Seorang pemuda bernama Dude Adji, dia adalah pemuda berprestasi dalam bidang academic. Dia terlahir dari pasangan Ibu Nining dan Bapak Budi. Dia memang bukan berasal dari keluarga berada, bahkan lebih tepatnya orang yang kurang mampu.
Yang mana Bapak nya hanya seorang supir dikeluarga Wigunadi, dan sudah mengabdikan dirinya sejak masih muda dulu hingga sekarang. Sedangkan sang Ibu hanya seorang Ibu rumah tangga biasa, dan tidak memiliki penghasilan.
Tapi karena kecerdasan nya, Adji bisa meraih gelar sarjana karena kecerdasan nya itu. Bahkan dia bisa melanjutkan pendidikan nya menggunakan jalur beasiswa. Sekarang dia sedang melanjutkan S2 nya yang juga mendapatkan beasiswa.
Adji adalah anak tunggal, jadi apa-apa hanya sendiri. Karena alasan tertentu, Ibu Nining tidak bisa memiliki keturunan lagi. Biar begitu, mereka sangat bangga bisa memiliki Adji didalam hidup mereka berdua.
"Pak, Bapak sudah tua. Lebih baik Bapak istirahat saja dirumah, biar Adji yang menggantikan posisi Bapak menjadi supir. Adji tidak tega melihat Bapak yang seperti ini, sedang sakit masih harus bekerja" ucap Adji pada Bapak nya yang sedang bersiap untuk menuju kediaman Pak Wigunadi.
"Bapak masih kuat nak, bukankah kamu kuliah? Sayang jika harus izin terus, apa lagi berhenti. Itu semua kan adalah cita-cita dan impian kamu nak, Bapak masih bisa" jawab Pak Budi pada putra semata wayangnya.
"Adji bisa mengatur ulang jadwal kuliah Adji Pak, lagi pula, jika Adji tidak bisa lanjut juga tidak apa-apa Pak. Karena Adji hanya ingin melihat Bapak dan Ibu hanya diam saja dan tidak melakukan pekerjaan berat lagi. Selagi Adji bisa dan mampu, Adji akan melakukan nya. Jadi Bapak mau ya, dirumah saja? Biar Adji saja yang menggantikan Bapak" Adji bersekukuh untuk menggantikan Bapak nya menjadi seorang supir.
"Yo wes lah Pak, dengarkan apa kata putra kita. Dia itu tidak akan pernah mau mendengarkan, jika menurutnya itu adalah benar. Jadi biarkan saja, kita hanya tinggal bilang saja pada Tuan Wigunadi. Jika Bapak sudah tidak bisa bekerja lagi" ucap Ibu Nining pada suaminya.
"Iya Bu, iya. Bapak akan bilang pada beliau" ucap Pak Budi yang akhirnya mau jika dia tidak bekerja lagi.
"Ya sudah nak, lebih baik kamu segera bersiap, satu jam lagi biasanya Tuan Wigunadi akan berangkat kekantor. Jadi jangan sampai kamu terlambat datang kesana" ucap Pak Budi mengatakan nya pada Adji.
"Iya Pak, Adji akan bersiap-siap sekarang" jawab Adji yang segera masuk kedalam kamarnya.
"Ya Allah, semoga aku bisa dan kuat menjalani semua ini. Maafkan Adji Pak, Adji terpaksa berbohong pada Bapak. Adji tidak mau jika Bapak terus saja bekerja keras seperti ini, diusia Bapak yang sudah saatnya untuk istirahat. Maafkan Adji yang harus berhenti mengejar cita-cita Adji dan menguburnya. Maaf Pak, Bu" gumam Adji yang mengganti pakaian nya menjadi seragam supir yang selalu Bapak nya gunakan.
Adji meneteskan air matanya, karena harus mengubur semua impian nya untuk menjadi seorang pengusaha. Karena dia ingin berbakti pada kedua orang tuanya.
"Bismillah, semoga semuanya dilancarkan Ya Allah" ucap Adji yang langsung keluar dari kamar setelah dia rasa cukup dengan penampilan nya itu.
"Hati-hati nak, ingat, jangan ngebut-ngebut bawahan mobilnya" ucap Pak Budi mengingatkan putranya agar selalu berhati-hati.
"Ini bekal kesukaan kamu nak, Ibu sengaja menyiapkan ini semua untuk kamu. Dimakan ya setelah sampai nanti" ucap Ibu Nining memberikan kotak bekal pada Adji.
"Makasih Bu, Adji berangkat dulu ya Pak, Bu. Assalamualaikum" ucap Adji yang menerima bekal tersebut lalu dia berpamitan pada kedua orang tuanya.
"Wa'allaikumsalam" jawab Bapak dan Ibu nya yang menatap sedih pada punggung sang putra. Yang sebelumnya selalu bersemangat dalam melakukan apapun, sekarang terlihat seperti banyak beban dalam dirinya.
"Bu, apa keputusan kita benar membiarkan Adji menggantikan Bapak? Bapak merasa kasihan Bu, dia pasti akan kesulitan untuk membagi waktu kuliahnya. Apa lagi dia bilang, jika dia sudah bekerja didalam perusahaan besar. Apa mungkin dia menolak pekerjaan itu demi Bapak?" tanya Pak Budi pada istrinya.
"Siapa yang tidak kasihan pada anak kita itu Pak, Ibu juga sama. Tapi putra kita itu sangat keras kepala dan jika sudah memutuskan sesuatu, akan sulit untuk kita mencegahnya. Lebih baik kita berdo'a saja, supaya apa yang menjadi cita-cita putra kita segera terwujud. Kita percayakan semuanya pada Allah Ta'ala Pak" jawab Ibu Nining yang menenangkan suaminya.
Mereka berdua hanya bisa menghela nafasnya dan saling diam, mereka berdua memang sangat menyayangi putranya. Dan sangat ingin melihat putranya itu bahagia, tapi karena keterbatasan ekonimi, membuat mereka hanya bisa pasrah dan berdo'a yang terbaik untuk putranya itu.
.
Dilain sisi, lebih tepatnya didalam keluarga Wigunadi sedang melaksanakan sarapan bersama dan akan melakukan aktifitasnya masing-masing.
"Nak, apa kamu yakin ingin membantu Papa mengelola perusahaan?" tanya Papa Nadi pada putri tunggalnya.
"Iya Pa, aku ingin bisa melakukan sesuatu yang membuat Mama dan Papa bangga padaku. Juga aku tidak mungkin terus bersembunyi dari dunia" jawab Clarissa menggunakan bahasa isyaratnya.
"Baiklah, Papa dan Mama akan selalu mendukung apapun keputusan kamu sayang" ucap Papa Nadi yang mengusap kepala putrinya itu.
Mereka hanya mengangguk, saat akan bersiap dan berangkat mereka melihat jika yang menjadi supir mereka bukan Pak Budi lagi. Melainkan seorang pemuda tampan dan itu adalah putra dari supirnya sendiri.
"Adji? Kenapa kamu yang menggantikan Pak Budi? Apa beliau baik-baik saja?" tanya Papa Nadi yang bertanya pada Adji.
"Alhamdulilah Tuan, Bapak baik-baik saja. Beliau sudah tua dan biarkan saya yang menggantikan posisi Bapak saya menjadi supir anda" jawab Adji sambil menunduk dan dia sangat sopan mengatakan nya pada Papa Nadi.
"Apa kamu tidak kuliah? Bukankah kamu sedang melanjutkan pendidikan kamu?" tanya Papa Nadi saat sudah berada didalam mobil.
"Tidak Tuan, saya bisa melakukan nya nanti setelah bisa membagi waktu saya. Untuk saat ini saya ingin seperti sekarang dulu" jawab Adji yang masih terus mengemudi.
"Kamu adalah pemuda yang baik. Diluaran sana mana mungkin ada seorang pemuda yang seperti kamu ini. Disaat anak-anak seusia kamu berkumpul dan bersenang-senang, kamu malah sebaliknya. Tapi saya pribadi bangga pada kamu, Bapak kamu juga pasti bangga padamu" ucap Papa Nadi yang membuat Adji merasa jika dia ini masih bukan apa-apa jika dibandingkan dengan pengorbanan kedua orang tuanya. Terutama Bapak nya.
"Anda terlalu berlebihan Tuan, saya masih jauh dari kata itu" ucap Adji yang merendah pada Papa Nadi.
'Jadi dia ini adalah sarjana? Kenapa dia mau menjadi seorang supir dan itu karena menggantikan posisi Bapak nya sendiri? Apa dia ini pemuda yang bodoh, makanya dia tidak menggunakan ijazah nya sendiri untuk mencari pekerjaan? Dasar aneh' ucap Clarissa dalam hati dan dia masih saja diam juga tatapan datarnya.
Clarissa adalah gadis yang sangat angkuh juga sangat arrogant, jika dihadapan orang lain. Untung saja dia tidak bisa berbicara, jika bisa mungkin akan selalu marah-marah dan mengatakan kata-kata yang mungkin menyakiti perasaan orang lain.
Mobil yang dikendarai oleh Adji sudah sampai didepan perusahaan besar dan dia membukakan pintu mobil untuk kedua majikan nya.
"Nak Adji bisa masuk dan sekarang saya menjadikan kamu asisten pribadi putri saya. Untuk hari ini kamu hanya perlu mempelajari bahasa isyarat saja dulu. Karena selanjutnya kamu yang akan mendampinginya" ucap Papa Nadi pada Adji yang menunduk hormat pada mereka berdua.
"Pa, apa Papa tidak salah? Kenapa harus dia? Dia hanya seorang supir" tanya Clarissa yang menggunakan bahasa isyaratnya dan dia protes pada sang Papa.
"Karena Papa percaya padanya, sebaiknya kamu lihat dulu cara kerjanya seperti apa. Jangan dulu menolak, biarkan dia mempelajari bahasa isyarat kamu. Setelah dia mengerti baru dia akan selalu ada bersama dengan kamu" jawab Papa Nadi yang mengatakan nya dengan tegas pada Clarissa.
'Sial, kenapa juga aku harus bersama dengan anak supir ini. Tidak dulu, tidak sekarang. Papa selalu saja memberikan aku pilihan buntu' ucap Clarissa dalam hati dan dia menatap tajam pada Adji.
"Maaf Tuan, saya tidak bisa. Karena saya belum tentu mengerti dengan semua gerakan tangan dan jari yang begitu cepat. Maaf, bukan nya saya menolak permintaan anda Tuan, sekali lagi maafkan saya" ucap Adji yang membungkuk hormat dan dia tidak ingin jika semua ini membuatnya tertekan dan tidak nyaman.
'Tahu diri juga kamu. Lebih baik kau memang seperti itu dan jangan pernah berada didekatku' ucap Clarissa dalam hati yang tersenyum sinis kearah Adji.
"Kenapa nak? Apa kamu tidak enak pada Clarissa atau pada saya? Jangan sungkan, karena saya ingin melihat cara kerja kamu. Jika memang tepat dan cara kerja kamu bagus, maka saya akan memberikan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan juga gelar sarjana yang kamu miliki" tanya Papa Nadi yang mengatakan nya pada Adji.
"Baiklah Tuan, tapi saya tidak bisa berjanji akan bisa dengan cepat mempelajari semua ini" jawab Adji yang merasa sungkan jika terus menolak keinginan nya.
"Pa, kenapa? Ah, sudahlah" ucap Clarissa yang tidak melanjutkan lagi ucapan nya menggunakan jari-jarinya.
Clarissa langsung berjalan masuk kedalam ruangan kerja Papa Nadi. Sedangkan Adji hanya diam dan dia mencoba mengerti dengan semua gambar tangan dan cara menggerakan nya. Dia juga menggunakan ponselnya untuk mempelajari bahasa isyarat.
"Apa keputusan aku tidak salah Ya Allah? Karena aku melihat, jika Nona Clarissa tidak menyukai ku saat aku menerima tawaran ini" gumam Adji yang sudah sedikit memahami bahasa isyarat tersebut.
Dia terus berusaha untuk mempelajari bahasa isyarat tersebut hingga bisa dan hafal, supaya Clarissa tidak marah jika dia tidak mengerti apa yang dikatakan olehnya. Adji terus berusaha dan dia belajar lagi untuk mata kuliahnya yang dia tinggalkan.
"Ya Allah, kuatkan hamba untuk bisa menerima semua ini. Karena ini adalah keinginan hamba sendiri, jangan biarkan hati ini merasa menyesal dengan keputusan yang sudah hamba ambil. Jangan biarkan hamba menjadi manusia yang tamak Ya Allah" gumamnya lagi sambil menunduk dan mengusap air matanya yang tidak terasa menetes.
Dia kembali kedalam mobil, supaya tidak ada yang melihatnya menangis dan mempelajari semua ini. Karena hari ini dia hanya diminta mempelajari bahasa isyarat saja dan dia melakukan nya tanpa lelah.
Hingga menghabiskan waktu berjam-jam, dia sudah bisa dan hafal semuanya. Dia melihat jika sudah waktunya makan siang, dia membuka kotak bekal yang diberikan oleh Ibu nya.
"Makasih banyak Bu, ini adalah kesukaan aku" gumamnya yang melihat kotak bekal dengan telur dadar dan sayur capcay.
Baru akan menyuapkan makanan nya kedalam mulutnya. Mobil sudah diketuk lumayan keras, hingga dia terjingkat kaget dan menyimpan kembali makanan tersebut kedalam dashboard.
"Apa kau akan makan? Jika ingin makan, sebaiknya diluar mobil dan jangan seperti ini. Bau mobil ini oleh makanan mu itu" ucap Clarissa yang menggunakan bahasa isyarat tapi tatapan nya sangat tajam dan sinis pada Adji.
"Maaf Nona, saya tidak akan mengulanginya lagi. Apa anda ingin saya antar kemana?" ucap Adji yang bertanya pada Clarissa. Karena Clarissa mendengar dengan sempurna jadi, seseorang lah yang harus mengerti dirinya, bukan sebaliknya.
"Antarkan saya ke restaurant jepang dan yang paling enak. Saya tidak mau makan jika bukan makanan yang saya inginkan" jawabnya dengan menatap sinis pada Adji yang hanya mengangguk saja apa yang dikatakan oleh Clarissa.
Adji mengendarai mobilnya menuju restaurant yang diinginkan oleh Clarissa, dia hanya menunduk dan memesankan makanan untuk Clarissa. Setelah mendapatkan apa yang diinginkan oleh Clarissa, Adji keluar lagi untuk memakan makan siangnya juga. Walau sederhana, itu adalah makanan kesukaan nya dan buatan tangan sang Ibu untuknya.
Apa yang dilakukan oleh Adji memang sangat berbanding terbaik dengan apa yang dilakukan oleh Clarissa. Bagaimana tidak, walau Clarissa tidak dapat bicara. Dia selalu bersikap angkuh juga sangat arrogant pastinya.
Adji menghabiskan makan siangnya didalam mobil saja. Karena dia tidak ingin jika Nona Muda nya akan semakin marah padanya.
Setelah selesai, Adji membawa Clarissa menuju perusahaan lagi. Karena waktu makan siang sudah selesai, dengan begitu mereka berdua bisa menghabiskan waktu berdua saja. Karena urusan pekerjaan.
"Kau tunggu saja didalam mobil, jangan masuk kedalam" ucap Clarissa menggunakan bahasa isyarat.
"Baik Nona Muda, saya permisi sekarang" ucap Adji pada Clarissa.
Clarissa langsung masuk kedalam perusahaan Papa nya. Dia mengerjakan pekerjaan yang diberikan oleh Papa nya.
"Apa kamu bisa melakukan ini sendiri sayang?" tanya Papa Nadi yang melihat kearah Clarissa sedang sibuk.
"Lumayan Pa, semoga saja aku bisa Pa" jawab Clarissa menggunakan bahasa isyaratnya.
"Berusahalah nak, Papa akan membantu kamu. Jika butuh bantuan dan tidak tahu, kamu bisa bertanya pada Papa" ucap Papa Nadi sambil mengusap kepala Clarissa.
Clarissa hanya mengangguk dan dia segera mengerjakan pekerjaan nya. Membuat Papa Nadi merasa bangga akan putrinya itu.
'Ya Allah, semoga saja putriku bisa berbicara kembali. Dan melupakan traumanya terhadap berbicara pada semua orang, ini demi kebaikan nya juga' ucap Papa Nadi dalam hati saat menatap putrinya yang sedang bersibuk.
Papa Nadi segera masuk kedalam ruangan nya sendiri untuk mengerjakan pekerjaan nya yang tertunda, karena ingin melihat Clarissa bekerja dan tidak merasa kesulitan untuk mengerjakan nya.
.
Sedangkan didalam mobil, Adji sedang Melainkan ponselnya. Dia merasa jika ponselnya ini sudah cukup untuk dia bisa belajar dan melakukan apa yang dia bisa lakukan.
"Ya Allah, apa mungkin aku bisa menjadi orang besar dan memiliki perusahaan? Semoga saja bisa Ya Allah, karena Engkau pasti mendengarkan ucapan hambaMU yang mau berusaha" gumam Adji yang bergumam dan dia sedikit tersenyum.
"Bismillah, semoga saja memang bisa melakukan nya. Aku akan berusaha Pak, Bu" gumamnya lagi yang menatap ponselnya sambil menghela nafasnya.
Dia kembali keluar dari mobil dan bergabung dengan para supir perusahaan disana. Mereka merasa bingung akan adanya pria muda berada ditengah-tengah mereka.
"Kamu supir baru nak?" tanya salah seorang pria yang mungkin seumuran dengan Bapak nya.
"Iya Pak, saya baru. Dan ini pertama kalinya saya bekerja disini, lebih tepatnya untuk Tuan Wigunadi" jawab Adji yang menunduk sopan saat mengatakan nya pada mereka.
"Loh, apa Budi sudah tidak bekerja lagi pada Tuan Wigunadi?" tanya seorangnya lagi padanya Adji.
"Iya Pak, beliau sudah pensiun dan sekarang hanya dirumah saja" jawab Adji sopan pada mereka.
"Wah, kami jadi tidak bisa bertemu lagi dengan nya. Padahal dia belum tua-tua sekali, tapi dia memang sering mengeluhkan sakit pada pinggangnya. Jadi itu lebih baik untuknya" ucap seorang lagi.
Baru Adji akan mengatakan sesuatu padanya mereka. Tapi sekarang security menghampirinya dan memberitahukan, jika dia dipanggil untuk bertemu dengan Tuan Wigunadi sekarang juga.
Adji mau tidak mau meninggalkan mereka semua yang sedang berbicara. Adji sebenarnya merasa tidak enak ada mereka, karena ini adalah perintah langsung dari big Bos. Jadi, dia tidak bisa menolaknya.
TOK...
TOK...
TOK...
"Permisi Tuan, apa anda memanggil saya?" tanya Adji saat sudah masuk kedalam ruangan Tuan Wigunadi.
"Silahkan duduk Ji" ucap Tuan Wigunadi pada Adji.
"Terimakasih Tuan" jawab Adji yang segera duduk dihadapan Tuan Wigunadi.
"Apa benar, kamu kuliah mengambil jurusan bisnis? Jika iya, saya ingin tahu dan ingin melihat ijazah kamu. Besok kamu bawa kemari dan saya yang akan memeriksanya langsung" ucap Tuan Wigunadi menatap Adji yang selalu menunduk dihadapan semua orang.
"Bisa Tuan. Tapi setelah itu apa yang akan saya lakukan setelah anda melihatnya? Maaf, jika saya lancang menanyakan ini pada anda" jawab Adji. Dia juga balik bertanya pada Tuan Wigunadi.
"Kamu bawa saja semuanya perlengkapan dan juga lamaran kerja kamu. Dengan begitu kamu bisa melanjutkan pendidikan kamu sambil bekerja disini. Jadi, apa kamu faham dengan semua yang saya katakan ini Ji?" tanya Tuan Wigunadi lagi pada Adji.
"Insya Allah Tuan. Tapi, jika saya bekerja dilantor. Apa anda akan mempekerjakan Bapak saya? Jika iya, saya lebih baik memilih menjadi supir anda saja Tuan. Karena anda sudah tahu, jika saya mau melakukan apa saja untuk kedua orang tua saya" jawab Adji yang masih menunduk dan sekarang memberanikan diri untuk menatap kearah Tuan Wigunadi.
"Awalnya saya memang berencana akan melakukan apa yang kamu katakan. Tapi setelah mendengar jawaban kamu, saya jadi tidak bisa menawarkan itu pada kamu. Jadi kau fikirkan saja dulu, apa yang saya tawarkan pada kamu" ucap Tuan Wigunadi yang membuat Adji mengepalkan tangan nya hingga buku-buku jarinya memutih.
"Maaf Tuan, saya langsung menolak saja tawaran anda. Karena saya tidak mau membuat beliau merasa terbebani dan tidak bisa beristirahat. Sekali lagi maafkan saya Tuan, maaf" ucap Adji yang langsung menolak tawaran Tuan Wigunadi. Tanpa memikirkan nya dulu.
"Baiklah nak, saya menerima keputusan yang kamu katakan tadi. Tapi jika kamu berubah fikiran, saya akan selalu siap untuk membantu anda" ucap Tuan Wigunadi yang menghela nafasnya pelan dan beliau masih ingin jika Adji mau bekerja diperusahaan ini.
Dengan begitu, dia bisa merasa lebih tenang. Karena sudah ada yang membantu semua pekerjaan nya. Apa lagi jika Adji mau bekerja juga.
"Jika tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, saya permisi Tuan" ucap Adji yang insurance diri dari hadapan Tuan Wigunadi.
"Baiklah, kamu jangan jauh-jauh Ji. Karena Clarissa, mungkin saja akan membututuhkan kamu nanti" ucap Tuan Wigunadi yang merasa dia merasakan sesuatu nantinya.
Adji langsung mengundurkan diri. Dia segera keluar dan sekarang sudah berada didepan ruangan Clarissa. Bahkan tidak ada sekertarisnya duduk didepan meja dan kursi saja.
"Apa ini sudah tidak bisa digunakan lagi?" tanya Adji pada dirinya sendiri saat melihat komputer dihadapan nya sekarang.
"Jangan, lebih baik aku diam dan mengerjakan nya di ponsel saja" gumam Adji lagi. Yang mulai mengeluarkan ponselnya.
Baru akan mengerjakan tugasnya. Clarissa malah keluar dan meminta tolong padanya untuk mengkopi beberapa berkas menjadi rangkap dua semua. Jadi Adji menunda ponselnya diatas meja. Tanpa disadari oleh Adji, Clarissa menatap kearah Adji yang sedang menatap kearah ponselnya.
"Kamu potokopi semuanya dengan benar dan harus rangkap dua. Jika kurang, kamu yang akan mendapatkan nya" ucap Clarissa yang menggunakan tangan nya dan juga memberikan beberapa berkas pada Adji.
"Baik Nona. Apa ada lagi?" tanya Adji yang melihat Clarissa menggelengkan kepalanya pada Adji.
Adji segera pergi dari sana dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Clarissa. Setelah menunggu beberapa saat, berkas yang sudah dikopi oleh Adji akan diberikan pada Clarissa.
Adji mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Clarissa padanya. Walau merasa jika dirinya sangat direndahkan oleh Clarissa, tapi tetap saja dia melakukan nya dengan senang hati dan dia saja mengerjakan nya, tanpa protes maupun membantah perintah dari Clarissa.
"Apa kamu pegawai baru Mas?" tanya seorang wanita yang juga sedang mempotokopi berkas-berkas ditangan nya.
"Iya mbak, maaf saya duluan. Permisi" ucap Adji yang segera pamit setelah selesai mempotokopi berkas yang diperintahkan oleh Clarissa.
"Oh, iya Mas. Silahkan" jawabnya yang mempersilahkan Adji pergi.
Adji segera menuju ruangan Clarissa, dia terburu-buru. Karena Clarissa memintanya untuk cepat datang dan tidak boleh terlambat.
Saat memasuki ruangan, Clarissa sudah berdiri dan menatapnya nyalang. Clarissa sudah melipat kedua tangan nya didepan dada dan dia langsung mendekati Adji, tanpa kata lagi dia langsung memberikan tamparan keras untuknya.
PLAK....
Suara tamparan menggema didalam ruangan tersebut. Lalu merebut berkas yang ada ditangan Adji dengan kasar.
Adji hanya bisa diam dan menunduk sambil memegangi pipinya yang terasa kebas, akibat tamparan keras sari Clarissa.
"Apa kau sudah bosan bekerja walau ini belum genap satu hari? Jika iya, kau bisa langsung keluar dan mengundurkan diri sekarang juga. Saya paling tidak suka dengan pekerja yang lelet dan tidak bisa diandalkan!" tulis Clarissa sambil melemparkan berkas pada wajah Adji.
"Maaf" ucap Adji sambil mengepalkan tangan nya dengan sangat erat.
Dia mati-matian menahan emosinya yang diperlakukan sangat kasar dan juga sangat rendah oleh Clarissa. Apa lagi dia hanya terlambat beberapa detik saja, tapi perlakuan Clarissa sangat keterlaluan padanya.
"Ck, maaf kau bilang! Mudah sekali, sekarang kau keluar dan saya tidak mau jika harus bekerja dengan pemalas sepertimu itu" Clarissa yang menggunakan bahasa isyarat nya dan dia menunjuk kearah Adji untuk segera keluar dari ruangan nya.
"Dasar orang miskin tidak tahu diri! Tidak anak, tidak orang tuanya. Sama saja, penjilat dan ingin terlihat baik didepan Papa dan Mama ku saja!" Clarissa melanjutkan gerakan tangan nya dan malah terdengar menghina Adji juga kedua orang tuanya.
"Maaf Nona, saya memang orang miskin dan juga rendah dimata anda. Tapi jika anda menghina orang tua saya, saya tidak terima. Karena mereka sudah sangat berjasa pada saya, jika anda berfikiran seperti itu pada saya silahkan saja, tapi tangan pernah berani menghina kedua orang tua saya" ucap Adji yang memberanikan diri untuk mengatakan apa yang ada didalam hatinya sejak tadi.
"Saya tidak perduli. Sekarang kau keluar dari sini dan jangan pernah muncul dihadapan saya lagi!" Clarissa masih saja menghina, walau dia hanya menggunakan bahasa isyarat saja.
"Saya permisi Nona" ucap Adji yang segera keluar dari dalam ruangan Clarissa.
'Ya Allah kuatkan hamba, hamba hanya bisa berserah pada MU. Kuatkan hamba menghadapi ini semua' ucap Adji dalam hati dan dia segera pergi dari sana.
Saat sedang berjalan Adji bertemu dengan seseorang yang tadi menyapanya. Dia tidak mengatakan apa-apa, karena dia memang sedang terburu-buru. Dia ingin melampiaskan kemarahan nya yang sudah membumbung tinggi.
Adji segera pergi dari perusahaan dan sebelum itu dia sudah menyerahkan kunci mobil Tuan Wigunadi. Dia tidak ingin jika dia disangka penjilat oleh Clarissa dan hanya mementingkan dirinya sendiri.
"Maafkan Adji Pak, Adji tidak bisa bertahan dengan semua sikap Nona Clarissa seperti yang dikatakan oleh Bapak, maafkan Adji Pak, maaf" gumam Adji saat sudah berada didalam bus untuk pulang kerumahnya.
Ponselnya berdering dan menampilkan nama Tuan Nadi, dia segera mengangkatnya.
"Iya Tuan, ada yang bisa saya bantu?" ucap Adji saat sudah mengangkat panggilan dari Tuan Nadi.
"Kamu dimana sekarang? Kenapa kamu langsung pergi tanpa mengatakan sesuatu pada saya?" tanya Tuan Nadi yang mengatakan nya disebrang sana.
"Maaf Tuan, saya tidak bisa bekerja lagi pada anda atau pada Nona Muda. Saya hanya menuruti keinginan Nona Muda saja Tuan" jawab Adji saat Tuan Nadi bertanya seperti itu padanya.
"Kenapa, apa dia mengatakan kata-kata tidak pantasnya pada kamu nak? Apa dia menghina dan merendahkan kamu? Jika iya, saya minta maaf atas namanya, karena saya tidak tahu jika putri saya seperti itu padamu" ucap Tuan Nadi saat bertanya pada Adji lagi.
"Tidak Tuan, ini bukan karena itu. Saya hanya sedang ada yang harus dikerjakan dan saya juga sudah bilang pada Nona Muda. Tuan jangan meminta maaf padanya saya, karena ini bukan salah anda maupun Nona Muda. Ini atas dasar keinginan saya sendiri, jadi anda tidak perlu mengatakan seperti itu Tuan" ucap Adji menutupi apa yang terjadi sebenarnya.
"Apa benar semua yang kamu katakan nak? Apa kamu yakin tidak sedang berbohong pada saya? Saya tahu jika putri saya ini selalu bersikap tidak baik. Saya akan memintanya untuk meminta maaf langsung padamu. Jadi jangan membantah" ucap Tuan Nadi yang langsung memutuskan panggilan telpon nya.
"Huh, apa yang akan terjadi selanjutnya, jika masalah ini diperpanjang" gumam Adji sambil menghela nafasnya, lalu dia turun dari bus untuk pindah lagi menaiki kenyataan umum yang lain.
Adji sampai didepan rumahnya tepat pukul tiga siang. Dia segera masuk saat melihat ada mobil yang terparkir didepan rumahnya dan mobil yang sangat dia kenali.
"Assalamualaikum" ucap Adji saat memasuki rumahnya.
"Wa'allaikumsalam, kamu dari mana nak? Kenapa jam segini baru pulang?" tanya Ibu Nining pada putranya.
"Adji baru dari kampus Bu, Adji tadi mendapatkan telpon dari dosen Adji yang dulu. Makanya Adji pulangnya lama, maaf Bu" ucap Adji yang mencari alasan yang tepat untuk bisa membuat Ibunya percaya.
"Oh, yang sudah. Sekarang kau temui Tuan dan Nona Nadi, beliau sudah lama menunggu kamu" ucap Ibu Nining yang meminta Adji menemui dua orang yang menjadi tamunya.
"Baik Bu" jawab Adji dengan sangat sopan dan dia segera menghampiri Tuan Nadi dan Nona Clarissa.
"Maaf Tuan, Nona. Anda jadi lama menunggu" ucap Adji yang duduk dihadapan Tuan Nadi dan Nona Clarissa.
"Justru kami yang harus minta maaf padanya kamu Ji, karena sikap kasar dan arrogant Clarissa membuat kamu sakit hati dan mungkin kamu tidak bisa memaafkan nya" ucap Tuan Nadi yang menunduk mengatakan nya.
"Anda tidak perlu mengatakan itu pada saya Tuan. Karena memang saya yang salah, tidak bisa melakukan apa yang diperintahkan oleh Nona. Jangan merendahkan diri anda dihadapan saya yang hina ini Tuan" ucap Adji yang meminta Tuan Nadi jangan seperti itu padanya.
"Kau dengar sendiri Clarissa. Kau sudah sangat keterlaluan, kau membuat orang yang sudah banyak berjasa pada kita menjadi seperti ini. Seharusnya kau berfikir dulu sebelum menyakiti perasaan orang lain" ucap Tuan Nadi. Membuat Clarissa mengepalkan tangan nya dan dia menatap sinis juga semakin tidak suka pada Adji.
'Sial! gara-gara dia, aku dimarahi oleh Papa. Aku akan membuatmu menderita dan menolak untuk mau bekerja lagi padaku! Lihat saja nanti, akan ku buat hidupmu itu semakin sengsara' ucap Clarissa sambil menatap tajam dan mengepalkan tangan nya semakin erat, hingga buku-buku jarinya memutih.
Clarissa hanya diam saja dan tidak membantah apa yang dikatakan oleh Papa Nadi. Dia ingin sekali marah dan bahkan memaki Adji, tapi karena disana ada kedua orang tua Adji dan Papa Nadi.
"Anda jangan memarahi Nona Muda, Tuan. Karena Adji yang memang bersalah, jadi anda jangan memarahi Nona Muda" ucap Pak Budi pada Tuan Nadi.
"Anda jangan terlalu memanjakan nya Pak, dia sudah terlalu dimanjakan oleh saya dan istri saya. Jadi anda jangan memanjakan nya juga, dia akan semakin besar kepala, karena banyak yang membelanya" ucap Papa Nadi yang meminta Pak Budi tidak memanjakan putrinya.
"Aku tidak perduli. Jika Papa ingin membelanya silahkan saja, aku akan pulang" ucap Clarissa menggunakan bahasa isyarat nya, lalu pergi dari sana tanpa mengucapkan salam sama sekali.
Papa Nadi hanya diam dan merasa sangat malu akan sikap Clarissa yang sudah sangat keterlaluan. Bahkan pada orang yang lebih tua darinya saja, dia tidak ada sopan santun nya sama sekali.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!