Halo, teman-teman pembaca. 🌻🌻
Selamat datang di karya kedua author. Jangan lupa tinggalkan jejak berupa, Vote, Like, Komen dan Beri hadiah, ya, agar author lebih semangat lagi dalam menulis. 🌻🌻
.
.
.
HAPPY READING....
Seorang gadis sedang berdiri tegak di depan cermin yang berada di dalam kamar berukuran 3×4. Gadis itu mengenakan gamis yang menjuntai hingga ke mata kakinya serta hijab segitiga berukuran 130×130 cm yang melekat di tubuh mungil gadis dengan tinggi 155 cm itu. Kayla tidak bisa menyembunyikan raut wajah bahagianya. Gadis itu tidak sabar untuk bertemu dengan sang pujaan hati. Dia adalah Amran Zakir yang merupakan kakak tingkatnya di kampus. Mereka berdua sudah menjalin hubungan selama 3 bulan. Dan hubungan tersebut masih belum di ketahui oleh keluarga Kayla. Karena keluarga Kayla sangat melarang dan menentang sebuah hubungan yang dinamakan 'pacaran'. Kayla tumbuh dari keluarga yang menjalankan perintah agama dengan baik, tapi entah kenapa Kayla masih tetap saja menjalin hubungan itu. Mungkin itulah yang sering dikatakan oleh orang-orang diluar sana bahwa cinta akan membuat seseorang rela melakukan apa saja demi mendapatkannya.
Kaki jenjang Kayla menuntun gadis itu untuk keluar kamar menuju ke ruang tengah di mana keluarganya biasa berkumpul.
"Kamu mau kemana sayang? Kok pagi-pagi begini sudah rapi?" Tanya Umi Nafiza saat melihat Kayla yang melangkah kearahnya dengan penampilan yang sudah rapi padahal sekarang baru pukul 09.00.
"Kayla izin keluar sebentar, ya, Abi, Umi. Kayla mau ke toko buku dulu." Ucap Kayla dengan senyuman yang masih menghiasi wajah gadis itu.
"Kamu berangkat sendirian?" Tanya abi Umar pada putri bungsunya itu.
"Iya, Bi." Jawab Kayla.
"Kalau gitu aku temenin aja gimana, Kay?" Tawar Zavira yang baru saja datang dari teras samping untuk menyiram tanaman disana.
Zavira merupakan sahabat sekaligus kakak ipar Kayla. Selain umur mereka yang sama, Zavira juga tumbuh dari keluarga dan lingkungan dengan didikan islam yang baik. Maka dari itu Ali yang merupakan kakak dari Kayla itu jatuh hati sejak lama pada gadis itu. Dan pada akhirnya Ali memberanikan diri untuk meminang Zavira di usia Zavira yang masih terbilang muda. Mereka baru menikah 4 bulan yang lalu. Dan pernikahan mereka terlihat sangat harmonis dan bahagia.
Sebenarnya Zavira dan Ali tidak tinggal bersama keluarga mereka. Keduanya memiliki rumah sendiri yang dibeli dari hasil kerja keras Ali selama ini. Namun, setiap sabtu dan ahad keduanya selalu berkunjung dan menginap di rumah abi Umar seperti sekarang ini.
Kayla yang sudah memiliki janji dengan Amran di toko buku, akhirnya harus memutar otak dengan cepat untuk mencari alasan agar Zavira sahabatnya itu tidak ikut.
"Nggak usah, Za. Aku sendiri aja soalnya kamu pasti juga capek habis nyiram tanaman kan?" Tolak Kayla secara terang-terangan.
"Biasanya kamu yang selalu cari kesempatan buat ditemenin sama istri kakak. Tumben sekarang kamu nggak mau ditemenin sama Zavira?" Ali tiba-tiba saja muncul dari arah dapur dengan membawa cemilan ditangannya.
"Aduh, gimana nih. Aku harus cari alasan apa lagi?" Batin Kayla yang terus berfikir keras menjawab pertanyaan dari kakaknya.
"Tadi aku kan udah bilang kak. Zavira baru aja selesai nyiram tanaman, dia pasti capek. Masa aku langsung ngajak buat keluar." Semoga saja jawabanya kali ini bisa membuat Ali menjadi tidak bertanya lagi padanya.
"Ya sudah kamu hati-hati, ya." Ucap abi Umar yang pada akhirnya memberi izin pada Kayla.
"Makasi, Abi. Kayla berangkat dulu." Ucap Kayla sambil mencium punggung tangan orang tuanya.
"Semangat banget kamu mau ke toko buku."
"K-kayla biasa aja kok. Kak Ali aja yang liatnya terlalu semangat." Elak Kayla.
"Kalau gitu Kayla pamit, ya. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumusalam."
Kayla meninggalkan rumah dengan begitu semangat, gadis itu mengendarai motornya dengan kecepatan sedang menuju ke toko buku. Pasti sang kekasih sudah sampai lebih dulu disana. Dan hal itu yang membuat Kayla tampak lebih sumringah.
Motor gadis itu berhenti tepat disebuah toko buku. Kayla lalu membuka helm dan segera merapikan kembali hijabnya yang sedikit berantakan akibat angin di jalanan tadi. Segaris senyum kembali terbit di wajah gadis tersebut. Kayla lalu masuk ke dalam toko buku dan segera mencari keberadaan Amran di sana.
Kayla melihat sosok laki-laki berdiri dengan posisi membelakangi gadis itu. Tampak laki-laki itu tengah sibuk membaca beberapa judul buku di rak. Tanpa pikir panjang lagi, Kayla melangkah mendekat.
"Assalamualaikum, kak Amran." Ucap Kayla sambil tersenyum.
"Wa'alaikumusalam." Jawab Amran sambil membalikkan badannya menatap Kayla.
"Kak Amran udah datang dari tadi?" Tanya Kayla yang melihat sebuah buku di tangan laki-laki itu.
"Nggak kok. Baru 5 menit yang lalu." Jawab Amran dengan nada lembut. Inilah yang membuat Kayla jatuh hati dengan Amran. Laki-laki itu selalu memperlakukan wanita dengan lembut, Kayla bahkan tidak pernah melihat Amran meninggikan suaranya pada wanita. Selain itu, sang kekasih juga sangat menghormati wanita. Meski mereka sudah berpacaran, tapi tidak sekalipun mereka berani untuk saling berboncengan atau bertemu dan berdua-duaan di tempat sepi.
"Gimana tugas-tugas kuliahnya, udah dikerjain?" Tanya Amran sembari melangkahkan kakinya menyusuri lorong-lorong dengan dinding rak yang dipenuhi buku. Kayla memang kerap kali mengeluhkan mengenai tugas-tugas kuliah yang menumpuk pada Amran. Jadi, wajar jika laki-laki itu langsung bertanya perihal tugas kuliah Kayla.
"Belum kak, Kayla lagi males banget buat kerja tugas." Keluh Kayla dengan wajah murungnya membayangkan berapa banyak tugas yang belum gadis itu kerjakan.
"Semangat ngerjain tugasnya. Intinya jangan terlalu terbebani dengan tugas. Semuanya harus dibawa santai, kalau nggak, kita bakalan stress mikirinnya." Kata-kata itu seolah menjadi suntikan semangat untuk Kayla. Gadis itu langsung mengubah raut wajahnya yang murung menjadi ceria kembali.
"Kakak sendiri gimana?"
"Aku sih seperti biasa, mengikuti alur aja. Semuanya prosesnya harus dinikmatin. Apalagi sekarang udah semester 6 dan bentar lagi KKN."
"Kalau nanti kakak lagi KKN terus satu kelompok sama perempuan yang cantik-cantik gimana?" Terdengar nada cemburu dari kalimat yang dilontarkan Kayla. Amran tersenyum menanggapi kecemburuan pacarnya itu.
"Kamu tenang aja. Kamu yang paling cantik kok." Kayla menunduk malu-malu. Padahal Amran sudah sering melontarkan kalimat gombalan untuknya, tapi tetap saja gadis itu selalu saja tersipu.
Setelah mendapatkan buku yang di inginkan. Keduanya lalu menuju ke bagian kasir untuk membayar.
"Oh, iya, setelah ini kakak mau kemana?" Tanya Kayla yang kini sedang berada di depan kasir untuk membayar beberapa buku yang dibelinya dari toko.
"Kayaknya langsung pulang deh soalnya Mama pesan kalau aku jangan keluar terlalu lama. Kalau kamu sendiri?"
"Kayla juga langsung pulang kak, soalnya mau ngerjain tugas."
"Kalau gitu kamu hati-hati, ya." Ucap Amran lembut. Kayla lalu mengangguk dan segera menghampiri motornya. Gadis itu kemudian meninggalkan area parkiran meninggalkan Amran yang masih berada disana.
Kayla pulang dengan raut wajah bahagia. Gadis itu bersenandung ria sambil memasuki rumah. Bu Nafiza dan Zavira sampai di buat bingung dengan tingkah Kayla.
"Assalamualaikum." Ucap Kayla menghampiri Zavira dan Nafiza yang sedang berada di dapur.
"Wa'alaikumusalam." Menantu dan ibu mertua itu terlihat kompak menjawab salam dari Kayla.
"Umi sama Zavira lagi buat apa?" Tanya Kayla sambil menatap satu persatu bahan yang berada di atas meja. Terdapat tepung terigu, telur, coklat dan lainnya.
"Umi mau buat kue." Diam-diam Zavira memiliki hobi yang sama dengan mertuanya. Kakak ipar Kayla itu sangat senang jika menyangkut urusan dapur. Sama halnya dengan umi Nafiza, ibu mertuanya. Umi Nafiza sangat senang memasak dan membuat berbagai macam aneka kue sebagai cemilan. Maka dari itu Zavira dan umi Nafiza terlihat sangat akrab layaknya seorang putri dan ibu kandung sendiri.
"Semangat, ya, Umi, Zavira. Jangan lupa panggil Kayla kalau udah mateng." Ucap Kayla sembari berlari kecil menuju ke kamarnya.
Kayla menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Gadis itu berguling kesana kemari karena terlewat senang saat mendapatkan pesan dari sang kekasih.
[Kamu udah sampai di rumah?]
Betapa bahagia dan beruntungnya Kayla menjadi kekasih Amran yang notabenenya adalah pria populer di kampus. Gadis itu dengan cepat membalas pesan dari sang kekasih.
[Udah, kak. Kakak sendiri udah sampai rumah?] Kayla lagi-lagi tersenyum melihat pesannya langsung di baca oleh laki-laki itu.
[Udah sayang] Kayla menggigit bibir bawahnya menahan senyum. Rasanya Kayla ingin berteriak kencang sekarang juga. Gadis itu sudah seperti memenangkan undian uang puluhan juta rupiah.
Sedangkan disebuah kafe, Amran sedang duduk santai sambil membalas pesan dari Kayla, perempuan yang baru menjadi kekasihnya 3 bulan ini. Sebenarnya sudah lama Amran mengincar Kayla, kata teman-temannya gadis itu sangat cuek dan pendiam. Dia juga jarang bergaul dengan lawan jenisnya. Amran yang merasa penasaran sekaligus tertantang akhirnya menyusun strategi untuk mendekati gadis itu dan ternyata apa yang diucapkan orang-orang memang benar bahwa Kayla tidaklah mudah untuk ditaklukkan. Tapi, bukan Amran namanya jika harus menyerah dengan cepat. Amran berusaha mendekati gadis itu hingga 6 bulan lamanya sampai gadis itu akhirnya luluh dan menerima Amran. Bahkan sekarang, gadis itu terlihat sangat tergila-gila dengannya.
"Sayang, kamu balas chat dari siapa? Kok sambil senyum-senyum gitu?" Tanya seorang wanita berambut panjang yang kini duduk berhadapan dengan Amran.
"Ini, aku lagi chat sama teman aku, Yang." Bohong Amran. Laki-laki itu memang sangat mudah mengucapkan kalimat-kalimat dusta. Apalagi jika bersama dengan seorang wanita.
"Cewek atau cowok?" Tanya perempuan itu lagi dengan penuh selidik.
Amran tersenyum dan menatap perempuan itu dengan sorot mata lembut meyakinkan. "Cowok, Yang."
Perempuan itu terlihat percaya saja apa yang dikatakan oleh Amran barusan. Dia juga yakin bahwa Amran adalah orang yang setia. Buktinya sampai sekarang dia belum pernah menemukan Amran dekat dengan perempuan lain selain dirinya.
Pagi-pagi sekali, Kayla sudah bersiap untuk berangkat ke kampus. Gadis itu memasukkan pulpen, buku catatan dan ponsel miliknya di dalam tote bage berwarna hitam. Kayla melangkah keluar kamar menuju kearah meja makan untuk sarapan bersama. Di meja makan sudah ada umi Nafiza dan Abi Umar sedangkan Ali dan Zavira kemarin sore sudah pamit untuk pulang ke rumah mereka.
"Pagi Abi, Umi." Sapa Kayla sambil menarik salah satu kursi untuk bergabung sarapan bersama.
"Pagi, sayang." Sapa umi Nafiza sembari menuangkan air ke dalam gelas milik abi Umar dan Kayla.
"Abi, Umi, Kayla nanti pulangnya agak telat, ya, soalnya Kayla mau kerja kelompok dulu." Izin Kayla.
"Pulangnya jam berapa?" Tanya abi Umar yang saat ini tengah menikmati sarapan yang dibuatkan sang istri.
"Insyaa Allah, ba'da asar Kayla udah pulang, Bi."
"Nanti jangan lupa makan, ya. Ingat, kamu ada asam lambung." Ucap umi Nafiza memperingatkan. Jika menyangkut tugas kuliah, terkadang Kayla sampai dibuat lupa untuk makan dan berakhir asam lambung Kayla kambuh.
"Iya, Umi."
Kayla kemudian pamit pada kedua orang tuanya dan bergegas untuk ke kampus. Gadis berhijab itu juga tidak sabar untuk bertemu dengan Amran. Padahal baru kemarin mereka bertemu, tapi Kayla rasanya sudah rindu kembali.
"Kayla?" Panggil seseorang dari arah belakang.
Kayla yang saat itu sedang berjalan santai di koridor akhirnya menoleh setelah mendengar seseorang memanggilnya.
"Eh, kakak ipar." Goda Kayla sambil melempar senyuman pada Zavira.
Zavira mengabaikan godaan dari sahabat sekaligus adik iparnya itu. "Umi sama Abi ada di rumah?"
"Ada. Memangnya kenapa?" Tanya Kayla kembali.
"Ini aku lupa ngambil charger aku. Rencananya nanti sore aku mau ke rumah."
"Tenang aja, Umi sama Abi nggak kemana-mana kok." Ucap Kayla.
"Tumben datang jam segini, kamu ada matkul pagi?" Lanjut Kayla bertanya.
"Iya, kebetulan Pak Harun mau masuk jam 07.30 makanya aku cepat-cepat ke kampus." Pagi tadi saat Zavira membuka ponsel dan membaca beberapa chat di room WhatsApp-nya dia langsung mendapat kabar bahwa dosennya akan masuk pagi hari ini.
"Terus kamu berangkat kesini naik apa?" Biasanya Zavira berangkat kekampus naik ojek online khusus perempuan karena sang suami tidak sempat mengantarnya karena Ali harus berangkat pagi. Sedangkan untuk mengendarai motor sendiri, Zavira belum berani untuk melakukannya.
"Di antar sama kak Ali."
"Cie yang di antar sama suami. Padahal kemarin kak Ali ngomong kalau kak Ali bakalan berangkat siang hari ini." Kayla memang sangat senang menggoda sahabatnya itu. Sampai sekarang pun Zavira masih terlihat malu-malu jika membicarakan Ali.
"Apa sih, Kay. Kamu godain aku mulu ih. Nanti aku laporin kak Ali lho." Ancam Zavira sok galak. Padahal Kayla sendiri tahu bahwa Zavira bukanlah tipe yang mudah mengadu pada orang lain apalagi perkara sepeleh.
"Iya, deh yang sekarang udah punya suami." Ucap Kayla sambil menekankan kata suami di akhir kalimatnya. Pipi Zavira bersemu merah. Kenapa Kayla malah tambah menggodanya.
"Udah, ah. Aku mau masuk ke kelas dulu."
"Hati-hati kakak ipar." Ucap Kayla sedikit berteriak melihat Zavira yang buru-buru melangkah ke kelas.
Kayla lalu duduk disalah satu kursi yang ada di koridor dan mengedarkan pandangannya kesetiap penjuru kampus. Gadis berhijab itu tidak menemukan Amran. Atau mungkin pacarnya itu belum sampai di kampus. Baru saja Kayla akan mengirimkan pesan, tapi mata Kayla tiba-tiba menangkap sosok Amran yang baru saja tiba. Mata Kayla berbinar melihat itu, senyuman gadis itu mengembang menghiasi wajah putihnya. Detik berikutnya, senyuman itu luntur ketika melihat seorang wanita menghampiri Amran sambil tersenyum ramah. Perempuan itu merupakan kakak tingkat Kayla yang juga populer di kampus. Bahkan Kayla sempat mendengar gosip dari teman-teman angkatannya bahwa sebenarnya Amran dan perempuan itu memiliki hubungan lebih dari sekadar teman. Tapi, Kayla menepis semua gosip tersebut karena Kayla percaya penuh dengan Amran bahwa laki-laki itu setia padanya.
Tidak ada keraguaan pada hati Kayla perihal kesetiaan Amran padanya. Hanya saja Kayla tidak bisa mengontrol diri untuk tidak cemburu ketika ada perempuan lain yang berusaha mendekati Amran. Untuk menghilangkan rasa kesalnya, Kayla memilih untuk masuk ke kelas saja sambil menunggu mata kuliah pertama berlangsung.
Kayla dan Zavira kuliah disebuah universitas ternama di kota. Keduanya memilih jurusan PGSD. Baik Kayla maupun Zavira sama-sama sangat menyukai dunia pendidikan dan dunia anak-anak. Maka dari itu semenjak berada di bangku SMA, keduanya sudah berjanji untuk memilih jurusan yang sama di universitas yang sama pula. Dan hal tersebut kini terwujud. Mereka kini sedang menjalani perannya sebagai seorang mahasiswa semester 4.
Seperti rencana Kayla di awal, setelah mengikuti perkuliahan hari ini, Kayla berkumpul bersama teman kelompoknya untuk mengerjakan tugas. Waktu terus berputar hingga tak terasa adzan berkumandang. Kayla lalu pamit untuk salat berjama'ah di masjid. Setelah melaksanakan salat asar, Kayla langsung pulang kerumah.
"Assalamualaikum." Ucap Kayla sambil memasuki rumah.
"Wa'alaikumussalam." Jawab orang-orang yang kini berada di ruang tamu. Ternyata di rumah sedang ramai dengan kedatangan Ali dan Zavira.
"Habis dari mana dek?" Tanya Ali mengamati wajah sang adik yang tampak kelelahan.
"Habis kerja kelompok kak."
"Kayla ke kamar dulu, ya." Izin Kayla sopan kemudian berlalu menuju ke kamar.
Kayla terlihat murung bukan karena baru selesai kerja kelompok, gadis itu murung akibat tidak mendapat kabar sama sekali dari sang kekasih hari ini. Tidak ada pesan ataupun panggilan dari pacarnya itu.
"Kak Amran kenapa nggak balas chat aku sih?" Gumam Kayla yang masih setia menatap benda pipih berbentuk persegi panjang itu.
"Kak Amran? Kamu lagi dekat sama kak Amran Kay?" Suara itu tiba-tiba mengagetkan Kayla. Gadis itu tidak menyadari ternyata Zavira sedang berdiri di ambang pintu.
"Eh, nggak kok. Kamu mungkin salah denger." Elak Kayla yang mencoba tidak gugup.
"Oh, kirain kamu lagi deket sama kak Amran." Ucap Zavira lalu duduk di kasur empuk milik Kayla.
"Ngomong-ngomong soal kak Amran. Tadi sebelum aku kesini, aku sama kak Ali mampir di minimarket dulu. Dan nggak sengaja aku liat kak Amran lagi sama perempuan. Mereka kelihatan akrab banget, apa mungkin itu pacar baru kak Amran?" Tebak Zavira. Gadis itu tidak menyadari jika ucapannya barusan membuat Kayla sedikit overthingking dibuatnya. Apa Amran seharian tidak ada kabar karena sibuk jalan berdua dengan perempuan lain? Atau apa benar yang dikatakan Zavira tadi, bahwa perempuan yang dilihatnya adalah pacar baru Amran? Kayla yang sadar dengan pikirannya dengan cepat menggelengkan kepala menghapus setiap pikiran negatif itu. Bisa saja itu adik atau mungkin sepupu Amran. Mana mungkin laki-laki sebaik Amran menghianatinya. Itu tidak akan mungkin.
"Bisa aja kamu salah liat." Jawab Kayla.
"Kayaknya nggak deh. Soalnya aku liat jelas muka kak Amran walaupun aku nggak liat muka perempuan yang sama kak Amran sih."
"Astaghfirullah, kita ngapai bahas orang lain sih."
"Nah, lho. Kamu yang mulai kok. Kalau ketahuan sama kak Ali pasti suami kamu yang posesif itu cemburu dengernya." Ucap Kayla terbahak.
"Kalian berdua lagi ngobrolin apa kok kelihatannya seru banget?" Tanya Ali yang sudah berdiri sambil menyender di pintu kamar milik Kayla.
"Kalian berdua lagi ngobrolin apa, kok kelihatannya seru banget?" Tanya Ali yang sudah berdiri sambil menyender di pintu kamar milik Kayla.
"Kak Ali kepo ih." Ejek Kayla pada sang kakak.
"Sayang, pulang yuk. Ini udah hampir jam 5." Ajak Ali pada sang istri.
"Ih, kak Ali kok gitu. Aku kan baru aja sampai rumah kak. Aku juga belum ngobrol banyak sama Zavira." Tolak Kayla dengan raut wajah cemberut menarik tangan Zavira untuk menahan sahabatnya itu agar tidak pergi.
"Terserah kakak dong. Zavira itu kan istri kakak." Jawab Ali lalu melangkah mendekat kearah Zavira.
"Tapi Zavira sahabat aku. Sebelum jadi istri kakak, Zavira lebih dulu jadi sahabat aku." Ucap Kayla.
"Tapi kakak lebih berhak atas Zavira. Kakak kan suaminya."
"Pokoknya nggak boleh. Kakak kenapa sih cepat banget mau pulang ke rumah. Kenapa nggak makan malam disini aja." Ucap Kayla yang mencoba untuk menahan sahabatnya untuk pulang.
"Kamu mau kan Zav?" Kini tatapan Kayla dialihkan pada sang sahabat.
Zavira bingung harus memihak pada siapa. Suami ataukah sahabat sekaligus adik iparnya? Lama Zavira terdiam sambil memandangi kakak beradik itu bergantian.
"Kak, bisa nggak kalau kita pulangnya habis magrib aja?" Tanya Zavira dengan nada lembut dan pelan kearah Ali.
"Ya, udah kita pulang ba'da magrib aja." Ucap Ali sambil tersenyum. Tangan laki-laki pun terangkat mengusap kepala istrinya yang tertutupi hijab itu.
"Giliran istri yang minta aja langsung nurut." Oceh Kayla cemberut.
"Udah ih, kak Ali keluar sana. Kayla mau ngobrol sama Zavira dulu." Usir Kayla. Ali dan Kayla memang selalu saja berdebat meski nyatanya keduanya juga saling menyayangi dan melindungi satu sama lain.
"Ya, udah kakak keluar dulu, ya, sayang. Takut yang punya kamar ngamuk terus teriak-teriak lagi kayak di hutan." Ledek Ali dan langsung keluar dari kamar Kayla.
Kayla turun dari kasur menuju pintu kamarnya dengan cepat gadis itu menutup pintu dan mengunci dari dalam. Dia tidak ingin Ali kembali mengganggunya nanti.
"Zav, aku mau nanya dong. Kamu sama kak Ali kan udah menikah 4 bulan. Apa pernah selama kamu menikah itu kak Ali nggak kasih kabar satu hari sama kamu dengan alasan sibuk misalnya?" Tanya Kayla tiba-tiba yang membuat Zavira heran dengan pertanyaan sahabatnya itu.
"Kok tumben kamu nanya soal hal kayak gitu, Kay?" Tanya Zavira yang tampak curiga dengan pertanyaan Kayla.
"Ya, nggak apa-apa. Aku penasaran aja." Jawab Kayla santai.
"Selama aku menikah sama kak Ali. Dia nggak pernah sama sekali nggak kasih kabar sama aku. Sesibuk apapun kak Ali pasti selalu ada waktu buat kabarin aku." Jawaban Zavira membuat Kayla tampak diam.
"Kalau kata kak Ali, mau sesibuk apapun seorang laki-laki kalau dia memang memprioritaskan seorang perempuan pasti dia akan selalu menyempatkan diri untuk kasih kabar." Kayla semakin dilema dan sedikit ragu. Selama 3 bulan berpacaran dengan Amran, Kayla sama sekali tidak mendapatkan semua itu. Bahkan terkadang Amran juga tidak mengabarinya atau membalas pesannya selama 2 hari dengan alasan sedang ada urusan keluarga atau urusan organisasi di kampus yang mendesak. Meski Kayla selalu percaya pada Amran bahwa laki-laki itu setia, tapi Kayla perlahan mulai ragu apa benar Amran menjadikan Kayla satu-satunya wanita yang menjadi prioritasnya atau justru Amran menjadikan Kayla salah satu di antara tumpukan orang biasa di hidupnya?
"Sekarang giliran aku yang mau nanya sama kamu Kay. Apa sekarang ini, kamu lagi dekat atau suka sama seseorang?" Tanya Zavira.
Kayla bingung harus menjawab pertanyaan Zavira dengan jujur atau justru berbohong lagi. Tapi, mungkin akan percuma jika Kayla berbohong pada Zavira, karena sahabatnya itu pasti akan tahu jika Kayla sedang berbohong.
"Aku lagi suka sama seseorang Zav." Jawab Kayla jujur.
"Udah lama?" Kayla mengangguk ragu sebagai jawaban.
"Kalau misalnya ada laki-laki nih yang tiba-tiba hadir di hidup kamu dan berani untuk meminang kamu. Apa kamu bersedia buat nerima dia dan lupain orang yang kamu cintai itu?" Tanya Zavira kembali. Seolah larut dalam pertanyaan Zavira, Kayla kini hanya bisa terus memberi jawaban pada sahabatnya itu.
"Tergantung sih."
"Tergantung gimana maksud kamu?"
"Ya, aku juga nggak mau gegabah ambil keputusan. Aku percaya aja kalau orang itu memang menjadi takdir aku. Pasti Allah akan menuntun hati aku untuk memilih dia." Jawab Kayla spontan.
Zavira manggut-manggut seolah mengerti. "Kalau aku boleh saran. Lebih baik lupakan orang yang kamu suka Kay. Jaga hati kamu untuk orang yang benar-benar menjadi takdir kamu. Jangan berikan hati kamu pada seorang laki-laki sebelum dia berani menjabat tangan Abi untuk mengucapkan akad."
"Tapi, aku udah terlanjut jatuh hati sama dia Zav. Nggak bisa semudah itu aku lupain dia."
"Insyaa Allah bisa Kay. Asalkan kamu mau berusaha dan benar-benar ikhlas untuk ngelupain dia." Jawab Zavira kembali.
Zavira memang selalu mengingatkan Kayla untuk tidak mudah menjatuhkan hatinya pada seorang laki-laki. Tapi, Kayla justru terlanjur jatuh hati pada Amran. Apa sebaiknya Kayla meminta Amran untuk segera melamarnya saja? Tapi apa Amran akan setuju? Kayla menjadi bimbang memikirkan semua itu.
"Kalau gitu aku ke dapur dulu, ya, Kay. Aku mau bantu-bantu Umi dulu." Ucap Zavira pada Kayla yang masih setia menatap lurus.
Zavira lalu melangkah meninggalkan Kayla seorang diri di kamar. Kayla kembali mengecek ponselnya dan hasilnya masih tetap sama. Amran belum mengabari ataupun membalas pesannya.
Suara azan magrib kini berkumandang memanggil semua umat muslim untuk segera menunaikan kewajiban mereka. Abi Umar dan Ali sudah berangkat ke masjid untuk salat magrib berjama'ah sedangkan Umi Nafiza, Zavira dan Kayla salat berjama'ah di rumah.
Selesai melaksakan salat berjama'ah. Zavira dan Umi Nafiza segera menuju ke dapur untuk mempersiapkan makan malam. Sedangkan Kayla masih berada di dalam kamar. Gadis itu masih menatap kosong pada ponselnya. 20 panggilan serta 15 pesan dari Kayla hanya menjadi tumpukan chat yang mendominasi percakapannya dengan Amran. Sampai saat ini Amran belum juga mengabarinya. Kayla akhirnya memilih untuk pergi ke dapur membantu uminya dan Zavira.
Keluarga abi Umar kini berkumpul untuk makan malam bersama dengan suasana tenang dan sunyi. Hanya suara piring dan sendok yang beradu di telinga Kayla. Ali melirik piring yang berada di depan adiknya. Semuanya masih utuh dan tak tersentuh oleh Kayla.
"Makanannya jangan di aduk-aduk aja dek." Tutur Ali sambil memasukkan sendok yang berisi makanan ke dalam mulutnya.
Mendengar ucapan Ali. Umi Nafiza dan abi Umar ikut menatap pada putri bungsu mereka.
"Kok makanannya nggak di makan Kay?" Tanya umi Nafiza.
"Kayaknya Kayla udah kenyang Umi." Ucap Kayla lemah.
"Kamu kenyang karena apa? Perasaan makanan di piring kamu nggak ada sisanya." Timpal Ali kembali.
"Habiskan makanan kamu Kay. Tidak baik jika makanan itu jadi mubazir. Ingat, masih banyak orang-orang di luar sana yang berjuang untuk bisa mendapatkan sesendok nasi. Kita yang Allah mudahkan untuk bisa menikmati makanan tanpa harus bekerja terlalu keras harus bersyukur dengan apa yang ada di hadapan kita sekarang ini." Nasihat abi Umar pada sang putri.
"Iya, Bi." Jawab Kayla. Gadis itu akhirnya menyantap makanan yang berada di hadapannya dengan rasa hambar.
Seusai makan malam. Zavira dan Ali pun berpamitan untuk pulang ke rumah mereka. Dan sekarang tinggal Kayla yang duduk di kursi panjang yang ada di taman samping rumahnya. Kayla mendongak menatap langit malam yang di hiasi taburan bintang-bintang.
"Kayla?" Mendengar namanya di panggil. Kayla segera menoleh dan mendapati abinya kini berjalan menghampiri kursi. Abi Umar lalu duduk di samping Kayla.
"Kamu kenapa nak? Sepertinya hari ini ada yang beda." Ucap abi Umar. Kayla masih setiap menatap dalam ke arah abinya.
"Memangnya Abi merasa Kayla hari ini aneh, ya?" Tanya Kayla tanpa melepaskan tatapannya pada abi Umar.
"Tidak aneh, mungkin hanya lebih pendiam saja dari biasanya."
Tanpa persetujuan abi Umar, Kayla menyederkan kepalanya ke pundak abi Umar.
"Kayla nggak apa-apa kok, Bi." Ucap Kayla. Hening sejenak menyelimuti suasana anak dan abi itu.
"Kayla, kakak kamu sekarang sudah menikah dan mendapatkan perempuan yang baik dan insyaa Allah solehah. Apa saat ini kamu tidak memiliki niat untuk menikah juga nak?" Pertanyaan abi Umar seketika membuat Kayla menegakkan punggungnya dan kembali menatap abinya yang saat ini sudah menatapnya.
"Kayla mau menikah jika memang sudah waktunya, Bi. Dan yang lebih penting lagi ketika Kayla sudah mendapatkan orang yang tepat." Balas Kayla lembut. Abi Umar mungkin berbeda dengan orang tua pada umumnya yang melarang anak-anak mereka untuk menikah muda dan memilih untuk fokus pada pekerjaan atau cita-citanya. Abi Umar justru ingin agar anak-anaknya segera mendapatkan pasangan agar bisa terhindar dari kemaksiatan yang saat ini banyak terjadi di kalangan anak muda yaitu pacaran.
"Kalau Abi sudah menemukan orang yang tepat bagaimana?"
Kayla tertawa kecil menanggapi abinya. Gadis itu bahkan hanya menganggap bahwa abi Umar hanya bercanda saja.
"Tumben malam-malam begini Abi bahasnya masalah pernikahan?" Tanya Kayla dan kembali bersender pada bahu abi Umar. Tangan abi Umar kini mengelus puncak kepala sang putri dengan lembut.
"Apa kamu keberatan kalau Abi bahas masalah pernikahan? Atau kamu sudah memiliki orang yang kamu suka?" Kayla tiba-tiba diam dengan pertanyaan abinya.
"Kalau memang kamu sudah menemukan orangnya. Kamu bisa meminta dia untuk ketemu Abi secepatnya." Lanjut abi Umar.
"Abi lebih baik menikahkan kamu dari pada membiarkan kamu sampai pacaran dengan laki-laki itu." Tubuh Kayla terasa menegang mendengar ucapan abinya. Kayla merasa sangat bersalah dan berdosa telah berbohong pada keluarganya selama ini. Dia telah melanggar janjinya pada abi Umar untuk tidak berpacaran.
"Ini sudah malam sebaiknya kalian masuk untuk istirahat." Suara lembut itu membuat abi Umar dan Kayla menoleh ke sumber suara. Ada umi Nafiza yang berdiri tidak jauh dari mereka.
"Iya, Umi." Ucap Kayla sambil tersenyum menatap uminya. Abi Umar dan Kayla akhirnya masuk ke dalam rumah untuk segera beristirahat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!