NovelToon NovelToon

Jerat Siluman Ular

Berpetualang ke hutan (Telah Revisi)

Syafira Andriani seorang gadis cantik jelita berambut hitam terurai, dengan bulu mata lentik serta tubuhnya yang ideal, di lengkapi sikap penyayang dan cinta alam membuatnya suka healing ke tempat-tempat yang berbau alam.

Saat ini Syafira tengah berada di naungan sebuah universitas terkemuka di tanah air.

Hari ini Syafira dan keempat temannya, yakni Jessi, Rakha, Kevin dan juga Vino berpetualang ke sebuah hutan lebat dan panjang yang terletak di belahan bumi yang agak jauh dari perkotaan.

Niat mereka ingin camping dan juga menjelajahi hutan di sertai berburu hewan-hewan. Alat-alat telah mereka siapkan, mulai dari pisau, senjata api, bahkan peralatan lainnya yang akan mereka gunakan untuk berburu.

Kebetulan saat ini mereka sedang libur semester, mereka akan memanfaatkan waktu libur ini untuk berpetualang di dalam sebuah hutan.

Kelima sahabat itu selalu bersama selama ini, mereka berkawan sejak masih kecil dan sampai saat ini mereka tetap bersama, baik suka maupun duka.

Dengan beramai-ramai mereka berjalan mencari tempat yang tepat untuk membuat tenda di dalam sebuah hutan lebat tersebut.

Syafira menghentikan langkah, meletakkan tasnya di tanah."Kayaknya tempat ini cocok deh buat bikin tenda, selain tempatnya yang lapang, gak jauh dari sini ada air terjun, kita akan mudah nyari air kalau bikin tenda di sini."

"Boleh juga, aku juga mager jalan jauh cuman mau nyari air, lebih baik kita bikin tenda di sini aja." Sahut Jessi sependapat dengan Syafira.

Tempat yang menjadi titik pemberhentian sangat strategis, selain lapang jauh dari bebatuan, tempat itu juga di naungi pepohonan yang menghalangi teriknya sinar matahari yang menusuk bumi, serta tak jauh dari lokasi titik air terjun berada.

"Nah kalau seperti itu cepatlah kalian buat tendanya." Suruh Syafira pada Rakha, Kevin, dan juga Vino yang bergender laki-laki.

"Enak banget ya main-main nyuruh-nyuruh orang." Celetuk Kevin pada kedua gadis yang tidak mau susah sama sekali.

"Kan ada kamu, kamu kan baik." Dengan kompak dan di iringi senyuman manis kedua gadis itu menatap Kevin yang wajahnya di tekuk.

"Iya-iya, aku sama yang lain yang akan bikin tenda, kalian diem aja." Pasrah Kevin hanya bisa menuruti kedua wanita itu.

"Terima kaaaasih monyet, engkaulah sahabat terbaik aku." Ujar Jessi dengan penuh kemenangan serta ekspresinya amat menjiwai.

"Sekate-kate kamu memang." Celetuk Kevin yang kesal karena di katain monyet.

Jessi tertawa puas, ia sangat suka melihat orang lain tertekan, apalagi Kevin, musuh bebuyutannya mulai dari zaman batu cair hingga batu keras.

"Ayo syaf, kita ke air terjun itu." Ajak Jessi yang di balas anggukan Syafira.

Dou wanita itu berlari mendekati air terjun, suara air yang jatuh terdengar di telinga mereka.

Jarak antara air terjun itu dengan tempat tenda mereka berdiri begitu dekat, tak terlalu jauh sehingga suara air yang berjatuhan terdengar dari posisi mereka berdiri.

"Eh tunggu dulu." Teriak Rakha.

Jessi dan Syafira menghentikan langkah, lalu berbalik menatap mereka semua dengan bertanda tanya.

"Ada apa lagi, kita mau ke air terjun, kalian yang bikin tenda." Ujar Jessi tak sabar untuk melihat air terjun yang suara airnya seperti menghipnotisnya.

"Kamu jangan larang kami, kami cuman pergi ke sana doang kok." Tambah Syafira.

"Kalian boleh ke sana, tapi hati-hati, ingat di sini hutan, pasti ada banyak hewan buas. Kalian jangan main jalan aja, liat kanan dan kiri, karena hewan buas bisa aja sembunyi." Perintah Rakha memikirkan mereka, khawatir ada sesuatu yang terjadi pada mereka berdua.

Di sini kedua wanita itu menjadi tanggung jawab Rakha, Kevin, dan juga Vino. Mereka bertanggung jawab penuh tentang apa yang akan terjadi pada Jessi dan Syafira. Mereka harus memperhatikan betul apa yang Jessi dan Syafira lakukan sehingga tidak akan terjadi sebuah kecelakaan atau sesuatu yang membuat mereka berdua terluka.

"Owh kalau itu mah pasti, kamu gak usah khawatir. Ayo syaf, kita ke sana." Ajak Jessi dengan penuh semangat.

Syafira mengangguk menerima ajakan Jessi dengan senang hati, mereka berdua berlari mendekati air terjun yang menjadi tujuan.

Ketiga pemuda itu hanya menatapi punggung mereka yang berlari dan pelan-pelan mulai menghilang lantaran jarak yang menghalangi.

"Kok aku jadi khawatir sama mereka berdua ya, gimana kalau ada sesuatu sama mereka, kita yang akan kena omel sama ibu mereka." Walau berusaha untuk di sembunyikan rasa khawatir itu tetap terasa di diri Rakha.

"Sana kamu ikutin mereka, biar aku sama Kevin yang akan dirikan tenda. Kamu jaga dua wanita itu, pastikan mereka baik-baik saja." Perintah Vino, itu ia lakukan agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan terhadap Jessi maupun Syafira.

"Baiklah aku akan susul mereka, kalian buat tenda aja, nanti kalau ada kesulitan panggil aku aja." Suruh Rakha.

"Hmmmm." Mereka berdua membalas dengan dehaman.

Rakha berjalan menyusul kedua wanita liar yang tidak bisa diam. Sementara Kevin dan Vino mulai membuat tenda untuk di jadikan tempat istirahat mereka malam ini.

Mereka berniat akan camping di sana selama kurun waktu 1 Minggu. Mereka sepakat mengambil keputusan untuk melakukan petualangan di sebuah hutan yang jauh dari perkotaan agar pikiran mereka lebih jernih.

Mereka juga butuh rekreasi agar menenangkan pikiran yang selama ini selalu bertemu dengan buku dan buku.

Jessi dan Syafira terus berlari mencari suara air terjun yang semakin lama semakin terdengar nyaring. Rintik-rintik air yang berjatuhan terus terdengar di telinga mereka dan itu berhasil membuat mereka begitu bersemangat.

"Lebih cepat lagi Jessi, sepertinya sebentar lagi kita akan bertemu dengan air terjun itu" teriak Syafira dengan girang.

"Iya, kita harus lebih cepat lagi, aku sudah tidak sabar buat main air." Sahut Jessi dengan penuh semangat.

Kaki mereka terus berlari tanpa henti, tiba-tiba langkah mereka terhenti di sebuah air terjun yang begitu menawan.

Air yang jernih langsung berhasil membuat mata mereka melotot sempurna.

"Wow, benar-benar menakjubkan, gak salah aku pilih hutan ini untuk kita jelajahi." Terpanah Jessi melihat air terjun yang begitu keren di matanya, airnya masih jernih dan tidak ternodai sama sampah rumah tangga seperti di sungai-sungai yang ada di kota.

Syafira mengambil nafas segar, hanya di tempat ini ia bisa menghirup nafas sesegar itu. Jika di kota yang ia temui selama ini hanyalah polusi yang tiada henti.

"Syafira liat air danaunya jernih banget, ayo kita lompat, biarkan aja mereka yang bikin tenda." Ajak Jessi tergiur untuk mandi di sana.

"Tapi Jessi ini tinggi banget, aku takut." Tutur Syafira.

Posisi mereka berada di ketinggian, untuk sampai ke bawah yang lebih dekat dengan danau kecil, mereka harus turun dengan hati-hati karena medannya juga menantang adrenalin.

"Apa yang kamu takutin, kita gak akan terluka kok, orang kita jatuhnya ke air bukan ke batu." Jessi meyakinkan Syafira agar mau melompat ke danau itu bersamanya dan menikmati wahana gratis.

"Tapi Jessi......"

Syafira tampak ragu untuk melompat dari ketinggian, ia takut cedera walaupun Jessi sudah meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Udah kamu gak usah takut, ada aku di sini."

Syafira menghembuskan nafas, sebenarnya ia takut, namun ia akan memberanikan diri untuk terjun dari sana.

"Ayo kita lompat bareng-bareng, satu, dua tigaaaa...." Ujar Jessi menghitung angka.

Menantangnya (Telah Revisi)

"Eeeh mau kemana?" Rakha langsung datang dan menarik kerah baju mereka yang akan berniat melompat dari ketinggian.

Usaha mereka yang berniat akan melompat dari ketinggian terhenti. Kedatangan laki-laki yang kerap di sapa Rakha menghancurkan niat mereka.

"Iih kamu ngapain sih, pake ke sini segala, emang kamu udah bikin tenda." Jessi langsung mengomel saat rencananya yang akan melompat dari ketinggian di hentikan Rakha.

"Vino sama Kevin yang buat, mereka minta aku nyusul kalian." Jawab Rakha.

"Ngapain? Kita gak akan hilang kok, orang kita mau ke sini, kita kan udah pamit tadi." Raut wajah Jessi merungut, keberadaan Rakha bisa menghambat segalanya.

"Kalian memang udah pamit, kalian juga bilang akan kemari, tapi aku sama yang lain itu takut ada apa-apa sama kalian, kalau seandainya aku gak nyusul kalian. Aku yakin kalian pasti akan nyemplung ke bawah. Bagaimana kalau ternyata kalian jatuh ke batu dan cedera, siapa yang akan nolongin kalian hah!" Rakha memarahi tindakan mereka yang terbilang cukup membahayakan.

Terkesan sepele tapi kalau sudah terjadi dan ada dampak negatif di balik itu semua penyesalan adalah titik akhirnya.

"Rakha, buka mata kamu, liat ke bawah, apa yang ada di bawah, air bukan?"

"Kalau batu aku sama Syafira gak mungkin lompat. Aku gak gila Rakha, aku masih waras, ras, ras!" Bantah Jessi tak habis pikir dengan jalan otak Rakha.

"Iya aku tau kalau di bawah air, tapi kita ini masih baru di sini, kalian jangan berulah dulu. Kita masih belum tau seluk beluk tentang air terjun ini." Rakha melarang keras mereka berdua untuk mandi di sana.

Keduanya mengerucutkan bibir, Rakha benar-benar telah membuat mereka berdua tak bebas.

"Iya kita gak akan lompat kok." Mengalah Syafira biar persoalan ini tidak semakin panjang.

"Ini semua gara-gara kamu, kalau kamu gak datang semuanya gak kacau kayak gini." Jessi emosi berat pada Rakha.

"Aku itu mikirin keselamatan kalian aja, gak lebih kok." Ujar Rakha tak mau di salahkan.

Jessi tak menggubris, wajahnya jutek, benar-benar kesal dengan sahabat karibnya itu.

Rakha hanya menghela nafas, berkelahi dengan Jessi tak akan bisa menang walau sekeras apapun dia berusaha.

Salah atau benar yang namanya wanita selalu benar. Tak mungkin ada wanita yang mau di salahkan.

"Kalau kalian mau turun, turun ke bawah dengan baik-baik, jangan lompat bahaya, nanti kalau ada apa-apa sama kalian, aku yang repot." Tutur Rakha.

Tanpa menjawab Jessi turun ke bawah melewati tangga yang berada di dekat batu, tangga itu licin harus hati-hati biar tidak kepeleset.

Rakha mengikuti dua wanita itu ke bawah, mereka langsung mendekati air danau yang jernih dan benar-benar seger. Tak ada sampah plastik sama sekali, tempat itu masih terjaga dari noda yang di ciptakan manusia yang tidak disiplin dan tidak cinta pada alam.

"Dingin banget airnya." Ucap Jessi mencemplungkan tangannya ke dalam air danau yang jernih.

"Aku pengen mandi tau, pengen renang di danau ini, aku yakin danau ini gak dalam, ukurannya juga gak besar, gak mungkin dalam." Imbuh Jessi.

Jessi melirik ke arah Rakha yang berdiri di belakang."Jangan larang-larang aku lagi, kalau kau masih maua larang aku terus, lama-lama aku geprek kau ya!"

Tatapan tajam Jessi keluar, Rakha yang di tatap setajam itu menelan pil pahit.

"Siapa juga yang mau larang kamu, kalau kamu mau mandi silahkan. Gak mungkin kamu tenggelam hanya karena mandi di danau kecil itu" Sahut Rakha.

"Ayo fir kita mandi, biarkan Rakha yang jadi satpam." Ajak Jessi power full.

"Kamu aja dulu, liat apakah air danaunya dangkal atau enggak." Syafira masih takut untuk masuk ke dalam danau. Walaupun ukuran danau itu kecil, ia hanya khawatir jika ternyata danau itu dalam dan akan membuatnya tenggelam.

"Oke aku dulu yang nyebur, tapi ingat habis ini harus kamu." Jessi melepas sepatunya, tidak mungkin baginya mandi dengan menggunakan sepatu.

"Iya, aku pasti akan ikut juga kok, kamu gak perlu khawatir, sekarang kamu duluan aja, kalau aman aku akan ikut juga." Setuju Syafira.

Jessi berjalan masuk ke dalam danau, ia berdiri di tengah-tengah danau."Dangkal, liat aku gak tenggelam, airnya cuman sampai dada, kamu gak perlu khawatir lagi, danau ini gak sedalam danau Toba."

Syafira tampak ragu, meski melihat Jessi tidak tenggelam dengan mata kepalanya sendiri namun terbesit rasa ragu di hatinya.

"Ayo sekarang giliran kamu, kamu gak usah takut fir, kamu gak akan tenggelam kok. Ada Rakha yang akan nyelamatin kamu kalau sampai kamu tenggelam." Jessi meyakinkan Syafira yang masih ragu.

"Kamu gak usah takut fir, ada aku di sini, aku berani jamin gak bakal ada apa-apa sama kamu kok. Kalau nanti kamu tenggelam, aku yang akan nyelamatin kamu." Sambung Rakha.

Syafira memberanikan diri untuk menyusul Jessi yang tengah berenang-renang di danau itu layaknya Dugong.

Kala kaki Syafira masuk ke dalam air ia merasakan air itu begitu dingin dan segar, ia bermain air di sana.

Syafira tidak terlalu masuk ke dalam danau, ia masih takut tenggelam. Sementara Jessi terus menerus berenang dari ujung ke ujung dengan senyum yang tak kunjung pudar.

"Apa aku bilang kan di sini itu dangkal, danaunya gak dalam, kamu aja yang penakut." Ejek Jessi.

"Aku kan cuma takut, kamu tau kalau aku gak pinter renang, kalau semisal aku tenggelam gimana " Timpal Syafira membela diri.

"Ada aku kan di sini, gak akan aku biarkan kamu tenggelam." Jessi bermain air dengan senang, sudah lama ia ingin mendatangi tempat ini namun baru kali ini hajatnya tersampaikan.

Syafira tak berani mendekati Jessi yang berada di tengah-tengah danau, ia hanya bermain air di pinggir.

"Enak banget ya mandi tanpa ada niatan buat bantuin kita." Ujar seseorang sambil berkacak pinggang.

Pandangan mereka bertiga menatap ke arah Kevin dan Vino yang berada di atas melihat mereka yang berenang di bawah.

Senyum sumringah terukir di wajah Jessi."Kan udah ada kamu, ngapain kita masih bantu lagi, kamu kan yang paling baaaaik."

Wajah Kevin benar-benar betek, di puji tidak akan bisa menghilangkan rasa letih saat mendirikan tenda.

"Enak banget mandi gak nunggu kita, minggir aku mau lompat." Suruh Kevin.

"Emang kamu berani." Jessi meragukan Kevin.

"Beranilah, akan aku buktikan kalau aku berani lompat ke bawah." Jawab Kevin.

"Coba buktiin, kalau kamu emang berani, karena ucapan doang itu gak guna, kita itu butuh bukti, kalau cuman omong kosong, udah basi." Balas Jessi.

"Oke aku akan buktiin, pegangin hp ku, simpan baik-baik, jangan sampai basah." Kevin menyodorkan sebuah benda pipih pada Vino.

Vino dengan wajah datar mengambil hp Kevin. Kevin membuka sepatu kemudian melompat ke bawah.

Byuuuurrrrr!

Air danau itu sempat muncrat ke wajah Syafira yang berada di tepi danau.

"Gimana, kamu masih gak percaya?" Dengan tubuh yang sudah basah kuyup Kevin bertanya pada gadis yang sedari tadi menantangnya.

"Heleh, baru lompat segitu aja bangga." Ketus Jessi.

"Emang masalah buat lo." Sahut Kevin dengan bangganya.

"Udah ah jangan berantem terus, kalian ini mulai awal kita nyampe ke sini berantem aja terus, gak ada capek-capeknya apa" mumet Syafira mendengar perdebatan mereka terus menerus.

Misteri makhluk pengintai (Telah Revisi)

"Dari pada kalian berantem terus, mending kita mandi, puas-puasin kita nikmatin wahana gratis di sini, mumpung masih liburan semester." Lerai Vino.

"Betul itu, dari pada berantem mending kita mandi aja di sini dan juga tangkap ikan. Ingat kita datang kemari untuk berburu, kita gak bawa banyak makanan, otomatis kita harus cari makanan tersendiri di hutan ini." Tambah Rakha.

"Aku setuju, liat di sini banyak ikan, kita tangkap aja, buat nanti makan malam, aku yakin ikan-ikan di sini bisa kita jadikan lauk selama kita berada di hutan." Setuju Syafira.

"Oke, itu mah gampang, biar aku yang tangkap ikannya." Jawab Jessi.

"Begini aja, kita buat challenge siapa yang bisa tangkap ikan paling banyak, dia gak usah capek-capek nyari kayu bakar, gimana kalian setuju gak?" Vino meminta persetujuan mereka.

"Setuju." Sahut mereka kompak.

"Sekarang kita tangkap ikan sebanyak-banyaknya, buat kita bakar nanti malam." Ajak Kevin.

Mereka semua berburu ikan di danau yang ukurannya sedang dan ada banyak pula yang besar. Ikan-ikan berkembang biak tanpa bantuan manusia.

Tak ada manusia di hutan sehingga ikan-ikan bisa hidup dengan baik tanpa takut di buru manusia. Sambil bermain air mereka juga tidak lupa menangkap ikan.

Syafira dengan pelan-pelan mendekati ikan yang ukurannya cukup besar, dengan tangan kosong Syafira berusaha untuk menangkap ikan itu.

"Yeey aku dapat." Teriak Syafira gembira kala mendapatkan ikan pertama yang ukurannya cukup besar.

Seketika semua mata tertuju pada Syafira yang bersorak gembira karena mendapatkan ikan untuk pertama kali.

"Kok kamu cepet banget sih dapatnya." Tak terima Kevin lantaran bukan dia duluan yang pertama kali mendapatkan ikan.

"Aku kan memang hebat, gak heran kalau aku dapat duluan." Jawab Syafira.

"Tarok sini fir." Rakha memberikan keranjang berbentuk persegi yang ada tutupnya.

Syafira langsung memasukkan ikan hasil tangkapannya ke dalam keranjang kayu tersebut.

"Mana nih tadi yang bilang nangkap ikan gampang." Sindir Syafira.

"Akan aku buktiin kalau aku bisa tangkap ikan juga." Jessi merasa terbakar dengan sindiran singkat yang Syafira layangkan.

Syafira tergelak puas melihat Jessi yang memanas dengan sindirannya, ia kemudian kembali menangkap ikan karena baru satu yang berhasil di tangkap oleh mereka semua.

Saat Syafira berjalan tiba-tiba matanya melihat sesuatu. Syafira menemukan ikan yang terjebak di batu, ukuran ikan itu lebih besar dari pada ikan yang tadi ia tangkap, dengan cepat ia menangkapnya sebelum ikan itu keburu kabur.

"Liat aku dapat lagi, kalian mana nih, kok gak dapat-dapat." Ejek Syafira dengan mengangkat ikan yang berhasil ia tangkap.

"Ih kok kamu terus sih yang dapat, kenapa aku gak dapat-dapat sejak tadi, ikannya kok malah kabur kalau liat aku." Sebal Jessi yang tak kunjung mendapatkan ikan padahal ia sudah berusaha untuk menangkapnya berulang-ulang kali.

"Gimana ikannya gak kabur, muka kamu aja kayak nenek lampir." Tutur Kevin mengejek Jessi.

Mereka semua tergelak melihat ekspresi Jessi yang tertekan.

Jessi memukul air dan muncrat ke wajah Kevin."Iih kamu ngeselin banget sih dari tadi, kamu punya dendam apa sama aku, kenapa hari ini ngeselin banget!"

"Aku gak ngeselin Jessi, kamu aja yang sensi seharian ini." Timpal Kevin.

"Gak, aku gak akan marah-marah kayak gini kalau bukan kamu yang mulai duluan, kamu biang keroknya, sumpah pengen ku cakar aja wajah mu itu." Jessi geram ingin mencakar habis wajah Kevin yang membuatnya terus-menerus kesal.

Kevin tergelak, mendapatkan kepuasan tersendiri karena berhasil mengganggu Jessi seharian ini.

Jessi yang kesal menghujani tubuh Kevin dengan air, ia benci di tertawakan oleh iblis neraka itu.

Di saat mereka tengah tertawa renyah dan terlihat begitu bahagia, di sebelah barat dekat dengan jatuhnya air terjun ada sebuah gelembung-gelembung kecil

Dua bola mata menatap tajam ke arah mereka berlima dari kejauhan. Mereka tak ada yang menyadari bahwa ada makhluk lain yang berada di lokasi yang sama dengan mereka.

Tatapan tajam makhluk itu begitu sinis, lalu pergi tanpa bekas.

Mereka dengan senang bermain air sambil menangkap ikan, saking senangnya mereka sampai lupa waktu, mereka tidak sadar bahwa langit sudah berganti warna menjadi jingga.

"Udah sore nih, ikannya juga udah banyak, ayo kita balik ke tenda, sebelum makin gelap." Ajak Vino.

Mereka setuju lalu naik kembali ke atas dan melanjutkan perjalanan ke tenda.

Hari ini semuanya terlewati dengan tawa dan canda, tak ada masalah yang mereka hadapi, semuanya berjalan dengan apa yang mereka inginkan.

Tubuh mereka basah kuyup, mereka mengganti dengan pakaian yang sudah mereka bawa di dalam tas.

Kini langit sudah gelap sempurna, sudah tak ada lagi sinar matahari yang menyinari bumi, kegelapan itu tengah menyatu di dalam hutan.

Mereka menghidupkan api unggun sebagai penerangan, pengganti lampu.

"Eh geis kayunya kurang nih, salah satu di antara kalian sana cari kayu, sebelum api unggunnya mati." Perintah Vino.

Kevin melirik ke arah Jessi."Sana kamu cari kayu jes, dari tadi pagi kamu gak ngapa-ngapain, sekarang giliran kamu buat kerja, enak aja kamu main duduk manis bak ratu kencana."

"Kenapa harus aku coba, kan masih ada Syafira, dia juga gak ngapa-ngapain sejak tadi, kenapa malah aku yang kamu suruh." Merasa tak adil menurut Jessi.

"Kamu gak lihat Fira lagi apa hah!" Tutur Kevin.

Jessi melihat Syafira sedang membuat bumbu ikan bakar yang akan mereka panggang, sementara Rakha membersihkan sisik-sisik dari tubuh ikan.

"Kevin aku takut, kamu aja napa, kamu kan sapidermen." Dengan mengedipkan bola mata Jessi berusaha untuk menaklukkan hati pria yang duduk di sampingnya, sehingga ia tidak usah capek-capek cari kayu bakar.

"Enggak, aku gak mau, harus kamu yang cari kayu bakar, kalau kamu gak mau, gak usah makan. Enak aja dari tadi main nyuruh-nyuruh orang, aku gak akan ketipu lagi sama kamu." Tolak Kevin.

Jessi mengerucutkan bibir."Ya udah deh, aku yang cari, emang dasar gak guna, pria macam apa kamu itu."

"Bodo, aku gak peduli lagi, aku gak mau termakan rayuan maut mu itu." Kevin tidak peduli dengan ragam kata-kata yang keluar dari bibir Jessi.

Jessi tak menggubris perkataan Kevin, ia berjalan mencari kayu bakar di tengah gelapnya malam yang semakin mencekam.

"Iih kenapa harus aku coba yang di suruh nyari kayu bakar, nyesel deh tadi bukan aku yang pilih bikin bumbu. Kalau tadi aku milih bikin bumbu, aku gak mungkin di suruh nyari kayu bakar di hutan gelap ini." Jessi melirik ke kanan dan kiri yang benar-benar gelap.

Seketika Jessi merasakan hawa tak nyaman dan membuat bulu kuduknya bangkit semua.

"Ya ampun kenapa suasana seketika berubah draktis kayak gini, apa aku salah ngomong ya. Aduh aku terjebak dengan omongan ku sendiri, aku harus cepat-cepat cari kayu bakar dan kembali ke tenda lagi."

Jessi dengan secepat kilat mengumpulkan kayu bakar, dalam waktu yang terbilang singkat Jessi sudah berhasil mengumpulkan kayu bakar dalam jumlah banyak, lalu kemudian kembali ke tenda.

Jessi menjatuhkan kayu bakar itu tepat di depan Kevin.

"Makan itu." Tutur Jessi.

"Wih gila berhasil juga nyari kayunya, aku kira kamu akan balik lagi dan minta tolong sama aku." Tak di sangka-sangka Kevin jika Jessi berhasil mengumpulkan kayu dalam waktu yang dapat di hitung dengan jari.

"Aku? minta tolong sama kamu, puiih!"

"OGAH, aku gak mau minta tolong lagi sama orang macam kamu." Gengsi Jessi.

"Bagus deh kalau kayak gitu, aku bisa bebas tanpa di jadiin babu sama kamu terus." Kevin malah bahagia karena Jessi tidak akan memerintahnya yang bukan-bukan.

"Eh kalian berdua, jangan pada debat mulu, cepat bakar ikan-ikan ini, perut aku udah laper banget." Suruh Rakha.

"Iya-iya." Jawab mereka berdua.

Mereka semua membakar ikan hasil tangkapan tadi sore, setelah semua ikan matang, mereka menyantapnya dengan lahap, walaupun mereka berada di dalam hutan mereka tidak takut sama sekali, karena ini bukan kali pertama mereka camping di hutan.

Sehabis menyantap makanan yang sudah mereka bikin, mereka pun masuk ke dalam tenda. Jessi dan Syafira tidur dalam satu tenda, sementara Rakha, Kevin dan Vino tidur di dalam satu tenda juga.

Total tenda ada dua buah yang di dirikan, itu sudah cukup untuk mereka jadikan tempat menginap.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!