel. Tak mau membuat kakaknya semakin marah maka Emerald langsung menggeser icon berwarna hijau dan menerima telepon dari kakaknya itu.
"Hallo ka-"
["Em! Darimana saja kamu hah?! Menginap dimana kamu?! Kakak telepon sejak semalam kau tak mengangkatnya! Apa kau tak tahu kami semua mencemaskanmu hah?! Temanmu dihubungi juga tidak bisa, kenapa kau semalam tak pulang? Dimana kau sekarang?!]
Emerald langsung menjauhkan teleponnya begitu mendengar omelan kakaknya yang memang suka over protektif itu. Emerald sempat melihat bar notifikasi dimana memang banyak sekali riwayat panggilan tak terjawab dari semua anggota keluarganya.
"M-maaf kakak. Em... m-menginap di rumah Beatrice," jawab Em seraya berusaha menormalkan suaranya yang parau karrna habis menangisi nasibnya.
["Pulang sekarang juga! Kau mau membuat Mommy jantungan memikirkanmu hah?!"] Cerocos kakaknya tiada henti.
Ya begitulah Emerald diperlakukan oleh keluarganya, dia sudah hampir menginjak usia dua puluh tahun tapi masih saja diperlakukan seperti bocah berumur tujuh tahun yang harus selalu tepat waktu pulang kerumah, yang harus selalu melapor kemana saja dia pergi dan harus menerima omelan kakaknya setiap saat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!