"Jadi istri pengganti untukku, maka aku membantumu. Bagaimana?"
Duar..
Sudah seperti mendapatkan sambaran petir di malam hari. Deandra mematung mendengar ucapan dari majikannya itu. Deandra hanya seorang perawat yang di bayar cukup mahal untuk merawat istri Tuan Afkha yang sedang koma pasca melahirkan anak pertama mereka.
Namun hidup Deandra yang semakin kacau, ketika dia baru saja lulus kuliah dan malah harus di tinggalkan kedua orang tuanya karena sebuah kecelakaan. Hingga satu minggu kemudian, dia harus menanggung semua hutang Ayahnya dan Restaurant Ayahnya yang juga di sita oleh bank.
Nah, sisa dari hutang Ayahnya itu yang membuat Deandra terpaksa harus datang pada Afkha untuk meminjam uangnya dan akan di bayar dengan potong gaji setiap bulan. Namun ternyata jawaban Afkha malah membuatnya sangat terkejut.
Tangannya sudah bergetar, mendengar ucapan Afkha barusan, malah seperti bom waktu yang akan meledak seketika di depannya. "Maaf Tuan, apa maksud Tuan?"
Afkha menatap gadis di depannya dengan lekat. Sebenarnya dia juga tidak mau melakukan hal ini, namun semua ini karena permintaan orang tuanya. Karena mereka ingin bayi kecil itu tidak harus terus di asuh oleh pelayan.
Setidaknya bayi itu harus mempunyai sosok Ibu yang benar-benar merawatnya. Dan ketika melihat Deandra yang merawat anaknya ketika dia mempunyai waktu senggang untuk merawat istrinya itu, hati Afkha cukup tersentuh. Hingga akhirnya dia memutuskan hal ini.
"Aku ingin anakku mempunyai sosok seorang Ibu dari dia bayi. Dan kau tahu sendiri bagaimana keadaan istriku saat ini, aku hanya ingin kau menikah denganku dan jadi istri pengganti sampai istriku sembuh" jelas Afkha
Semakin di buat bingung Deandra dengan apa yang Afkha ucapkan barusan. Namun saat ini dia juga benar-benar sangat membutuhkan uang. Penagih hutang itu hanya memberinya waktu satu minggu. Karena Deandra yang terus mengulur waktu selama ini, mungkin membuat mereka jengah dan tidak lagi memberikan waktu yang lama untuknya. Sementara jumlahnya yang cukup banyak, apa Deandra akan mampu mendapatkannya dalam waktu dekat ini. Dia rasa tidak mungkin.
Apa aku harus menerima tawaran ini hanya demi terbebas dari hutang Ayah? Hati dan pikirannya sedang bertarung untuk memikirkan tentang keputusan yang akan Deandra ambil saat ini.
"Semua hutang Ayahmu akan aku lunasi dan Restaurant milik keluargamu yang telah di sita, juga bisa kembali ke tanganmu sebagai pemiliknya. Bagaimana?" tanya Afkha lagi dengan segala penawarannya yang cukup menggiurkan.
Deandra mendongak, menatap wajah Afkha yang selalu serius dengan bibir yang sedikit bergetar. Sekarang Deandra hanya perlu mengambil keputusan yang baik dan benar dalam hidupnya ini. Meski dia juga tidak tahu kedepannya akan seperti apa jika dia mengambil tawaran ini.
"Baiklah Tuan, saya mau menjadi istri pengganti" ucap Deandra dengan memejamkan matanya. Karena dia yakin setelah ini semuanya tidak akan sama lagi.
Afkha tersenyum puas, dia melemparkan sebuah map di atas meja depan Deandra. "Baca dan tanda tangani, sebagai perjanjian jika kau akan menuruti semuanya dan tidak akan membuat masalah selama menjadi istri pengganti untukku"
Tangan Deandra bergetar mengambil map coklat itu. Dia membukanya dan membaca semuanya. Tentang dirinya yang hanya sebatas pengganti istri pertama dan harus menuruti Afkha dalam hal apapun. Dan jika istri pertamanya telah sadar dan sembuh, maka pernikahan ini harus segera berakhir dan Afkha akan menceraikan Deandra dengan kompensasi yang cukup besar.
Entah, memang aku yang di untungkan atau bahkan sangat di rugikan?
Deandra mengambil pena di atas meja, mencoretkan tanda tangan di atas namanya di kertas itu. Lalu kembali mneyerahkan berkas itu pada Afkha.
"Bagus, bersiaplah karena pernikahan kita akan segera di laksanakan. Jangan berharap pernikahan yang mewah atau apapun itu, karena kita hanya akan menikah dengan sangat sederhana" ucap Afkha
Deandra mengangguk saja, dia juga tahu tentang itu. Karena tidak mungkin pernikahan ini akan di selenggarakan dengan mewah, sementara pernikahan ini saja hanya sebuah pernikahan di atas perjanjian.
Hidup memang tidak selamanya akan indah. Tidak semua rencana dan harapan akan terwujud dengan mudah. Namun tidak ada yang bisa melawan takdir Tuhan dan pilihan hidup yang telah kita pilih. Saat ini hanya perlu tetap menjalani hidup ini.
Masih seperti mimpi jika hari ini Deandra mendengar dengan jelas Afkha mengucapkan janji suci pernikahan atas nama dirinya. Pernikahan yang hanya berada di atas sebuah perjanjian. Namun Deandra tetap harus menuruti semuanya, karena sekarang dia sudah terbebas dari hutang Ayahnya.
Aku seperti menjual diriku sendiri hanya untuk uang. Hatinya yang sedang memaki dirinya sendiri. Namun pikirannya tetap membenarkan perbuatannya ini. Karena semuanya juga demi dirinya agar bisa terbebas dari hutang Ayahnya. Antara akal sehat dan hati nurani yang sedang berperang.
Pernikahan? Apa yang Deandra pikirkan tentang pernikahan adalah sebuah janji suci yang hanya akan dilakukan sekali dalam seumur hidup. Menyatunya dua insan yang saling mencintai. Namun semua pemikiran itu berubah, karena nyatanya pernikahan juga bisa terjadi hanya karena situasi dan paksaan dari keadaan. Seperti yang sedang di jalani oleh Deandra sendiri saat ini.
Semua bayangan tentang indahnya pernikahan bersama pria yang dia cintai. Hancur seketika, karena sekarang dirinya sudah menikah dengan pria kaya karena uang. Ya, memang karena uang Deandra menikah dengan Afkha. Dia tidak bisa memungkiri tentang hal itu.
Suara pintu yang terbuka membuat Deandra yang sedang menghapus make up di depan meja rias itu, menoleh ke arah pintu. Pernikahan yang benar-benar sederhana, hingga tidak ada sebuah resepsi seperti pernikahan pada umumnya.
Deandra langsung berdiri ketika melihat Ibu mertuanya yang masuk ke dalam kamar. Dia menunduk dan menyalami Ibu dengan sopan.
"Duduklah Dean, kamu tidak perlu canggung begitu. Sekarang aku adalah Ibumu, panggil Ibu mulai sekarang ya" ucapnya dengan lembut sambil mengelus bahu Deandra.
Deandra mengangguk, dia duduk kembali. Ibu juga ikut duduk di pinggir tempat tidur depan Deandra duduk di kursi meja rias itu.
"Terima kasih ya Dean, karena kamu sudah mau menjadi istrinya Afkha. Ibu titip Afkha dan Resa ya. Mereka sangat membutuhkan kamu, apalagi dengan keadaan Sandra yang seperti itu. Pastinya mereka sangat membutuhkan sosok wanita sepertimu"
Deandra mengangguk, dia juga tahu jika pernikahan ini terjadi hanya untuk mneggantikan istri pertama. Menjadi istri untuk Afkha dan menjadi Ibu untuk Resa.
"I-iya Bu, Dean akan mencoba memberikan yang terbaik untuk mereka" ucap Deandra pelan
Ibu meraih tangan Deandra, menggenggamnya dengan hangat. Membuat Deandra mendongak dan menatap Ibu.
"Ibu yakin kamu memang yang terbaik untuk mereka. Buat Afkha kembali ceria dan bahagia, karena sejak Sandra koma, maka hidupnya terlihat sangat murung dan tidak lagi menemukan kebahagiaan"
Apa aku bisa? Sementara yang dicintainya adalah Nyonya Sandra. Ya Tuhan. Deandra hanya mengangguk meski hatinya tidak yakin jika dirinya bisa melakukan apa yang barusan Ibu katakan.
Setelah hari ini, Deandra akan menjalani kehidiupan yang baru dengan status yang baru. Sebagai pengganti istri pertama.
Bersambung
Duduk diam di atas tempat tidur dengan pikiran yang melayang entah kemana. Yang jelas, Deandra hanya sedang memikirkan apa yang akan terjadi di malam pengantin dirinya dan Afkha.
Suara pintu kamar yang terbuka semakin membuat Deandra tegang. Suaminya muncul di balik pintu, berjalan ke arahnya dengan sebuah map di tangannya Melihat sebuah map menjadi membuat Deandra ingat dengan surat perjanjian yang dia tanda tangani.
Apa mungkin itu surat perjanjian yang sama?
Afkha melemparkan map yang di bawanya ke atas pangkuan Deandra. "Restaurant Green Sakura telah kembali ke tanganmu. Bahkan sudah beralih nama menjadi namamu"
Deandra mengambil map itu dan segera membukanya. Dan benar di dalamnya adalah sertifikat Green Sakura, Restaurant Ayahnya yang sempat di sita oleh bank. Tidak bisa membohongi dirinya jika dia sangat senang, sekarang dia akan benar-benar menjaga Restaurant itu dengan baik agar hal yang pernah terjadi pada Ayahnya dulu, tidak terulang lagi padanya.
"Terimakasih Tuan" ucap Deandra dengan menundukan kepalanya.
Afkha naik ke atas tempat tidur membuat Deandra semakin tegang saja. Afkha duduk di samping Deandra. "Panggil aku Sayang!"
Hah?
Deandra langsung menoleh pada Afkha dengan wajah yang terkejut juga bingung. Memanggilnya Sayang? Tapi 'kan pernikahan mereka hanya sementara, dan Deandra itu hanya seorang pengganti istri pertama saja.
"Kalau di depan keluargaku dan kau masih memanggilku Tuan, jelas mereka akan merasa aneh. Lagian apa salahnya? Kita suami istri sekarang" ucapnya santai
Ya aku tahu, kita memang sudah menikah. Tapi jelas semua orang juga tahu jika pernikahan kita ini hanya sementara. Atau mungkin dia tidak mengatakan yang sebenarnya pada keluarganya?
"Ingat dalam surat perjanjian yang kau tanda tangani, jangan pernah membantah apapun!"
Seketika Deandra langsung menganggukan kepalanya. Dia ingat apa saja yang tertulis dalam surat perjanjian itu. "Baik Tu-Sayang"
Ya Tuhan bibir ini telah berkhianat dari Kak Angga. Maafkan aku karena telah memanggil sayang pada pria lain yang tidak aku cintai.
Angga, seorang Dokter di rumah sakit tempat Deandra bekerja pada awalnya, sebelum dia di minta bekerja menjadi perawat pribadi dengan bayaran yang cukup mahal dan sekarang Dokter Angga juga yang menangani Sandra. Membuat Deandra bisa bertemu dengannya sesekali.
Deandra memang menyukai Dokter tampan itu, mungkin semua orang juga akan menyukainya. Sikap ramah dan sopan Dokter Angga membuat semua orang menyukai. Tapi sayang, karena Deandra hanya berani menyukainya dalam diam. Karena Dokter Angga sendiri sudah mempunyai tunangan. Sadd banget.
"Sekarang tidurlah" ucap Afkha
Deandra mengangguk, merasa jika semua yang di ucapkan oleh Afkha adalah sebuah perintah. Dia menyimpan map di dalam laci, lalu membaringkan tubuhnya di tempa tidur. Membelakangi Afkha dengan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
Kenapa dia masih berada disini. Tidak mungkin dia juga akan tidur disini 'kan? Hei Tuan, kenapa tidak tidur di kamar istri pertama anda saja.
Mata Deandra terbelalak dengan nafas yang tertahan ketika Afkha ikut berebaring di sampingnya dan memeluknya. Hembusan nafas hangat pria itu terasa di tengkuk lehernya. Deandra malah jadi tidak bisa tidur jika seperti ini.
"Em, Sa-sayang kenapa tidur disini?" Bodoh, kenapa kau menanyakannya. Kalau dia marah bagaimana?
Menyesal karena sudah bertanya seperti itu. Namun ketika Deandra tidak mendapatkan jawaban apapun dan malah mendengar suara hembusan nafas suaminya teratur. Deandra sedikit menolehkan wajahnya, dan dia melihat suaminya yang sudah terlelap.
"Hah, cepat sekali dia tidur"
Deandra mencoba untuk melepaskan tangan Afkha yang memeluknya dengan perlahan. Sedikit menggeser tubuhnya dan meletakan guling di tengah-tengah. Berharap suaminya akan tetap tidur dengan lelap dan tidak lagi memeluknya seperti barusan.
Deandra mengelus dadanya dengan hembusan nafas lega. "Ayo tidur Deandra, jangan sampai mengganggunya yang sudah terlelap"
Deandra kembali berbaring dan memejamkan matanya. Semoga dia tidak kebangun nanti malam dan kembali memeluku. Terus bergumam do'a dalam hatinya, sampai akhirnya dia benar-benar terlelap.
^^^^^^^^^^^^^^
Cahaya matahari pagi yang masih terlihat malu-malu dalam menunjukan sinarnya. Masih bersembunyi di balik dedaunan dan pepohonan. Embun pagi masih tersisa di jendela.
Deandra bangun dan langsung menahan nafas ketika dia menyadari ada yang memeluknya dengan begitu erat. Tangan pria itu ada di dadanya dan kepalanya sedikit bersandar di bahunya. Hembusan nafas hangat itu benar-benar terasa di kulitnya.
Ya Tuhan, kenapa aku bisa tidur dengan nyenyak semalam dan tidak sadar kalau dia memelukku. Aaaa.
Deandra merasa terkhianati dengan dirinya sendiri yang malah tidur dengan nyaman, padahal semalam dia sudah mengingatkan untuk tersadar ketika pria itu memeluknya. Tapi tunggu dulu! Kenapa malah tubuhku yang semakin mendekat ke arahnya? Deandra malah bingung sendiri ketika melihat guling pembatas yang hanya bergeser ke ujung tempat tidur dimana dirinya tidur semalam. Ini jelas dirinya yang menembus dinding pembantas yang dia buta sendiri. Deandra menggeleng tidak percaya dengan apa yang dirinya lakukan.
Meraih tangan suaminya dengan perlahan dan memindahkannya. Namun ketika dia ingin bangun, kaki Afkha juga menindih tubuhnya. Jadi tetap saja sulit untuk Deandra pergi dan lepas dari suaminya.
Dia menganggap aku ini guling hidup kali ya, menindih anak orang seenaknya seperti ini.
Akhirnya Deandra menyerah dengan perjuangann, memilih untuk kembali menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Menoleh dan langsung menatap wajah Afkha yang masih terlelap dengan nyaman. Seolah tidak sadar, tapi tangannya mengelus pipi suaminya dengan pelan, mencubit pelan karena merasa gemas.
Dia memang tampan, tapi kamu harus sadar jika dia adalah milik orang lain.
Deandra kembali memalingkan wajahnya, menatap langi-langit kamar dengan helaan nafas pelan. Baru malam pengantin ini, dia sudah di buat kebingungan dengan sikap Afkha. Yang awalnya dalam pikiran Deandra jika suaminya akan bersikap cuek dan dingin seperti biasanya. Karena dia sadar jika pernikahan ini hanya karena sebuah keperluan yang saling menguntungkan.
Afkha yang membutuhkan pengganti istri pertama untuk merawatnya dan merawat anaknya juga dan Deandra yang membutuhkan uang untuk melunasi hutang mendiang Ayahnya dan dia juga bisa mendapatkan kembali kepemilikan Restaurant keluarganya.
Namun ternyata yang terjadi tidak seperti yang dia pikirkan. Bahkan Afkha malah tidur di sampingnya dengan memeluknya.
Afkha mulai menggeliat membuat Deandra tersadar dari segala lamunannya. Dia segera bangun dan menggeser tubuhnya ketika Afkha sudah mengangkat kakinya di tubuhnya.
"Em, selamat pagi Sa-sayang" Duh, bibir ini benar-benar berkhianat. Bisa-bisanya berkata dengan sok manis begitu.
Afkha menoleh, dia tersenyum tipis. Lalu bangun dan memberikan kecupan di kening Denadra. Membuat Deandra mematung begitu saja dengan apa yang dilakukan suaminya itu.
"Ciuman selamat pagi untuk istriku"
Jatungku! Kenapa kau berdebar kencang begini, ingat kau jangan sampai jatuh cinta padanya. Dia itu milik orang lain.
Bersambung
Deandra keluar dari ruang ganti setelah dia selesai mandi dan berganti pakaian. Menghela nafas lega ketika tidak melihat suaminya lagi. Setelah pagi tadi Deandra di buat kebingungan dengan perlakuan Afkha, belum lagi sikapnya yang selalu membuatnya terkejut.
"Ya ampun, aku sudah ternoda. Semalam dia memeluku, pagi ini dia juga mencium keningku. Bagaimana ini?"
Meski kenyataannya dia yang mendekati Afkha dan membuat pria itu bisa lebih mudah memeluknya. Ah, tapi Deandra tidak mengakui soal itu. Karena dia sendiri merasa telah di bohongi oleh tubuhnya sendiri.
Deandra keluar dari kamarnya dan segera pergi ke kamar Sandra untuk mengecek keadaannya pagi ini, setelah semalam dia yang terakhir kali mengecek keadaan Sandra. Namun ketika baru sedikit saja membuka pintu kamar, Deandra melihat suaminya sedang berada disana dan sedang mengelap tubuh Sandra dengan handuk kecil dan air hangat di dalam wadah.
Deandra melihat bagaimana Afkha yang begitu perhatian dan menyayangi Sandra dengan begitu besar. Bagaimana bisa semalam dia tidur dengan memelukku, sementara dirinya saja masih begitu mencintai istri pertamanya itu.
"Maafkan aku San, karena aku terpaksa harus menduakan kamu kali ini..."
Deandra langsung menajamkan pendengarannya ketika dia mendengar ucapan Afkha barusan.
"Bukan karena aku tidak mencintaimu lagi, tapi aku juga harus memberikan yang terbaik untuk Resa. Dia sudah mulai merangkak, tapi kamu masih belum sadar juga. Resa juga perlu sosok Ibu yang sebenarnya, dan aku melihat jika Deandra bisa menjadi Ibu pengganti untuk kamu. Aku akan tetap berusaha untuk membuat kamu sembuh" ucap Afkha
Kasihan sekali kalian ini, saling mencintai tapi terpaksa harus menerima cobaan ini. Deandra jadi merasa terharu dan sedih dengan keadaan Afkha dan Sandra itu. Padahal dirinya saja yang mencintai Dokter Angga, belum tentu bisa bersatu dengan pernikahan seperti mereka. Deandra menghembuskan nafas pelan karena kisah cintanya yang sedih sekali.
"Kau ngapain malah bengong disini?"
Deandra mengerjap kaget, dia tidak sadar jika Afkha sudah berdiri di depannya dan sudah membuka pintu kamar dengan lebar. Sementara dirinya malah melamun sambil bersandar di dinding.
"Hehe, enggak Tu..."
Tatapan tajam dari Afkh langsung membuat Deandra bungkam dan tidak melanjutkan ucapannya karena dia sadar jika dia sudah hampir salah memanggil suaminya.
"Sayang, maksudnya Sayangku" Gila, apa yan bibirmu ucapkan ini, Dean.
Deandra tersenyum dengan sedikit malu, bisa-bisanya dia memanggil Afkha dengan panggilan Sayangku. Padahal bukannya memanggil sayang saja sudah sangat terlarang baginya. Tapi lagi-lagi gerak tubuhnya telah mengkhianati hati dan pikirannya.
Afkha tersenyum mendengar itu, jelas dia sangat senang dengan panggilan istrinya barusan. Merasa jika Deandra telah menuruti semua perkataan dan perintahnya.
Afkha mengusap kepala Deandra. "Good Girl"
Setelah itu dirinya langsung berlalu begitu saja. Meninggalkan Deandra yang membeku karena ulahnya itu. Afkha terkekeh tanpa suara melihat wajah memerah Deandra yang terlihat sangat jelas.
Deandra mengerjap pelan, dia langsung memegang kepalanya yang baru saja di usap dengan lembut oleh suaminya. "Ish dia ini, kenapa suka sekali membuat aku malu dan kaget si"
Deandra masuk ke dalam kamar Sandra, mulai bekerja sesuai kemampuannya. Memeriksa selang infusan dan juga detak jantung Sandra yang masih terasa normal.
"Cepat sadar Nyonya, suami anda itu selalu membuat saya terkejut dan terdiam seperti orang bodoh di depannya"
Jika mengingat kelakuan Afkha padanya memang membuat Deandra kesal dan juga selalu merasa dirinya menjadi orang bodoh di depan suaminya itu. Seteleh memastikan semuanya baik-baik saja, Deandra kembali keluar kamar dan berlalu ke kamar anak asuhnya.
Ya, sekarang tugasnya malah semakin bertambah sejak dia menikah dengan Afkha. Ini seperti menikah bukan untuk menjadi Nyonya, tapi malah menjadi pelayan. Hiks.
Deandra selalu merasa senang ketika dia melihat bayi berusia 9 bulan itu. Resa yang terlihat sangat menggemaskan. Deandra mulai memandikan dia dan mengganti pakaiannya. Memakaikan bondu dengan bentuk bunga besar di kepalanya yang baru tumbuh beberapa helai rambut saja.
"Cantik sekali, kamu sekarang jadi anak sementara Bunda ya. Pokoknya Bunda bakal sayangi kamu" ucap Deandra sambil menggendong Resa dan membawanya keluar kamar.
Berjalan ke ruang makan, disana sudah ada Ayah dan Ibu juga suaminya. Deandra berjalan menghampiri mereka dengan menggendong Resa yang sudah tampil cantik.
"Wah, cucu Oma sudah cantik sekali" ucap Ibu yang langsung mengambil alih Resa dari gendongan Deandra.
"Terima kasih ya Dean" ucapnya lagi sambil mengelus bahu Deandra.
Deandra mengangguk sambil tersenyum, dia tidak langsung ke meja makan untuk sarapan. Tapi malah pergi ke dapur untuk mengambil makanan yang sudah di siapkan oleh pelayan buat Resa. Saat ini dia benar-benar sedang menjalani perannya dengan baik.
"Kamu makan saja dulu Dean, biar Ibu yang memberi makan Resa" ucap Ibu saat Deandra menghampirinya dengan membawa semangkuk bubur tim untuk Resa.
Deandra tersenyum, dia duduk di atas karpet depan Ibu mertuanya yang sedang memangku Resa. "Tidak papa Bu, biar suapi Resa makan dulu saja"
Aku tahu diri siapa aku disini, jadi harus mementingkan tugasku dulu sebelum memikirkan diriku sendiri.
Deangan lembut Deandra menyuapi makan Resa. Ibu yang melihat itu benar-benar terharu, karena akhirnya cucunya ini bisa mendapatkan perhatian dari seorang Ibu. Karena selama ini Resa hanya di rawat olehnya dan terkadang di titipkan ke pelayan ketika dia mempunyai sedikit urusan.
"Wah, pintar sekali anaknya Bunda ini. Habis ya makannya" ucap Deandra dengan senyum yang lebar, dia mengambil tisu basah dan mengelap bibir Resa yang belepotan. Lalu melepaskan kain penghalang yang berada di leher Resa agar makananya tidak terkena baju.
"Sudah sana kamu makan dulu, suami kamu juga pasti ingin kamu layani. Ibu dan Ayah sudah sarapan lebih dulu tadi" ucap Ibu, tak berapa lama kemudian Ayah menghampiri mereka dan beralih menggendong cucu kesayangannya.
"Afkha masih menunggu kamu, Dean. Cepatlah temui dia" ucap Ayah
Ish, kenapa tidak makan duluan saja. Harus apa menunggu aku. Gumamnya dalam hati. "Baik Yah, Bu aku kesana dulu ya"
"Iya Nak" jawab ibu
Ibu dan Ayah kembali bermain dengan Resa, cucu pertama mereka yang sangat mereka sayangi. Ibu menyandarkan kepalanya di bahu Ayah dengan tangannya yang memainkan tangan Resa.
"Ayah lihat tidak? Wajah Afkha yang terlihat lebih bersinar pagi ini. Ibu rasa pilihan kita ini memang yang terbaik untuk dia. Karena kita juga tidak bisa terus membiarkan Afkha terluka dengan keadaan ini. Bukan berarti kita tidak sayang dengan Sandra, tapi kita juga tetap harus mementingkan kehidupan Afkha dan Resa" ucap Ibu
Ayah mengangguk, memang semua ini atas permintaan mereka. Meminta Afkha untuk menikah lagi karena memang dirinya yang butuh sosok seorang istri dan anaknya yang juga butuh sosok seorang Ibu. Hanya saja Ayah dan Ibu tetap meminta Afkha untuk bersikap adil jika dia mempunyai dua istri. Mereka sama sekali tidak tahu tentang perjanjian yang diberikan oleh Afkha pada Deandra.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!