NovelToon NovelToon

Persimpangan Cinta Rajendra

PCR 01. The Prakasa's Family.

Tawa kebahagiaan keluarga terdengar begitu menyenangkan. Sebuah keluarga memang menjadi tempat ternyaman bagi semua orang. Apalagi jika semuanya sudah berkumpul, menjadi momen yang sangat ditunggu untuk mengeratkan tali persaudaraan.

Dikediaman keluarga Prakasa, seluruh keluarga sedang berkumpul untuk merayakan hari ulang tahun Kakek Hardi yang ke 70. Semua cucu dan cicitnya sudah berkumpul disana, termasuk Bara dan Steven beserta keluarga kecilnya.

"Wah, siapa nih yang baru datang. Gimana rasanya jadi lulusan terbaik? Seneng dong pasti." Rania berseloroh begitu melihat sosok gagah seorang pria yang berjalan masuk kedalam rumah.

Pria itu tak lain adalah Rajendra Christopher Prakasa, putra pertama pasangan Bara dan Kyara. Bayi kecil yang dulu ditunggu-tunggu kelahirannya itu, kini sudah tumbuh menjadi seorang pria gagah yang begitu mempesona. Semua orang tidak perlu menoleh dua kali untuk melihat ketampanan Rajendra. Mewarisi segala kesempurnaan yang Bara dan Kyara punya.

"Hahaha, Bibi bisa saja. Rasanya ya begitu saja, bukankah Bibi juga sering?" Rajendra menanggapi dengan tawanya yang manis.

"Paman," sapa Rajendra pada sosok Steven yang berdiri dibelakang Rania.

"Selamat datang kembali Rajendra, Paman ucapkan selamat ya untuk kelulusannya," ujar Steven memberikan pelukan hangat kepada keponakannya itu.

"Terima kasih, Paman."

"Kyara, aduh lama banget ya kita nggak ketemu? Udah mau setahun nggak sih?" Rania bergantian memeluk adiknya dengan begitu heboh.

"Dua tahun nggak sih, Kak?" timpal Kyara tak kalah hebohnya.

Ya, begitulah mereka berdua jika bertemu, padahal sebenarnya Kyara dan Rania pernah bertemu, hanya saja tidak terlalu sering karena kesibukan masing-masing. Apalagi Kyara sering menemani Bara bekerja diluar kota, pasalnya suaminya itu tidak bisa barang sekejap jika tanpa istrinya.

"Hahaha, kau sih sibuk ngintilin suami sampai nggak ada waktu," cibir Rania dengan gayanya. "Oh ya, Revan apa kabar? Aku dengar dia mau masuk kuliah kedokteran," lanjut Rania menatap sosok pria muda lain yang datang bersama adiknya.

"Benar Bibi," sahut Revan yang tak lain adalah putra kedua pasangan Bara dan Kyara.

Ya, pernikahan mereka dikaruniai dua orang putra yang begitu mempesona. Umur Rajendra dan Revan tidak terpaut jauh, hanya selisih 4 tahun saja. Wajah mereka pun sama-sama tampan, tapi baik Rajendra maupun Revan memiliki ciri ketampanannya masing-masing.

Mereka lalu lanjut mengobrol, membiarkan hal yang selama ini mereka lewati dari mulai A sampai Z. Bara dan Steven pun terlihat sudah begitu akrab meski kadang begitu serius, mereka benar-benar sudah melupakan masa lalu mereka yang memang sudah seharusnya dilupakan itu.

Kakek Hardi pun ikut bergabung besama cucu dan cicitnya. Tidak ada yang lebih membahagiakan dimana waktu tua kita dihabiskan bersama keluarga.

"Ehm, Paman dan Bibi hanya datang kesini sendiri?" tanya Rajendra setelah cukup lama mengobrol.

"Tidak, kita datang bersama Kalea juga. Tapi dia tadi mengeluh kepalanya pusing, jadi izin tidur dulu," sahut Rania menjelaskan.

Rajendra mengangguk-angguk singkat, ia lalu melanjutkan lagi obrolannya dengan yang lainnya sebelum ia berpamitan pergi.

"Mau kemana?" tanya Bara melirik putranya yang sangat mirip dengannya itu.

"Aku mau menghubungi temanku dulu sekalian istirahat, aku sangat lelah sekali Ayah," sahut Rajendra seraya memijat tengkuknya.

"Oh iya, Rajendra istirahat saja, dia baru pulang dari luar negeri, pasti capek banget. Acaranya juga masih nanti malam, istirahat saja Sayang," timpal Kyara begitu perhatian.

"Ck, Ibu pilih kasih, aku juga capek habis magang ujian sekolah," celetuk Revan seolah begitu iri karena Ibunya lebih perhatian pada Kakaknya.

Celetukannya itu sontak membuat semua orang yang ada disana tertawa. Rajendra dengan gemas menyentil dahi adiknya.

"Hei bocah, kau ini masih kecil tapi sudah pintar iri. Kalau kau lelah istirahat saja," tukas Rajendra.

"Apaan sih Kak, kita hanya beda 4 tahun, jadi jangan memanggilku bocah. Dan ingat, aku sudah lulus SMA," sergah Revan merengut kesal, pasalnya sedewasa apapun dirinya, pasti masih dianggap anak kecil oleh semua keluarga.

"Hahaha, tetap saja kau itu bocah," kata Rajendra tidak mau kalah.

"Sudah, sudah, kalian ini memang ya." Kyara menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua putra kesayangannya itu. "Rajendra, jangan menganggu Adikmu. Kalau kau istirahat pergilah, Revan juga boleh istirahat, tapi ingat, malam nanti kalian jangan sampai telat, acaranya jam 7," titah Kyara memperingatkan dengan suara tegasnya, tapi masih terdengar lembut ditelinga anak-anaknya.

"Baik, Ibu." Rajendra dan Revan menyahut kompak sebelum mereka beranjak dari ruang tengah.

Bara yang melihat pemandangan itu tersenyum tipis, hatinya benar-benar bahagia karena sudah memiliki hidup yang sempurna, bersama wanita yang dicintainya dan anak-anak yang mengagumkan.

_______

"Kakak mau kemana?"

Revan bertanya heran saat sampai diruang atas melihat Kakaknya tidak berjalan kearah dimana kamarnya berada.

"Kau tidak perlu tahu bocah, kembalilah ke kamarmu," sahut Rajendra dengan begitu santai.

"Ck, berhentilah memanggilku bocah, menyebalkan!" seru Revan semakin kesal saja.

"Kau memang bocah, belum punya pacar 'kan?" seloroh Rajendra mengulas senyum mengejeknya.

"Sok-sokan bicara pacar, memangnya Kakak punya?" cetus Revan mengangkat alisnya, ia balas mengejek Kakaknya.

Rajendra tersenyum tipis, nyaris tidak terlihat saat mendengar ucapan Adiknya itu. "Sudahlah, jangan mengangguku. Aku mau lihat-lihat dulu," kata Rajendra segera pergi meninggalkan Adiknya.

"Kak, Kakak mau kemana? Kak!"

Meski Revan memanggil-manggil Rajendra, pria itu sama sekali tidak mempedulikannya, ia tetap berjalan lurus menyusuri rumah Kakeknya yang sangat besar itu. Bagian lantai dua itu hanya ada kamar dan ruang baca, jadi begitu sepi sekali, apalagi para pelayan masih sibuk di dapur untuk persiapan acara nanti malam.

Rajendra berjalan menuju sebuah kamar yang letaknya paling ujung. Ia sempat melirik sekitarnya sebelum masuk kedalam kamar itu.

"Kebiasaan," gumam Rajendra saat menyadari jika kamar itu tidak terkunci sama sekali.

Rajendra segera menutup pintunya kembali lalu menguncinya. Ia berjalan perlahan menuju ranjang, dimana seorang gadis cantik terlelap begitu damai. Rajendra berdiri tepat didepan gadis itu, ia tersenyum tipis seraya mendekatkan wajahnya.

"Bangun putri tidur," bisik Rajendra dengan sengaja menghembuskan nafasnya yang hangat hingga menerpa wajah gadis itu.

Cukup terusik karena ulahnya, gadis cantik itu terbangun, mengerjapkan matanya indah perlahan-lahan dan disambut senyuman manis Rajendra yang sudah menantinya.

"Hai," kata Rajendra masih dengan senyum manisnya yang begitu menawan.

Kalea sempat mengerutkan dahinya, samar-samar ia melihat wajah Rajendra, sesaat kemudian matanya membulat sempurna dan ia langsung menundukkan dirinya.

"Kakak!" seru Kalea begitu kaget, tapi sedetik kemudian ia langsung menghambur kepelukan pria itu. "Aaaaaa ... Kakak kapan pulang? Kenapa nggak ngabarin aku?" protes Kalea bersungut-sungut kesal.

"Serindu itu kau padaku, Nona?" celetuk Rajendra semakin mengembangkan senyumnya, ia membalas pelukan wanitanya dengan begitu hangat.

"Ish, memangnya Kakak tidak merindukanku?" Kalea langsung melepaskan pelukannya, ia memandang Rajendra dengan wajah kesalnya yang menggemaskan.

"Menurutmu?"

Bukannya menjawab pertanyaan Kalea, Rajendra justru balas bertanya membuat kekesalan Kalea bertambah.

"Baiklah, sepertinya Kakak memang tidak merindukanku," ketus Kalea melipat tangannya diatas perut lalu memutar tubuhnya membelakangi Rajendra, menunjukkan jika ia benar-benar sangat kesal.

Rajendra terkekeh-kekeh senang, ia mendekatkan dirinya lalu memeluk Kalea dari belakang, membuat wanita itu cukup kaget.

"Mana mungkin aku tidak merindukan kekasihku? Aku sangat merindukanmu Kalea, sangat merindukanmu," bisik Rajendra tepat ditelinga Kalea.

"Kak," lirih Kalea mengigit bibirnya, hembusan nafas Rajendra begitu menggetarkan hatinya.

Kalea menoleh sesaat untuk melihat Rajendra, keduanya saling pandang dengan tatapan penuh cinta dan kerinduan. Sudah enam bulan lamanya mereka tidak bertemu karena Rajendra menyelesaikan kuliahnya diluar negeri. Membuat kerinduan itu begitu menggebu-gebu.

"Kalea ..." ucap Rajendra mengusap lembut pipi Kalea.

"Kak ..." Kalea menjawab seraya memejamkan matanya begitu tahu Rajendra mulai mendekatkan wajahnya. Keduanya sudah begitu siap untuk saling melepaskan rindu yang menyeruak.

Namun ...

Tok Tok Tok

"Kalea? Sayang ... ."

Happy Reading.

TBC.

Halo semuanya.

Kembali lagi dicerita author Virzha.

Cerita kali ini kisah anak-anaknya Bara dan Kyara ya.

Buat yang belum tahu siapa mereka, boleh baca novel author yang berjudul "Belenggu Kakak Ipar".

Selamat membaca dan semoga suka lalu jatuh cinta. Jangan lupa juga buat kasih dukungan buat author dengan cara like, komen dan subscribe ya guyssss.

Cekidot kuys!!!

Bonus Visual.

Rajendra Christopher_

Kalea Aiden_

PCR 02. Rasa Cinta.

Keduanya begitu kaget saat mendengar suara orang yang memanggil dari luar. Kalea bahkan langsung mendorong bahu Rajendra karena begitu panik, suara itu adalah suara Mamanya Rania.

"Itu Mama Kak," kata Kalea panik.

"Ssshhh, Kalea tenanglah, Bibi tidak akan masuk kalau kau tidak membuka pintunya," tutur Rajendra memegang tangan Kalea, mencoba menenangkan kekasihnya itu.

"Kakak sembunyi dulu, aku akan menemui Mama. Jangan sampai Mama melihat Kakak disini," kata Kalea masih begitu panik, ia sangat takut jika Mamanya akan melihat Rajendra dikamarnya.

"Kalea, Sayang? Apa kau masih tidur?"

Tok Tok Tok

Suara Rania kembali terdengar membuat kepanikan Kalea meningkat.

"Kak, buruan pergi!" seru Kalea menarik tangan Rajendra agar pria itu segera beranjak darisana.

Rajendra merengut kesal, ia mengacak-acak rambutnya frustasi, kenapa susah sekali rasanya jika ingin berduaan dengan Kalea. Padahal Rajendra sudah menunggu waktu ini tiba. Dengan sangat terpaksa ia akhirnya beranjak dan bersembunyi di dalam kamar mandi.

Kalea menarik nafas panjang lalu menghembuskan perlahan, ia memastikan Rajendra benar-benar sudah bersembunyi barulah ia membuka pintu kamarnya.

"Mama," kata Kalea, sebisa mungkin membuat wajahnya untuk terlihat biasa saja.

"Baru bangun?" Rania memperhatikan wajah anaknya.

"Iya Ma, Kalea capek banget nih. Ada apa Mama kesini?" tanya Kalea menyahut dengan cepat.

"Mama hanya ingin mengantarkan gaunmu untuk malam nanti Sayang," ujar Rania seraya mengulurkan sebuah gaun yang sengaja dibawanya untuk putrinya.

"Wah, terima kasih Ma. Gaunnya cantik banget ini," kata Kalea berdecak kagum melihat gaun yang dibawakan oleh Mamanya.

"Coba dulu Sayang, Mama ingin melihatnya, ayo." Rania mengajak putrinya untuk mencoba gaun yang dibawanya.

"Eh, Mama tidak boleh masuk!" Kalea reflek berseru begitu Rania ingin masuk kedalam kamarnya. Disana ada Rajendra, ia tidak mau jika sampai ketahuan memasukan lelaki didalam kamarnya.

"Loh, kenapa? Mama cuma mau lihat aja kok," ucap Rania begitu heran dengan sikap putrinya yang tidak biasa itu.

"Itu Ma ... Ehm ... ." Kalea kebingungan mencari alasan apa yang harus ia ucapkan pada Mamanya.

"Aku ingin mencoba baju ini nanti setelah mandi saja, Ma. Ya! Ya! Aku mau mandi dulu baru mencoba bajunya," lanjut Kalea mencari alasan yang cocok.

Rania mengerutkan dahinya, merasa sikap putrinya itu sangat aneh. Tapi alasan yang diucapkan Kalea cukup masuk akal juga, membuat Rania mulai mengendurkan wajahnya.

"Oh, baiklah. Mama akan turun dulu kalau begitu. Tadi Papamu juga minta bantuin Mama buat ngecek berkas," ujar Rania mengelus lembut lengan putrinya.

Kalea mengangguk cepat-cepat seraya mengulas senyum manis. Hatinya begitu lega karena Mamanya tidak curiga. Setelah memastikan Mamanya tidak terlihat, Kalea bergegas masuk dan mengunci kamarnya kembali.

"Untung saja Mama percaya," gumam Kalea mengusap dadanya.

Kalea lalu ingat tentang Rajendra yang masih didalam kamar mandi, ia bergegas kesana untuk melihat keadaan pria itu.

"Kakak," panggil Kalea mengetuk pintu kamar mandi.

Tidak membutuhkan waktu lama Rajendra langsung muncul di pintu begitu mendengar suara Kalea.

"Bibi sudah pergi?" tanya Rajendra.

"Iya sudah, Kakak juga sebaiknya pergi darisini. Jangan sampai orang tua kita melihat Kakak ada disini," kata Kalea masih begitu takut jika orang tuanya akan tahu hubungan mereka.

Rajendra dan Kalea memang masih menyembunyikan hubungan mereka, karena Kalea merasa belum saatnya memberitahu kedua orangtuanya. Apalagi Kalea juga masih kuliah dan juga mereka berdua masih sepupu dekat.

"Biarkan saja mereka tahu, kita juga tidak mungkin merahasiakan hubungan kita terus menerus 'kan Sayang?" ujar Rajendra justru malah menarik pinggang Kalea hingga tubuhnya menempel erat.

Kalea tersentak, seketika kegugupan langsung menguasai dirinya. Ia paling tidak bisa jika bertatapan langsung dengan Rajendra, pria itu seperti punya pesona yang begitu menyilaukan.

"Kakak lupa, kita berjanji akan merahasiakan semuanya sampai aku lulus kuliah?" kata Kalea terbata-bata.

"Hm, itu masih lama sekali. Apa sebaiknya aku melamarmu sekarang saja?" ujar Rajendra sudah begitu tidak sabar untuk memiliki Kalea seutuhnya. Jadi mereka tidak perlu menyembunyikan lagi perasaan cinta mereka.

Kalea tersenyum kecil, ia mencubit pipi Rajendra dengan gemas. "Ada-ada aja, memangnya Kakak berani mengatakannya pada Papa?" kata Kalea menantang.

"Hei, jangan mengujiku, Nona. Aku bahkan berani mengatakan pada dunia kalau kau satu-satunya wanita yang aku cintai, bagaimana?" ujar Rajendra mengerlingkan sebelah matanya, senyumannya kian manis menunjukkan kedua lesung pipinya.

"Hahaha, dasar gombal. Sudah Kak, lepaskan aku dan cepat pergi darisini. Aku mau mandi," cibir Kalea merasa ucapan Rajendra itu terlalu gombal.

"Pergi kemana? Kau bahkan belum memberikanku ucapan selamat datang," ujar Rajendra semakin mengeratkan pelukannya, ia melangkahkan kakinya mendekat hingga membuat Kalea mundur.

"Ucapan selamat datang?" Kalea bertanya tidak mengerti, ia kembali didera kegugupan saat Rajendra terus merangsek maju.

"Ya, apakah kau tidak ingin memberikannya?" kata Rajendra terus saja berjalan maju.

"A-aku tidak mengerti maksud Kakak," ucap Kalea semakin gugup, ia terus berjalan mundur sampai kakinya menyentuh ranjang dibelakangnya.

"Kak," lirih Kalea mulai terpaku dengan wajah tampan pria yang menjadi pemilik hatinya itu.

Rajendra tersenyum, seperti sebuah angin yang bergerak tanpa komando, Rajendra mendekatkan wajahnya dan menyentuhkan bibirnya diatas bibir Kalea yang manis. Melu matnya dengan lembut dan penuh perasaan.

Kalea tak kuasa menolak akan hal itu, ia mengalungkan tangannya dan membalas ciuman kerinduan dari Rajendra. Rasa cinta yang menggebu-gebu itu membuat ciuman mereka semakin memanas dan Rajendra mulai berani untuk mendorong Kalea ke ranjang.

Kalea sempat terkejut akan hal itu, tapi Rajendra sudah lebih dulu menciumnya kembali dengan lebih intens lagi, membuat Kalea mulai terlena akan ciuman itu.

"Kak ... Hentikan," lirih Kalea mengigit bibirnya saat Rajendra mencium lehernya dengan bibirnya yang basah.

"Aku ingin memilikimu Lea," ujar Rajendra memandang Kalea dengan tatapan sendunya.

"Jangan sekarang Kak, kita belum ..." Kalea menggeleng pelan, membalas tatapan Rajendra dengan sorot meminta maaf.

Rajendra mengerti apa maksud Kalea, memang tidak seharusnya ia melakukan hal tidak baik itu. Tapi terkadang rasa cinta dalam diri Rajendra begitu menguasai dan ingin segera menjadikan Kalea miliknya seutuhnya.

Apalagi diumurnya yang ke 25 tahun ini membuat Rajendra seperti merasakan hormon yang tidak biasa sebagai seorang pria, ditambah pergaulannya diluar negeri yang begitu bebas, tentu membuat pola pikirnya berubah.

"Maafkan aku, Kak." Kalea kembali berbicara, ia memandang Rajendra dengan tatapan bersalahnya.

"Hei, kenapa minta maaf? Aku tidak masalah Lea, seharusnya aku yang meminta maaf padamu," kata Rajendra tersenyum menenangkan.

"Kakak tidak marah?"

"Marah, aku marah karena kau tidak menjemputku di bandara, pacar macam apa kau ini?" kata Rajendra memasang wajah berpura-pura kesal.

"Kakak juga tidak bilang akan pulang kapan kalau aku tanya, jadi aku tidak salah," tukas Kalea tidak terima disalahkan.

"Tapi tetap saja kau tidak menjemputku. Jadi, kau harus aku hukum," kata Rajendra tersenyum jahil.

Setelah mengatakan hal itu, Rajendra menciumi leher Kalea membuat wanita itu tertawa karena kegelian.

"Kakak, geli Kak, aduh lepaskan aku."

Suara tawa Kalea terdengar begitu renyah seolah begitu bahagia. Rajendra juga semakin gemas menciumi sepupunya itu dengan bibir basahnya. Entah apa yang akan terjadi jika kedua orang tua mereka tahu hubungan mereka itu, tapi apapun yang terjadi, Rajendra akan tetap mempertahankan Kalea karena ia sangat mencintai sepupunya itu.

Happy Reading.

TBC.

PCR 03. Mulai Curiga.

Malam mulai datang menggerus cahaya matahari bergantian dengan rembulan. Dikediaman Prakasa sudah cukup banyak tamu yang berdatangan untuk merayakan hari ulang tahun Kakek Hardi. Pria tua itu memang selalu merayakan ulang tahunnya setiap tahunnya.

Para tamu yang datang juga bukan dari kalangan sembarangan, banyak kolega bisnis dari kedua cucunya Bara dan juga Steven yang hadir disana, membuat suasana begitu ramai.

Kalea juga sudah bergabung dengan keluarganya yang lain. Sejak tadi banyak sekali teman-teman Steven yang asyik menggoda Kalea, meminta wanita itu untuk menjadi menantunya.

Tentu saja, hal itu dikarenakan Kalea begitu cantik dan dari keluarga ternama, siapa yang tidak menginginkannya?

"Memang sih ya, semua keluarga Prakasa bibit unggul semua. Apalagi yang ini, paling cantik pokoknya," puji salah satu Ibu sosialita yang terlihat begitu senang melihat Kalea.

"Hahaha, kau ini bisa saja, Devina." Rania menanggapi ucapan temannya itu dengan tawa kecilnya. Sudah terlalu terbiasa jika ada yang memuji putrinya seperti itu.

"Tapi ini beneran loh, apalagi anak-anaknya jeng Kyara, ganteng-ganteng banget sih, persis kayak Papanya," celetuk Devina melirik sosok pria yang baru saja bergabung keacara tersebut.

Kalea ikut melihat siapa yang dimaksud oleh Devina, ternyata Rajendra yang malam itu terlihat begitu gagah dengan pakaian formalnya. Tanpa sadar bibir Kalea terangkat untuk mengulas senyumnya pada Rajendra.

"Rajendra, kesini," panggil Kyara melambaikan tangannya kepada sang putra.

Rajendra tersenyum tipis hingga kedua lesung pipinya terlihat. Ia segera berjalan mendekati Ibunya yang berkumpul dengan para tamu lainnya itu. Sekilas ia melihat Kalea yang ada disana sebelum ia memandang Ibunya kembali.

"Wah wah, pewaris tunggal keluarga Prakasa nih. Makin ganteng aja Rajendra," seloroh Devina mengerlingkan matanya.

Kyara tersenyum mendengar pujian itu. "Rajendra masih ingat Bibi Devina nggak?" ujar Kyara menepuk pelan lengan putranya.

"Bibi Devina? Oh iya aku ingat, Mamanya Nata 'kan?" Rajendra mengangguk mengerti.

"Hahaha, iya benar. Bibi Mamanya Nata," sahut Devina membenarkan.

"Nata apa kabar?" tanya Rajendra untuk sekedar basa-basi, padahal sejatinya pria itu asyik melempar pandang dengan Kalea.

"Kabar baik, nanti juga dia datang kesini. Kamu lama nggak kelihatan, bikin pangling. Udah punya calon belum nih?" seloroh Devina.

"Calon apa Jeng, Rajendra baru aja menyelesaikan pendidikannya. Habis ini mau fokus kerja dulu lah, tapi kalau sudah ada jodohnya juga nggak apa-apa." Kyara menyahut sebelum Rajendra mengatakan apapun, pasalnya wanita itu tahu betul sifat putranya yang jarang bisa dekat dengan wanita.

Rajendra tersenyum tipis, andai Ibunya tahu kalau ia sudah memiliki wanita yang dicintainya, wanita itu pasti akan sangat senang. Sayangnya Rajendra masih merahasiakannya karena permintaan Kalea.

"Lea, mau berdansa?" ucap Rajendra tiba-tiba saja mengulurkan tangannya pada Kalea saat mendengar suara musik yang mengalun lembut.

"Eh, Kakak ngajak aku?" Kalea sedikit kaget, ia menatap Rajendra seolah mengatakan kalau ada orang tua mereka.

"Ya, karena aku tidak punya pasangan, aku akan mengajak adik sepupuku berdansa. Maukah?" kata Rajendra lagi.

Kalea menipiskan bibirnya, Rajendra ini memang paling mengerti apa maksudnya meski tanpa ia mengatakannya.

"Baiklah," ucap Kalea menyetujui.

Kalea dengan anggun menyambut uluran tangan Rajendra dan pria itu segera merengkuh pinggangnya yang kecil. Seulas senyum tipis mengembang disudut bibir keduanya meski tidak terlalu kentara.

"Bibi Rania, malam ini aku pinjam putrimu dulu ya," celetuk Rajendra mengerlingkan matanya kepada Rania.

"Pinjam, pinjam, kau pikir aku barang?" cetus Kalea dengan wajahnya yang pura-pura kesal.

Tingkahnya itu membuat semua orang tertawa karena merasa sangat lucu. Rania dan Kyara juga tidak curiga sama sekali meski selama ini Rajendra dan Kalea begitu dekat. Pasalnya sejak kecil mereka sudah terbiasa bersama, mungkin itu yang membuat mereka begitu dekat sampai dewasa, begitulah pikiran mereka.

Berbeda dengan Steven yang mulai tidak nyaman melihat kedekatan itu. Steven yang sangat menyayangi putrinya merasa tidak rela jika putri kecilnya itu terlalu dekat dengan pria lain.

"Setelah ini, apa kau jadi meminta Rajendra untuk mengurus perusahaan?" tanya Steven pada Bara.

"Tentu saja, dia satu-satunya yang bisa aku andalkan. Kau tahu sendiri, putraku Revan lebih memilih untuk kuliah kedokteran daripada bisnis," sahut Bara seadanya. Harapannya begitu besar pada sosok putra pertamanya itu.

"Itu hal bagus, selagi muda lebih baik belajar bisnis. Tapi aku rasa putramu terlalu dekat dengan putriku," tukas Steven mengutarakan unek-uneknya.

"Apa kau berpikir putraku sedang jatuh cinta pada putramu, Stev?" Bara tersenyum sedikit sinis mendengar ucapan Steven.

"Semoga saja tidak," sahut Steven, tidak ingin memperpanjang, toh sejauh ini Rajendra dan Kalea memang dekat seperti itu.

Bara tidak menjawab, ia melirik dimana Rajendra berada. Pria itu memang terlihat berdansa mesra dengan Kalea ditengah ruangan bersama beberapa tamu lainnya. Rasanya tidak mungkin jika putranya itu memiliki hubungan dengan Kalea.

_______

Malam sudah sangat larut setelah acara ulang tahun Kakek Hardi selesai digelar. Para tamu undangan pun sudah tidak adalagi yang tersisa. Semua penghuni rumah pun sudah mulai masuk kedalam kamarnya masing-masing untuk beristirahat.

Namun, Kalea justru pergi secara diam-diam meninggalkan kamarnya. Ia sudah melepaskan gaunnya yang tadi berganti gaun tidur biasa. Ia berjalan mengendap-endap menuju bagian belakang rumah, dimana sebuah taman bunga berada disana.

Malam itu rembulan bersinar sangat cerah, menerangi bumi dengan sinarnya yang begitu indah. Sesampainya di taman belakang, Kalea melihat sosok pria yang berdiri disana. Tanpa membuang waktunya, Kalea bergegas mendatangi pria itu dan langsung memeluknya dari belakang.

"Kakak, aku datang," kata Kalea mencium harum tubuh pria itu.

Tidak ada jawaban, membuat Kalea mengerutkan dahinya, ia mendongak untuk melihat sosok yang dipeluknya itu.

"Kak Rajendra?" panggilnya dengan suara lirih, keadaan yang gelap membuat ia tidak bisa melihat wajah pria yang sedang dipeluknya.

Menyadari ada yang berbeda dari harum parfum pria yang dipeluknya, Kalea segera melepaskan pelukannya dan pria yang dipeluknya itu juga langsung membalikkan tubuhnya.

"Revan!" seru Kalea begitu kaget saat tahu jika pria yang tidak sengaja dipeluknya adalah Revan.

"Kak Lea?" Revan sendiri kaget melihat Kakak sepupunya itu, apalagi ia sempat mendengar kalau tadi Kalea menyebut nama Kakaknya.

"Maafkan aku, aku-"

"Lea, Revan?"

Ucapan Kalea terputus tatkala mendengar suara berat pria yang begitu khas. Keduanya langsung menoleh dan kaget melihat Rajendra berdiri memandang tajam kearah mereka.

"Kak Rajendra, aku bisa jelaskan," kata Kalea tidak mau jika Kekasihnya itu salah paham.

Rajendra mengepalkan tangannya, tentu ia sangat cemburu melihat wanitanya dekat dengan pria lain. Meskipun Revan adalah adiknya, Rajendra begitu cemburu.

"Ikut aku," kata Rajendra menarik tangan Kalea dengan cukup kasar.

"Kak, bisakah jangan bersikap seperti itu? Tidak seharusnya Kakak meminta wanita datang ke taman sendirian seperti ini," tegur Revan.

Rajendra mengertakkan giginya begitu kuat, ia justru semakin kesal karena Revan mengatakan hal seperti itu. Ia memberikan lirikannya yang begitu tajam tapi tidak mengatakan apapun. Setelah itu ia segera pergi darisana dengan membawa Kalea bersamanya.

Revan menghela nafas panjang, ia tidak perlu repot berpikir, karena dari sikapnya saja ia tahu kalau Kakaknya memiliki hubungan dengan sepupunya.

"Terkadang cinta memang aneh," celetuk Revan seraya berlalu darisana.

Happy Reading.

TBC.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!