NovelToon NovelToon

Madu Untuk Istri Kuno

Wanita Asing.

Nanda Arisha seorang wanita yang sangat manis dengan sikap keibuan, saking keibuan dirinya Ia bahkan tidak sempat lagi mengurus diri sendiri. Suatu kewajiban baginya untuk mengurus anak, suami, dan mertuanya. Bahkan harus hidup di bawah tuntutan peraturan sang ibu mertua.

Bertahun-tahun menikah dan telah memiliki dua orang anak yang sangat cantik dan tampan tetap saja kisah cintanya tidak pernah berubah, hanya memiliki status tapi tidak dengan raga dan cinta dari sang suami.

“Nanda! Mana makan malam hari ini?”

Teriakan itu kembali membangunkannya dari lamunannya. “Iya ibu, sebentar!”

Dengan sigap, Nanda segera membawa masakannya ke meja makan dibantu oleh pembantunya. Di sana, Nanda disambut dengan tatapan tajam dari sang ibu mertua terutama tamu tak diundang yang kini menempati tempat duduknya.

“Maaf ibu, jam makan malamnya sedikit terlambat,” ucapnya sambil menghidangkan makanan. Setelah itu mengambilkan nasi untuk suami dan anak-anaknya dan barulah dia mengurus dirinya sendiri.

Namun Nanda baru menyadari bahwa malam ini ada tamu cantik yang ikut makan malam bersama, ia sekilas menatap wanita yang tidak dikenalinya itu, dengan berani dan tanpa bertanya mengambil alih kursi miliknya.

Nanda ingin menegurnya tapi takut membuat suasana makan malam menjadi hancur, sehingga membuat ia terpaksa duduk di samping anak-anaknya.

Sedangkan anak perempuannya yang mengerti dengan raut wajah ibunya langsung menegur wanita tidak dikenali itu.

“Nenek sayang, wanita itu siapa?” tanya Aria.

“Saya tante Helena.” Wanita yang menyebutkan dirinya sebagai Hellena, memotong ketika Kamala hendak menjawab pertanyaan cucunya.

“Iya, dia teman masa kecil ayahmu,” sambung sang nenek.

“Oh begitu rupanya. Padahal hanya seorang teman masa lalu sudah merasa pantas duduk di samping ayah,” sindir Aria membuat dirinya ditegur oleh Nanda.

“Jangan berbicara tidak sopan Aria, dia lebih tua darimu,” tegur Nanda.

“Tapi ibu, dia mengambil tempat dudukmu, Aria gak suka liat seorang wanita tidak tahu diri.”

“Cukup!” bentak sang nenek.

“Apa ini hasil didikanmu, Nanda? Tidak tahu sopan santun!” sambungnya.

“Ssstthh ... Kamala, sudahlah dia masih anak-anak,” ucap kakek Theo menenangkan istrinya.

Sedangkan gadis kecil itu menatap tak percaya pada sang nenek. “Ne-nenek, memarahiku pertama kali hanya karena wanita asing itu?” ucap Arina sambil menangis dan segera berlari ke kamarnya, Nanda pun mengikuti langkah kecil anaknya itu.

“Hanya anak kecil sudah berani menyinggungku, kan kena marah. Sok-sok’an, dia tidak tahu bahwa akulah wanita pertama yang disayangi oleh ibu Kamala,” batin Helena sambil tersenyum puas.

“Aku sudah selesai!” ucap Cleo dan segera menyusul adik dan ibunya.

“Hehehe, maafkan menantu dan cucu saya yah Helle. Maklum mereka seperti itu karena ibunya bodoh tidak sepertimu yang sekarang menjadi wanita karir.”

“Tidak apa-apa ibu Mala. Helle bisa memakluminya.”

“Oh anak yang baik, seandainya kamu yang menjadi menantuku pasti aku sangat Bahagia,” puji Kamala.

Mendengar itu, nafsu makan Theo hilang dan segera meninggalkan istri dan anaknya. Dia berpikir kenapa bisa dia memiliki putra seperti itu, padahal istrinya sedang dijatuhkan dan malah membiarkan wanita lain mengambil posisi istrinya.

Sedangkan Nanda masih berusaha menenangkan sang anak. Arina terus menangis karena baru pertama kali dimarahi oleh sang nenek.

“Aria anak yang manis, sayang. Kalau menangis merahlah pipinya.”

Mendengar senandung sang ibu, tangis Aria perlahan mereda. Dia pun berlari menghampiri cermin, melihat apakah pipinya memerah lagi.

“Hiks, benar pipi Arina merah ibu.”

“Nah benarkan, jadi Arina gak boleh nangis yah,” ucap Nanda disertai anggukan Arina.

Tiba-tiba saja anak lelakinya menghampirinya dengan wajah yang murung. “Hey, kenapa Cleo murung begitu?” tanya Nanda panik.

“Ibu, aku merasa wanita itu akan merebut suami ibu,” jawab Cleo, spontan Nanda membelalakkan matanya.

“Cleo, umurmu masih dua belas tahun jadi kamu tidak boleh memikirkan orang dewasa yah,” tegur Nanda.

Namun sebenarnya dia sedikit merasa apa yang dikatakan anaknya memanglah benar, tetapi dia tidak ingin berburuk sangka pada suaminya tanpa bukti.

“Oh iya, jangan panggil ayahmu dengan kata suamimu. Suamiku itu ayahmu, Cleo.”

“Aku tidak punya ayah yang tidak mencintai istrinya. Semua ayah teman-temanku mencintai istrinya, tapi kenapa ayah tidak?” bantah Cleo.

Lagi-lagi anaknya itu menghantamnya dengan kalimat kenyataan, namun tidak mungkin dia membiarkan anaknya punya pikiran seperti itu, dia ingin anak-anaknya berpikir bahwa mereka adalah keluarga yang harmonis seperti keluarga cemara.

Nanda tertawa, membuat kedua anaknya kebingungan dan saling bertatapan. “Siapa bilang ayah kalian tidak mencintai ibu? Ayah kalian sangat mencintai ibu kok.”

“Kenapa ibu merasa seperti itu? Bukankah ayah tidak pernah peduli pada ibu meski ibu terluka ataupun sedang sakit dan bahkan terus memarahi ibu.”

“Benar ibu, Aria juga pernah bertanya pada teman Arina. Mereka bilang orang yang saling mencintai itu akan memperlakukan kita dengan sangat baik.”

Nanda tidak habis pikir, anak-anaknya berteman dengan siapa saja sehingga mengetahui tentang orang dewasa.

“Ibu berkata seperti itu karena ayah memang mencintai ibu. Kalau tidak percaya coba kalian berdua bercermin.”

Cleo segera menuju sebuah cermin yang tengah berdiri tegak di sudut ruangan, dia berdiri di samping Aria. Mereka hanya menatap pantulan diri mereka sendiri. Entah, tidak mengerti apa yang dimaksud oleh ibunya.

“Apa yang kalian lihat?” tanya Nanda.

“Kami melihat diri kami, Ibu.”

“Nah, kalian berdualah bukti cinta ayah dan ibu. Karena ayah dan ibu saling mencintai makanya Tuhan menghadiahkan kalian berdua untuk kami,” jelas Nanda sambil tersenyum.

“Jadi kalian berdua gak perlu mikirin tentang masalah ayah dan ibu yah. Cukup jadi anak yang manis saja, membuat ibu sangat bahagia.”

“Baik, ibu,” jawab mereka berdua dan langsung memeluk Nanda.

“Dengan adanya kalian, ibu sudah sangat Bahagia. Ibu janji bakal lakukan apa saja

untuk kehidupan kalian,” batin Nanda.

***

Sedangkan di sisi lain, ada sepasang kekasih yang sedang memadu kasih. Cinta yang telah lama tenggelam membuat keduanya saling melepas rindu dengan ciu*man yang sangat mendalam.

“Pram, aku sangat merindukanmu, tapi kenapa kamu menikah dengan perempuan lain dan bahkan sudah memiliki anak,” ucap Hellena sambil menatap manik-manik mata kecoklatan milik Pram.

“Aku-“ Pram menempelkan telunjuknya ke bibir Hellena dan kembali melu*matnya.

“Ada banyak kisah dibalik itu, Helle. Aku terpaksa menikahinya, kakek menjodohkan aku dengannya.”

“Lantas kenapa kamu malah nurut? Seandainya kamu bilang pada kakek bahwa kamu mencintaiku, bukankah itu lebih baik untuk kita berdua, Pram?” Pram hanya diam sambil menatap manik mata Helle yang telah berair.

“Jawab Pram, kakek tahu kalau kita sudah mengenal satu sama lain sedari kecil. Kakek pasti mengerti,” lanjut Helle sambil mencengkeram erat baju Pram.

“Maaf Helle, aku dan Nanda telah dijodohkan sebelum kami lahir. Kalau aku tidak menuruti kakek, aset-aset saat ini tidak akan bisa dinikmati bersamamu ‘kan,” balas Pram.

“Tapi aku sangat mencintaimu, Pram, bahkan kehormatanku belum pernah kuberikan pada siapa pun demi kamu.” Helle hendak pergi, seketika Pram langsung memeluknya dari belakang.

“Apa lagi? Aku kalah melawan istrimu dan anak-anakmu.”

“Cukup, Helle. Aku yang dulu dan sekarang hanya milikmu, Helle,” bisik Pram.

Helle segera berbalik menatap Pram. “Aku ingin menjalin hubungan denganmu Pram, aku siap menjadi madu untuk istrimu.”

Pram sedikit tercengang dan tersenyum puas, baginya sangat mudah mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Lagian dia juga sangat mencintai wanita di hadapannya saat ini. Seksi dan sangat menggoda, pikirnya.

“Tentu, Helle. Tapi jangan sekarang yah. Masih ada yang harus aku selesaikan, setelah itu kita akan Bersama selamanya.”

“Janji?” Hellena mengulurkan kelingkingnya. Pram menyambutnya dengan sangat Bahagia.

Kemudian lelaki itu menggendong Hellena dan meletakkannya di atas meja kerja. Sedangkan Hellena yang tahu jelas apa yang diinginkan Pram, segera membuka dress yang melekat di tubuhnya.

Seketika mata Pram berbinar, air liurnya nyaris keluar ketika melihat tubuh indah milik Hellena.

"Sungguh, dia lebih baik dari pada Nanda," batin Pram.

"Lakukanlah, Pram!" pinta Hellena memelas.

***

Istri Kuno.

Beberapa hari kemudian, di kediaman utama sedang menggelar pesta besar-besaran dalam rangka perayaan anniversary perusahaan milik keluarga Pram. Semua anak dan cucu-cicit berkumpul di rumah kakek William-ayah dari Theo.

Namun pada malam puncak pesta itu, Hellena mengajak Pram berdansa alih-alih mengenang salah satu kenangan waktu kecil. Meski begitu, Nanda tidak marah dengan suaminya yang tengah berdansa dengan sangat romantis di hadapannya sendiri, dia menganggap itu hanya sebatas sahabat masa kecil suaminya.

Nanda dibutakan dengan cintanya, padahal setiap gerakan dari Hellena sangat intim,seakan-akan itu tarian seorang wanita yang menggoda pria di rumah haram. Semua Orang berbisik-bisik dengan kedua pasangan dansa itu.

Beberapa menit kemudian, dansa pun usai. Semua orang bertepuk tangan memberi apresiasi termasuk Nanda. Nanda seolah-olah sedang mengapresiasi hubungan gelap suaminya.

“Wah, benar-benar luar biasa. Siapa wanita itu? Apakah Istrinya Tuan Pram?”

“Mungkin sih, pasalnya wanita itu sangat cocok dengan tuan Pram.”

Semua orang pada heboh dengan gosip-gosip atas pertunjukan yang baru saja disaksikan. Mereka tidak mengetahui wajah dari istri seorang pemilik perusahaan ternama. Yang mereka tahu bahwa nama istri dari Pram Kenny Rafandra adalah Nanda Arisha.

Akan tetapi Nanda tidak terlalu memusingkan semua itu, baginya yang penting keluarganya bahagia itu sudah sangat membuatnya bahagia juga. Nanda tersenyum pada dua insan itu yang sedang berjalan ke arahnya.

Nanda pun segera menghampiri suaminya dengan sangat gugup, dia berniat mengajak Pram untuk berdansa dengannya juga. Namun ...

“Pram, bo-boleh aku berdansa denganmu juga?”

Pram mengangkat Alisnya sambil menatap penampilan sang istri dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. “Ha? Berdansa? Kamu mau mempermalukan aku di depan umum dengan gayamu itu?”

Pernyataan Pram sedikit melukai hatinya tapi lagi-lagi dia mengesampingkan perasaan itu. “Emang gayaku kenapa?”

“Sudahlah aku capek,” ucap Pram dan meninggalkan Nanda.

Sedangkan Hellena yang telah curi-curi dengar segera menghampiri Nanda sambil tersenyum penuh kemenangan. “Sakit yah?” tanya Hellena.

Nanda hanya menatapnya tanpa menggubrisnya sama sekali, sehingga membuat Hellena mati kesal dengan keangkuhan istri kuno-kekasihnya. “Lihat saja nanti, tunggu setelah aku menjadi madumu aku akan menyaksikan keangkuhanmu itu nanti,” batin Hellena.

...****************...

Acara kini usai, semua anggota keluarga berkumpul di ruang keluarga. William yang telah tua renta tapi tetap energik kini memasang wajah muram semenjak penampilan dansa cucunya.

“Sudah berani membuat skandal baru, Pram?”

Ucapan Wiliam mampu menyita perhatian semua orang, sedangkan Pram yang tampak terkejut hanya bisa menelan salivanya dengan paksa.

“Sampai kapan kamu akan menyembunyikan istrimu, ha? Kapan kamu akan mempublish-nya?”

Pram tercengang dengan perkataan William. “Kakek, siapa yang mau menyembunyikan istrinya sendiri. Aku gak mau publish itu karena aku tidak ingin….”

“Tidak ingin orang-orang tahu kalau Istrimu itu Nanda tapi sahabatmu itu?” ucap Theo memotong ucapan anaknya. Kamala pun segera menyenggol lengan suaminya untuk tidak ikut campur urusan mertua dan anaknya.

“Pokoknya kakek mau kamu harus memberi tahu semua orang rupa istri kamu bukan hanya sekedar nama. Jika tidak, kakek sendiri yang akan turun tangan,” ancam William.

“Oke, tapi jangan sekarang. Tunggu waktu yang pas.”

“Kakek maunya S-E-K-A-R-A-N-G!”timpal William memperjelas keinginannya.

Namun hal itu membuat Pram menaruh dengki, selama ini di mata kakeknya hanya Nanda-istrinya yang selalu dipentingkan, bahkan dirinya tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan keinginannya sendiri.

“Kenapa si, Kakek terus mengutamakan Nanda dibandingkan cucu Kakek sendiri? Kakek tidak menanyakan alasanku untuk memutuskan semuanya!”

“Pram!” bentak ayah dan pamannya bersamaan. Theo hendak menghampiri anaknya itu tetapi William segera melayangkan tangannya untuk memberi kode.

“Kenapa berhenti ayah? Ayah mau memukulku ‘kan?”

Semua orang terdiam membiarkan Pram mengeluarkan unek-uneknya.

“Kalian tahu? Saat ini karirku sedang mencapai puncaknya. Aku tidak mau hanya karena aku mempublikasikan Nanda semua kerja kerasku hancur begitu saja!”

“Aku tidak mau ada rumor tentang seorang Pram Kenny Rafandra mempunyai ISTRI KUNO!”

“Cukup Pram! Keterlaluan kamu!” Theo naik pitam, dia tidak mampu lagi dengan kelakuan putra sulungnya itu.

“Tolong jangan salahkan aku, Ayah. Salahkan Nanda yang tidak bisa berdandan seperti wanita lain. Hellena contohnya.”

Perkataan Pram sangat menyayat hati Nanda, bagai ditikam sekumpulan tombak. Nanda hanya bisa menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar suara tangisannya tidak menggangu.

Hati istri mana yang tidak sakit, setelah mengorbankan waktu dan tenaga mengurus rumah tangga, harus mengurus anak, dan mengurus semuanya dalam waktu yang bersamaan, bahkan mengkhianati diri sendiri untuk mengedepankan semuanya hanya untuk mendapatkan kata-kata hinaan ini?

Nanda tidak menyangka bahwa itulah dirinya di mata suaminya, sebagai istri kuno yang tidak bisa berdandan bahkan membandingkan dirinya dengan wanita lain.

“Brengsek!” maki Nanda dalam hati.

Setelah mengungkapkan unek-uneknya, Pram langsung mengambil jasnya dan keluar dari bangunan mewah itu. Sedangkan William hanya diam sambil mengelus-elus dadanya.

“Nanda, antar kakek ke kamar,” pintanya.

“Baik, Kakek.” Nanda segera menghapus air matanya dan membopong William ke kamar.

Setelah sampai, Nanda segera merebahkan tubuh renta itu ke atas ranjang dan menyelimutinya. Sedangkan William hanya menatap sendu, dia sangat menyayangi cucu dari almarhum sahabatnya itu.

Dan Ketika Nanda hendak pergi, William segera menahannya. “Tolong untuk tetap sabar, tunggu Kakek sehat, Kakek akan menghukum suamimu yang tidak tahu diri itu.”

Nanda hanya mengangguk sambil tersenyum, kemudian keluar dari kamar William.

***

“Sial! Umpat Pram sambil memukul stir mobilnya.

“Entah sihir apa yang wanita itu gunakan pada keluargaku, semuanya membela tanpa melihat harga diriku.”

“Apa tidak cukup dia memaksaku menikah dengan wanita yang tidak pernah kuinginkan dalam hidupku. Bahkan telah memberikannya cicit.”

Pram tidak henti-hentinya mengumpat, rasanya ingin sekali dia menumpahkan segala emosi yang bergejolak di dalam hatinya. Dia pun memberhentikan mobilnya untuk menenangkan pikirannya sambil mengisap sebatang rokok.

Siapa sangka, ponselnya tiba-tiba berdering. Dengan terpaksa Pram mengangkat panggilan video dari Hellena.

“Ada apa?” tanya Pram ketus.

“Kamu kenapa, sih? Kok tiba-tiba ngebentak aku?”

“Maaf, Helle. Malam ini aku lagi gak Mood, pikiranku kacau.”

“Oh aku tahu, pasti gara-gara istri kunomu itu ‘kan?”

“Ya, siapa lagi.”

“Dari pada kamu galau, mending datang ke rumahku deh,” tawar Hellena sambil mengarahkan kameranya ke cermin sehingga Pram dapat melihat tubuhnya yang hanya memakai pakaian lingerie.

Sontak Pram berdehem, menelan salivanya. Tubuh seksi milik Hellena mampu membuat tubuhnya panas dan pikiran yang awalnya kacau kini disegarkan dengan penampilan Hellena.

“Tunggu aku,” ucapnya sambil mematikan puntung rokoknya dan segera melaju menuju rumah sang kekasih.

Rasanya dia ingin cepat-cepat sampai ke sana.

...****************...

Memadu Kasih.

Kesiur angin kini menari-nari, mengibaskan rambut Nanda yang kini tengah melamun sambil memandangi gemerlap kota di malam hari dari balkon kamarnya. Hamparan bintang yang tertata dengan indah membuat hatinya sedikit tenang. Dia terus saja memikirkan perkataan sang suami.

Berkali-kali Nanda menghela napasnya. “Sudah hampir dua jam, Pram belum juga balik. Dia ke mana, yah?” gumam Nanda.

Dia sangat Khawatir jikalau terjadi sesuatu yang buruk pada suaminya di jalan, karena pergi dengan keadaan marah. “Mungkin dia menginap sama asistennya, yah?” tanya Nanda, kemudian mencari kontak milik asisten suaminya, namun sayang panggilannya tidak diangkat.

Nanda kembali menghela napasnya lagi. “Sudahlah, nanti besok kutelepon ulang,” ucapnya mencoba menenangkan hatinya kemudian segera masuk ke kamarnya.

Namun dia tidak sengaja melewati cermin yang menampilkan seluruh tubuhnya. Ia memandangi dirinya sambil memutar memperlihatkan penampilannya. Daster coklat bermotif bunga sepanjang mata kaki serta rambut yang dikuncir, membuatnya terlihat tua, bahkan wajahnya yang sedikit kusam tanpa riasan apa pun memang menggambarkan ciri khas seorang ibu rumah tangga yang sangat pekerja keras.

“Yang dikatakan Pram memang benar. Dia di luar sana tentu melihat banyak wanita cantik, sedangkan aku tidak pernah memikirkan penampilanku. Mungkin dia bosan.”

“Tapi tidak apa-apa, mulai sekarang aku akan belajar seperti wanita-wanita lain demi keutuhan rumah tangga kami,” batinnya.

Nanda terus saja memikirkan suaminya, tetapi orang yang sedang dipikirkannya itu sedang menuju rumah kekasihnya.

...****************...

Hellena yang mendengar suara mobil Pram segera membuka pintu rumahnya. “Kok lama sih, sayang?” tanya Hellena manja.

“Maaf sayang, di jalan macet,” jawab Pram dengan suara parau.

Hellena segera mengajak Pram untuk masuk ke kamarnya, kemudian membantu Pram membuka jasnya sekaligus kancing kemeja. Hellena tampak takjub menyaksikan dada bidang dan perut sixpack milik Pram sambil menggigit bibir bawahnya.

“Wow Amazing!” pekik Hellena tanpa sadar, membuat Pram tersenyum tipis.

Perlahan-lahan Hellena mendekat, dia menghirup aroma khas yang menyeruak dari tubuh Pram. “Hm, ada bau rokok, tapi aku suka,” bisik Hellena membuat tubuh pram seketika menjadi panas.

Hellena segera mengalungkan tangannya ke leher Pram, sehingga syahwat Pram benar-benar telah mencapai puncaknya.

Pram menggendong tubuh Hellena dan merebahkannya di atas ranjang. Dia pun membuka baju lingerie milik Hellena hingga tak menyisakan sehelai benang pun di tubuh wanita itu.

Hingga mengekspos tubuh putih bersih, serta gunung kembar yang membuat mata Pram berbinar bahkan nyaris tak bisa menelan salivanya.

"Tubuhmu membuatku gila, Helle," ucap Pram dan segera menghujani tubuh itu dengan kec*pan yang menggelikan.

Hellena mend*sah, ketika bibir pram menyentuh gunung kembar miliknya. "Ti-tidak Pram. Aku yang tergila-gila dengan per-mainanmu!" timpal Hellena di sela-sela desahannya.

Di malam yang syahdu itu, mereka menghabiskannya dengan gulatan-gulatan cinta, memadu kasih dengan kenikmatan dunia dan menebar dosa di sisi bumi yang gelap gulita. Dinding pun menjadi saksi bisu antara *******-******* hasil cinta kedua insan itu.

...****************...

Kini Mentari kembali menyapa semua makhluk yang berada di bagian bumi lainnya. Nanda bangun dengan sangat pagi untuk menyiapkan segala keperluan sekolah anak-anaknya. Tapi sebelum itu, dia kembali menelpon asisten suaminya.

“Halo, pak Dirga, selamat pagi,” sapa Nanda.

“Iya, selamat pagi Bu Nanda.”

“Semalam suami saya menginap di rumah, Bapak?”

“Oh tuan Pram, beliau tidak menginap di rumah saya, Bu. Apa ada masalah?”

“Oh tidak apa-apa, terima kasih.” Nanda segera menutup telepon dengan perasaan kacau. Kekhawatirannya semakin memuncak.

Sedangkan di waktu yang bersamaan, Pram tengah bersiap-siap untuk kembali. Hellena yang terbangun dari tidur lelapnya segera menghampiri Pram dan memeluknya dari belakang.

“Udah mau pulang, yah?” tanya Hellena.

“Iya, sayang. Aku mau nganterin anak-anakku ke sekolah,” jawab Pram sambil memasang kancing bajunya.

“Loh, kenapa kamu repot-repot? ‘kan ada ibunya.”

“Apa yang harus kuharapkan darinya? Dia aja gak tahu bawa mobil.”

Hellena sangat kesal tidak dapat menahan Pram untuk terus di sisinya, dia pun segera berpindah tempat menghadap Pram dengan keadaan tanpa sehelai benang.

“Pakai bajumu, ntar masuk angin,” tegur Pram tetapi Hellena tidak mau menyerah.

“Gak bakal masuk angin kok, ‘kan udah dimasukin kamu, hehehe”

“Nanti kita lanjutkan lagi, yah?” bujuk Pram sambil mengecup Hellena.

“Gak mau, Ayang. Sekali aja, gak lama kok, Please baby,” rengek Hellena.

“Ck! Benar-benar gak bisa nolak yah sama kamu. Berdiri saja, yah.”

“Oke, Baby. Don’t worry!” Dengan semangat Hellena segera membalikan badannya dan membiarkan Pram melakukan aksi panasnya.

...****************...

Di Kediaman utama, Nanda dan kedua anaknya sedang menunggu kedatangan Pram untuk mengantar Cleo dan Aria ke sekolah. Karena supir pribadi anaknya sedang cuti.

“Ibu, kok ayah lama?” tanya Aria.

“Iya, Ibu. Kami akan telat,” sambung Cleo.

Melihat kedua anaknya, Nanda menjadi semakin geram pada sang suami. Nanda tidak masalah jika suaminya itu lebih mementingkan pekerjaannya tapi harus mendahulukan kedua anak mereka.

“Sabar ya, Nak. Kita tunggu ayah kamu sebentar.” Dengan wajah murung, kedua anak itu kembali duduk dengan manis.

“Loh? Kok anak-anak belum berangkat?” tanya Theo yang kebetulan lewat.

“Pak Budi libur, Ayah. Pram juga belum datang,” jawab Nanda.

“Dasar anak itu. Ya udah, biar Ayah aja yang nganterin anak-anak.”

Mendengar ucapan kakeknya, kedua anak itu bersorak ria. “Yeay. Kakek memang yang terbaik.”

“Makasih, ayah,” ujar Nanda sambil tersenyum manis.

Setelah kedua anaknya pergi, tidak lama kemudian Pram datang. Nanda memandang sinis ke arah Pram yang keluar dari mobilnya.

Dengan geram, Nanda bertanya, “Dari mana saja?”

Namun Pram hanya melewati Nanda begitu saja tanpa menggubrisnya, Nanda yang terlanjur menyimpan emosi dari semalam pun tidak mau menyerah, dia terus mengekor pada suaminya hingga ke kamar.

“Pram jawab, kamu dari mana aja sih? Sampai lupa sama anak-anak.”

“Udahlah, aku pusing.”

Nanda semakin kesal melihat tingkah suaminya, dia terus menatap tajam Pram hingga matanya menangkap sesuatu yang ganjal di tubuh suaminya. Jantungnya terus berdebar menahan gejolak yang ada di pikirannya.

“Pram….” Air mata Nanda berhasil jatuh, dia mendekati suaminya. “Kamu dari mana?” lirihnya.

Pram menatapnya sebentar. “Apaan sih? Jangan cengeng, udah punya anak dua masih juga gitu,” gerutu Pram.

“Cengeng katamu?” timpal Nanda. “Istri mana yang tidak sakit hati melihat suaminya bermain dengan wanita lain, ha?”

“INI TANDA APA, PRAM? KAMU MAIN GILA DENGAN PEREMPUAN MURAHAN MANA?” teriak Nanda sesenggukan.

“Bukan urusanmu! Mending kamu fokus jagain anak dan perbaiki diri.”

"Apa Hellena? Iya kan?" tanya nanda.

Sedangkan Pram hanya diam, pria itu tak lagi memedulikan Nanda dan meninggalkannya ke kamar mandi.

“Brengsek kamu, Pram!” maki Nanda penuh emosi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!