Jam sudah menunjukan pukul enam pagi, di sebuah rumah yang tidak terlihat begitu besar, terlihat Dini yang sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk adikya.
“Sudah jam enam ko Denis belum juga bangun” batin Dini, sambil menyiapkan makanan di atas meja.
Setelah selesai menyiapkan makanan Dini hendak membangunkan adiknya. Langkanya terhenti karena kini adiknya sudah ada di depan pintu kamar dan hendak menuju meja makan.
“Den wajamu pucat loo?, kamu sakit ya??” tanya Dini, sambil memeriksa jidat adiknya.
“Tidak ka, mungkin Denis hanya kecapean mengerjakan tugas semalam” kata Denis sambil mengambil satu sendok nasi.
“Tapi badanmu panas loo, kita ke rumah sakit ya??” bujuk Dini dengan wajah sedikt khawatir.
“Ngak apa-apa kak, bentar juga sembuh sendiri” jawab Denis sambil melahap sarapanya.
”Benar Ngak apa-apa??” tanya Dini yang masih khawatir dengan keadaan adiknya.
“Iya Denis tidak apa-apa kak” jawab Denis sambil berusaha tersenyum berharap kakaknya tidak mengetahui bahwa dia sedang menahan sakit di kepalanya.
"Mending kakak pergi bersiap-siap nanti kakak telat loo” ucap Denis.
Ya Dini memang harus segera bersiap-siap, karena hari ini merupakan hari pertama ia magang di sebuah Perusahaan.
“Baiklah, kakak siap-siap dulu ya, jangan lupa di habiskan makanannya terus minum obat!!” perintah Dini sambil berjalan menuju kamarnya untuk bersiap-siap.
Sementara Denis sudah berhenti makan dan terus saja memegang kepalanya yang terasa sakit dengan wajah yang bertambah pucat. Mencoba berdiri dari tempat duduknya akan tetapi kakinya tidak lagi dapat menopang tubuhnya sehingga membuatnya terjatuh lalu pingsan.
Di kamar Dini masih terlihat sibuk bersiap-siap untuk kekantor.
“Ok sudah selesai, tinggal memakai sepatu” batin Dini, sambil mengambil tasnya dan melangkah keluar dari kamar, langkahnya terhenti setelah melihat Denis sudah terbaring di lantai.
“Denis…….”teriak Dini sambil berlari menghampiri adiknya. “Denis...bangun, tadi kan kakak sudah bilang kita kerumah sakit saja” ucap Dini sambil mencoba membangunkan adiknya. Air mata yang tanpa izin berlahan-lahan keluar hingga membasahi pipinya,“Denis bertahan ya!!, kita ke rumah sakit sekarang”.
Dini keluar untuk memanggil taksi. Setelah sampai dirumah sakit Denis langsung di periksa oleh Dokter.
Hp Dini bedering, Dini yang mendengarnya pun mengambil hpnya yang ada di dalam tasnya. Dilihatnya layar hp satu nama yang sangat ia kenali.
“Ha…llo” dengan suara khas orang menangis.
“Din kamu dimana??" tanya Ayu setelah sambungan telefon terhubung. Ayu merupakan sahabat satu-sutunya yang Dini miliki.
“ Aku di rumah sakit Yu” jawab Dini sambil menahan isak tangis.
"Memangnya siapa yang sakit??” tanya Ayu lagi.
“Denis. Tadi dia pingsan dan aku langsung membawahnya ke rumah sakit” jawab Dini.
“Kamu tengang ya dan jangan kemana-mana!!, aku akan kesana sekarang” ujar Ayu. Belum sempat Dini bicara Ayu sudah mematikan sambungan telefon.
“Isss anak ini,Selalu mematikan telefon, aku kan belum selesai bicara” sambil berusaha menghapus air matanya.
Beberapa menit kemudian Ayu tiba di rumah sakit. dari kejauhan ia melihat Dini yang duduk di depan salah satu ruangan yang ada di rumah sakit.
“Dini….” pangil Ayu Sambil berlari menghampiri sahabatnya dan langsung memeluknya itu.
Dini pun membalas pelukan Ayu, “Ayu kenapa Dokter belum juga keluar, aku takut” kata Dini yang mulai menangis lagi.
Ayu yang tahu saat ini Dini sangat khawatir dengan keadaan adiknya, berusaha untuk menenangkannya.
“Tenanglah Denis tidak apa-apa, sebentar lagi Dokter akan selesai memeriksanya” ucap Ayu berharap apa yang di takutkan Dini sedikit berkurang.
Di perusahaan sudah terlihat beberapa orang berkumpul yang tidak lain adalah teman-teman magang Dini dan juga Ayu.
“Apakah kalian sudah siap??” tanya Ibu Dewi yang merupakan sekertaris Rendi Sanjaya (CEO Perusahan).
“Siap Ibu” serentak teman-teman Dini menjawab.
“Sepertinya jumlah kalian berkurang?? apakah ada yang belum datang?? Tanya Ibu Dewi lagi.
“Iya Ibu, lagi dua orang yang belum datang bu” jawab salah satu dari meraka.
“Terus, kenapa mereka belum datang?? ini kan sudah jam 08:00, tanya Ibu Dewi
“kurang tau Ibu. Tapi, tadi Ayu sudah datang terus pergi lagi, ngak tau perginya kemana” jelas salah satu dari mereka.
“Ya udah kalian mulai saja bekerja dan ingat besok jangan sampai ada yang terlambat lagi!!” Ibu Dewi memperingati.
“Dan satu lagi, kalau mereka sudah datang beritahu teman kalian untuk temui saya” ujar Ibu Dewi sambil melangkah pergi meninggalkan teman-teman Dini.
Dirumah sakit Ayu dan Dini masih menunggu Dokter memeriksa keadaan Denis, tak lama kemudian Dokter pun keluar, Dini dan Ayu yang meilihatnya dengan cepat menghampiri Dokter.
“Bagaimana keadaan adik saya Dok??” tanya Dini sambil berusaha menghapus air matanya.
“Sebentar lagi dia akan siuman, tapi kami akan melakukan tes terlebih dahulu kepada adik anda, saya berharap anda akan sabar menunggu hasilnya” ucap Dokter.
“Baik Dok” jawab Dini dan Ayu bersaman, kemudian Dokter melangkah pergi meninggalkan mereka.
“Din ayo kita jenguk adikmu” kata Ayu, Dini hanya menggagukan kepala. Mereka berjalan dan masuk di ruangan dimana Denis di rawat.
“Ayu, sebenarnya Denis sakit apa ko masih di tes segala??” tanya Dini sedikit khawatir.
“Aku juga tidak tau Din, tapi kita berdoa saja semoga tidak terjadi apa-apa pada Denis” jawab Ayu sambil memegang pundak Dini.
selang beberapa menit Denis pun sadar. “kak dimana ini??”tanya Denis sambil melihat sekeliling.
“Alhamdulillah kamu sudah sadar, kita di rumah sakit Den tadi kamu pingsan terus kakak membawahmu kerumah sakit” jelas Dini, sambil mengelus-ngelus rambut adiknya.
“kamu harus banyak istrahat mungkin 2 hari lagi kamu baru bisa pulang”sambung Ayu sambil tersenyum.
"Ko lama amat pulangnya??, kan aku sudah sadar” kata Denis. Dini hanya tersenyum mendengar perkataan adiknya.
“Iya Den, kamu harus banyak isterahat supaya cepat pulihnya” ucap Dini, Denis hanya bisa diam dan menuruti apa yang dikatakan kakaknya.
“Dek kamu isterahat dulu, kakak dan ka Ayu akan pergi ke kantor dulu, sebentar kakak akan datang lagi setelah pulang dari kantor” sambung Dini.
“Iya ka, ka Dini dan ka Ayu hati-hati ya” ucap Denis.
“Iya Den” Dini dan Ayu menjawab bersamaan.
Dini dan Ayu pun keluar dari rumah sakit dan masuk kedalam mobil. Ayu kembali melajukan mobilnya menuju kantor.
"Hello Readers ini merupakan novel pertama author mohon maaf jika ada kesalahan🙏🏼, dan jangan dukunganya😉😘
Dini dan Ayu pun keluar dari rumah sakit dan masuk kedalam mobil, kemudian Ayu melajukan mobilnya menuju kantor.
Ya Ayu kerumah sakit tadi menggunakan mobilnya, yang merupakan hadiah ulang tahun dari Ayahnya. Ayu merupakan anak satu-satunya Bapak Hasan Wijayanto yang berpengaruh cukup besar di kota X. Hasan Wijayanto memiliki perusahaan yang cukup besar dan juga mempunyai beberapa villa dan restoran yang salah satunya tempat Dini bekerja.
Di perjalanan Ayu tetap fokus meyetir, tiba- tiba Dini menyuruh Ayu untuk berhenti.
“ Yu berhenti sebentar” perintah Dini sambil melihat kearah seseorang.
Ayu yang masih merasa binggung mengapa Dini tiba-tiba menyuruhnya berhenti, akan tetapi Ayu tetap menuruti perintah sahabatnya itu.
“ Din kenapa??” Tanya Ayu penasaran
“Tuh di depan ada bapak-bapak”sambil menunjuk kearah seorang bapak “ tunggu sebentar ya” kata Dini sambil keluar dari mobil hendak menghampiri seorang bapak yang terjatuh.
“isss ko aku di tinggal sih”batin Ayu dan ikut keluar dari mobil menghampiri Dini.
“Pak kenapa??,ada yang bisa saya bantu?? Tanya dini dan berusaha membantuh seseorang yang tidak lain adalah Pak Dimas Sanjaya untuk berdiri.
Pak Dimas tak menjawap pertanyan dari Dini dan terus memandang wajah Dini yang terlihat sedikit khawatir.
“Masih ada ya, wanita yang baik hati dan tulus dalam membantu” batin Pak Dimas.
Dini pun bertanya kembali yang membuat Pak Dimas tersadar dari lamunannya.
“ Bapak baik-baik saja kan??” Tanya Dini yang masih terlihat khawatir
“Eh iya Nak, Bapak baik-baik saja” sambil tersenyum.
“Apa kita antar pulang saja pak??” Tanya Dini lagi.
“ Iya pak kita antar pulang saja ya, kelihatanya bapak kecapean” sambung Ayu.
Pak Dimas tersenyum mendengar tawaran yang diberikan kedua wanita di depannya.
“ Tidak usah Nak, sebentar lagi supir saya akan menjemput” kata Pak Dimas sambil tersenyum, entah apa yang ada di pikiran pak Dimas sehingga membuat Dia tersenyum dari tadi.
“Baiklah Pak, tapi kita akan tetap menunggu sampai supir bapak datang” kata Dini
“ Iya pak betul yang dikatakan teman saya” sambung Ayu.
“ Maaf telah merepotkan kalian” kata pak Dimas.
“ Kita tidak merasa direpotkan ko, bahkan kita merasa bersyukur bisa membantu bapak", Sambung Dini
Tak lama dari kejauhan terlihat sebuah mobil yang hendak menghampiri mereka, mobil itu parkir tepat di hadapan mereka. Seorang pria keluar dari mobil dengan menggunakan kemeja berwarna putih yang terlihat begitu rapi.
“Maaf Tuan, saya terlambat menjemput, sehingga membuat Tuan menunggu lama ” kata pria itu sambil membukakan pintu mobil dan membungkukan badanya.
“ Iya tidak apa-apa Aryo” sambung Pak Dimas.
Aryo merupakan asisten pribadi Pak Dimas. Pak Dimas pun berpamitan kepada Ayu dan Dini.
“Nak Bapak pergi dulu ya” kata pak dimas lalu masuk kedalam mobil tidak lupa Dia melihat Papan nama kedua wanita itu.
“ Iya pak, hati-hati ya pak” jawab Dini dan Ayu bersamaan.
Pak Dimas pun tersenyum sambil menutup pintu mobil, mobil pak Dimas melaju meninggalkan Dini dan Ayu yang masih berdiri.
“ Yu, ayo brangkat” kata Dini sambil berjalan menuju mobil, Ayu pun mengikuti langkah Dini.
Di dalam mobil terlihat pak Dimas terus senyum-senyum sendiri entah apa yang ada di pirannya, Aryo yang melihatnya pun merasa heran tapi Dia takut untuk menanyakannya.
“ Aryo ambilkan hp saya”perintah Pak Dimas.
“ Baik Tuan” jawab Aryo sambil meberikan hp milik Pak Dimas. Pak Dimas menggambil hpnya dan segerah menghubungi Rendi.
Ayu dan Dini pun tiba di kantor. setelah selesai memarkir mobil, Ayu dan Dini pun berlari menuju Lift, di depan lift terlihat dua orang yang sedang berdiri yang tidak lain adalah Tuan Rendi dan Bima. Bima merupakan asisten pribadinya.
“ Permisi Pak kita mau lewat” kata Dini sambil melihat kearah Tuan Rendi. Rendi pun hanya melihat Dini dan Ayu tanpa bergeser sedikitpun dari tempat dimana ia berdiri.
“Permisi pak, kita mau lewat, telfonan ko di depan lift, menutup jalan tau” kata Dini sedikit kesal karena Rendi tidak bergerak dari tempat dimana ia berdiri.
Dini dan Ayu pun masuk kedalam lift dan menekan salah satu tombol yang ada di lift. Terlihat Rendi masih menatap Dini dengan tatapan dinginya.
Di dalam lift.
“ Din ko ngomongya gitu??” Tanya Ayu yang sedikit khawatir di tambah lagi dengan tatapan dingin dari Rendi.
“Ah bodo amat siapa suruh menghalangi jalan” kata Dini yang masih kesal.
Dini dan Ayu pun tiba, teman-temannya yang melihat mereka langsung menghampiri.
“ Dini, Ayu kalian dari mana?? Ko baru datang sekarang?? tanya Lila salah satu temanya.
“ Panjang ceritanya Lil, nanti saja aku ceritakan” kata Dini, sambil menuju meja dimana Dia akan bekerja, di ikuti oleh Ayu.
"Dini, Ayu, ibu Dewi menyuruh kalian datang keruangannya” kata Lila yang membuat langkah Dini dan Ayu berhenti.
“ Aduh pasti kenal marah, nasip-nasip baru pertama kerja sudah dapat marah” kata Dini, Ayu dan Dini pun menuju ruangan Ibu Dewi.
Di depan lift Dimas dan Bima masih tetap berdiri.
“ Aslamualikum Pa” kata Rendi mengangkat telefon dari papanya.
“ Wa’alaikum salam Nak” jawab Pak Dimas yang merupakan papanya Rendi.
“ Ada apa Pa tumben menelfon” Tanya Rendi penasaran.
“ Papa meyuruh kamu mencari wanita yang telah menolong Papa tadi, Papa lupa berterimakasih kepada kedua wanita yang telah menolong papa” kata Pak Dimas.
“ Tapi kan Pa, Rendi masih banyak urusan, gimana kalau Papa suruh Pak Aryo saja?” kata Rendi lembut berharap papanya akan menyetujui sarannya.
“ Tidak boleh!, harus kamu yang mewakili Papa untuk berterima kasih kepada kedua wanita itu” kata Pak Dimas dengan tegas. "Ini perintah loo, oh iya namanya Dini Andriani dan temanya, Papa lupa nama temanya, intinya kalau kamu sudah menemukan Dini Andriani harus berterima kasih kepadanya dan juga kepada temannya itu ok” kata Pak Dimas
“ Tapi Pa, Rendi belum selesai berbicara telefon sudah dimatikan.
“ Sial” kata Rendi sambil mengacak-acak rambutnya. Bima yang melihatnya tetap diam, ia takut bertanya akan membuat amarah tuan Rendi bertambah.
Rendi pun masuk di dalam lift dikuti oleh Bima.
Didalam lift.
“ Bim, cari tau perempuan tadi, semua tentangnya jangan sampai ada yang terlewatkan. Beraninya sekali Dia memarahi saya” kata Rendi dengan wajah yang berwana merah kerena berusaha menahan emosinya.
“ Baik tuan” jawab Bima yang mengerti maksut dari tuan Rendi
“ Satu lagi, cari perempuan yang bernama Dini Andriani” sambung Rendi lagi tanpa melihat kearah Bima.
“ Baik tuan, saya akan memberi tahu tuan apabilah sudah saya temukan. Rendi hanya diam mendengar jawaban dari Bima.
Rendi dan Bima pun keluar dari lift, beberapa orang yang melihatnya sedikit membungkukan badan. Rendi yang melihatnya tidak memberi respon sama sekali ia tetap berjalan menuju ruangannya.
Di ruangan Ibu Dewi
Tok tok tok, di dalam ruangan terlihat Ibu Dewi yang sibuk memeriksa kembali data-data yang telah diberikan oleh Bima.
“ Masuk..”perintah Ibu Dewi tanpa melihat siapa yang datang.
Dini dan Ayu pun masuk lalu berdiri tepat di depan meja kerja Ibu Dewi. Ibu Dewi sempat meririk mereka dan tetap melanjutkan kegiatanya
“Ada perlu apa kalian kemari??” tanya Ibu Dewi datar sambil melihat kearah Ayu dan juga Dini.
“ Saya Ayu Ibu dan ini teman saya Dini, kami berdua adalah anak magang disini Ibu” jawab Ayu gugup.
Ibu Dewi yang mendengar kata Ayu langsung mengiggat.
“ Oh kalian yang tidak ikut apeel tadi alias terlambat?” tanya ibu Dewi.
“ Iya Ibu” jawab Ayu dan Dini bersama sambil menundukan kepala.
“Kalian tahu apa kelasahan kalian” Tanya ibu dewi dengan suara sedikit lebih tinggi dari biasanya. Dini dan Ayu yang mendengarnya semakin takut.
“ Iya Ibu, kami minta maaf, kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi” jawab Dini dan Ayu bersamaan, mereka sadar apa yang mereka buat adalah suatu kesalahan.
“ Apa yang membuat kalian terlambat” taya Ibu Dewi lagi.
“ Kami mengantar adik saya kerumah sakit, tadi pagi adik saya pingsan” kata Dini gugup. Ibu Dewi yang mendengarnya sedikit merasa ibah.
“ kalian kan bisa minta izin terlebih dahulu”kata Ibu Dewi dengan lembut.
“ Ya sudah mulai besok sampai seterusnya jangan ulangi kesalahan yang sama, kalian beleh pergi” kata Ibu Dewi tegas.
“ Baik Ibu, terimah kasih” jawab Dini dan Ayu sambil melangkah keluar dari ruangan.
“ Yu maafkan aku ya sudah membuat kamu ikut-ikutan dimarahi Ibu Dewi” kata Dini dengan wajah sedih karena merasa bersalah.
“ Udah tidak perlu difikirkan lagi, sekarang selesaikan pekerjaan kita, setelah itu kita pergi kerumah sakit" kata ayu sambil tersenyum
“ Baiklah” kata Dini. Ayu dan Dini pun melangkah menuju meja dimana mereka bekerja.
Terlihat Dini dan Ayu sangat serius dalam mengerjakan tugas-tugas yang telah diberikan Ibu Dewi.
Triing….tring…. hp Dini berbunyi, Dini yang mendengarnya pun segerah mengambil dan menggangkat telefon. Ayu yang juga ikut mendengarnya pun melihat kearah Dini
“ Hallo” jawab Dini sambil melanjutkan pekerjaannya.
“ Apa benar ini dengan nona Dini” tanya seseorang di seberang.
“ Iya benar” jawab Dini, “ maaf ini dengan siapa ya??” tanya Dini
“ Saya dari pihak rumah sakit, memberitahukan bahwa nona segerah ke rumah sakit sekarang”kata seorang suster. Dini yang mendengarnya seketika berdiri dari tempat duduk yang membuat teman-teman Dini kaget termasuk Ayu.
“ Iya saya akan kesana sekarang” jawab Dini sambil mematikan komputernya. “Din, ada apa??” tanya Ayu yang langsung menghampiri Dini. “Suster menelfon dan meyuruh saya agar segerah ke rumah sakit sekarang” jawab Dini “ sambil mengambil tas.,
“Aku ikut Din” kata Ayu yang juga mematikan komputernya dan menggambil tasnya
Dini dan Ayu melangkah pergi tak lupa Ayu meminta Lila untuk memberitahukan kepada Ibu Dewi bahwa mereka izin keluar.
Dini dan Ayu pun naik kedalam mobil. mobil Ayu melaju menuju rumah sakit. Di dalam mobil tidak terjadi percakapan antara Ayu dan Dini.Tidak lama Dini dan Ayu pun sampai dirumah sakit, mereka berlari menuju ruang rawat Denis. Langkah mereka terhenti ketika mereka melihat beberapa suster telah membawah Denis keluar menuju ruang UGD. Dini pun berlari menuju ruang UGD dengan wajah penuh kekhawatiran di ikuti oleh Ayu. Denis dimasukan kedalam ruang UGD Dini ikut masuk akan tetapi dicegah oleh salah satu suster.
“ Dek tunggu diluar saja ya” kata suster lembut. “iya Dini kita tunggu diluar saja ya biarkan Dokter memeriksanya”sambung Ayu sambil menarik lengan Dini.
Dini dan Ayu pun duduk di kursi yang terdapat di depan rauangan UGD menunggu Dokter selesai memeriksa Denis. Terlihat Dini yang menaggis di pelukan Ayu. . Dini sempat melihat Denis yang berguling-guling sambil menangis karena merasa sakit dikepalanya.
“ Sebenarnya Denis sakit apa Yu??, samapai-sampai merintih kesakitan” Tanya Dini yang masih terus menangis. “aku juga tidak juga tau Din, kita tunggu Dokter Keluar dan menanyakanya kata Ayu sambil mengelus-ngelus rambut Dini.
Di kantor
“ Maaf Tuan, data yang Tuan minta sudah saya dapatkan” kata Bima. Rendi yang mendengarnya pun menghentikan pekerjaannya dan melihat kearah dimana Bima berdiri.
“Data siapa yang kamu dapatkan??” tanya Rendi penasaran. “Kedua-duanya Tuan”jawab Bima sambil tersenyum. “Ya sudah, bacalah” perintah Rendi sambil berjalan menuju sofa yang ada di sudut ruangannya dan menjatukan tubuhnya. Bima yang melihatnya ikut merjalan menuju sofa.
“ Baik Tuan, saya akan mulai dari wanita yang menolong Tuan besar” kata Bima, Rendi yang mendengarnya hanya menggangukan kepalanya tandanya dia setuju. Bima pun mulai membacanya.
“ Nama Dini Andriani, umur 19 tahun, bersekolah di universitas X, Dini mempunyai seorang adik laki-laki yang masih duduk di bangku SMP, Dini bekerja di salah satu restoran milik Tuan Hasan Wijayanto, kedua orangtuanya sudah lama meninggal dan” Bima berhenti membaca, Rendi yang melihatnya merasa heran.,
“ Dan apa Bim” Tanya Rendi penesaran. “Dan dia juga magang di perusahaan ini Tuan” jawab Bima. Rendi yang mendengarnya sedikit terkejut.
“ Baguslah, tidak perlu jauh-jauh mencarinya” kata Rendi. “Betul Tuan” sambung Bima yang tersenyum melihat reaksi Tuan Rendi.
“ Bim siapkan uang untuk Dini, sebentar akan aku berikan kepadanya sebagai tanda terima kasih karena telah menolong papa saya” sambung Rendi. “baik Tuan” jawab Bima.
“ Sekarang bacalah data perempuan yang berani-beraninya memarahi saya” perintah Rendi yang mulai marah. Bima yang melihatnya merasa khawatir amarah taun Rendi akan bertambah ketika ia mendengar data perempuan itu.
“ Kenapa diam Bim??, katanya sudah dapat datanya” tanya Rendi, sambil melihat kearah Bima,. “Benar tuan, datanya sudah saya dapatkan,.” “Ya sudah bacalah saya tidak sabar mendengar perempuan seperti apa dia yang berani memarahi saya” kata Rendi panjang lebar., “Begini tuan, Dini Andriani dan perempuan yang tuan cari adalah wanita yang sama” kata Bima sedikit khawatir. Rendi yang mendengarnya pun terkejut.
“Apa.., apa aku tidak salah mendengarnya” tanya Rendi lagi, berharap ia salah mendengar apa yang di ucapkan asistenya itu.,
“ Tuan tidak salah mendengarnya” jawab Bima lagi., Rendi yang mendengarnya pun seketika berdiri dari tempat duduknya.
“ Apa apaan ini, Apa kamu tidak salah mengambil data??, Mana mungkin aku minta maaf kepada orang yang telah berani memarahi saya Bim” kata Rendi marah dan terus mengacak-acak rambutnya. Bima yang melihatnya hanya bisa diam.
“Aaaah sial, apa yang harus saya lakukan? Mana mungkin meminta maaf kepadanya seharusnya dialah yang meminta maaf kepada saya. Bim saya tarik kembali kata-kata saya untuk memberikan dia uang, sekarang kamu cari wanita itu dan bawah Dia kesini” kata Rendi sambil duduk kembali.
“Baik tuan” jawab Bima lalu melangkah pergi. Tidak lama kemudian Bima pun kembali.
“Maaf Tuan, nona Dini lagi izin keluar” kata Bima,.
“ Berani sekali Dia keluar pada saat jam kerja” kata Rendi “siapkan mobil saya akan pulang” perintah Rendi,. “Baik Tuan” jawab Bima sambil melangkah pergi diikuti Rendi.
Di rumah sakit
Dokter pun keluar dari ruang UGD Ayu dan Dini yang melihatnya langsung berdiri menghampir Dokter.
“ Dokter bagaimana keadaan adik saya” tanya Dini sambil menghapus air matanya,.
“ Adik Nona harus segerah dioprasi sebelum penyakitnya meyebar” kata Dokter sambil memberikan hasil tes kepada Dini dan melangkah bergi. Dini yang mendengarnya langsung terjatuh dan kembali menaggis lagi.
“Sabar Din, Denis pasti baik-baik saja setelah selesai melakukan operasi” sambil ikut duduk di samping Dini dan membuka hasil tes yang diberikan Dokter. Ayu pun terkejut melihat penyakit yang dialami Denis.,
“ Apa hasilnya Yu??” tanya Dini yang melihat Ayu terkejut setelah membuka hasil tes, “ tapi janji kamu jangan khawatir berlebihan ya?, Denis pasti akan sembuh” kata Ayu sambil memberikan hasil tes kepada Dini.
“Denis menderita kanker otak Din” kata Ayu lagi. Dini yang mendengarnya pun tidak berani melihat hasil tesnya, ia hanya terus menagis mendengar penyakit yang diderita adiknya.
Tak lama kemudian terlihat suster keluar membawah Denis untuk memindahkan Denis di ruang rawat. Ayu dan Dini pun menggikuti langkah Suster dari belakang.
Di ruamah keluarga Dimas Sanjaya.
Mobil Rendi memasuki halaman rumahnya yang terlihat begitu mewah. Setelah Bima memarkir mobil Rendi pun turun dan masuk kedalam rumah di dalam sudah terlihat Ibu dan Ayahnya sedang diduduk di sofa, Rendi pun menghampiri dan langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa.
“ Eh anak mama sudah pulang ya??”tanya mama Rendi,.
“ Iya ma” jawab Rendi.
“ Nak apa kamu sudah meminta maaf kepada wanita itu??” tanya papa Rendi sambil melihat kearah Rendi.
“ Rendi tidak akan meminta maaf kepada wanita itu seharunsya dialah yang meminta maaf kepada Rendi” jawab Rendi kesal.
“ Memangnya apa yang ia salah apa??” tanya papanya lagi,.
“Dia telah berani memarahi Rendi didepan Bima Pa”,. Tuan Dimas yang mendengarnya pun saya tersenyum.
“Oh begitu rupanya, kalau begitu papa tidak akan menyuruhmu untuk meminta maaf kepada wanita itu lagi” sambung tuan Dimas. Rendi yang mendengarnya tersenyum
“ Benar apa?? ah baguslah” kata Rendi sambil menyandarkan tubuhnya di sofa. “Tapi” belum selesai tuan Dimas berbicara Rendi pun menjawab,
“ Tapi apa pa??” jawab Rendi penasaran. Tuan Dimas tersenyum dan menjawab,
“ Akan tetapi kamu harus MENIKAHI wanita itu” sambung pak Dimas serius.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!