NovelToon NovelToon

Tiga Jagoan Yatim Piatu

Bab 1 Kisah Mereka

Hiaatttt....

Prak...brak...brak

Palang kayu yang dijadikan sasana latihan bagi Dina dan Syifa patah terkena tendangan dan hantaman kedua gadis belia itu.

Bagus Dina, Syifa...kemajuan ilmu bela diri kalian semakin bertambah pesat!! Aki senang mendapat murid seperti kalian, tapi tidak untukmu Muhammad Juneda!!" Gerutu aki Ibud.

"Kok Juned lagi sih aki?" Gerutu Juned tidak terima disalahkan oleh gurunya.

"Lha memang kenyataannya!! Sementara Dina dan Syifa berlatih keras, kamu malah enak-enakan makan mangga di halaman belakang gini, pakai acara ngumpet lagi makannya!! Kamu pikir aki akan meminta mangga yang kamu makan??" Aki Ibud tambah menggerutu.

"Kamu itu mestinya malu pada adik dan kakakmu, mereka seorang wanita tapi punya keberanian luar biasa, tidak seperti kamu yang malas berlatih!! Sudah malas latihan, penakut lagi, hadeuh....!!" Kata aki Ibud menepuk jidatnya sendiri.

"Ki, Juned itu nggak penakut ya...tapi kalau sama hantu iya sih!!" Kata Juned nyengir.

"Tapi sumpah Juned itu nggak penakut cuma sedikit malas sih...iya!!" Kata Juned pelan.

"Capek deh!! Ambil ini coba perlihatkan permainan tongkatmu yang sudah aki ajarkan!!" Aki Ibud melemparkan tongkat rotan sepanjang dua meter itu lurus ke wajah Juneda.

Mereka semua tau lemparan aki Ibud bukanlah lemparan biasa. Lemparan yang disertai tenaga dalam itu meluncur cepat kearah Juned.

Dina dan Syifa menahan napas karena mereka berdua lihat Juned masih tenang-tenang saja.

Sejengkal lagi ujung tongkat itu akan menghantam wajahnya, dengan tenang Juned menjauhkan sedikit wajahnya dan dengan cepat tangan kanannya bergerak.

Begitu tongkat rotan yang meluncur melewati setengah dari wajah Juned, dengan cepat remaja tanggung itu menangkap pertengahan tongkat rotan.

Tangan kanannya tampak bergetar hebat menahan kuatnya arus tenaga dalam yang aki Ibud sisipkan melalui lemparan tongkat rotannya itu.

Dalam situasi begitu masih sempat-sempatnya Juneda bercanda.

"Tongkat ini kurang panjang untuk menjolok mangga kek!!" Katanya tersenyum cengengesan.

"Juned!!" Bentak Dina pada adik laki-lakinya yang tengilnya setengah mati itu.

Wajah remaja lelaki yang tampan itu mendadak serius, jika Dina sudah berkata keras begitu artinya dia sudah kesal sama tingkah Juneda.

Andina Salzabila, Muhammad Juneda dan Syifa Stefana adalah anak-anak dari Sania Marfu'ah dan Sofwan Prayoga ( baca terlebih dahulu novel pertama author yang berjudul KUTUKAN CINTA ).

Setelah bapak mereka meninggal dalam kecelakaan tak lama kemudian ibu mereka meninggal karena tertembak saat melindungi putra bungsunya ditambah penyakit kanker darah yang diderita oleh Sania yang sudah mencapai stadium 4 membuatnya sulit untuk bertahan lagi.

Hidup Sania penuh dengan penderitaan dan dipenuhi dengan pengkhianatan oleh mereka yang dia cintai.

Pengkhianatan Sofwan suami pertamanya, lalu begitu pun dengan suami keduanya dan berakhir dengan kematian mereka berdua.

Pernikahan ketiganya yang juga merupakan kisah mereka sehidup dan semati karena Riko suaminya yang tidak tahan menanggung kesedihan melihat istrinya telah pergi untuk selamanya akhirnya juga menghembuskan napas terakhirnya di saat menyolati jenazah istrinya.

Juned mulai memainkan jurus-jurus ilmu tongkat yang telah diajarkan oleh aki Ibud.

Mereka semua mengakui kecerdasan Juned dalam menyerap pelajaran di sekolah maupun ajaran yang telah diberikan oleh gurunya tidak bisa dipungkiri lagi.

Hanya dengan sekali melihat dan mencermati setiap gerakan yang dilakukan oleh gurunya maka dia bisa memperagakan gerakan itu dengan sempurna tanpa salah sedikit pun. Hanya saja sifat Juned yang terkadang angin-anginan dan sedikit malas maka sering membuatnya menjadi pelampiasan kekesalan dari guru dan juga saudaranya.

"Bukan main Juned!! Sebenarnya kamu ini hebat cuma kamu terkadang malas untuk berlatih!! Ingatlah Juneda, pisau yang tajam sekali pun jika tidak pernah diasah maka akan tumpul tetapi sebaliknya, besi karatan yang ditempa dan diasah setiap hari akan menjadi tajam.

"Wah abang hebat....!!" Sebuah teriakan datang dari arah belakang mereka.

Serentak keempatnya menoleh kearah suara tersebut.

"Miko...Miki...dengan siapa kalian berdua kemari??" Tanya Dina yang menyambut kedua adiknya dengan pelukan dan ciuman.

Miko dan Miki adalah putra Sania dari almarhum Jatmiko Sarendra. Keduanya dirawat oleh kakek dan saudara kembar Miko, Juan Niko Saputra di rumah besar peninggalan Miko.

"Kita diantar sama kakek Jonathan, itu kakek lagi memarkirkan mobil di depan!!" Kata Miki dan Miko yang kini sudah bersekolah di sekolah dasar.

"Ayah Niko sama abang Juma mana??" Tanya Syifa pada kedua adiknya.

"Abang dan ayah sedang sibuk mengurus pesanan bunga di toko!!" Jawab Miki yang sedari tadi diam.

Juma adalah putra Niko dari istri pertamanya. Sebenarnya Niko dan Sania hampir saja menikah saat itu, tetapi Niko terjebak oleh masa lalunya bersama Maya ibu kandung Juma yang membuat hubungannya dengan Sania berakhir dan akhirnya Niko terpaksa menikahi Maya sebagai bentuk tanggung jawabnya pada wanita itu.

"Adik Raftar tidak main kemari kak??" Tanya Miko sambil bergelanyut manja pada Juned.

Miko dan Miki memang sangat dekat dengan Juned walaupun semasa kecil Juned yang memang sering lengah dan lalai kerap membuat kedua adik kembarnya itu jatuh dan menangis.

"Adik Raftar kan ikut nenek ke Surabaya...besok sore mereka baru pulang!!" Kata Juned sambil mengacak rambut kedua adik kembarnya itu.

Raftar adalah anak Sania dari almarhum Riko. Setelah suka dan duka mereka lalui bersama di dunia, akhirnya Sania membawa Riko pergi bersamanya dengan meninggalkan seorang putra yang saat itu belum genap berumur dua tahun.

"Assalamualaikum!!" Seru kakek Jonathan.

"Waalaikum Salam!!" Jawab mereka serentak.

"Ya sudah, latihan kalian hari ini cukup sampai di sini, besok kita lanjutkan lagi!!" Kata aki Ibud saat melihat kakek Jonathan sudah datang.

"Asyikkk!!!" Teriak Juned paling keras.

"Ingat Juned, lancarkan kembali gerakanmu besok akan aki lihat lagi, jika aki lihat kamu selalu main-main dalam berlatih, maka aki tidak akan segan-segan menusuk bo*kongmu dengan ujung tongkat ini!!" Kata aki Ibud.

Juned langsung terdiam mendengar ancaman gurunya, dia tau bahwa omongan gurunya bukan hanya sekedar ancaman biasa.

"Kok kakak dan abang jarang main kerumah besar sih sekarang??" Tanya Miko yang menggandeng tangan Syifa dan Dina.

Dina dan Syifa saling pandang. Sejujurnya mereka malas bertemu dengan tante Maya ibunya Juma itu. Karena orangnya jutek, sok berkuasa dan nyinyir mulutnya membuat Dina dan Syifa tidak suka.

"Kan kalian berdua juga main dan menginap di sini di akhir pekan!!" Kata Dina.

"Kami tidak bisa meninggalkan rumah terlalu lama, kalian kan tau bahwa om Johan sering tugas keluar kota dan tante Della sekarang hampir punya dedek bayi, kan kasihan tante Della jika ditinggal abang dan kakak sendirian di rumah!!" Jawab Dina pada kedua adiknya itu.

*

*

***Bersambung...

Agar bisa mengikuti jalan cerita mereka dengan baik, monggo dibaca terlebih dahulu novel KUTUKAN CINTA ya reader.

Bab 2 Bertemu Mantan

"Kan kalian berdua juga main dan menginap di sini di akhir pekan!!" Kata Dina.

"Kami tidak bisa meninggalkan rumah terlalu lama, kalian kan tau bahwa om Johan sering tugas keluar kota dan tante Della sekarang hampir punya dedek bayi, kan kasihan tante Della jika ditinggal abang dan kakak sendirian di rumah!!" Jawab Dina pada kedua adiknya itu.

Saat mereka semua masuk, Dina memperhatikan adik-adiknya.

"Bun lihat lah adik-adik!! Kami semua masih memerlukan kasih sayang bunda, tetapi ternyata Allah lebih sayang lagi kepada bunda, Allah tidak ingin melihat bunda menderita lebih lama lagi!! Jawab Dina sambil menghapus jejak air matanya.

Sania dan Riko sudah hampir setahun telah pergi, telah banyak pula yang berubah semenjak kepergiannya.

"Dina?? Kok melamun di situ?? Ayo masuk kita makan bareng??" Teriak tante Della dari depan pintu.

Semenjak Sania dan Riko meninggal, Della menikah dengan Johan asisten Riko dulu.

Kini usia kehamilan Della sudah menginjak 8 bulan sehingga ibu hamil itu sudah sulit untuk bergerak kemana-mana. Semenjak ibu mereka pergi, Dina dan adik-adiknya tinggal kembali di rumah lama mereka bersama Della dan Johan.

Terkadang jika Johan ada waktu senggang, dia juga ikut melatih ketiga remaja itu, karena Dina dan Syifa sering ikut pertandingan.

Semementara aki Ibud atau kakek Saribud yang dulu pernah ditolong oleh Dina, tinggal di halaman belakang terpisah dari Della sekeluarga.

"Om Johan pulangnya kapan tante??" Tanya Dina sambil ikut membantu menata makanan di atas tikar di ruang tengah mereka.

"Barangkali lusa baru pulang, nanti sore Dina temani tante untuk memeriksakan kandungan tante ya!!" Kata tante Della.

"Siap tante!!" Kata Dina.

************

"Sore itu Dina dan tante Della memilih naik taxi online saja untuk pergi kerumah sakit. Sepulangnya dari rumah sakit mereka duduk di bangku besi yang biasanya tersedia di sepanjang jalan untuk pejalan kaki beristirahat.

Mereka duduk sambil menunggu taxi online yang dipesan oleh tante Della.

Sedang asyik mereka bercakap-cakap tiba-tiba di samping mereka berhenti sebuah mobil Ayla merah.

"Wah...bertahun-tahun tak ada kabar beritanya sekali bertemu sudah bunting aja kau Della?? Apa anak dikandunganmu itu punya bapak?" Tanya seorang laki-laki yang memunculkan kepalanya sambil memandang remeh pada Della begitu pula perempuan yang ada di sebelahnya.

"Wah hebat sekarang teman kita ini Bram...eh salah, mantan istrimu!!" Kata wanita itu pada pria yang dipanggil dengan sebutan Bram.

"Iya Vi, ternyata selepas dari aku dia akhirnya waras kembali, berarti dia sudah move on dari aku dong??" Ucap Bram.

Dina memandang pada dua orang yang ada di depannya lalu melirik pada tante Della yang nampak gemetar ketakutan dan pias wajahnya.

"Ada juga yang mau menampung gelandangan sepertimu dan memberimu tumpangan hidup!!" Kata Bram semakin membuat tante Della bergetar seluruh tubuhnya.

"Cukup!!" Bentak Dina.

"Saya tidak peduli kalian siapa dan punya hubungan apa di masa lalu dengan tante Della, yang jelas saat ini tante Della sedang hamil besar saya tidak ingin terjadi sesuatu pada kehamilan tante saya." Sentak Dina.

"Wau...ada bidadari kecil yang cantik yang jadi peri pelindung Della sekarang ini, Bram!!" Kata Via wanita yang berada di sebelah Bram.

"Wau, cantiknya...!! Hai gadis manis, kamu jadi pacar om Bram aja yah!! Nggak rugi kok kamu pacaran sama sugar daddy kayak om ini! Dijamin kamu bakal nagih terus, hahaha!!" Tawa Bram berderai diiringi tawa wanita di sebelahnya.

"Stop...jangan kamu berani mengganggunya Bram, jangan kamu berani menyentuh keponakanku walau hanya kerudung yang dia kenakan sekalipun." Teriak tante Della emosi.

"Ouhhh gadis cantik ini keponakanmu, pas sekali...aku akan melamar dia untuk menjadi simpananku!!" Hahaha.

"Stop...aku bilang stop!!" Teriak Della emosi.

"Hai Bram, mantan istrimu marah tuh...kamu tanggung jawab lho kalau dia melahirkan di sini!!" Kata Via juga ikutan tertawa.

"Tante...tante Della tenang tante!! Tante jangan terbawa emosi!! Ingat pesan dokter tadi bahwa tante jangan mudah stres agar kandungan tante baik-baik saja!!" Kata Dina mencoba menenangkan tante nya.

"Kalian berdua?? Bisakah kalian pergi?? Saya tidak ingin tante Della celaka karena ulah kalian berdua!! Dan kau om Bram, om dan tante Della sudah tahunan berpisah, mengapa masih ribut soal yang tidak jelas??" Tanya Dina.

"Hai gadis ingusan?? Kamu ini masih ingusan sudah mengajari orang dewasa, tidak takut kah kamu jika tanganku ini melayang ke wajah mungilmu itu??" Tanya Via pada Dina.

"Kamu diam...saya sedang tidak bicara denganmu!! Saya sedang bicara pada pria tua di sebelahmu, karena pria tua itu adalah mantan suami tante Della, sedangkan kamu mantan apa nya tante Della?? Mantan teman??? Jika begitu kamu teman yang tidak tau adat, suami teman sendiri diembat juga...sudah tak ada lagi kah laki-laki di atas muka bumi ini? Sampai milik teman pun kamu claim juga sebagai milikmu!!" Kata Dina ketus dan pedas.

"Hahaha...kamu di bilang pria tua oleh gadis ingusan itu??" kalau aku jadi kamu sudah kuper*kosa gadis itu di depan tante bodoh nya yang sedang bunting itu!!" Kata Via mengompori.

"Dan memang, aku dan Della dulu berteman, tetapi rasa cinta pada seseorang tidak bisa hanya dengan memandang seorang teman, aku juga mencintai Bram dan tidak salah kan jika aku telah merebutnya dari tangan Della berikut seluruh harta warisannya!!" kata Via.

"Dasar pengkhianat!!" Kata Dina dingin.

"Tapi iya juga sih, jika dilihat dari mata dan wajahmu memang sudah terlukis jelas wajah seorang pengkhianat!!" Kekeh Dina tanpa takut sama sekali.

"Bram, jika aku tidak meremas mulut gadis itu rasanya aku tidak akan bisa tidur nyenyak!!" Umpat Via geram dan marah.

"Oh silakan saja sayang!!" Kata Bram dengan senang hati karena akan mendapatkan tontonan gratis karena kebetulan di jam-jam begini suasana jalan di sini lumayan sepi, jadi dia pikir tak akan ada yang bisa menolong Della dan keponakannya itu.

Via turun dengan langkah besar menuju kearah Dina dan Della. Tante Della tampak panik tetapi Dina tampak tenang-tenang saja.

"Tante tenang dan berdirilah menjauh!!" Bisik Dina yang segera diikuti oleh tante Della walaupun hatinya was-was bukan main.

Tante Della segera berdiri dari duduknya tetapi Dina masih duduk tenang di sana.

"Dasar gadis celaka mulut comberan!!" Teriak Via lalu benar-benar menyerang Dina dengan cakarnya.

Sedikit lagi cakaran kuku Via akan meremas mulut Dina, gadis manis itu tiba-tiba menggeser duduknya ke samping. Karena kuatnya daya dorong tubuh Via, membuat wanita itu terdorong kedepan dengan kelima kuku jarinya menggaruk kursi besi yang tadi disandari oleh Dina.

KRAKKK...

ADUHHHH...

Terdengar jeritan kesakitan Via saat kuku jari tangannya berpatahan dan mengakibatkan jari tangannya juga ikut lecet dan sakit akibat bergesekan dengan bangku besi.

*

*

***Bersambung...

Mohon dukungannya untuk karya baru author ini ya reader🙏🙏

Bab 3 Kembalinya Hans Ke Kafe

Sedikit lagi cakaran kuku Via akan meremas mulut Dina, gadis manis itu tiba-tiba menggeser duduknya ke samping. Karena kuatnya daya dorong tubuh Via, membuat wanita itu terdorong kedepan dengan kelima kuku jarinya menggaruk kursi besi yang tadi disandari oleh Dina.

KRAKKK...

ADUHHHH...

Terdengar jeritan kesakitan Via saat kuku jari tangannya berpatahan dan mengakibatkan jari tangannya juga ikut lecet dan sakit akibat bergesekan dengan bangku besi.

"Sayang....!!" Teriak Bram lalu dengan cepat dia melompat turun dari mobil menghampiri wanita yang entah istri atau hanya sekedar simpanannya belaka.

"Dasar gadis binal kurang ajar!!" Rutuk Bram seraya hendak menampar Dina.

Tapi dengan cepat gadis itu menahan tamparan Bram dengan menggenggam pergelangan tangan Bram.

"Apa itu binal om tua??" Tanya Dina serius yang semakin membuat Bram menjadi geram dipanggil om tua oleh gadis belia itu.

"Binal itu liar seperti kamu ini dasar ja*lang kecil lepaskan tangan saya!!" Kata Bram yang berusaha melepaskan pergelangan tangannya dari tangan jari gadis itu.

"Ja*lang kecil? Berarti om dan tante yang kukunya patah itu ja*lang tua dong!!" Kata Dina lagi.

"Keparat...mulut kamu memang minta dihantam, kamu sekolah atau nggak sih?? Nggak tau sopan santun banget sama orang tua!!" Teriak Via lalu menyerang Dina dengan cakaran kukunya yang telah banyak berpatahan.

Dengan santai Dina menggeser pergelangan tangan Bram yang masih ada di dalam jepitan tangannya menangkis cakaran Via hingga alhasil...

AARRGGHHH

Mengapa lenganku yang kamu cakar Via?? Dasar wanita bodoh, sakit tau!!" Teriak Bram menahan marah dan sakit yang luar biasa di lengannya.

"Maaf...maaf Bram!!" Kata Via panik sambil melihat lengan Bram mengucurkan darah.

"Dasar gadis gila...aku akan melaporkanmu ke polisi??" Teriak Bram.

"Melaporkan aku??? Hiiiii takut!!" Teriak Dina pura-pura menunjukan wajah takutnya.

"Tapi boong!!" Katanya sambil tertawa.

Kalian berdua boleh tua, tetapi kalian belum katarak apalagi buta kan??" Kata Dina santai.

"Di sini ada beberapa cctv dan tentu saja tante Della juga merekam penyerangan kalian padaku, wahai om dan tante??" Kata Dina sambil tertawa.

"Kampret!!" Kata Bram seraya menghempaskan tangan Dina dari pergelangan tangannya.

"Silakan jika kalian mau melaporkan dan aku ingatkan pada kalian para orang tua, jangan ganggu tante Dellaku lagi karena kami selalu ada di belakangnya dan akan menghalau orang-orang seperti kalian." Kata Dina lalu mengajak Della berlalu dari sana saat taxi online pesanan mereka telah tiba.

Sepeninggal Della dan Dina...

"Sialan...siapa sih gadis ingusan itu?? Kata-katanya tajam dan cengkeraman tangannya di pergelangan tanganku seperti capitan besi!!" Kata Bram.

"Tapi wajahnya itu seperti tidak asing bagiku, dulu aku pernah melihat seraut wajah dengan mata teduh dan bening sebening kaca seperti itu, iyah....Sania tadi dia memanggil Della dengan sebutan tante berarti itu putrinya Sania." Kata Bram.

"Siapa Sania??" Tanya Via cemburu.

"Dulu aku mengincar Sania, tetapi entah mengapa si Della bodoh yang selalu menggodaku, apalagi saat itu kulihat Sania sudah menikah dan mempunyai seorang bayi kalau tidak salah perempuan!!" Jawab Bram.

"Lalu apa kamu akan melaporkan gadis gila itu ke polisi??" Tanya Via bertambah geram dan cemburu mendengar cerita Bram tentang Sania.

"Kamu gila ya Via, di sini ada cctv dan nyatanya kita yang telah menyerang mereka nanti malah kita yang ketiban tertimpa kasus!!" Jawab Bram.

Di dalam perjalanan pulang tante Della terus murung.

Bram yang menyebabkan dia berani menentang ibu kandungnya sendiri, demi Bram dia tega menjual rumah peninggalan orang tuanya yang menyebabkan Sania dan keluarga kecilnya luntang lantung mencari tempat tinggal kala itu. Dan Bram juga yang telah mencampakan dia di jalan saat dia sudah tidak bisa diandalkan untuk mencari uang lagi.

"Tetapi siapa yang memungut dan mengangkatnya dari kehinaan? Lagi-lagi Sofwan dan Sania walaupun dia kaget saat tau Sofwan dan Sania sudah lama berpisah.

"Tan...tante Della, apakah tante baik-baik saja?" Tanya Dina pada tantenya.

"Tante baik Dina, hanya teringat sedikit pada masa lalu tante yang pahit saat bersamanya." Kata tante Della.

"Ya sudah, kita singgah sebentar ke kafe ya tante? Dina mau mengecek persiapan untuk acara ulang tahun nanti malam." Kata Dina.

"Kamu hebat Dina semenjak bundamu dan om Sultan meninggal, kamu sanggup mengelola kafe itu tetap berkembang sampai seperti sekarang ini, padahal usiamu baru tujuh belas tahun tetapi kemampuanmu mengelola peninggalan ibu dan om kamu benar-benar patut diacungkan jempol, tante sungguh salut padamu!!" Kata tante Della.

"Kan masih ada tante Tuti, tante Tini, dan tante Wati beserta para suami mereka yang turut membantu Dina, tante!!" Kata Dina.

"Hanya sayangnya abang Hans harus resign sebagai koki di sana!!" Kata Dina dengan tatapan menerawang mengingat lelaki tampan yang bekerja sebagai koki di kafe Sultan dan telah mengundurkan diri dari sana.

Dina tau Hans juga mencintai ibunya. Saat ibunya telah meninggal dunia, Hans sangat terpukul dan memutuskan untuk berhenti dari kafe.

Entah kemana dan di mana si tampan itu sekarang selama setahun ini membawa dan menyembuhkan luka hatinya.

Tante mau langsung pulang atau ikut turun di sini??" Tanya Dina pada tante Della.

"Tante langsung pulang aja ya?? Tante capek banget!!" Kata tante Della lagi.

"Ya sudah tante, Dina berhenti di sini ya!! Sampai rumah langsung istirahat ya tante!!" Pesan Dina.

"Truk siapa itu seperti truk pick up milik ayah Juma, tapi dia di mana? Di dalam kafe kah??" Gumam Dina saat melihat sebuah truk pick up terparkir tak jauh dari kafe yang mulai ramai.

Hari ini ada perayaan ulang tahun anak pejabat dan mereka menyewa kafe untuk mengadakan acara.

Dina datang untuk melihat persiapannya sampai sejauh mana karena dia dan adik-adiknya juga mengisi acara menyanyi di kafe ini.

"Bukan om Niko, tapi itu Juma bersama siapa itu?? Oh iya Cecilia!! Berarti benar kabar yang beredar bahwa Juma sekarang pacaran sama cewek teman sekelasnya." Gumam Dina.

Waktu kelas satu Juma dan Dina sekelas. Begitu naik di kelas dua mereka terpisah.

Mulai saat itulah hubungan mereka menjadi renggang. Juma tak lagi mengejar-ngejar Dina seperti dulu, maklum mungkinlah cintanya pada Dina waktu itu hanya sekedar cinta monyet.

Juma dan Cecilia membawa bunga-bunga untuk riasan kafe. Tetapi tatapan Dina terpaku pada satu sosok sangat tampan yang setahun menghilang.

"Itu kan...bang Hans!! Pekik Dina di luar sadarnya.

Cecilia dan Juma menengok kearah Dina. Wajah Juma sedikit berubah mungkin dia merasa tidak enak pada Dina karena telah membawa Cecilia ke kafe untuk membantunya membawa bunga-bunga untuk acara ulang tahun di kafe tersebut. Dia tak menyangka Dina datang sore ini ke kafe.

"Bang Hans!!! Seru Dina lalu lari melewati Juma dan Cecilia.

Hans menoleh kearah suara seorang gadis yang memanggilnya.

"Dina....!!" Serunya.

*

*

***Bersambung...

Akankah cinta monyet mereka bersemi kembali?

Jangan lupa dukungannya ya reader, like, komen, vote, favorit dan rate nya.🙏🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!