NovelToon NovelToon

Bukan Ikatan Cinta

Minggat

"Gak mau! Pokoknya Queen gak bakal pernah mau di jodohin," tolak Queen dengan tegas. "Lagian, apa-apaan sih pah, ini udah taun 2023 lho ya, masa masih musim jodoh-jodohan? Gak banget deh!" tolak Queen dengan tegas saat ayahnya mengutarakan rencana perjodohan dirinya dengan salah satu putra sahabatnya itu.

"Oke, gak apa-apa kalau kamu gak mau menerima perjodohan ini, tapi semua fasilitas yang papah kasih, semua akan di cabut, mulai dari atm, mobil, dan semuanya. kamu juga gak bakal dapat uang jajan, gak ada jatah skin care, shopping, liburan, semua gak ada!" ancam Sony.

Ayah Queen sangat tahu apa kelemahan putri kesayangannya itu, dia terbiasa hidup enak dan di manjakan dengan semua fasilitas mewah sejak kecil, tak heran jika sekarang gaya hidupnya sangat glamor, tidak bisa lepas dari baju, sepatu dan tas bermerek, pesta dan liburan ke luar negeri sesuka hati.

Sebagai anak satu-satunya dari salah satu keluarga pengusaha sukses dan terkenal di ibukota, Queen bisa di katakan tidak pernah merasakan apa yang di namakan hidup susah, kehidupannya yang selalu di perlakukan bak ratu membuat dirinya tidak pernah takut akan apapun kecuali 'miskin'.

Benar saja, mendengar ancaman ayahnya, sontak saja Queen langsung terbelalak kaget. Hal itu terdengar sangat mengerikan baginya itu, kehilangan semua fasilitas yang biasa dia nikmati sejak orok, terdengar seperti sebuah kiamat bagi dirinya.

"Pah, apa tidak ada pilihan lain selain di jodohkan? Apa gitu, lagian Queen kan masih kuliah, belum lulus." Queen beralasan.

"Kalau nunggu kamu lulus kuliah, bisa di pastikan kamu akan menikah saat teman-teman mu punya cucu!" ujar Sony bertambah kesal saat Queen justru malah mengungkit kuliahnya yang tidak pernah dia jalani dengan serius.

"Tapi Queen sudah punya pacar pah, gak mau lah di jodohin!" tolak Queen lagi mencoba mencari alasan lain selain kuliahnya.

"Putusin lah! Cowok berandalan gitu gak bisa di andalkan, anak sahabat papah ini tampan, mapan dan anak baik-baik gak berandalan kayak pacar mu!" Sony hampir keluar tanduk jika mengingat kekasih Queen yang dianggapnya bukan pria baik-baik itu.

Mungkin ini juga salah satu yang menjadi pertimbangan Sony untuk menjodohkan putrinya, dia takut jika Queen pada akhirnya akan jatuh ke tangan pria yang salah seperti Reza, kekasih putri kesayangannya yang merupakan teman satu kampus Queen itu.

"Eh, gak bisa gitu dong! Lagian mana ada cowok mapan, tampan dan baik belum punya kekasih dan mau saja menerima perjodohan, jangan-jangan dia gak suka cewek lagi!" Queen bergidik ngeri.

"Tidak ada alasan, tiga hari lagi akan ada pertemuan antar keluarga mereka dengan keluarga kita, dan akan sekalian menetapkan hari pernikahan kalian, tidak ada alasan, kecuali kalau kamu siap kehilangan semua fasilitas!" ujar Sony tak ingin di bantah.

"Papah jahat! Queen mau pergi aja dari sini!" teriak Queen sembari berlari menuju kamarnya.

Tiga hari lagi? Oh,,, itu sangat keterlaluan menurut Queen, dan dia benar-benar tidak bisa menerima pemaksaan ini, sebetulnya dia sangat ingin melapor pada komnas perlindungan anak, namun sayangnya dia bukan anak-anak lagi, sehingga akhirnya dia memutuskan untuk mencari perlindungan pada orang lain, sebelum dirinya benar-benar terjerumus dalam skema perjodohan orangtuanya.

Queen memasukkan beberapa bajunya ke dalam koper, dia terus terisak menahan tangis karena perlakuan ayahnya yang kali ini dianggapnya keterlaluan itu, dia lebih memilih untuk pergi meninggalkan rumah dari pada harus menerima perjodohan dengan priayang bahkan belum pernah di temuinya.

"Pah, Queen bawa koper. Kayaknya dia mau minggat, tuh!" Rahma memajukan dagunya ke arah tangga dimana sang putri susah payah menggeret sebuah koper besar.

"Tenang saja mah, ini untuk kebaikan dia, kita harus tega, lagian dia gak akan pergi jauh tanpa uang." bisik Sony pada istrinya.

"Queen,,, berhenti! Mau kemana kamu bawa koper segala?" cegat Sony menghentikan langkah putrinya yang berlalu begitu saja di depan wajahnya.

Queen tersenyum dalam hatinya, ternyata ancaman kaburnya sepertinya akan berhasil membuat ayah dan ibunya membatalkan perjodohan itu.

"Mau pergi dari sini, papah sama mamah jahat, mau jodohin Queen, lebih baik Queen pergi saja!" Queen melangkahkan kakinya lagi menuju pintu utama meski berharap ayah atau ibunya menahan kepergiannya dan membatalkan perjodohan itu.

"Berhenti papah bilang!"

"Queen akan berhenti jika papah membatalkan perjodohan itu, kalau tidak, Queen tetap pergi!" Queen tetap melangkahkan kakinya.

"Oke, kalau begitu!" ujar Sony.

Queen berbalik, wajahnya yang tadi berurai air mata seketika langsung berubah menjadi full senyum karena merasa jika ancamannya kali ini benar-benar berhasil membuat ayahnya berubah pikiran dan membatalkan perjodohan.

"Papah mau membatalkan perjodohannya, kan?" ujar Queen.

Sony menggelengkan kepalanya, "Tidak, papah tidak akan merubah keputusan papah, perjodohan itu akan tetap terjadi,"

Queen hanya menoleh sekilas pada ibunya yang hanya mengangkat kedua bahunya, Queen tahu jika dalam hal ini ibunya tidak akan bisa membantunya, karena menurut Queen ibunya sangat bucin pada ayahnya, dan apapun keputusan ayahnya, ibunya pasti akan menyetujuinya.

"Ishhh,,, papah! Nyebelin! Mamah juga, bucin banget sama papah, tega liat anaknya di jodohin!" kesal Queen, sambil buru-buru melanjutkan langkahnya setelah dia menghentakkan kakinya dengan kesal meninggalkan kedua orangtuanya yang masih menampakkan wajah santainya.

"Nih, Queen gak butuh mobil papah, queen pergi!" sambung Queen seraya melemparkan kunci mobil miliknya ke meja yang ada di ruang tamu rumah mereka.

Queen buru-buru meninggalkan rumah itu dengan langkah cepatnya, karena taksi online yang di pesannya sudah menungu di depan gerbang rumah mewahnya, sebelum ayahnya kembali menghentikannya dan meminta semua uang juga kartu-kartu yang harus di selamatkannya. Kalau hanya sekedar mobil, sepertinya dia tidak akan begitu membutuhkan, sekarang ini banyak taksi online yang dapat memudahkan dirinya bepergian, lagi pula dengan tidak adanya mobil, dia bisa lebih leluasa bepergian naik motor bersama Reza sang kekasih, karena biasanya Reza lebih memilih pergi mengendarai mobil mewah Queen saat mereka pergi bersama, meski Queen selalu merengek minta di bonceng Reza.

"Queen,,, ingat, tiga hari lagi calon suami mu dan keluarganya akan datang ke sini, jangan lupa hadir!" teriak Sony yang langsung mendapat kerlingan kesal putrinya dari kejauhan.

"Pah, apa dia akan baik-baik saja?" tanya Rahma.

"Papah jamin, dia tidak akan bisa hidup tanpa uang kita, lagi pula ada anak buah papah yang akan mengawasi dia, mamah tenang saja, kita lihat berapa hari dia sanggup hidup di luaran tanpa uang, papah tau dia tidak bisa survive tanpa kita, mungkin salah kita terlalu memanjakannya, namun setidaknya jika dia menikah dengan orang yang tepat, kita tidak akan merasa khawatir lagi," ujar Sony seraya merangkul bahu istrinya dan mengajaknya kembali masuk ke dalam rumah setelah mobil yang membawa putri mereka hilang tidak terlihat lagi dari pandangan mereka.

Gara-gara sepatu

"Tenang saja sayang, ada aku yang akan selalu mendukung mu, jangan sedih gitu dong, mending jalan-jalan yuk!" kata Reza sambil memeluk Queen yang baru saja selesai menceritakan perjodohan yang di atur oleh orang tuanya dan mengakibatkan sekarang ini dirinya minggat ke rumah kekasihnya itu.

"Tapi naik motor mu ya? Aku di bonceng ya!" ujar Queen menggelendot mesra di lengan Reza.

"Siaap, apapun yang penting kamu gak sedih lagi, gak usah mikirin perjodohan lagi, lebih baik kita shopping biar kamu semangat lagi!" kata Reza yang sangat tahu jika apapun keluhan dan penyaakit yang sedang di alami Queen, obatnya hanya satu, yaitu berbelanja.

Reza sih senang-senang saja, karena dengan begitu dia juga pasti akan kecipratan rezeki dan bisa ikut membeli barang-barang yang dia mau hanya dengan modus pura-pura menjadi kekasih pengertian yang siap mengantar Queen berkeliling mall untuk belanja.

**

"sayang,, sepatu itu cakep banget ya? kalau aku pake itu kayaknya keren gak ya?" Reza menunjuk sneakers limited edition di salah satu toko merk ternama di mall itu.

Seperti biasa Reza mulai melancarkan aksinya merayu Queen agar kekasihnya itu mau membelikannya sneaker seharga motor matic itu.

"Wah,,, iya keren banget, kamu mau?" tanya Queen, yang langsung di jawab dengan anggukkan Reza.

"Maaf, nona itu sudah terlebih dahulu membelinya!" kata seorang pelayan toko wanita sembari tersenyum ke arah Queen yang hendak meraih sepatu berwarna hitam putih itu dan menunjuk seorang wanita yang tengah di peluk oleh pria tampan yang sepertinya kekasih atau suaminya itu.

"Tapi saya member vip toko ini, seharusnya saya pelanggan yang di utamakan, suruh pelanggan itu membeli model lainnya." kesal Queen mulai menunjukkan sisi egois dan arogannya seraya menunjukkan kartu keanggotaan toko itu.

"Tapi nona,,," pelayan itu terlihat kebingungan.

"Ya gak bisa dong! Kalian seharusnya mendahulukan member VIP, kalau begini ceritanya percuma saja pacar ku ikut keanggotaan toko kalian ini, gak profesional!" Reza ikut menimpali membela kekasihnya di depan pelayan itu.

Bagaimanapun dia harus mendapatkan sneakers itu, karena dia sudah lama mengincarnya. Jika mengandalkan uang saku yang di berikan orang tuanya yang hanya pegawai kantoran biasa mana mungkin dia bisa membelinya.

Kebucinan Queen justru merupakan suatu berkah tersendiri untuknya, selain mendapat kekasih yang cantik dan popoler di kampus, wajah tampannya ini pun bisa menghasilkan berbagai barang mewah dari Queen.

"Anda tidak bisa menindas pelayan seperti itu nona, dia hanya bekerja sesuai sop, kami memang bukan anggota VIP toko ini, namun kami membelinya terlebih dahulu, jadi andalah yang seharusnya mengalah." wanita anggun berpakaian kantoran itu mengurai pelukan prianya dan menghampiri Queen, dia merasa kasihan dengan pelayan toko yang di serang oleh Queen dan Reza secara bersamaan.

"Tidak ada dalam sejarahnya seorang Queen harus mengalah, pokoknya sepatu ini aku ambil, nomornya pun sangat pas dengan nomor kekasih ku, jika tidak,,, aku akan melaporkan hal ini pada manajer toko!" ancam Queen yang kenal dekat dengan manajer toko ini, secara hampir setiap minggu dia berbelanja barang-barang mewah di sana.

Queen mengambil sepasang sepatu itu dan membawanya ke kasir untuk di bayar, selama dia hidup di muka bumi ini, semua yang dia inginkan selalu dia dapatkan, tidak ada kata-kata mengalah dalam kamusnya.

"Sudahlah sayang, kita masih bisa membeli sepatu lainnya." kata pria pasangan wanita yang tadinya hendak membeli sepatu itu.

"Ya benar, karena ini sangat cocok dengan kaki ku!" kata Reza yang kini telah mengenakan sepatu yang menjadi rebutan itu.

"Aku akan langsung memakainya, biar sepatu yang lama di buang saja!" Reza melempar sepatu lamanya yang sebenarnya masih layak pakai itu ke dalam tempat sampah yang berada di pojok toko itu dengan sombongnya.

"Maaf nona, kartu anda di tolak!" ujar petugas kasir mengembalikan kartu yang biasa Queen gunakan untuk berbelanja.

"Ditolak?" beo Queen, dia bahkan mengeluarkan beberapa kartu lainnya yang dia punya, namun hasilnya semua sama, kasir mengatakan jika kartu yang dimilikinya ditolak dan tidak dapat digunakan.

Wajah Queen langsung berubah merah padam, karena merasa malu bercampur marah, bagaimana bisa hal itu terjadi di depan kekasihnya dan juga di depan banyak orang, sementara dia juga tidak pernah membawa uang tunai karena dia terbiasa menggunakan kartu-kartunya untuk segala pembayaran.

Wajah sepasang kekasih yang tadi sempat berebut sepatu dengannya melemparkan senyuman sinis padanya, senyuman yang baru pernah dia dapatkan disepanjang umurnya.

Jangan lupakan Reza, kini pria itu pun langsung memasang wajah kesal bercampur malu, terlebih dengan percaya dirinya dia sudah memakai sepatu yang gagal Queen bayar itu.

"Sebaiknya gunakan kembali sepatu mu yang kau buang di sana!" ujar pria tampan yang terpaksa batal membeli sneakers yang seharusnya menjadi miliknya itu karena kearoganan Queen dan Reza seraya berlalu pergi sambil menggandeng mesra kekasihnya.

"Sayang! Gimana sih, kamu malu-maluin aja, liat kita jadi tontonan dan ejekan orang gara-gara kamu ini!" protes Reza yang langsung membuka sepatu incarannya dan memungut kembali sepatu yang tadi sempat dia buang ke tempat sampah, tidak mungkin dia pulang tanpa alas kaki, dan lebih tidak mungkin lagi jika dirinya membayar sepatu dengan harga puluhan juta itu.

"Maaf sayang,,, aku gak tau kalau papah ku memblokir kartu-kartu milik ku, kamu jangan marah pliss!" Queen memegangi lengan Reza yang berjalan dengan tergesa keluar dari toko itu.

**

"Maaf sayang, sepertinya kamu tidak bisa menginap di tempat ku, ini kost-kost-an pria, akan sangat menjadi masalah besar jika sampai ibu kost tau akan keberadaan mu di sini." ujar Reza beralasan, padahal pemilik kost tidak pernah datang ke tempat itu, lagi pula teman-teman kostnya yang lain juga biasa membawa pacarnya ke sana bahkan menginap berhari-hari namun tidak pernah menjadi masalah apapun.

Queen terlihat bingung, apalagi sahabatnya Mega mengatakan jika dia sedang berada di luar kota saat dia menghubunginya tadi, sehingga dia tidak mungkin untuk ikut menginap di rumah sahabatnya itu.

Queen yakin jika sikap Reza ini karena kekasihnya itu kesal dan marah padanya, sebelumnya Reza tidak pernah memperlakukannya seperti ini, namun ini memang salahnya, pikir Queen yang bucin, dia tidak akan menyalahkan Reza atas apapun yang terjadi.

"Aku hanya ada uang segini, kamu boleh pakai dulu, bisa kamu gunakan untuk ongkos taksi pulang ke rumah, sebaiknya kamu berbaikan dengan orang tua mu." Reza menyodorkan dua lembar uang seratus ribuan.

"Berbaikan dengan orangtua ku? Apa itu artinya aku harus menerima perjodohan itu? Tapi aku maunya hanya sama kamu, aku gak mau sama yang lain!" tolak Queen, dia malah memeluk erat tubuh Reza, karena tidak ingin berpisah dengan kekasih yang paling di cintainya itu.

"Queen, pikirkan masa depan mu, kamu tidak bisa hidup di luaran tanpa uang dan fasilitas dari orang tua mu, pikirkan bagaimana kuliah mu, biaya hidup mu, kamu tau kan, kalau uang saku ku juga pas-pasan." kata Reza.

Hilang sudah kata-kata Reza beberapa waktu lalu yang katanya akan selalu mendampingi dan mendukung Queen dalam keadaan apapun.

"Tapi bagimana dengan kita?" rengek Queen dalam tangisnya.

"Tenang saja, ada banyak cara agar kita tetap bersama, serahkan semua pada ku, yang penting kamu sekarang pulang dan berbaikan dengan orangtua mu," kata Reza seraya menyunggingkan senyum liciknya, tentu saja dia akan melakukan segala cara agar tidak kehilangan sumber uangnya.

Aku dijodohkan!

"Selama ini kami tidak pernah meminta apapun dari mu, anggaplah ini sebuah permohonan dari kami."

Dua orang pria berbeda generasi sedang berbincang serius di teras belakang rumah mewah mereka.

Ares Batara, pria tampan penuh pesona dan selalu di takuti oleh semua lawan bisnisnya itu memang tidak pernah berani membantah jika lawan bicaranya adalah kedua orang tuanya.

Seperti nama yang di sematkan oleh orang tuanya, dia bak dewa Ares dalam cerita mitologi Yunani yang merupakan seorang dewa perang tampan yang kuat perkasa, pemberani dan di benci oleh para dewa lainnya namun di puja oleh para wanita, dan Ares juga di kenal sangat patuh pada orang tuanya yaitu Zeus dan Hera.

Begitupun Ares Batara, seorang pebisnis handal yang selalu di takuti lawannya, sukses dalam setiap pertempuran bisnisnya, selalu patuh pada orangtuanya dan di gilai banyak wanita, namun sayangnya hati Ares Batara sudah terpaut pada seorang gadis yang di pacarinya selama empat tahun belakangan ini.

"Tapi, aku mencintai Elsa, ayah." jawab Ares hati-hati agar tidak menimbulkan percikan amarah pada Panji Batara sang ayah.

"Kamu masih berhubungan dengan wanita itu?" kali ini Sekar sang ibu yang sejak tadi hanya diam mendegarkan pembicaraan suami dan anak lelakinya kini ikut angkat bicara, mendengar nama Elsa, kekasih hati sang putra di sebut nada bicara ibunya yang biasanya lemah lembut langsung terdengar meninggi.

Entah apa yang menyebabkan kedua orangtuanya tidak menyukai Elsa, sejak awal berpacaran dan Ares memperkenalkan Elsa pada orang tuanya, baik Panji maupun Sekar kompak tidak menyukai kekasih pilihan putranya itu, sehingga selama empat tahun belakangan ini hubungan Ares dan Elsa di jalani secara backstreet dari orang tuanya. Beruntung Elsa mau mengerti dan menerima keadaan itu, dia juga mau bersabar menunggu restu dari kedua orang tua Ares untuk menjadi menantu di keluarga mereka.

Jika alasannya Elsa bukan dari kalangan orang kaya seperti keluarganya yang merupakan pengusaha terkenal di ibukota, sepertinya bukan itu alasannya, karena sejauh Ares mengenal kedua orangtuanya, mereka tidak pernah membedakan status seseorang hanya dari kaya atau miskin, namun setiap kali Ares meminta alasan mengapa kedua orangtuanya tidak menyukai Elsa, mereka tidak pernah memberikan alasan apapun pada Ares, mereka hanya mengatakan jika mereka tidak akan menyetujui hubungan putranya dengan wanita itu titik.

"M-masih bu." jujur Ares, dia tahu jika jawabannya kali ini akan mengundang amarah kedua orang tuanya, namun kali ini dia harus mengatakan semua kebenaran itu pada kedua orangtuanya yang tiba-tiba berniat menjodohkan dirinya dengan wanita yang bahkan sama sekali tidak di kenalnya.

"Ares, apa kamu sudah tidak menganggap kami sebagai orangtua mu lagi? Sehingga kamu dengan sengaja menentang kami? Bukankah kami sudah dengan jelas mengatakan empat tahun yang lalu jika kami tidak akan menyetujui hubungan mu dengan wanita itu?" Sekar semakin berapi-api.

"Tapi kenapa? Apa alasannya? Apa karena Elsa bukan dari kalangan atas seperti kita? Apa karena Elsa hanya anak yatim piatu yang berjuang demi hidupnya sendiri?" Ares terbawa emosi, si anak penurut itu mulai membangkang pada ibunya.

"Ares! Jangan bersikap kurang jar pada ibu mu, kami tidak pernah memandang seseorang dari hartanya, jika pun kamu memilih seorang perempuan gelandangan dari pinggir jalan asalkan itu bukan wanita itu, kami mungkin akan menerimanya, tapi sekali tidak untuk wanita itu kami tetap tidk akan merestuinya, jika kamu tidak menerima perjodohan yang kami buat untuk mu, maka jangan pernah anggap kami sebagai orangtua mu lagi, anggap saja kami sudah mati!" teriak Panji dengan mata memerah.

Sejurus kemudian Sekar tiba-tiba tumbang dari tempat duduknya dan dia tidak sadarkan diri.

"Ibu!" teriak Ares langsung berlari menghampiri tubuh ibunya yang kini tergeletak di lantai, dahinya bahkan sampai berdarah akibat terbentur pinggiran ubin.

Tak ayal Panji dan Ares begitu panik melihat wajah wanita kesayangan mereka kini berlumuran darah.

Ares bergegas menggendong sang ibu untuk di bawa ke rumah sakit, namun Panji melarangnya untuk ikut mengantarkan ibunya ke rumah sakit, ayahnya itu lebih memilih meminta antar sopirnya untuk mengobati istrinya.

"Tidak usah menemui kami lagi jika kamu masih memilih wanita mu itu dan menolak perjodohan ini." ujar Panji sambil berlalu pergi tergesa membawa istrinya ke rumah sakit.

**

"Ada apa sayang?" tanya Elsa, wanita cantik nan anggun menyambut kedatangan kekasihnya.

Ares tiba-tiba langsung memeluk tubuh Elsa saat dia baru saja tiba di apartemen yang sengaja dia beli untuk Elsa sang kekasih.

Pikiran Ares kini kalut dan bingung dengan perjodohan dan juga kondisi ibunya yang sampai saat ini dia tidak tahu bagaimana keadaannya.

Sungguh Ares sangat merasa bersalah pada ibunya, ini pertama kalinya dia membentak ibunya dan ternyata akibatnya sangat fatal, penyesalan itu kini memenuhi dadanya.

Saat ini Ares hanya ingin memeluk Elsa, hanya kekasihnya itu yang bisa sedikit menenangkan kegundahannya, tidak ada wanita lain yang lebih mengerti dirinya selain Elsa, menurutnya. Selain pelukan ibunya, hanya pelukan Elsa lah yang bisa membuatnya merasa nyaman, hanya di depan Elsa dia bisa menjadi pria yang manis karena biasanya semua orang mengenalnya sebagai pria dingin dan kejam.

"Ibu--- ibu tidak sadarkan diri, dan sekarang di bawa ke rumah sakit." lirihnya masih belum melepaskan pelukannya di tubuh wanitanya itu.

"Ibu mu pingsan dan kamu malah ke sini menemui ku? Oh ayolah Ares, jangan bercanda!" ujar Elsa tidak percaya.

Selain dirinya, wanita yang paling Ares cintai dan sayangi adalah ibunya, jadi tidak mungkin jika Ares melewatkan menunggui ibunya di rumah sakit dalam keadaan ibunya yang pingsan seperti itu, sementara ibunya hanya menelpon dan mengeluh pusing saja, Ares bisa membatalkan rapat pentingnya untuk pergi menemui sang ibu, saking dia sangat menyayangi ibunya.

"Ayah tidak mengizinkan ku untuk menemani ibu." adu Ares pada Elsa.

"Apa yang terjadi?" Elsa mengurai pelukan kekasihnya dan mulai menjauhkan tubuh prianya itu, dia yakin ada sesuatu hal yang serius yang terjadi pada kekasihnya dan kedua orangtuanya.

"Kami berdebat." singkat Ares.

"Berdebat? Tapi apa yang kalian perdebatkan?" tanya Elsa.

Ares terdiam, dia benar-benar bingung dan tidak sampai hati untuk menyampaikan pada kekasihnya jika alasan perdebatan mereka terjadi karena dirinya menolak perjodohan yang di atur oleh kedua orangtuanya dan dia lebih memilih Elsa.

"Katakan, kenapa kalian berdebat?" desak Elsa.

Ares menghela nafas panjang, sungguh ini hal terberat yang harus di laluinya dari pada menghadapi pekerjaan yang paling sulit di kantor.

"Aku dijodohkan, dan aku menolaknya! Mereka marah dan memutus hubungan keluarga jika aku tidak menyetujuinya." jujur Ares pada akhirnya.

Tubuh Elsa tiba-tiba terasa ringan bagai terbang di udara, dia terduduk di sofa ruang tengah apartemennya, mendengar semua itu airmata mengalir dari kedua sudut matanya.

"Kenapa? Kenapa harus seperti ini?" lirihnya sambil berurai air mata.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!