NovelToon NovelToon

RACE For LOVE

(R) PROLOG - SIAPKAN BALAPAN!

"Arghh!"

Dash menggeram kesal ketika sebuah sepatu kets mengenai kepalanya. Tak ada yang berani melawannya di Universitas itu, apalagi dengan imej nya yang merupakan seorang ketua geng motor bernama Dazz, yang ia ambil dari nama Perusahaan Ayahnya, Dazzling Group.

Dash berdiri dan memutar tubuhnya. Salah seorang mahasiswa yang tadinya terduduk di bawah karena kakinya dijegal oleh Dash, langsung berlari dan berdiri di belakang tubuh si pelempar sepatu.

"Ia sengaja menjegal kakiku, Xin," bisik pria itu di telinga Xin.

Xin menatap Dash dengan tajam, begitu pula sebaliknya. Sempat Dash terpesona melihat kecantikan Xin, tapi ia langsung kembali ke mode awalnya yang serius. Dash tak pernah diperlakukan seperti itu oleh gadis mana pun. Biasanya para gadis akan selalu ingin menempel padanya. Bahkan mereka rela melempar tubuh mereka ke atas tempat tidur Dash hanya demi menjadi kekasih Dash.

Dash melangkah mendekati Xin, namun tak sekalipun Xin merasa takut. Ia tegap berdiri tanpa tergoyahkan dan membalas tatapan Dash. Jarak wajah keduanya hanya sekitar sepuluh centimeter.

"Berani kamu padaku?!" ucap Dash dengan nada sedikit menantang.

"Menurutmu?" Xin seakan menantang Dash dan menabuh genderang perang dengan putra donatur tetap Universitas itu. Xin sangat tahu siapa Dash, tapi ia tak peduli.

"Untung saja aku tak pernah memukul seorang wanita. Lihat saja nanti pembalasanku!" bisik Dash dengan geram.

Setelahnya, Dash pergi dari sana. Beberapa sahabat Dash mengambil tas milik Dash, kemudian mengikuti langkah Dash keluar dari kantin. Mereka menunjukkan kepalan tangan mereka pada pria yang kini masih berdiri di belakang Xin.

*****

Plakkk

Terdengar suara tamparan yang begitu nyaring. Dash yang baru saja sampai di teras, dekat pintu masuk, menghentikan langkahnya. Ia terdiam mendengarkan pertengkaran kedua orang tuanya. Ini memang bukan yang pertama dan ia sampai tak bisa lagi menghitung berapa kali keduanya bertengkar.

"Pukul aku, tampar aku! Jika itu membuatmu puas!" ucap Fernando Ruiz, Ayah Dash sang pemilik Dazzling Group.

"Aku tak akan pernah puas jika kamu belum menceraikanku!" teriak Lecca, Ibu Dash.

"Menceraikanmu dan membiarkanmu bersenang senang dengan pria lain?" tanya Fernando.

"Lalu apa bedanya dengan dirimu? Bukankah kamu juga bersenang senang dengan wanita lain? Apa hanya dirimu yang boleh melakukannya?" ungkap Lecca geram.

Dash terdiam di balik pintu, mendengarkan percakapan itu seakan membuka aib kedua orang tuanya.

"Jadi ceraikan aku sekarang!"

"Apa itu yang kamu inginkan? Kalau kamu menginginkan perceraian, akan aku kabulkan! Tapi ingatlah bahwa kamu tidak berhak membawa Dash bersamamu," ucap Fernando.

"Dash? Aku tak akan membawanya! Aku tak akan pernah mau memiliki apapun yang berkaitan dengan dirimu," ucap Lecca.

Jantung Dash langsung berdetak cepat. Hancur! Itulah yang dirasakan oleh Dash saat ini. Bahkan ibu kandungnya pun tak ingin bersamanya. Dash menghela nafasnya kasar, kemudian melangkah masuk ke dalam rumah seakan tak mendengar apapun. Ia menganggap tak terjadi apapun. Kedatangan Dash membuat kedua orang tuanya diam, hingga langkah Dash terhenti ketika Ayahnya membuka suara.

"Kamu sudah mendengar semuanya kan? Kami akan bercerai," ucap Fernando.

Namun, tak ada balasan apapun dari Dash. Ia hanya diam menatap tajam kedua orang tuanya. Ia langsung masuk ke dalam kamar tidurnya dan melemparkan tas ke sofa yang berada tak jauh dari pintu.

Dash merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan menatap langit langit. Hari ini sungguh mengesalkan baginya. Setelah kejadian di kampus tadi, ia juga harus mendengar kembali pertengkaran kedua orang tuanya. Sudah lama rasanya ia tak pernah melihat keharmonisan keluarganya, keduanya sibuk dengan urusan masing masing, hingga Dash merasa sendiri. Oleh karena itulah ia lebih banyak menghabiskan waktu di kampus atau bersama perkumpulan geng motornya.

*****

"Dash!"

Dash yang sedang meracik minuman, mendengar namanya dipanggil. Seorang pria dengan paras berewokan datang menghampirinya.

"Berikan aku minuman yang biasa!"

Dash pun meracikkan minuman untuknya dan meletakkannya tepat di hadapannya dengan sebuah gelas yang berukuran sedang.

"Kamu terlihat tak bersemangat, Dash."

"Hmm ... apa begitu terlihat?" tanya Dash.

"Sangat. Aku punya sesuatu yang akan membuatmu semakin bersemangat!"

"Apa?"

"Balapan motor, kamu mau? Geng motor sebelah terkenal akan kehebatannya, apa kamu ingin mencoba? Katanya pemiliknya adalah seorang wanita."

"Ntahlah," jawab Dash.

"Ayolah, Dash!"

"Akan kupikirkan," ujar Dash sambil mengelap meja bartendernya.

Dash tampak tak terlalu peduli dengan penawaran yang diberikan oleh salah seorang pelanggannya. Saat ini kepalanya sedang pusing karena banyak sekali yang ia pikirkan.

Ia mengambil ponsel dan berniat menghubungi kekasihnya. Ia mencoba beberapa kali tapi panggilannya sama sekali tak dijawab. Dash melemparkan ponselnya begitu saja ke atas meja, kemudian duduk dan menyesap minuman hasil racikannya sendiri.

*****

Hari ini Dash tidak pergi ke kampus. Ia sedang malas sekali apalagi sejak kemarin suasana hatinya kurang bagus. Dash pun memilih menghabiskan waktunya di atas tempat tidur. Ia juga masih mengantuk karena baru pulang subuh tadi.

Waktu menunjukkan pukul sebelas dan matahari terlihat sudah meninggi. Dash mengerjapkan matanya dan menatap langit langit kamarnya lagi. Malas sekali rasanya ia bangkit dari tempat tidurnya karena merasa hidupnya telah berantakan.

"Lebih nyaman sendiri seperti ini, tenang dan tak ada yang mengganggu," gumam Dash seorang diri.

Sayup sayup ia mendengar suara ayahnya, hingga membuatnya kembali melihat jam di ponselnya untuk memastikan bahwa ia tak salah melihat waktu.

"Apa Dad belum berangkat ke perusahaan?" tanya Dash.

Dash pun bangkit dan masuk ke dalam kamar mandi. Ia membersihkan diri, setelah itu keluar dari kamar. Tak lupa ia membawa kunci mobil miliknya karena ia akan langsung pergi menemui kekasihnya. Ia tak betah berlama lama di rumah.

Tampak di ruang tamu, ibunya yang sudah bersiap dengan koper besarnya. Dash yakin ibunya itu akan segera pergi, membuatnya ingin mencoba menahan. Namun, ketika teringat kembali bagaimana ibunya sendiri menolak dirinya, ia langsung menahan langkah kakinya.

Tanpa mempedulikan kedua orang tuanya, Dash duduk di kursi makan, ia menyantap sarapan yang sudah bisa dikatakan sebagai makan siang. Saat ia menyantap makanannya, matanya menangkap sosok seorang wanita yang duduk di sofa ruang tamu.

"Bukankah dia?" batin Dash masih sedikit meragu.

Dash mengerjapkan matanya agar yakin bahwa ia tak salah mengenali orang. Ia menghentikan makan siangnya itu dan berjalan mendekat.

Matanya membulat saat melihat dari dekat siapa yang duduk di sofa. Lecca yang melihat kehadiran Dash pun segera mendekati putranya itu.

"Mommy pergi dulu," ucap Lecca dan mencium pipi Dash. Namun, tak ada reaksi apapun dari Dash karena ia merasa hatinya telah hancur. Selain itu, pandangannya kini tertuju pada sosok wanita yang sangat ia kenali.

Setelah Lecca pergi, Fernando mendekati wanita yang duduk di sofa dan merangkul pinggangnya. Hal itu membuat Dash geram tapi lagi lagi ia menahannya. Bukan Dash jika ia memperlihatkan kebucinannya pada wanita mana pun.

"Dash, kenalkan. Dia adalah istri Daddy, ibu barumu. Daddy sudah menikahinya satu minggu yang lalu," ucap Fernando.

Dash menghela nafasnya kasar dan menatap keduanya dengan tajam, apalagi saat melihat wanita bernama Veronica yang tak lain adalah kekasih Dash itu begitu nyaman berada di pelukan sang ayah.

Ia pun pergi dari sana. Dash masuk ke dalam mobilnya dan mengambil ponselnya, "Siapkan balapan itu! Aku ikut!"

🧡 🧡 🧡

(R) SIAPA YANG BERMAIN

Dash telah siap dengan motornya. Malam ini ia mengambil bagian dalam sebuah ajang balap motor antar beberapa geng. Dash yang sedang kacau, ingin melampiaskan semuanya dalam balapan kali ini. Ia sangat yakin sekali bisa menang dari semuanya.

"Kapan pertandingan ini akan mulai?" gerutu Dash pada sahabatnya, Haedar.

"Tunggu sebentar, kita sedang menunggu seseorang yang katanya akan menjadi bintang malam ini," ujar Haedar yang semakin membuat panas hati Dash.

Ada empat geng motor yang akan bertanding malam ini, tapi ada satu geng motor yang ketuanya belum hadir. Hal itu membuat Dash merasa disepelekan, apalagi yang ia ketahui bahwa ketua geng motor itu adalah seorang wanita.

Tak berapa lama, ketua geng motor itu akhirnya datang. Seorang wanita berpakaian serba hitam dengan rambut yang dikuncir kuda. Mata Dash membola saat melihat siapa wanita yang ada di sana.

"Dia?" batin Dash.

Xin berdiri dengan tegap dan sambil memegang helm nya. Awalnya ia tak ingin datang karena menurutnya balapan kali ini dirancang untuk adu kuat. Xin lebih senang jika balapan yang diselenggarakan dilakukan hanya untuk bersenang senang. Ia memang menghindari permusuhan dengan siapa pun, kecuali orang yang mencari masalah terlebih dulu dengannya.

"Woww Dash, sepertinya pertandingan kali ini akan sangat menarik," bisik Haedar di telinga Dash.

Keempat pembalap dari empat geng motor yang berbeda pun telah siap diatas motor mereka masing masing. Di antara empat pembalap tersebut, hanya Xin yang seorang wanita, selebihnya adalah pria.

Balapan pun akhirnya dimulai. Jarak yang harus mereka tempuh tak terlalu panjang, hanya memerlukan kecepatan dan sedikit skill karena semakin ke depan, jalan yang dilalui akan semakin sempit.

"Yeayyyy!!!" teriakan menggema di jalan yang sepi itu.

Xin kembali ke titik awal dengan motornya setelah berhasil mengalahkan tiga pembalap lain. Para anggota geng motornya bersorak gembira dan melingkari Xin, kemudian menyuarakan yel yel mereka.

"Ayo kita pulang," ajak Xin pada teman temannya.

Sementara itu pembalap yang kalah tentu merasa kesal, terutama Dash. Ia merasa harga dirinya jatuh seketika karena kalah oleh seorang gadis yang menurutnya tak ada apa apanya dibanding dirinya.

"Dash!" panggil salah seorang temannya yang melihat wajah Dash yang kesal.

"Aku pulang!" ucap Dash ketus.

Dengan kesal Dash langsung membanting motornya sendiri, kemudian pergi dengan menggunakan mobil. Ia tak suka dengan kekalahan.

Pulang dari acara balap itu, Dash langsung pulang ke rumah. Waktu masih menunjukkan pukul sebelas malam. Ia hanya ingin menyendiri saat ini. Namun, ketika menaiki tangga dan melewati kamar tidur ayahnya. Ia mendengar suara suara dessahan yang menurutnya sangat menjijikkan. Ntah sejak kapan ia tak suka dengan keberadaan Veronica di dekatnya.

"Menjijikkan!" Dengan sengaja Dash menutup pintu yang setengah terbuka itu dengan membantingnya. Akhirnya, ia tak jadi masuk ke dalam kamar tidurnya dan memilih kembali pergi. Ia langsung menuju ke klub malam tempat ia bekerja. Namun kali ini ia hanya akan menghabiskan malamnya dengan mabuk.

*****

Hari ini Dash kembali kuliah. Ia sudah terlambat satu tahun di mana seharusnya ia telah lulus tahun kemarin. Ia memang sangat santai menghabiskan waktu kuliahnya karena malas jika cepat cepat. Ia ingin menghabiskan uang ayahnya dengan membayar biaya kuliahnya yang semakin besar bila ia terlambat lulus setiap tahunnya.

"Kamu sudah siap untuk ujian kali ini, Dash?" tanya Haedar.

"Ujian atau tidak, hasilnya akan tetap sama untukku. Bukankah Dad Fernando tak mempermasalahkan kuliahku," jawab Dash.

Saat ia berkumpul bersama teman teman nya di taman kampus, Dash menangkap sosok Xin. Sosok seorang gadis yang menurutnya hanya seorang gadis ingusan, tapi ternyata adalah seorang ketua geng motor yang berhasil mengalahkannya saat balapan semalam.

Kekesalan Dash seakan belum berakhir. Setiap kali melihat Xin, ia teringat kembali pada kekalahannya dalam balap motor. Selain itu, pertemuan pertamanya dengan Xin juga membuatnya geram karena kepalanya ditimpuk dengan menggunakan sebelah sepatu.

"Aku akan membuatnya menyesal," gumam Dash sambil mengepalkan tangannya.

"Kamu mau ke mana, Dash? Kita ada kuliah lagi setelah ini," ujar Haedar.

Ia pun menyampirkan tas ranselnya dan meninggalkan tempat itu. Saat berjalan di sebelah Xin, dengan sengaja ia menabrakkan tas miliknya ke arah Xin. Ia mengira Xin pasti akan marah atau membalasnya. Namun ia salah, Xin malah berjalan terus tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya.

"Siallannn!!" batin Dash dengan geram.

Kalau saja Xin bukan seorang wanita, tentu ia akan mendekatinya dan langsung menghajarnya. Kali ini juga, ia harus kembali menahan emosinya. Akan turun harga dirinya lagi jika ia sampai memukul seorang wanita.

Benci! Dash semakin membenci makhluk yang bernama perempuan. Ia membenci ibunya, mantan kekasihnya, dan kini Xin juga berada di dalam daftar kebenciannya. Dash berjanji dalam hatinya akan membenci mereka dan menganggap wanita hanya sebuah permainan. Ia akan menang melawan mereka, pasti!

*****

"Ada barang, Dash?" tanya salah seorang pelanggan Dash di klub malam. Ia meracik minumannya sambil menjawab pertanyaan mereka.

"Tidak ada," jawab Dash singkat.

"Tidak ada bagaimana?"

"Aku sudah tak bermain di sana," ucap Dash.

Pelanggan itu seketika menertawakan Dash yang menurutnya mulai ingin berjalan lurus.

"Jangan membuatku tertawa. Ini jalan singkat menjadi kaya," ujar Jarrel.

"Aku sudah kaya," ucap Dash tanpa berpikir. Ayahnya memang kaya, meskipun ia kini bekerja sebagai seorang barista. Pekerjaan yang ia lakukan saat ini hanya agar ia bisa menghabiskan waktu di luar rumah.

Malas sekali rasanya jika ia harus melihat kemesraan serta dessahan menjijikkan di dalam rumah antara ayahnya dengan wanita tak tahu malu yang berstatus ibu tirinya itu.

"Kalau begitu, bolehkah aku minta tolong?" tanya Jarrel.

"Apa?"

"Aku titip ini padamu. Ada seseorang yang akan mengambilnya besok malam di sini. Aku harus pergi ke luar kota besok pagi dan tak mungkin menemuinya. Bantu aku kali ini, okay."

"Bayarannya besar tidak?" tanya Dash.

"Tentu saja besar. Tapi kalau sampai gagal, kamu tak akan mendapatkan apa apa," ujar Jarrel.

Dash menghela nafasnya pelan dan mengambil serbuk putih dalam kantung yang sangat kecil itu, "Baiklah."

Dash langsung memasukkannya ke dalam saku kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Dalam perjalanan pulang, di dalam mobilnya, tiba tiba saja Dash mendapat sebuah ide untuk menjatuhkan Xin. Ia yakin setelah ini wanita itu tak akan berani bersikap sombong lagi. Ia tersenyum tipis karena hal itu.

*****

"Itu bukan milikku!" ucap Xin dengan tegas saat ditemukan sekantong kecil serbuk putih yang dikenal sebagai narkoba di dalam tas miliknya.

Teman temannya yang awalnya berdiri di dekatnya pun segera menjauh karena takut akan terkena imbas masalah itu. Setiap mahasiswa di universitas cukup kaget karena tiba tiba saja dilakukan pemeriksaan oleh pihak keamanan universitas. Hal ini tak pernah terjadi sebelumnya.

Ya, Dash mendapatkan ide untuk meletakkan kantung kecil berisi serbuk putih itu ke dalam tas milik Xin dengan bantuan seseorang. Ia hanya perlu memberi timbal balik berupa sejumlah uang.

"Lihatlah,aku menang! Apa kamu masih bisa memperlihatkan kesombonganmu itu?" batin Dash.

Dari kejauhan, Dash tersenyum tipis saat melihat Xin dibawa ke pos keamanan. Ia harus mempertanggung jawabkan kepemilikan benda itu.

Di dalam pos keamanan,

"Itu bukan milikku," ucap Xin.

"Tapi ini ditemukan di dalam tas-mu," ucap petugas keamanan tersebut.

"Sudah kukatakan itu bukan milikku! Periksa saja sidik jari yang ada di sana dan tes sampel darahku. Aku berani bertaruh kalian tak akan bisa membuktikan apapun!" Ucap Xin dengan percaya diri.

Ia tak takut karena memang ia tak bersalah. Xin yakin ada seseorang yang ingin menjebaknya. Dalam pikirannya hanya ada satu orang dan ia sangat yakin siapa yang bermain di balik ini semua.

🧡 🧡 🧡

(R) AKU MENANG!

Setelah menyerahkan masalah tersebut kepada pihak kepolisian, Xin akhirnya dinyatakan bebas. Mereka tak menemukan keterlibatan Xin dalam hal ini. Hanya ada satu sidik jari di sana dan itu adalah milik salah satu teman Xin. Xin sungguh tak percaya bahwa temannya itu akan menjebaknya.

"Aaron ..."

"Itu bukan salahku. Maafkan aku, Xin. Aku terpaksa. Aku membutuhkan uang yang sangat besar dan ia mau memberikannya padaku," ucap Aaron.

"Tapi kamu bisa meminta tolong padaku, Ar. Bukan dengan cara seperti ini," ucap Xin.

Xin akhirnya menemui pihak universitas dan menjelaskan semuanya. Ia mengatakan bahwa ada yang menjebak mereka berdua dan Aaron juga mengatakannya. Namun, Aaron tak berani mengatakan pada pihak universitas siapa yang menyuruhnya karena Dash sangat berpengaruh di sana, terutama karena nama besar ayahnya.

"Kalau kamu tak mau mengatakannya, maka dengan terpaksa kami harus menjatuhkan skorsing selama satu minggu padamu. Selain itu, kamu juga tidak bisa mengambil mata kuliah skripsi," ancam salah satu dosen yang dipercaya untuk menangani kasus ini.

Xin merasa kasihan pada Aaron. Aaron harus segera lulus karena ia ingin secepatnya bekerja, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tak mungkin ia menunda setengah tahun lagi karena gagal skripsi.

"Sir, biar aku saja yang menanggung hukumannya. Silakan skorsing selama dua minggu tapi bolehkan aku tetap mengambil mata kuliah skripsi, karena hanya itu saja yang kuambil semester ini," ujar Xin.

Dosen itu menghela nafasnya pelan. Ia mengenal kedua orang tua Xin, terutama Ethan. Memang rasanya tak mungkin jika Xin berulah. Akhirnya Xin dijatuhi skorsing selama dua minggu oleh dosen tersebut setelah mendapat persetujuan universitas.

Aaron sangat berterima kasih pada Xin. Jika saja ia tak melakukan semuanya demi uang, tentu Xin tak akan mengalami hal ini. Sementara itu, Xin hanya tersenyum dan menepuk bahunya.

"Semangatlah! Kita akan sama sama lulus semester ini," ucap Xin, membuat Aaron semakin tak enak hati.

Keluar dari ruang dosen, Xin melangkah sendiri menuju area parkir di mana mobilnya berada. Ia melihat sosok Dash tak jauh dari sana yang menatap kemudian menertawakannya. Namun bukan Xin jika langsung lemah karena hal itu. Xin malah membalas tatapan Dash dengan tak kalah tajamnya, sebelum ia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan area kampus.

*****

"Aku ingin balapan ulang!" kata Dash pada pria yang waktu itu pernah menawarkan balapan sebelumnya.

"Balapan ulang? Apa kamu tak takut kalah lagi?"

"Kalah lagi? Tak akan! Aku pastikan kalau kali ini aku akan menang. Tapi ... aku hanya ingin bertanding dengannya, tidak dengan yang lain," ucap Dash.

"Kamu mau balapan atau mau berduaan?" pria itu malah menggoda Dash yang mengira bahwa Dash jatuh cinta pada Xin.

"Jangan berbicara macam macam. Lakukan balapan ulang dan sebagai hadiah kemenanganku nanti, aku ingin geng motor miliknya menjadi milikku!"

"Woww!! Kamu ingin geng motor miliknya menjadi bahan taruhan? Aku suka ini, sepertinya menyenangkan! Lalu, bagaimana jika kamu kalah?"

"Sudah kubilang aku tak akan kalah!" ucap Dash.

"Aku bilang misalkan. Bukankah mereka juga harus tahu apa yang akan mereka dapatkan jika mereka menang."

"Aku akan memberikan mobil balapku."

"Wuhuuuu, ini luar biasa! Taruhan yang cukup setimpal! Baiklah, aku akan memastikan balapan ini terjadi."

"Tak perlu kamu pastikan karena aku yakin mereka akan menerima balapan ulang ini," ujar Dash.

*****

"Aku tidak mau!" ucap Xin ketika salah satu anggota geng motornya mengajukan kembali sebuah balapan pada Xin.

"Hanya sekali ini saja, Xin."

"Kamu gila! Bagaimana bisa aku mempertaruhkan geng motor kita untuk menjadi miliknya. Ini bukan main main."

"Aku berani bertaruh bahwa kamu akan memenangkan balapan kali ini, Xin. Ia bahkan akan memberikan mobil balapnya untuk kita. Ia sombong, sudah pasti ia akan kalah."

"Benar, Xin. Tak ada salahnya mencoba. Jika sampai kamu kalah pun, aku akan keluar dari geng motor ini. Biar saja ia memiliki geng motor kosong tanpa anggota," ucap Giselle.

Xin menghela nafasnya dan tampak menopang wajahnya dengan tangan. Ia berpikir dan berpikir. Ia ingin menjauh dari Dash agar pria itu tak membuat masalah lagi dengannya. Hukuman skorsing yang waktu itu sungguh berat baginya karena ia kehilangan banyak waktu untuk bertemu dengan dosen pembimbing skripsinya.

"Apa dengan balapan kali ini ia akan menyerah dan tak menggangguku lagi jika aku berhasil mengalahkannya? Tapi bagaimana jika aku yang kalah? Bagaimana dengan teman temanku?" batin Xin. Banyak sekali yang ia pikirkan, terutama semua konsekuensi yang akan ia terima jika begini atau begitu.

"Baiklah, aku akan mengikuti keputusan kalian. Aku akan ambil balapan itu, tapi ini yang terakhir," ujar Xin.

Giselle dan seorang anggota geng lagi memeluknya dan tersenyum.

"Kita pasti akan menang, Xin. Aku sangat yakin dengan kemampuanmu," ucap Giselle.

Sementara di pojok ruangan, tampak Aaron yang menatap Xin dengan khawatir. Balapan ini juga terjadi karena dirinya yang pernah membuat masalah hingga Xin mendapat skorsing. Dia juga yang memaksa Xin saat balapan pertama dengan tiga geng motor lainnya.

*****

Hari balapan pun tiba,

"Kamu sudah siap?" tanya Dash yang berdiri berhadapan dengan Xin dengan masing masing memegang helm di tangan mereka.

"Tentu saja aku siap."

"Kali ini aku pasti menang dan mengambil kepemimpinan geng motormu itu. Jangan merasa sombong karena pernah mengalahkanku. Saat itu kamu hanya sedang beruntung karena kondisiku yang sedang tidak baik."

Xin tak membalas ucapan Dash dan memilih memutar tubuhnya, kemudian melangkah menuju di mana motornya berada. Giselle tepat berada di samping motor Xin, layaknya seorang gadis payung. Ia melakukan toss dengan Xin dan mengerlingkan sebelah matanya.

"Kamu pasti menang, Xin. Aku akan meneriakkan kemenangan untukmu," ucap Giselle.

"Thank you, Elle."

Xin menggunakan helm dan memasang sarung tangannya, kemudian ia menaiki motor dan bersiap di belakang garis start. Tampak di sebelahnya ada Dash dengan tatapan mata yang begitu meremehkannya.

"Go!!!" suara sebagai tanda dimulainya balapan telah terdengar. Kedua motor itu pun melaju dengan kecepatan tinggi. Kali ini jarak yang dilombakan lebih jauh dari sebelumnya, membuat Dash dan Xin semakin kencang mengendarai motor mereka.

Hingga sampai di satu titik, Xin merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan motornya.

"Ada apa ini? Ia tak mau melaju lebih kencang dari ini," batin Xin.

Kebingungan Xin tentu saja membuat Dash tersenyum sinis. Ia langsung melajukan motornya lebih kencang lagi dan meninggalkan Xin. Hingga terdengar suara sorak sorai di garis finish. Xin menghentikan motornya di garis finish dan menatap Dash yang tertawa dengan kemenangannya.

"Aku menang! Mulai detik ini, geng motormu adalah milikku. Tak ada yang bisa keluar seenaknya karena mereka harus membayar nominal tertentu sebelum keluar. Peraturan itu di sah kan mulai detik ini!" ucap Dash.

🧡 🧡 🧡

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!