NovelToon NovelToon

Bayi Kembarku Dari Boss Kejam

Bab1. Chapter 01.

Pukul 03:44, Pagi.

Di sebuah kamar yang terlihat sangat mewah.

"Empp... Ah ... Uung...."

"Huhff..."

Seorang pria dan wanita sedang bercinta dengan penuh gairah. Kamar yang di dominasi warna hitam dan emas menjadi saksi bisu hubungan intim mereka berdua.

"...."

"Uumm-"

Pria yang berada di atas wanita itu memandang wanitanya dengan lembut ketika wanita yang ada di bawah genggamannya menutup mata dan mendesah sembari menikmati ritme yang di berikan oleh pria di atasnya.

"Hemm."

Pria itu cukup lama mengamati berbagai ekspresi yang di tunjukan oleh wanita di bawahnya itu. Kenikmatan tiada henti membuatnya tersenyum setiap kali dia mengerakkan pinggulnya dan menyentuh titik sensitif dari tubuh wanita tersebut.

Pria itu melihat kebawah setelah cairan bening keluar bercampur dengan darah. "Ssttk... Aku tidak pernah mengharapkan kalau kau masih perawan, Pantas saja sensasi yang kurasakan sangat Uhg... Sangat berbeda. sial! J-Lang kau menjepitnya! Hahh Hahh Hahh-."

"Uung...."

Wanita yang ada di bawah pria itu menitihkan air mata sembari mengumpat berbagai kalimat kasar dalam hatinya, berharap pria di hadapannya segera selesai. Kalau saja aku tidak terburu-buru maka ini semua tidak akan terjadi, batin wanita itu.

"Uhuk... Aku akan keluar di da-."

Tubuh mereka berdua menegang dan akhirnya mereka berdua rubuh, pria yang berbaring di atas tubuh wanita itu dan tertidur pulas. "Cik. Sebelum kamu tidur seharusnya keluarkan dulu senjata tempurmu sialan huhh... Huhh... Huhhh.... Jika saja ibu merestui ku untuk ikut program bayi tabung, aku pasti tidak perlu menipu pria ini," gumamnya. Kemudian perlahan pandangannya mulai buram setelah pertempuran panas mereka, tubuhnya sudah tidak bisa bergerak di tambah pria di sebelahnya memeluk tubuhnya dengan erat.

...🌸🌸🌸...

Seminggu yang lalu sebelum malapetaka, tanpa aku sadari tiba-tiba saja orang tuaku datang ke tempat tinggal ku yang berada di kota Paris tanpa memberitahuku sedikitpun. "SAYANG! INI KEJUTAN! BAGAIMANA? APAKAH KAMU SUDAH MENEMUKAN MANANTU UNTUK KAMI?," katanya terus terang.

"...."

Dalam keadaan bingung aku bertanya-tanya apa yang di lakukan orang tuaku. Padahal belum berapa hari kami berbicara lewat telefon. "M-Mama... Bagaimana...?, Bagaimana kalian datang kemari? Hahahha...."

"Hah? Tentu saja menaiki pesawat sayang~ tidak mungkin Ibumu dan Ayahmu ini datang berjalan kaki jauh-jauh dari Jerman."

"Ibumu benar. Itu pertanyaan yang sangat tidak etis sayang, kami datang kemari setelah mendengar kabar kalau kau telah memiliki kekasih."

"Tapi-tapi Ayah bukankah kalian seharusnya meberitahuku terlebih dahulu sebelum datang kemari?!."

"...."

"...."

"Kalau begitu bukan kejutan namanya sayangku...."

"KEJUTANNN...,"teriak kedua orang tuanya dengan penuh kebahagiaan di wajah mereka.

"A-AHAHAHAH...."

Tidakkkk...

'Asiah Rosen, Wanita cantik berusia 25 tahun yang saat ini bekerja sebagai guru di sebuah Sekolah Dasar bernama AVENIR. '

"Oh sayangnya Mama.... Kemarin kamu bilang kalau kekasihmu akan datang menemui Mama di Jerman jadii... Karena Mama sudah tidak tahan lagi untuk bertemu dengan calon menantu Mama.

"KAMI MEMUTUSKAN UNTUK SEGERA DATANG KE PARIS SECEPATNYA KYAAAA... KEJUTAN...!," Teriaknya bahagia.

"Jadi! Sayangnya Ayah.... Dimana calon menantuku itu sekarang? Tidak masalah jika dia tidak bisa berbahasa Jerman atau berasal dari keluarga kaya yang lebih penting bagi Ayah saat ini adalah kebahagiaan Putri tercinta Ayah."

"Uungh."

Asiah yang melihat mata Ayahnya yang berbinar merasa berdosa di dalam dirinya karena telah berbohong tentang kekasih yang tidak pernah ada. Sial ini membuatku gila.

"Hemm... Asiah. .... Kamu tidak berbohong pada Mama dan Ayahmukan 'Lagi' kan?!."

"Eh? Apa? Itu.... Sebenarnya...."

Asiah menutup matanya dan mengucapkan kebohongan sekali lagi, tapi kali ini dia berbohong tepat di depan kedua orang tuanya. "Sebenarnya kami putus dua hari yang lalu karena masalah sepele jadi-." Asiah mulai menjelaskan berbagai macam kebohongan yang masuk akal kepada kedua orang tuannya.

"YA AMPUN! BAGAIMANA BISA DIA MEMUTUSKANMU HANYA KARENA MASALAH SEPELE SEPERTI ITU!," teriak ibunya.

'Ema Metilda Rosen, berusia 47 Tahun, seorang ibu rumah tangga yang tidak bisa berhenti khawatir dengan masa depan putri sematawayangnya yang bekerja jauh negara tetangga. '

"Asiah apakah kamu sungguh berpisah? Coba ceritakan lebih rinci pada Ayah siapa tahu Ayah dapat menengahi hubungan kalian supaya membaik dan tidak berpisah."

'Roberto Rosen, usia 44 tahun. Seorang koki restoran mewah yang dia buka sendiri dan juga juga seorang Ayah yang tidak pernah berhenti khawatir dengan putrinya yang masih akan dia anggap sebagai anak kecil selama-lamanya.

"Ayah."

Asiah yang mendengar perkataan Ayahnya bergetar, wajah berkaca mata itu selalu menunjukan kekhwatiran yang berlebihan pada putri kecilnya. "Ayah tidak perlu melakukan itu, aku-."

"Asiah apakah kali ini memang seperti itu?," Ibunya menatap Asiah penuh selidik.

"Yah? Be-begitilah."

"Apakah tidak seperti yang kamu lakukan kepada kami dulu? Saat kamu membawa pacar sewaanmu ke restoran?..."

Asiah mulai tertawa panik. "AHAHAHA! Mama ini bicara apa... Dulu yah... Aku memang seperti itu tapi sekarang— .... Aku sudah dewasa mana mungkin aku akan bermain-main dengan takdir Hahaha," Asiah tertawa sembari memalingkan tatapannya menghindari kotak mata dengan Ibunya secara langsung.

"Hahhh... Berarti sia-sia kita datang kemari."

"Lantas kenapa kamu tidak memberi tahu Ayah tentang ini? Bukannya kamu telah berjanji pada Ayah kalau kamu akan menceritakan segalanya pada Ayah?," Tanya Ayahnya memelas.

Pria itu melihat kedalam mata Asiah dengan lekat, menuntut penjelasan dari putri kecilnya. "Hahh... Ayah, sekarang aku sudah besar, aku tidak mungkin mengatakan segala urusanku pada Ayahkan? Jangan terlalu khawatir padaku Ayah... Aku baik-baik saja."

"...."

"...."

"...."

Ketiganya saling memandang dan larut dalam pikiran masing-masing sampai hari menjelang sore. "Baiklah! Karena hari ini Ayahmu tersayang ada di sini maka Ayah akan memasakkan makanan favorit kesukaanmu."

Pria itu berlari kedapur dan berkutak dengan berbagai alat dan bahan-bahan di dapur, sementara ibunya Ema masih duduk memandang putrinya yang duduk canggung di sofa yang lembut.

"Asiah... Ayo bicara dengan Mama sebentar."

Ema dan Asiah berjalan bersama-sama di keramaian kota Paris yang tidak pernah sepih akan pejalan kaki dan turis yang berlalu-lalang di seluruh penjuru kota.

"Kamu memilih tempat tinggal yang bagus."

"Yah, begitulah. Aku suka tinggal di kota ini."

"...."

"...."

Keduanya berjalan lambat dan menikmati udara sejuk di sore hari. Banyak pria dan wanita asik berfoto dan berkencan di tempat-tempat romantis kota Paris hingga akhirnya Ema mulai berbicara.

"Jujur saja pada Mama sayang. Kamu putus dengan pacarmu itu adalah kebohongankan?."

"...."

DEG DEG DEG...

Jantung Asiah berdenyut kencang. Dia sangat tahu betapa mengerikannya ibunya saat marah ketika mengetahui dirinya berbohong.

"..., Mama sudah duga itu. Mama tahu kalau kamu sebenarnya tidak tertarik menjalin hubungan asmara dengan seseorang.

"Mamamu ini tahu segalanya tentang putri kecilnya sejak lama."

"...."

"Ingatkah kamu, Ketika kamu membawa pacar palsu mu kerumah, Mama seharusnya memotong dan mencincang mu saat itu juga tapi Ayahmu yang begitu lembut membelamu makanya ibu tidak melakukan apa-apa saat itu."

"...."

Seperti yang kuduga! Pantas saja Mama tidak mengatakan apa-apa setelah aku berbohong!!! Untuk saja Ayah selalu ada di pihakku. Aku cinta Ayah~, batin Asiah.

Chapter 02.

"Tapi mau sampai kapan kamu akan melakukan ini pada Mama dan Ayahmu?. Asiah, ingatlah bahwa kami sudah tua dan tidak tahu kapan akan pergi meninggalkanmu nantinya.

"Ayahmu selalu membersihkan foto dan kamarmu setiap hari demi terus mengingatmu. Bahkan kami datang kemari karena permintaan Ayahmu yang bersikeras untuk bertemu denganmu.

"Ingatlah Asiah, jangan sampai kamu membuat keputusan yang akan kamu sesali nantinya."

"Ibu- tidak Mama, kamu benar, sepertinya aku sudah egois. Tapi tetap saja aku tidak ingin memiliki ikatan dengan pria manapun."

".... Apa kamu sudah mencobanya dengan wanita?."

"Apa?! Tentu saja tidak! Aku masih normal."

"Lalu apa masalahnya?."

"Itu... Aku hanya takut kalau pria yang nantinya aku nikahi tidak seperti Ayah dan akan menyesal seumur hidupku."

"AHAHAHA....," Ema tertawa riang setelah mendengar ucapan putrinya itu. "Jadi itu yang kau takutkan? Ya ampun sayang~ ... Hahh...," Ema tersenyum manis saat melihat putrinya yang masih belum berubah.

"Asiah.... Jika kamu khawatir akan hal itu maka selamanya kamu tidak akan pernah menikah atau memiliki keluarga nantinya, tentu saja tidak akan ada yang seperti Ayahmu di dunia ini lagi, karena dia memang cuman satu dan sudah kumiliki.

"Tapi jangan khawatir, kamu pasti akan mendapatkan yang terbaik nantinya versimu sendiri bukan versi Ibu atau Ayahmu."

"Tapi aku memang tidak mau menikah ibu!."

".... Jalani saja dulu, nanti kamu akan merasakannya. Mama juga seperti itu dulu dan ternyata Mama berakhir dengan membuka selangkangan Mama untuk Ayahmu."

"Eyakkk... Mama selalu berkata kotor."

"Hahaha... Mau bagaimana lagi memang seperti inilah Mama, Mamamu ini menggoda Ayahmu dengan sifat unik ini."

"Kalau begitu .... Ah! Mama bagaimana kalau aku melakukan program bayi tabung sa-"

"Tutup mulutmu j-Lang kecil. Apa artinya aku berbicara panjang lebar tadi jika kau akan berbicara omong kosong ini?!.

"Mama lebih suka mendengar kalau kamu hamil di luar nikah dari pada memiliki bayi tabung. Entah kenapa ibu membaca pikiranmu yang busuk itu jadi ibu ingatkan kamu untuk tidak pernah mencoba metode itu."

"...."

Asiah menelan ludahnya setelah melihat tatapan marah ibunya yang berbeda dari yang pernah dia lihat sebelumnya. Dia yakin kalau peringatan dari ibunya yang sekarang serius dan tidak main-main. Aku akan mati kalau ibu tahu aku melakukan program bayi tabung.

"Mama tahu apa yang kamu pikirkan.... Haduh putri kecilku, dengar. Kamu adalah seorang pengajar dan sangat dekat dengan anak-anak, kamu yang paling tahu tentang ini seharusnya.

"Mama mengatakan ini karena bukan sok tahu tapi karena teman ibu mengalaminya sendiri, program bayi tabung tidak selamanya akan berjalan mulus dan kalaupun berhasil kamu tidak akan tahu apa yang akan terjadi pada anakmu nantinya.

"Bayi tabung tidak berdosa. Mereka hanya anak-anak yang di buat dengan teknologi manusia-"

"Sebenarnya tidak seperti itu, bayi tabung adalah-."

"Tutup mulutmu dan dengarkan Mamamu ini pelacur kecil."

"Um, baiklah."

"Dengarkan Mama. Jangan pernah melakukan sesuatu yang nantinya akan kamu sesali, kamu tidak akan pernah tahu seperti apa Ayah dari anakmu nantinya jika kamu melakukan program bayi tabung dan resiko yang menyertainya nantinya.

"Mama tidak ingin Ayahmu mati berdiri karena putrinya melakukan kesalahan yang akan dia sesali seumur hidupnya, kamu mengerti?."

".... Baik Mama."

"Bagus, sekarang ayo kita pulang."

Setibanya di rumah. Ema dan Asiah melihat Roberto yang sedang menata makanan di atas meja, semua makanan yang terhidang di atas meja adalah makanan kesukaan Asiah sejak dia kecil. "Ayah, sangat berlebihan memasak semua makanan kesukaanku hari ini."

"Hahaha, tidak masalah. Apapun akan Ayah lakukan untuk putri kecil Ayah," Roberto mengecup kening Asiah lembut dan merekapun makan malam bersama dengan tenang.

...🌸🌸🌸...

Hari-hari Asiah sangat bahagia selama seminggu bersama orang tuanya walau harus membagi waktu kerja dengan pergi berwisata bersama orang tuanya selama seminggu, sampai akhirnya kedua orang tuanya pun harus kembali ke Jerman.

"Jaga dirimu baik-baik ya, sniff... Putri Ayah pasti akan kesepian nantinya," kata Roberto yang menyeka air matanya.

"Aku akan baik-baik saja Ayah, yang lebih penting Ayah juga seharusnya menjaga kesehatan Ayah dan jangan terlalu banyak begadang!."

"Sniff... Ayah tidak mau pergi!...."

"Tsk! Menyebalkan. Roberto ayo pergi nanti kita ketinggalan pesawat kalau berlama-lama."

"Sniff... Ema kamu sangat kejam! Bagaimana mungkin-"

"SUDAH CEPAT! INI SUDAH JADWAL PENERBANGAN! KAMU SUDAH MENGUCAPKAN SALAM PERPISAHAN SELAMA SATU JAM!!!,"teriak Ema.

"Hiksss... Asiahhh... Rajin-rajinlah menelefon Ayah hikss ... Jangan sampai- jangan sampai lupa aaahhh...."

"ROBERTO!."

"BAIK-BAIK!."

Sebelum pergi, Roberto menyelipkan amplop besar ke kantong saku Asia dan pergi dengan berlinang air mata. Asiah yang melihat itu tersenyum dan memandang kepergian mereka. Namun, Ema berbalik melihat Asiah dan mengucapkan kalimat tanpa bersuara.

" 'Akan Ku Bunuh Kau Kalau Mengikuti Program Bayi Tabung! ' "

"Puffft... Hahahah... Baiklah-baiklah, aku ingat itu Mama."

Setelah itu Asiah kembali kerumahnya dengan hikmat. Dia merasa rumahnya yang dulunya ramai menjadi sepi dan terlihat seperti tidak berpenghuni. "Apakah sebelumnya terlihat seperti ini?."

Asiah berbaring di sofa dan tertidur pulas untuk waktu yang lama. Keesokan harinya dia bangun dan segera melakukan aktifitasnya seperti biasa walau sedikit merasa asing dengan kesepian yang baru. "Sepertinya aku harus membeli hewan peliharaan."

Sesampainya di sekolah Asiah di sambut dengan antusias oleh murid-muridnya yang imut-imut dan lucu-lucu. "IBU GURU! SELAMAT PAGI,"teriak seorang murid pada Asiah dengan ceria nya.

"Selamat pagi Fanny. Lain kali panggil aku Miss jangan Ibu yah! Miss belum menikah soalnya~," Asiah memeluk murid kecil itu dan mencium keningnya seperti biasanya.

"Hehehe.... Maaf Miss Asiah."

Beberapa murid juga mendatangi Asiah dan memberikan salam pagi dengan antusias. Semua orang sudah menyetujui bahwa Asiah adalah salah satu Guru yang paling di senangi oleh semua siswa di sekolah Dasar Avenir.

Bahkan tidak sedikit yang iri dengan Asiah yang cerdas dan berparas sangat cantik serta kemampuannya untuk bersosialisasi dengan anak-anak membuatnya sangat di senangi oleh murid maupun orang tua siswa.

"Baiklah sekarang adalah pelajaran menghitung!, Ayoo~ siapa yang sudah menyelesaikan tugas yang Miss berikan kemarin?."

"AKU!."

"AKU!."

"AKU SUDAH SELESAI IBU ASIAH!."

Murid-murid berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di depan Asiah, tak jarang beberapa siswa yang berjenis kelamin laki-laki akan berkelahi karena berlomba-lomba terlihat baik di depan Asiah guru yang mereka sukai.

"Miss Asiah Rosen! Aku telah menyelesaikan tugasku." Seorang laki-laki kecil yang terlihat pemalu mengangkat tangannya dengan lembut di udara. Pipinya yang memerah membuatnya terlihat sangat mencolok di antara murid-murid lainnya.

"Yap! Jeremi! Bawa bukunya kemari, Miss akan periksa."

Siswa kecil itu berjalan menuju Asiah dengan pipih yang tersipu merah namun dia terjatuh setelah sepuluh langkah berjalan. "ADUH! AWW... SAKIT!," Murid perempuan yang melihat anak itu terjatuh lekas berbondong-bondong menghampirinya dan segera membantunya.

Hal itu lantas membuat beberapa siswa menjadi iri dan marah sedangkan beberapa dari mereka mengalihkan pandangan pada Asiah yang melihat mereka dengan senyuman hangat.

Chapter 03.

"Apa kalian tidak akan membantu Jeremi?."

"Hemp. Tidak.... Miss Asiah ayo lihat bukuku!." Siswa yang lain juga mendatangi Asiah dengan antusias melupakan gerombolan para gadis yang menutupi di belakang.

"Dasar anak kecil. Seperti biasa, kamu sangat populer di kalangan anak-anak Asiah, pasti sangat sulit untuk berbagi kasih sayang dengan murid sebanyak ini."

Seorang wanita dengan pakaian dress biru tua berdiri di ambang pintu dengan santai sambil menyilangkan tangannya. Wanita cantik yang berdiri itu bernama Erika Rahayu, salah satu guru pelajaran Matematika di Avenir. Erika dulunya merupakan teman sekelas Asiah di Jerman, ketika mereka akan mengambil pendidikan Bahasa dan Matematika di universitas yang sama. Keduanya memiliki kemiripan wajah karena masing-masing salah satu orang tua mereka merupakan orang Asia murni.

"Asiah apakah kamu tidak akan meninggalkan tempat ini?."

"Tidak.... Kalaupun aku ingin keluar setidaknya aku akan keluar setelah murid-murid yang aku ajar saat ini lulus dan....

"Sudah lama tidak bertemu Erika, aku dengar kamu pulang ke negara asalmu beberapa minggu yang lalu karena mengambil cuti hamil, tapi kenapa kamu sudah kembali?."

"Panjang ceritanya, sudah yah. Aku kemari karena ingin melihatmu saja sebelum kekantor kepala sekolah, kalau ada waktu ayo bertemu sepulang sekolah."

"Oke."

Keduanya kemudian berpaling dan kembali ke aktifitas mereka masing-masing. Pelajaran telah di mulai dengan baik sampai akhir mata pelajaran, Lima jam telah telah berlalu sejak jam pulang sekolah berbunyi, guru-guru yang masih memilih untuk tinggal di sekolah sebagian sudah pulang kerumah mereka masing-masing.

Asia adalah salah satu guru yang masih tinggal di sekolah untuk mempersiapkan tugas sekaligus memeriksa jadwal pelajaran dan keseharian muridnya yang di tulis dalam buku khusus para siswa. "Mereka melakukan banyak hal... Ada yang pergi berbelanja ke Mall dan ada yang liburan keluar negri. Anak orang kaya memang berbeda."

Cling...

"Hem?."

Cling... Cling...

Bunyi notifikasi menghentikan aktifitas Asiah. Asia seger memeriksa notifikasi dan tertera pesan dari Erika di dalamnya.

[ Erika Rahayu.

Hei, ayo makan malam di Le Train Bleu malam ini pukul 07. Aku yang akan traktir. ]

"Hemp... Dasar Erika."

Asiah cepat-cepat memasukan barang-barangnya kedalam tasnya dan pergi bergegas pulang tapi belum sampai di mobil dia melihat seorang siswa laki-laki yang masih duduk menunggu jemputan di depan pos penjaga.

"Jeremi?."

Asiah menghampiri anak kecil yang pipinya memerah tersebut. Dia melihat jam tangannya yang menunjukan pukul empat sore, yang berarti kelas sudah berakhir sekitar Lima jam yang lalu. "Jeremi! Apa yang kamu lakukan di sini sendirian? Di mana ibumu? Atau orang yang biasa menjemputmu?,"tanya Asiah khawatir.

".... Miss Asiah jangan khawatir! Ibu bilang dia akan menjemput ku," kata anak laki-laki itu pelan.

Asiah menyentuh kedua tangan mungil itu yang telah menjadi dingin karena tidak mengunakan sarung tangan. "Ya ampun, seharusnya kamu langsung datang keruangan Miss jika orang tuamu masih belum menjemput! Bagaimana bisa kamu menunggu di luar selama lima jam tanpa sarung tangan hangat."

Asiah membuka syal yang ada di lehernya dan memasangkannya pada Jeremi yang kedinginan. "Aku tidak apa-apa Miss Asiah, aku sudah terbiasa seperti ini-"

"Tsk, mentang-mentang mereka sibuk berani-beraninya mereka membuat anak kecil menunggu selama lima jam di cuaca seperti ini!," Gerutu Asiah.

Asiah mengomel dengan bahasa Jerman sehingga anak di depannya tidak tahu bahwa dia mengumpat. "Jeremi apakah kamu sudah makan?," Tanya Asiah sambil memakaikan syal merah itu ke leher Jeremi.

"Sudah Miss saya sudah makan, ibu memberikan bekal padaku pagi ini."

".... Kapan kamu memakannya?"

"Tadi pagi setelah jam pelajaran biologi selesai," katanya dengan polos.

"Jam biologi ... Berarti setelah jam istirahat?."

"Iya."

"...."

Dunia Asiah serasa berputar. Mendengar jawaban naif bocah berusia 6 tahun tersebut. Asiah kehabisan kata-kata setelah melihat tubuh pucat anak itu dan ekspresinya yang mengatakan seolah-olah hal yang dia alami adalah hal biasa dan sangat wajar.

"Jeremi.... Maukah kamu menyampaikan kepada orang tuamu untuk datang ke sekolah bersamamu besok? Miss ingin mengatakan sesuatu pada ibumu."

"Apa yang ingin Miss katakan kepada ibuku?."

"Tidak banyak."

"Aku pikir tidak bisa."

"Kenapa?."

"Karena Ibuku orang yang sibuk."

Anak kecil itu tidak menunjukan tanda-tanda berbohong sedikitpun, Asiah yang melihat itu merasa ibah dan memeluk bocah itu dalam-dalam. Sebagai seorang pengajar dia sering melihat hal ini terjadi pada beberapa siswa namun tidak seperti yang di alami oleh Jeremi yang masih berumur 5 tahun. "Jeremi apakah-"

Tin! tin!

Klakson mobil terdengar dari luar gerbang.

Mobil Ferrari hitam terus membunyikan klakson berkali-kali di parkiran yang tak jauh dari pos keamanan tempat Asiah dan Jeremi berada. "Ah! Itu paman! Paman datang menjemput ku!," Jeremi berteriak dengan suara gemetar seperti ketakutan pada sesuatu.

"Hem?."

Asiah yang melihat itu menjadi bingung, dia segera berdiri untuk mengantar Jeremi menuju mobil hitam itu namun Jeremi menarik tangannya dan menolak untuk membawa Asiah menuju mobil pamannya.

"Miss jangan ikut!, Lebih baik Miss pulang saja!, Aku akan baik-baik saja bersama paman!."

Lagi-lagi Jeremi berbicara dengan suara bergetar seakan-akan dia akan menangis. Asiah yang penasaran ingin tahu seperti apa orang yang ada di dalam mobil itu namun sebelum dia bergerak Jeremi langsung berlari cepat menuju mobil yang pintu sebelah kirinya terangkat ke atas.

"Aku pulang dulu Miss!," Jeremi mengangkat tangannya ke udara dan masuk kedalam mobil dengan cepat.

Asiah ingin tahu seperti apa rupa pamannya Jeremi namun kaca hitam dari mobil hitam tersebut tidak memberinya peluang.

"Mungkin aku bisa bertanya pada ibunya besok." Asiah masih berdiri pada tempatnya sampai mobil Ferrari hitam itu pergi dari parkiran dan meninggalkan lingkungan sekolah.

"Semoga Jeremi tidak terkena masalah."

Kemudian dia berjalan menuju mobil BMW berwarna hitamnya di parkiran lalu pergi meninggalkan lingkungan sekolah setelah memberi ucapan terima kasih pada penjaga sekolah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!