"udah ya mama tau kamu marah tapi tolong jangan di perpanjang lagi, kamu harus minta maaf sama Avril dan kakek" ucap Nelly dengan lembut sambil mengelus bahu Tasya. Namun Tasya menepis nya.
"minta maaf? Kenapa harus aku? Aku ga salah ma, Avril yang salah!" bantah Tasya tak terima.
"tapi ini semua berawal dari kamu yang dorong Avril sampai jatuh ke danau, dia hampir tenggelam. Terus kakek juga kamu bentak-bentak karna udah nasehatin kamu!"
"kamu bilang ga salah?"
"AVRIL YANG GANGGU AKU, MAMA KENAPA SIH? AKU TERUS YANG DI SALAHIN!" Teriak Tasya menggema di seluruh sudut ruangan rumah.
Plak!
Tamparan keras melayang di pipinya membuat suasana menjadi panas dan semakin kacau. Axel tersulut emosi ia tak suka jika adik nya Tasya berteriak pada orang tua nya.
"jaga mulut lo ya, mereka orang tua lo!" ancam Axel sambil mengacungkan jari telunjuk nya pada Tasya, sedangkan gadis itu terus menangis.
"kamu udah kurang ajar sama kakek dan Avril, Tasya. seharusnya kamu sadar dan minta maaf, nak" kini Nelly yang berusaha bersikap tenang dan lembut pada anak nya.
"berapa kali gue bilang jangan pernah macam-macam sama Avril? Lo itu lebih tua dari dia harus nya lo ngalah" Tasya terus menangis sambil memegang pipinya. Untung saja papa nya sedang tidak ada di rumah jadi ia tak mendapatkan yang lebih parah dari ini.
"kamu hampir bikin Avril dalam bahaya Tasya" Tasya menyeka air mata nya dengan kesal.
"kalian selalu ngebela Avril! Tasya benci kalian semua!" Tasya berjalan menuju kamar nya dengan kaki yang di hentak dan suara pintu di banting terdengar keras setelah nya.
"sudah lah Axel jangan terlalu keras sama Tasya" Nelly mengusap bahu Axel yang sedari tadi menahan marah sampai telinga nya ikutan merah.
"itu anak kurang ajar ma, dia selalu benci sama Avril tanpa sebab padahal papa selalu sayang sama dia" kata Axel dengan nada yang mulai melembut saat berbicara dengan Nelly.
"pasti ada alasannya, kita tidak boleh menekan Tasya" Axel menganggukan kepala.
"oh iya besok ulang tahun Avril, kamu udah siapin kado nya?" tanya Nelly yang di angguki oleh Axel, di susul dengan senyuman.
"udah ma, Axel kasih yang paling istimewa buat Avril" kata Axel dengan semangat.
"bagus, besok kita ke bogor ya ke rumah kakek"
•••
"good morning, kakek" Avril, gadis kecil berusia 14 tahun yang tengah menghampiri kakek nya di ruang makan.
dengan senyum merekah, dia memeluk kakek nya dari belakang dan menoleh kan kepala nya ke samping.
"kakek, lagi sarapan kok ga ajak-ajak aku?" tanya Avril dengan wajah cemberut.
"cucu kakek udah bangun ya, kakek kira Avril masih tidur" jawab sang kakek tersenyum hangat ke arah Avril.
"Avril udah bangun tau dari tadi cuma baru keluar kamar" balas Avril.
"pintar, duduk sekarang, kita sarapan bersama" Avril mengangguk dan duduk di seberang kakek nya.
ia mengambil selai dan roti lalu memadukan nya menjadi satu.
"papa sama mama mu gimana? mereka bakal datang kesini?" tanya kakek sambil mengunyah roti nya.
Avril mengedikan bahu sambil asik makan dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Avril kira mereka udah sampai sini" jawab Avril sedikit sedih.
"mungkin sedang di perjalanan" Avril mengangguk dan kembali makan.
"oh iya kakek, besok Avril ulang tahun. kakek ga mau kasih aku hadiah?" tanya nya bersemangat dengan senyum manis.
"Avril mau hadiah apa?" tanya kakek.
"hmm.. apa ya? Avril mau boneka beruang yang besaaaar banget!" Avril memperagakan bentuk boneka tersebut.
"hahaha kamu ini sudah besar masih suka boneka ya, oke nanti kakek belikan ya, Avril tunggu aja" gadis kecil itu tampak senang dan berlari menuju kakek lalu memeluk nya.
"makasih ya kakek, Avril sayang kakek" sang kakek membalas dengan pelukan hangat dan mengusap rambut panjang Avril.
dia sangat menyayangi cucu nya ini karna sangat lah periang, ceria, dan lembut hati nya.
walaupun Avril sangat manja di usia nya yang sudah mulai beranjak dewasa, kakek nya dengan sabar memanjakan sang cucu semampu nya. karna itulah ia sangat di sayangi oleh Avril.
"sama-sama, kakek juga sayang Avril" jika kalian bertanya dimana nenek Avril, ia sudah tidak ada sejak Avril berusia 2 tahun, jadi bisa di pastikan Avril tak ingat wajah nenek nya seperti apa.
"Avril mau ke kamar dulu ya kek, mau telepon mama" kata Avril yang mendapat anggukan dari kakek nya.
Avril berlari menuju kamar nya dan mengambil telepon genggam milik nya dan mulai menghubungi nomor salah satu keluarga nya.
"hallo?"
"hallo? kenapa?"
"hallo kak, kakak jadi kan dateng kesini?"
"aduh kaya nya gue gabisa deh.."
"yah kenapa kak?"
"gue banyak tugas, mama sama papa juga sibuk"
"yahh tapi kan aku besok ulang tahun kak, masa gabisa dateng?"
"gabisa, orang sibuk masa di paksa dateng, udah deh lagian cuma ultah doang jangan alay"
"yaudah deh gapapa"
"nah gitu"
"aku mau ngomong sama mama, kak"
"bentar"
telepon beralih ke mama Avril.
"hallo sayang"
"mamaa, aku kangen. mama gabisa kesini ya?"
"mama juga kangen Avril, kita tetep dateng kok sayang"
"loh mah? kan mama sibuk"
suara kakak Avril menyahut.
"sstt bisa kok bisa, Avril tunggu aja ya disitu. kita pasti kesana, mama kangen banget sama Avril"
"SERIUS MAH? YEEAAYYY!!"
sorak Avril gembira.
"iya sayang, tadi yang di bilang kakak mu jangan di dengar ya"
Avril mengangguk seolah-olah mama nya dapat melihat nya.
"iya ma gapapa kok, Avril tunggu ya ma.."
"iya sayang, dadah"
"dadah"
sambungan telepon pun terputus.
Avril tersenyum senang dan sedikit berjingkrak-jingkrak karna saking gembira nya.
ia tak sabar menunggu kedatangan mereka disini.
walaupun harus menunggu, Avril tidak keberatan karna ia tahu jarak antara Jakarta menuju Bogor lumayan jauh jadi Avril memaklumi nya.
•••
"mama gimana sih? katanya mama sama papa sibuk!" kesal sang kakak perempuan Avril yang bernama Tasya.
badan Tasya menyandar pada meja dapur, ia melipat kedua tangannya depan dada sambil menampakkan wajah kesal.
Tasya dan mama nya memang tengah berada di dapur karna mereka juga sedang membuat sarapan.
"kakak, sesibuk apapun papa sama mama, pasti kami sempatkan waktu untuk keluarga"
"apalagi ade mu itu ulang tahun, kasian kan kalau dia rayain ulang tahun nya sendirian" sambung Nelly menjelaskan dengan lembut.
"ish yaudah deh, aku males ikut. kalian aja sana yang pergi" Nelly tersenyum lalu mengusap rambut Tasya.
"semua nya harus ikut" Tasya menghela napas kasar.
"iya iya yaudah" setelah itu dia langsung pergi ke kamar nya.
anak laki-laki yang baru saja keluar dari kamar mandi terheran melihat tingkah sang adik yang terlihat kesal, ia pun menghampiri Nelly.
"kenapa tuh mah?" tanya sang abang bernama Axel.
"biasalah" seolah paham, Axel mengangguk.
"oh ya nanti abang jangan lupa siap-siap, kita ke Bogor nanti sore" lanjut Nelly mengingatkan.
"siap, tapi nanti Axel ke rumah Natalia dulu ya mah" jawab Axel sekaligus meminta izin.
"dasar, yaudah gapapa. ayo sarapan dulu" mereka pun masuk ke ruang makan dengan Nelly yang membawa beberapa piring berisi sarapan mereka.
"PAPAA AYO SARAPAN" teriak Nelly memanggil suami.
Jordan turun dan langsung duduk di kursi makan, di samping Nelly.
"kakak mana mah?" tanya Jordan sambil mengambil garpu.
"biasalah ngambek di kamar nanti juga kalau laper turun" jawab Nelly santai.
mereka mulai sarapan dan suasana menjadi hening, hingga akhirnya Nelly kembali membuka suara.
"nanti kita mau kasih kado apa ke Avril?"
"kasih aja kaya tahun kemarin mah" jawab Axel.
"aduh masa itu, harus berbeda dong!"
ucap Nelly menolak.
"terus apa dong? kalau Axel mah udah ada kado sendiri buat Avril hehe" kata Axel sambil memainkan alis nya.
"apa tuh bang?" tanya Nelly penasaran.
"ada deh, rahasia~" Nelly menggeleng pelan.
"papa, kita kasih hadiah apa nih?" tanya Nelly kepada Jordan yang diam dan asik makan.
"baju? sepatu? topi? kan ada banyak" jawab Jordan menyarankan.
"baju aja mah" saut Axel.
"oke baju aja ya nanti mama beli dulu, papa anterin mama yaa" Jordan mengangguk dan mereka pun melanjutkan makan bersama.
•••
"ish sebel banget deh. kenapa Avril terus yang di utamain? gue nya kapan?" Tasya mendengus.
ia berada di kamar nya dengan posisi tengkurap di atas kasur.
layar laptop menyala sambil menampilkan sebuah gambar pemandangan kota berselimut salju.
"males banget dateng kesana, mending juga rebahan disini"
Ting!
suara notifikasi pesan masuk dari ponsel milik Tasya. segera ia membuka dan membaca nya.
ade gembel : kakak, dateng kesini ya? Avril kangen banget sama kak Tasya
membaca pesan itu, Tasya menghela napas berat dan menutup ponsel nya tanpa membalas pesan tersebut.
"hilih sok-sokan bilang kangen, bilang aja nanti lu mau pamer ke gue. mana sok lembut lagi, wlee.." ia pun membenahi laptop nya dan mulai memejamkan mata, ia ingin melanjutkan tidur walaupun sudah pagi hari.
•••
"PAPA AYO BURUAN!" Teriak Nelly menunggu di ruang tamu.
sekarang sudah malam hari dan waktu nya untuk berangkat ke rumah kakek dimana letak nya ada di Bogor.
Tasya, Axel, dan Jordan turun dari tangga bersamaan dengan beberapa barang di tangan masing-masing.
mereka menghampiri Nelly.
"ayo cepetan nanti keburu malem" kata Nelly tak sabaran. sungguh ia merindukan putri kecil nya yang sebentar lagi akan berulang tahun.
"iya sayang sabar dulu. Axel, barang semua udah siap? gak ada yang ketinggalan kan?" tanya Jordan memastikan.
Axel mengangguk.
"udah kok pah, ayo" mereka pun keluar dari rumah dan memasuki mobil.
posisi Jordan dan Nelly di depan, Tasya dan Axel di belakang.
mereka pun berangkat dengan kecepatan sedang.
"kira-kira kita sampe jam berapa?" tanya Axel kepada Jordan.
"sekarang jam 8, kemungkinan jam 10 sampai disana" jawab Jordan dan di angguki oleh Axel.
"2 jam? ish lama banget!" sahut Tasya cemberut.
"iya tapi kalau lewat tol ya bisa jadi sampai jam 9. lebih cepet kan" kata Jordan.
"tetep aja lama" sewot Tasya lalu memasang earphone di telinga nya dengan wajah yang masam.
"hadeh gitu aja lu sewot, sabar dikit napa" ucapan Axel tak di dengar oleh Tasya.
"iya kak, sabar" kata Nelly sambil tersenyum.
"papa kalau cape bisa gantian sama Axel" Jordan menggeleng.
"papa udah istirahat cukup tadi, udah minum kopi juga jadi bakal strong kaya Ironman" Axel dan Nelly terkekeh mendengar Jordan.
mobil pun terus melaju menuju tol membuat mereka semakin tak sabar untuk cepat sampai di kediaman sang kakek.
drrtttt... drrrttt...
ponsel Tasya bergetar, gadis itu segera mengangkat panggilan masuk yang berasal sang adik, Avril.
"hallo apaan?"
"hallo kak, kalian udah berangkat belum?"
"udeh ini lagi di jalan"
"liat dong, ayo video call an"
"ish banyak mau"
panggilan suara pun beralih ke panggilan video.
Tasya mengarahkan ponsel nya ke arah Axel, Jordan dan Nelly.
"halloo sayang, tungguin mama disana ya?" kata Nelly kepada orang di sebrang sana.
"iya mah, hati-hati yaa jangan sampai kenapa-napa"
"iya sayang, jangan kemana-mana ya. mama sayang Avril"
"papa juga sayang Avril"
"woi de! nanti sampai sana kita jalan-jalan bareng kakek ya. abang udah lama ga ke air terjun di dekat sana" Axel menyahut sambil memegang ponsel milik Tasya.
"iya bang, itu mah gampang bisa di bicarain disini nanti"
"takut ga sempet" Axel terkekeh lalu tak lama kemudian ponsel itu di rebut oleh Tasya.
"udah deh lu jangan rewel nanti juga sampe" Tasya mematikan sambungan telepon nya lalu kembali mendengarkan musik.
"wuu rusuh anjir"
"kakak ga sopan begitu, kan kita lagi bicara" kata Nelly menegur Tasya.
"tau tuh gajelas banget"
Tasya hanya diam sambil memejamkan mata.
mereka semua memejamkan mata kecuali Jordan yang masih fokus menyetir.
•••
Avril menghampiri kakek nya dengan wajar riang.
"kakek-kakek!" panggil Avril kearah kakek nya yang sedang menonton tv di ruang tamu.
"ada apa?" sang kakek menoleh ke arah Avril.
"mama sama papa udah di jalan, paling sebentar lagi mereka sampai, kek" jawab Avril duduk di samping kakek nya.
kakek Avril memeluk lalu mengusap kepala Avril yang berada di samping nya.
"bagus lah, kita tunggu disini saja ya"
Avril mengangguk lalu ikut menonton bersama sang kakek.
sesekali mereka makan bersama sambil bolak balik memperhatikan jam seolah tak sabar akan kehadiran keluarga mereka.
"kakek, Avril ngantuk" Avril bersandar di bahu kakek nya yang ternyata sudah tertidur duluan.
perlahan Avril memejamkan mata nya dan mulai terlelap tidur.
waktu terus berlalu, Avril dan kakek nya masih tertidur dengan posisi yang sama, mereka duduk di atas sofa depan TV.
1 jam...
2 jam...
3 jam...
4 jam...
kakek Avril terbangun dan melihat jam dinding yang tertera di hadapannya.
"jam 12 lewat" sang kakek heran karna anak dan menantunya belum sampai juga disini.
ia bangun dan mematikan tv yang menyala sedari tadi.
perlahan ia membenarkan posisi tidur Avril menjadi berbaring di sofa sepenuh nya, agar gadis kecil itu lebih nyenyak tertidur.
namun hal itu membuat Avril terbangun, alhasil mereka berdua sama-sama melek.
"kakek, papa sama mama udah sampai?" tanya Avril sambil mengusap mata nya.
"belum, ril. kakek bingung" sang kakek mencoba untuk menelepon salah satu di antara mereka melalui telepon rumah.
ternyata tidak ada satupun yang mengangkat.
"ga di jawab ya kek?" kakek mengangguk Avril menghela napas.
"coba Avril telepon ya kek" dia bergegas mengambil ponsel nya lalu menghubungi nomor abang, kakak, mama, dan papa nya.
namun hasil nya nihil...
mereka mulai cemas tapi tetap berfikir positif.
"aduh kok belum sampai ya, kek" Avril sudah gusar. berulang kali dia menghubungi keluarga nya tapi tak ada jawaban.
"tenang mungkin macet di jalan" kakek mencoba untuk menenangkan Avril yang terlihat sangat cemas.
"jangan khawatir" kakek tersenyum hangat kepada Avril sambil mengusap kepala nya.
mereka memilih untuk tetap menunggu hingga pagi pun tiba.
belum ada tanda-tanda bahwa mereka datang, semua tidak bisa di hubungi, membuat Avril semakin panik.
perasaan nya mulai kacau dan di penuhi rasa takut.
"kakek.. mama sama papa mana?" Avril bertanya dengan nada sedih.
"mereka sebentar lagi akan sampai, tenang ril" kakek tak berhenti menenangkan cucu nya yang kepalang panik.
"tapi-"
tinininit! tininit!
telepon rumah berbunyi, kakek segera mengangkat nya.
"hallo?"
"dengan bapak Hendra?"
"iya saya sendiri, bapak siapa?"
"kami dari tim kepolisian ingin mengabarkan bahwa mobil ber-plat nomor B ××××× telah mengalami kecelakaan di jalan tol Jagorawi. jika benar mobil itu dari keluarga anda, di mohon untuk datang ke rumah sakit harapan jaya secepatnya. terimakasih"
deg!
jantung kakek serasa berhenti berdetak, ia sangat shock dengan kabar yang ia terima di pagi hari ini.
pikiran nya kosong seketika dan terdiam mematung dengan air mata yang mulai berlinang.
"pak?" bahkan panggilan dari orang di seberang sana pun tak membuyarkan lamunan nya.
tak lama ia tersadar.
"benar pak itu mobil anak dan menantu saya, terima kasih pak" sambungan telepon terputus.
kakek berbalik menghadap Avril dan memeluk nya.
Avril mengerutkan alis dan membalas pelukan kakek.
"kakek? kakek kenapa?" tanya Avril kebingungan melihat sang kakek yang menangis sambil memeluk nya.
"kakek gapapa kan? itu tadi siapa?" Avril terus bertanya-tanya karna heran.
Avril hanya mendengar Isak tangis dari kakek nya yang semakin erat memeluk Avril.
"papa dan mama kamu kecelakaan"
•••
Avril dan kakek nya berlari menuju rumah sakit setelah sebelumnya turun dari taksi.
mereka datang dengan tergesa-gesa dan berlinang air mata, doa tak henti-hentinya keluar dari mulut Avril juga kakek nya.
kakek Avril menggenggam tangan Avril untuk memasuki ruang bertuliskan 'UGD' di atas nya.
namun sebelum mereka berhasil masuk, tiba-tiba pintu itu sudah terbuka dan terlihat lah bangsal rumah sakit yang di dorong keluar kamar.
Avril dan kakek nya menepi sambil melihat kearah sana.
"maaf bapak siapa ya?" tanya salah satu suster yang baru saja keluar dari ruang UGD.
"saya keluarga dari orang yang kecelakaan semalam, keluarga saya ada dimana?" tanya kakek berusaha tenang.
"bapak bisa ikut kami" kata si suster sambil berjalan duluan meninggalkan Avril dan kakek nya yang kebingungan.
mau tak mau mereka mengikuti suster itu dan ternyata mereka memasuki kamar mayat bersama dengan bangsal rumah sakit tadi.
firasat sang kakek sudah tidak enak begitu juga dengan Avril yang hanya terdiam di samping kakek nya.
suster dan dokter berhenti di samping salah satu bangsal dengan kain putih yang menutupi si mayat.
"mohon maaf pak, 3 orang dari keluarga bapak sudah tidak bisa di selamatkan lagi karna luka yang sangat serius. kami turut berduka cita" ucap dokter pria kepada kakek Avril lalu menunduk.
mendengar itu, pecah tangis dari Avril dan kakek nya terdengar seisi ruangan tersebut membuat hawa sedih menyebar ke para suster dan dokter yang berada disana.
"dokter Tirta.. saya mau memastikan dulu kalau itu anak saya" kata sang kakek masih tak percaya, dokter pun mengangguk.
kakek Avril membuka kain putih yang menutupi wajah seseorang dengan perlahan, air mata nya tak berhenti menetes.
sedangkan dokter dan suster membuka kain penutup itu di beberapa bangsal lain.
kakek Avril memeluk salah satu jasad tersebut sambil terus menangis.
memang benar itu anak nya, Nelly.
Avril berlari memeluk jasad mama nya yang telah terbujur kaku tak berdaya.
"MAMAAAA BANGUUN!!" teriak Avril menangis histeris.
"nak, kalian kenapa pergi duluan, maafkan papa" ucap kakek sambil mengelus kepala Nelly dengan lembut.
"kakek mama kek.." Avril menahan rasa sesak di dada nya.
ia melihat ke bangsal di sisi lain, ternyata itu abang dan papa nya.
tangisan Avril semakin menjadi-jadi saat tau bahwa ia di tinggal 3 orang sekaligus dalam waktu yang bersamaan.
"papa, mama, abang hiks.." kakek Avril memeluk Avril dengan erat, lalu mereka berdua menangis bersama.
Avril tak sanggup berkata-kata begitupun dengan kakek nya, hati mereka sangat sakit dan sesak rasanya.
"kami akan segera menyiapkan semua nya untuk mengantarkan beliau sampai ke rumah" kata dokter pelan dan di balas anggukan dari kakek.
"dokter, kakak saya dimana?" tanya Avril pada si dokter dengan suara serak.
"kakak kamu masih tak sadarkan diri, ayo ikut saya" Avril mengangguk dan mengikuti dokter keluar ruang mayat.
si kakek setia di samping jasad anak nya sambil menggenggam tangan Nelly lalu mengelus nya pelan.
"Nelly, papa harap kamu, Axel, dan Jordan tenang disana, kalian sudah tidak merasakan sakit lagi, maafkan papa, seharus nya papa duluan yang pergi tapi ternyata Tuhan lebih sayang sama kalian"
"papa masih ga nyangka kalian pergi secepat ini, padahal hari ini putri kamu ulang tahun. seharus nya kalian potong kue di rumah"
kakek tak bisa membendung air mata nya, ia sangat hancur melihat wajah anak nya yang sudah tiada.
"papa janji, papa bakal jaga Avril seumur hidup papa. sama seperti papa menjaga kamu, nak. istirahat lah dengan tenang" kakek mencium dahi Nelly cukup lama lalu melepaskan nya.
•••
Avril berdiri melihat keadaan kakak nya yang masih koma dengan beberapa selang infus di tangan dan bagian tubuh lain nya.
hanya Tasya dan kakek yang Avril miliki sekarang, ia tak tahu lagi harus bagaimana, Avril masih shock.
tangan Avril bergerak mengelus rambut sang kakak dengan lembut lalu menangis.
entah mengapa, rasa bersalah muncul di dalam hati nya. ia merasa bahwa ini semua terjadi karena diri nya.
"maaf, kak" Avril menahan tangisannya dan hal itu membuat dada Avril sesak.
"kakak jangan kaget ya kalau nanti bangun terus tau papa, abang, sama maka udah ga ada" dokter yang mendengar itu pun ikut menetes kan air mata walaupun tidak terlalu terlihat karna kacamata yang ia pakai.
"sabar ya, kakak kamu akan segera sadar nanti" dokter pria itu mendekati Avril lalu mengusap bahu Avril, berusaha untuk menenangkan nya.
Avril mengangguk pelan lalu mengusap air mata nya dengan punggung tangan.
si dokter tak bisa membayangkan bagaimana jika dia berada di posisi Avril sekarang, di tinggal orang tua sekaligus abang nya pada waktu yang bersamaan pasti dia akan sangat hancur.
"ayo ikut saya" Avril mendongakkan kepala menatap dokter tersebut.
"kemana?"
"kita ke taman belakang sana"
mereka pun pergi kesana dan Avril hanya menurut lalu duduk di kursi panjang samping dokter.
"nama mu siapa?" tanya si dokter menatap Avril.
"Avril dokter" jawab Avril pelan.
"nama mu bagus, perkenalkan saya dokter Tirta. kamu bisa panggil saya paman"
kata dokter Tirta memperkenalkan diri, Avril mengangguk.
"berapa umur mu sekarang?" tanya dokter itu berusaha mengenal Avril lebih jauh.
"sekarang 15 tahun, hari ini Avril ulang tahun dokter. tapi mama, papa sama abang malah pergi" Avril meneteskan air mata lagi lalu mengusap air mata nya lagi dan di lakukan terus menerus.
mata anak gadis itu sudah sangat sembab dan hidung nya merah.
dokter mengelus kepala Avril dan tersenyum hangat.
"menangis lah, nak. jangan di tahan, tidak akan ada yang marah padamu" Avril yang mendengar itu akhirnya menangis sejadi-jadinya dengan kepala menunduk dan bahu yang turun naik.
dokter paham betul bagaimana perasaan Avril saat ini karna itulah dia berusaha untuk membawa Avril ke tempat terbuka agar perasaan anak gadis itu lebih tenang.
Avril mengingatkannya pada anak laki-laki nya yang berusia tak jauh berbeda dari Avril.
"paman dapat ini dari tim kepolisian, kamu bisa buka ini di rumah" Avril mengangkat kepala nya dan melihat ke arah tangan si dokter.
ternyata ada sebuah kotak berpita dengan kondisi yang sudah rusak setengah nya, pasti karna kecelakaan itu.
Avril menatap dokter Tirta sekilas lalu mengambil kotak tersebut perlahan.
"terima kasih paman"
"saya rasa itu hadiah dari keluarga mu, nak" Avril penasaran namun sekaligus sedih karna kotak itu.
"iya paman, nanti Avril buka ini di rumah" Avril memaksakan diri untuk tersenyum tipis kepada dokter Tirta.
•••
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!