NovelToon NovelToon

BEAUTY

BAB 1

Beberapa minggu belakangan ini, media televisi di hebohkan dengan pemberitaan seputar operasi plastik. Para artis tanah air berbondong-bondong menyambangi Negeri Gingseng untuk melakukan operasri plastik.

"Sepertinya oplas sudah menjadi trend saat ini," gumam Nadi Djiwa, seorang wanita berusia 24 tahun yang baru saja empat bulan lalu berhenti membantu suaminya di kantor lantaran ia ingin fokus menjalani program kehamilan.

Ya, sudah hampir dua tahun mereka menikah namun sayangnya mereka belum juga memiliki momongan, untuk itulah ia menyerahkan pengelolaan perusahaan, sepenuhnya kepada suaminya. Perusahaan kontraktor itu ia bangun bersama suaminya sejak mereka masih sama-sama duduk di bangku kuliah, kini perusahaan tersebut sudah mulai berkembang, hal ini dapat di lihat dari banyaknya project yang tengah mereka kerjakan dan laba yang terus meningkat.

Suara tawa riang dari ruang tamu, membuyarkan lamunan Nadi, ia bergegas memasukan wortel yang telah ia potong ke dalam panci berukuran besar. "Kak Nadi, sup pesananku semalam sudah jadi belum?" Bintang, bersama ibu dan kakaknya mendekat ke arah Nadi.

"Sebentar lagi, Dek." Nadi mengambil sepotong daging dari dalam panci, memastikan bahwa daging sapi tersebut sudah empuk. "Tinggal menunggu sayurnya matang saja kok."

"Ayam bakar pesanan ibu, sudah matang?" Mentari, sang ibu mertua pun ikut bertanya makanan pesanannya. "Ibu sudah lapar nih."

"Sudah bu, hanya tinggal sambalnya saja yang belum di ulak."

Senja sang kakak ipar nampak memperhatikan televisi yang di tempel di dinding ruang makan, ia melihat televisi tersebut menyiarkan acara gosip. "Pantas saja makanan kita belum siap, kau pasti nonton televisi terus dari tadi."

"Nadi, bukankah semalam ibu sudah mengingatkamu, jika pagi ini kami bertiga akan ke mall membeli gaun pesta, jadi kau jangan sampai telat menyiapkan makan siang, kami bisa kelaparan habis mengelilingi mall," ucap Mentari ketus.

Nadi menghela napas beratnya, sebetulnya ia sudah berusaha secepat mungkin menyiapkan makan siang untuk ipar-iparnya, hanya saja tadi sempat ada insiden kecil yang menimpanya. "Tadi gasnya habis bu, Koh Ahong yang biasa jual gas tutup. Jadi aku keluar sebentar untuk mencari warung." Nadi mengatakan apa adanya, namun sepertinya dari raut wajah ibu mertua serta ipar-iparnya tidak ada yang mempercayainya.

"Tubuhmu terlalu besar, Nadi sehingga kau lambat," cetus Senja, ia berputar memamerkan bentuk tubuh indahnya di hadapan Nadi. "Kau lihat tubuhku," ucapnya. "Aku sudah melahirkan dua kali tapi terlihat seperti gadis remaja, bahkan anak-anakku sudah berusia sembilan tahun, kami terlihat seperti kakak adik."

"Aku tak bisa membayangkan jika Kak Nadi nanti hamil," sahut Bintang. "Pasti akan terlihat seperti beruang besar yang sedang menggendong anaknya."

Mentari hampir terkekeh mendengar pernyataan putri bungsunya. "Aku rasa hal itu tidak akan terjadi," Senja berjalan ke meja makan dan mulai menarik kursi, lalu duduk dengan nyaman. "Menurutku dia tidak akan punya anak, seorang wanita yang sehat tidak mungkin rahimnya kosong selama dua tahun, apa lagi dia sudah menjalani program kehamilan berkali-kali."

Selama ini Nadi tak mengerti mengapa sepertinya Senja tak menyukai dirinya, setiap kata-kata yang di lontarkan selalu membuatnya sakit, namun kali ini ia tak ingin rasa sakit menggerogoti hatinya, sebab kata dokter stres dapat menghambat proses program kehamilannya.

Nadi tersenyum sembari menghidangkan ayam bakar dan sambal bawang pesanan ibu mertuanya ke meja makan. "Supku mana Kak Nadi, aku sudah lapar," protes Bintang.

"Sebentar ya dek, akan aku ambilkan." Nadi kembali ke dapur untuk melihat supnya, setelah matang ia langsung kembali ke meja makan dengan membawa semangkuk besar sup pesanan Bintang.

"Yeee..." sorak Bintang, ia selalu menyukai sup buatan Nadi, sehingga dalam seminggu ia bisa dua sampai tiga kali meminta Nadi membuatkan untuknya.

Nadi tak langsung ikut bergabung makan bersama, ia memilih membereskan perkakas masaknya, agar bisa makan dengan tenang. Surya datang ketika Nadi selesai mencuci piring, awalnya ia ingin menghampiri dan menyambut kedatangan suaminya, namun langkahnya terhenti ketika ia mendengar Surya pulang tak seorang diri, ia membawa seorang wanita pulang bersamanya.

Nadi tak asing dengan wanita tersebut, dia adalah Cindy staf administrasi kantornya. Yang membuat Nadi terkejut hingga tak bisa menahan amarahnya, ketika ia melihat tangan Cindy melingkar di pinggang suaminya.

Nadi yang tak terima pun langsung berjalan menghampiri mereka berdua, saat melewati ibu mertua serta ipar-iparnya, tak ada raut keterkejutan pada wajah mereka. Sehingga membuat tanda tanya besar dalam benak Nadi, apa yang sebenarnya terjadi?

Plakk..

Satu tamparan keras mendarat di wajah Surya. "Sungguh kau tidak tahu malu. Beraninya kau selingkuh di depanku dan membawanya ke rumah ini!!" teriak Nadi, hilang sudah semua kesabaran yang sedari tadi ia tahan atas perlakuan iparnya.

Surya memegang wajahnya yang merah akibat tamparan dari Nadi. "Kau maunya aku selingkuh di belakangmu? Aku tidak suka main belakang, makanya aku bawa kemari, sekalian aku ingin mengenalkan calon istriku kepada ibu."

"Pria brengsek!" Nadi hendak menamparnya kembali namun Surya menahannya, ia mencengkram erat tangan istrinya. "Jangan berani-beraninya memukulku!"

"Sudahlah Nadi," Mentari menghentikan keributan yang terjadi. "Kau biarkan saja suamimu menikah lagi, dengan wanita yang sudah pasti memiliki anak."

"Lagi pula Surya sudah muak tidur dengan buntalan karung sepertimu," sahut Senja, ia hampir terkekeh dengan kalimatnya sendiri.

Nadi menggelengkan kepalanya, ia menatap tajam ke arah ibu mertua dan iparnya, kemudian beralih ke Surya dan Cindy. Ia menudingkan jari telunjuk ke wajah Cindy. "Aku tidak sudi di madu oleh janda gatal sepertimu!!"

Cindy terlihat tak menunjukan rasa bersalahnya, ia justru tersenyum penuh kemenangan ketika Surya menjatuhkan talak, pada Nadi setelah Nadi menolak untuk di madu.

Surya bukan hanya menceraikan Nadi demi Cindy, ia juga mengusir Nadi dari rumah yang mereka bangun bersama, mengambil alih perusahaan yang mereka rintis bersama atas nama Surya tanpa membaginya sedikitpun dengan Nadi.

Belakangan, saat proses perceraian berjalan, Nadi mengetahui bahwa perselingkuhan itu terjadi sudah sejak lama dan perselingkuhan itu di dukung oleh keluarga Surya. Selama ini Surya meminta Nadi resign dari kantor bukan semata untuk program kehamilan, melainkan agar bisa lebih bebas berpacaran bersama Cindy. Selama ini keluarga Surya seolah tak menyukainya, sebab mereka lebih memilih Cindy.

Aku tidak akan membiarkan mereka semua bersenang-senang di atas penderitaanku, aku tidak akan membiarkan mereka semua menikmati hasil jirih payahku selama ini. Aku harus mendapatkan kembali semua hakku, mereka semua harus menerima pembalasanku.

Perlahan Nadi mulai hilang kesadarannya, sebelum menutup mata ia melihat lampu ruang operasi menyala di atasnya, kemudian ada beberapa dokter berpakaian hijau yang siap bekerja untuk merubah penampilannya.

BAB 2

Sudah dua jam sejak Nadi di pindahkan ke ruang rawat inap, Sofia terus mengamati wajah sahabatnya. Gadis berusia 24 tahun itu nampak heran karena sepengetahuannya Nadi akan menjalani operasi plastik bagian wajahnya.

Seperti yang ia ketahui dari sosial media, orang-orang yang menjalani operasi plastik akan di perban di seluruh wajahnya, namun yang ia lihat saat ini satu-satunya bagian wajah Nadi yang di perban hanya-lah bagian hidung saja.

Nadi melirik kesal ke arah Sofia, ia nyaris mendorong gadis itu karena terlampau dekat memperhatikan wajahnya. "Loe ngapain sih ngeliatin muka gue terus?"

"Itu," tunjuk Sofia pada hidung Nadi. "Kenapa cuma hidung loe doang yang di perban? Bukannya kalau operasi plastik semua muka loe diperban juga ya? Jangan-jangan loe operasinya nyicil lagi."

"Tas Her*es selingkungannya Surya kali, nyicil."

Sofia tertawa terbahak-bahak kala mengingat Cindy yang gemar mengkredit barang demi bisa mengenakan barang-barang brand ternama dunia. "Ya udah enggak dong, kan sekarang sudah jadi nyonya Permana."

"Brengsek loe," Bukan Nadi belum move on dari mantan suaminya, namun sebelum ia berhasil membalaskan dendamnya, rasa sakit hati dan marah masih bersarang di hatinya. "Jangan sebut nama itu di depan muka gue," ia melempar bantal ke arah Sofia.

"Kalau loe emang mau balas dendam sama dua orang itu. Kenapa yang loe operasi cuma hidung loe doang?" Sofia menekan bantal tadi di paha Nadi.

"Gue cuma gendut bukan jelek, jadi gue rasa gue cuma butuh diet bukan operasi. Lagian dosa tau operasi-operasi begituan, tanda orang yang tidak bersyukur."

"Kalau loe inget dosa, kenapa ini loe operasi?" Sofia kembali menjunjuk ke arah hidung Nadi. "Sampe minta temenin gue ke Korea segala."

"Ini itu septum deviation, gue udah ngerasa sulit napas sejak setahun yang lalu, saat gue ada kerjaan di Busan. Ya udah deh gue periksa di sini, tapi waktu itu gue nolak buat operasi karena gue masih bisa napas. Nah kemaren gue udah bener-bener keganggu sama pernapasan gue, karena gue enggak mau ribet mesti cek ulang kalau berobat di Indonesia, makanya gue balik lagi ke Korea buat operasi. Ya sekalian healing dan cari skin care yang bagus."

Sofia mengangguk mengerti, ia pernah baca tenatang septum deviation, sebuah kondisi di mana tulang rawan pembatas yang memisahkan rongga hidung tidak lurus, sehingga menyebabkan pasien sulit bernapas.

"Udah ah gue masih istirahat, napas gue masih enggak enak lama-lama ngoceh."

Sofia menyelimuti tubuh Nadi, setelah Nadi terlelap ia membuka laptopnya untuk memantau kondisi perusahaan yang baru di bangunnya.

...****************...

Setelah melewati masa pemulihan akhirnya Nadi siap untuk memulai perubahan besarnya!!!

Pagi hari ia mulai dengan lari keliling di kawasana apartemet yang di sewanya selama satu bulan di Korea selatan. Nadi sangat menikmati udara sejuk Korea di pagi itu, meski dengan iringan kotekan yang keluar dari Sofia.

"Gila ya loe, jam segini ngajakin lari!!!" suara Sofia terdengar ngos-ngosan setelah ia lari sepanjang 1km bersama Nadi. "Di dalem ada tempat gym, untuk apa keluar jam lima subuh hanya untuk lari??"

Nadi mengangkat tangannya sembari menghirup udara segar. "Udara di sini sangat bagus, sayang jika di lewatkan. Lagi pula tidak baik habis shalat subuh tidur lagi," ia lari di tempat, untuk memberikan Sofia waktu istirahat.

"Loe kenapa baru diet dan olahraga sekarang sih?" Tanya Sofia hati-hati. "Bukannya dari dulu loe tahu kalau Surya pemuja cewek bertubuh sexy? Sorry ya kalau ucapanku terdengar jahat, tapi itu kan kenyataannya?!" Meski tak begitu mengenal Surya, namun beberpa kali ia kedapatan memergoki Surya tengah menggoda wanita lain, bahkan Surya pernah menggoda dirinya.

"Ini karena pengaruh obat penyubur kandungan yang setiap hari gue minum selama menjalani program kehamilan," wajah Nadi mendadak terlihat muram, ia masih tak habis pikir usahanya untuk memperoleh keturunan justru di balas pengkhianatan oleh mantan suaminya.

"Loe yakin yang bermasalah itu loe? Karena setahu gue yang namanya program kehamilan itu di lakukan oleh suami istri bukan hanya istrinya, maksud gue bisa aja kan yang bermasalah justru dari pihak Surya?"

Nadi mengangkat bahunya, ia sendiri pun tak tahu sebab selama menjalani program kehamilan Surya enggan ikut memeriksakan dirinya, di tambah keluarganya yang memiliki pandangan bahwa sulit mendapat keturunan mutlak kesalahan istri, sehingga membuat Surya semakin enggan untuk memeriksakan diri.

"Entahlah! Satu putaran lagi yuk!" ajak Nadi, ia merasa sudah cukup memberikan Sofia waktu istirahat. "Setelah ini gue bikinin sop buntut buat loe."

"Asssik!!"

Seketika Sofia berubah menjadi bersemangat, sebab sogokan sop buntut yang di tawarkan Nadi untuknya, ia tahu sop buntut buatan Nadi tidak pernah gagal dan rasanya sama seperti sop buntut hotel bintang lima Jakarta dan ia akan mendapatkannya sepuasnya jika Nadi yang masak.

"Di sogok makanan baru semangat," gumam Nadi, ketika ia melihat sahabatnya berlari mendahuluinya.

Tak hanya berolahraga, demi mendapatkan tubuh idealnya kembali, Nadi pun melakukan perawatan wajah di klinik kecantikan ternama yang menjadi langganan selebritas ternama Korea.

"Wow, ini kan klinik yang pernah di kunjungi oleh aktor yang terkenal itu. Loe yakin duit loe cukup?" Sofia meyakini bahwa klinik itu pasti mahal dan sepengetahuannya saat bercerai, Surya tak memberikan apa pun kepada Nadi padahal Nadi-lah yang selama ini bekerja keras membangun perusahaan suaminya.

"Aman," Nadi menunjukan black cardnya, hal itu membuat Sofia melongo. "Loe juga boleh kok ikut perawatan."

Sofia menggelengkan kepalanya, kini ia sudah tak ragu lagi dengan kehebatan sahabatnya. Benar kata orang jangan meremehkan diamnya orang sabar, karena sekali bergerak pasti akan di luar dugaan, seperti itu-lah yang kini ia lihat dari Nadi.

Saat menikah dengan Surya, Sofia melihat Nadi hanya-lah istri yang lemah, dia hampir tak membantah apa pun yang di katakan oleh suami dan keluarga suminya. Namun setelah lepas dari keluarga toxic itu, Sofia kembali melihat Nadi yang dulu.

Ia sendiri bingung harus bersyukur atau bersedih atas perceraian Nadi, tapi apa pun itu ia bahagia melihat Nadi kembali bersemangat menjalani harinya. "Gue boleh ambil semua paket perawatan yang di sarankan dokter nanti?"

"Boleh dong, kita glow up bersama agar calon client kita nanti memberikan projectnya kepada kita," ucap Nadi sembari tertawa.

Sofia pun ikut tertawa, ia sudah tidak sabar melihat ekspresi Surya ketika nanti melihat perubahan pada diri mantan istrinya ketika tender project di bulan Maret mendatang.

Ya di bulan Maret mendatang perusahaan Sofia yang kini di bantu oleh Nadi, akan bersaing dengan perusahan Surya untuk memenangkan project pembanguan mall di Jakarta Utara.

BAB 3

Satu Bulan Kemudian

Dengan langkah penuh percaya diri, Nadi bersama dengan Sofia berjalan memasuki gedung Global Group. Mereka berdua di arahkan oleh salah seorang dari staf Global Group untuk masuk ke ruang meeting. "Pak Harry akan tiba dalam waktu lima menit, di mohon bersabar menunggu sebentar," ucap staf itu sembari mempersilahkan Nadi dan Sofia masuk ruangan.

Nadi dan Sofia tersenyum ramah pada staf tersebut. "Terima kasih," mereka berdua masuk dan mengambil tempat yang sudah di sediakan. Sesuai dengan dugaan Nadi sebelumnya, Surya akan datang bersama Cindy dan mereka sudah datang lebih dahulu. "It's show time," bisik Sofia. Nadi hanya sekilas tersenyum pada Sofia, kemudian ia mengangkat dagunya berjalan menyusuri bangku kosong ruang meeting, dan dengan anggunnya ia duduk bersebrangan di hadapan Surya.

Bak melihat hantu di siang bolong, Surya terperanjat ketika melihat Sofia datang bersama mantan istrinya. Untuk sesaat ia mengagumi kecantikan dan perubahan penampilan Nadi, dalam benaknya mengakui bahwa ini adalah penampilan terbaik Nadi selama ia mengenal Nadi.

Nadi terlihat sangat anggun, cantik dan sexy dengan balutan short dress formal bermotif batik khas Nusa Tenggara. "Bagaimana dia bisa secantik itu sekarang?" gumamnya, Surya tak hentinya memandangi Nadi, ada keinginan yang begitu besar untuk menghampiri wanita itu dan memeluknya dengan erat. Ia penasaran bagaimana sekarang rasa Nadi? apa masih sama dengan yang dulu? Dengan tubuhnya yang begitu langsing dan kulitnya yang begitu terlihat segar dan kenyal, Surya membayangan tubuh Nadi akan lebih nikmat dari yang dulu.

Surya hampir saja beranjak dari tempat duduknya, sebelum akhirnya Cindy menyentuh lengan Surya. "Kamu lihat apaan sih?" wajah Cindy terlihat sangat kesal, sekilas ia melirik ke arah Nadi dengan sinis. "Kamu inget ya mas, aku lagi mengandung anakmu, jadi kamu jangan macem-macem," ia melingkarkan tangannya di lengan Surya, kemudian menyandarkan kepalanya seolah menujukan keromantisan di antara mereka.

Surya membiarkan Cindy berbuat semaunya, sementara dirinya kembali fokus pada laptopnya. Ia sadar bahwa kedatangan Nadi merupakan ancaman besar bagi bisnisnya, sebab sudah tentu Nadi mengetahui segala kelemahan perusahaannya dan bisa dengan mudahnya mengalahkannya dalam project ini.

"Mas kenapa datanya di ganti? Apakah kita tidak rugi jika menurunkan harga serendah itu?"

Surya menggeleng. "Kita tidak punya jalan lain, lawan kita sepertinya memberikan tawaran yang terbaik. Jika tidak, kita tentu sudah memenangkan project ini dari pra-tender kemarin."

"Tapi?"

"Tenanglah, kita tetap masih mendapatkan keuntungan dari diskon yang di berikan toko bangunan, dan kalau kita berhasil memenangkan project ini tentu nama perusahaan kita akan lebih terkenal dan dari situ kita bisa memperoleh keuntungan lebih banyak lagi."

"Kau memang pria paling hebat di dunia," puji Cindy, ia mencondongkan tubuhnya dan mengecup pipi Surya hingga membuat Sofia yang tak sengaja melihatnya, ingin muntah.

"Gue jijik banget melihat mereka berdua," bisiknya pada Nadi. "Tak bisakah mereka berzina di tempat lain?"

"Kalau begitu jangan di lihat," Nadi memeriksa ulang data yang ia buat bersama Sofia dan timnya.

"Gue cuma penasaran dengan ekspresi Surya ketika dia melihat loe, tadi yang gue lihat dia kaget gitu."

"Ya pastilah, dia pasti kaget karena ternyata tender ini belum final dan ada gue satu tim sama loe untuk melawan perusahaannya."

"Bukan, bukan itu. Sepertinya loe berhasil membuat dia nanti malam susah tidur."

Obrolan mereka terhenti saat Harry selaku, COO Global Group bersama dua orang timnya datang. "Maaf saya agak telat sedikit," ucapnya saat memasuki ruangan.

Dengan kompak keempatnya berdiri untuk menyambut dan menghormati kedatangan pak Harry. "Silahkan duduk kembali," ia duduk di depan di antara Sofia dan Surya.

Tanpa menunggu lama, Harry langsung membuka meeting pagi itu dan menjelaskan maksud dirinya mengundang Surya dan Sofia. "Kami sungguh tertarik dengan penawaran yang perusahaan kalian berikan, sehingga kami mengundang kalian kembali datang agar kami bisa memutuskan tender ini."

Harry memberikan kesempatan pada Surya untuk terlebih dahulu memprsentasikan penawaran terbarunya, sebelum ia beranjak dari tempat duduknya, ia kembali menatap Nadi, namun kali ini bukan tatapan untuk mengagumi kecantikan mantan istrinya melainkan tatapan tajam persaingan.

Sepanjang Surya presentasi, Nadi sudah bisa menebak strategi yang di akan di gunakan Surya. "Loe yakin kita bisa memenangkan tender ini? Penawaran dia jauh di bawah penawaran kita loh?" bisik Sofia, tak bisa ia pungkiri jika kini Sofia agak sedikit khawatir, namun di sisi lain ia juga tak banyak berharap sebab perusahaan yang ia dirikan masih seumur jagung tentu masih banyak keraguan dalam diri clientnya.

Nadi mengelus lengan Sofia dengan lembut. "Udah loe tenang aja. Bismillah, kita bisa memenangkannya."

Setelah Surya selesai mempersentasikan penawarannya, kini giliran Nadi yang maju sebagai perwakilan dari perusahaan Sofia. Sebelum memulai presentasinya, Nadi melebarkan senyumnya yang memikat.

'Sial' batin Surya, ia semakin ingin merengkuh tubuh mantan istrinya.

Nadi menjelaskan bahwa perusahaannya tidak akan menurunkan harga penawaran, sebab harga yang ia berikan merupakan harga wajar untuk kualitas terbaik yang ia berikan, namun ia memberikan garansi yang lebih panjang dari yang perusahaan Surya tawarkan, sebab ia berani menjamin kualitas bahan bangunan yang ia pakai.

Sekilas Sofia tersenyum ketika melihat Pak Harry dan timnya terlihat begitu bersemangat saat Nadi presentasi, hal itu setidaknya memberikannya secercah harapan akan kemenangan tendernya.

Selesai Nadi mempresentasikan penawarannya, Pak Harry langsung mengumumkan hasil tender. Untuk bangunan utama ia mempercayakan pada perusahaan Soe Karya milik Sofia, sementara untuk lahan parkir mereka serahkan pada perusahaan Permana Persada milik Surya Permana.

Hal itu tentu membuat Surya merasa tidak puas, ia menatap tajam ke arah mantan istrinya yang terlebih dahulu keluar ruangan bersama Sofia. 'Brengsek, rupanya ia ingin bermain-main denganku. Kau tunggu saja pembalasanku!'

Tak cukup sampai di situ, hati surya kembali panas ketika ia dan Cindy keluar dari ruang meeting. Surya melihat Nadi dan Sofia nampak akrab dengan CEO Global Group, "Dasar wanita-wanita gatel, pantas saja mereka yang memenangkan tender ini, rupanya mereka telah menggoda sang CEO." tak tahan melihat mantan istrinya mengobrol dengan sang CEO, Surya bergegas mengajak Cindy pulang.

"Hari ini jadi kau jadi antar aku periksa kandungan kan?" tanya Cindy ketika mereka masuk ke lift

"Aku capek, tapi kalau kau mau tes DNA akan aku antar"

Wajah Cindy merah padam, namun ia mencoba menahan dirinya utuk tidak bertengkar dengan Surya "Test DNA saat di dalam kandungan sangat beresiko sayang," ia melingkarkan tangannya di lengan Surya. "Kamu enggak mau kan terjadi apa-apa dengan anak kita? Kalau kamu enggak mau ke rumah sakit, bagaimana kalau kita ke butik aja, untuk fitting baju pernikahan kita?"

"Cindy, sudah kukatakan aku capek. Aku mau pulang dan istirahat!!" Surya mempercepat langkahnya ketika pintu lift terbuka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!