NovelToon NovelToon

Ketika Hatimu Tak Lagi Untukku

Salah Paham

Pagi hari, seperti hari-hari biasanya. Mika akan menyiapkan sarapan untuk Aryan serta menyiapkan semua kebutuhan suaminya. Namun saat Mika menanyakan jam berapa Aryan akan pulang ke rumah, pria itu sama sekali tidak menjawab pertanyaannya. justru Aryan kembali mengucapkan perkataan tajam serta menyakitkan yang mampu melukai perasaan gadis itu.

"Mas, Aku sudah siapkan semua keperluan mu ya. Aku juga sudah masak buat sarapan. Oh ya, Mas. Hari ini kamu pulang jam berapa?" tanya Mika sambil menoleh pada Aryan yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Namun bukan nya menjawab pertanyaan yang baru saja terlontar dari Mika, Justru Aryan membuat jawaban yang membuat hati gadis itu terluka.

"Mau saya pulang jam berapapun, Itu sama sekali bukan urusanmu, Mika. Dan ingat, Tidak usah repot-repot masak untuk saya, Karna saya sama sekali tidak sudi memakan masakan mu yang tidak seberapa itu kecuali saat ada kedua orang tua saya" balas Aryan dengan nada dingin serta tatapan tajamnya. Membuat Mika mengusap dadanya setiap kali mendengar perkataan menyakitkan yang terlontar dari mulut pria yang sudah hampir tiga tahun berstatus sebagai suaminya.

Mika tak menjawab sepatah katapun, Gadis itu hanya memutuskan untuk keluar dari dalam kamar Aryan dengan membawa rasa luka yang terasa begitu sakit.

"Ya allah, Kuatkan aku menghadapi sikap dingin suamiku" batinnya disela langkahnya.

Mika menuruni anak-anak tangga sembari mengusap dada kirinya. Rasanya begitu menyakitkan setiap kata yang Aryan ucapkan. Hingga rasa sakit itu membuat Mika tidak jarang terbesit untuk menyerah dari pernikahan yang bisa di bilang Toxic ini. Namun sayangnya, Rasa cintanya selalu mampu mengalahkan luka yang dia rasakan selama ini.

Saat sudah sampai dibawah, Mika langsung membuat segelas susu putih hangat untuk Aryan sambil menyiapkan alat makan untuk Aryan sarapan pagi ini. Masih berusaha tidak perduli dengan apa yang baru saja dia dengar dari seorang Aryan alberto. Sosok yang sudah dia cintai dari jaman masa orientasi siswa saat itu. Karna menurut Mika, Aryan mengingatkannya pada cinta pertamanya yang bernama Tama, Yang dia sendiri tidak tau dimana keberadaannya saat ini.

Tepat saat Mika sudah meletakkan susu yang sudah dia buat tadi di meja makan, Terlihat Aryan yang baru saja turun dari dalam kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi.

"Sarapan dulu, Mas. Aku sudah menyiapkan segelas susu hangat sekaligus makanan kesukaan kamu" kata Mika yang terdengar sangat lembut sambil menatap pada Aryan yang hanya menatap malas pada masakannya.

"Jangan harap saya mau memakan masakanmu itu" setelah itu Aryan meninggalkan Mika yang sudah terdiam karna perkataannya, pria itu hanya sedikit melirik pada makanan yang sudah susah payah Mika siapkan sejak subuh untuknya. namun makanan itu selalu berakhir menyedihkan dengan usaha yang sia-sia. karna lagi dan lagi Aryan tidak menyentuh makanan itu sama sekali.

sehingga membuat Mika selalu memberikan makanan itu untuk orang-orang jalanan yang selama ini sudah menjadi penikmat masakannya. ya, Selama ini Mika selalu membagikan masakannya untuk anak-anak yang tinggal di bawah jembatan tanpa pengawasan orang tua.

"Astagfirullah, Berikan aku kesabaran ya allah" kata Mika sambil duduk di meja makan. Menatap sendu pada makanan yang sudah susah payah dia masak untuk Aryan.

Saat sudah sampai di dalam mobilnya. Aryan menoleh ke arah rumahnya, Dimana terlihat Mika yang sedang mengusap air matanya. Melihat akan hal itu membuat Aryan tersenyum puas, setidaknya dengan hal ini dia bisa membalas rasa sakit karna kejadian beberapa tahun yang lalu. hingga kejadian itu sekilas melintas dalam benaknya.

"Hahaha, Kasian sekali dirimu itu, Tama. Jangan mimpi terlaku tinggi, Karna kamu dan Eyla hanya ibaratkan langit dan bumi. Perbandingannya sangat jauh"

Hal itu terus terbayang serta terngiang pada indra pendengarannya, membuat Aryan semakin ingin melukai perasaan Mika seperti apa yang sudah pernah dia rasakan dulu. Karna yang Aryan tau Mika begitu mencintainya. bahkan rasa cinta yang Mika miliki melebihi pada dirinya sendiri.

Mika menatap mobil Aryan yang sudah keluar dari halaman rumahnya. Gadis itu kembali mengusap dada kirinya yang terasa begitu sesak. Rasa sesak itu seakan membuat pasokan oksigen untuk seorang Gadis yang bernama Mika seakan semakin sulit untuk masuk pada rongganya. Terlalu sesak hingga membuat Mika tak kuasa untuk menahan air matanya yang sudah memenuhi kedua sudut matanya. Semakin dia berusaha kuat, Maka hatinya semakin terasa sakit. Sakit tak berdarah namun terasa begitu menyakitkan.

Sudah 2 tahun Mika selalu mencoba menjadi istri dengan versi terbaiknya, Namun apa yang Mika peroleh? Bukan sebuah balasan, apalagi cinta.

Mikhayla Azzahra, Seorang gadis yatim piatu yang terpaksa bersanding dengan seorang Aryan Alberto pratama. Sosok pria yang berasal dari keturunan konglomerat hanya karna sebuah insiden yang tanpa sengaja membuat mereka terjebak dan berakhir dalam sebuah ikatan pernikahan.

Memang, Mikhayla mengagumi sosok Aryan yang di matanya terlihat begitu sempurna. Sosok itu sudah berhasil membuat Mika jatuh cinta pada pertemuan pertama mereka saat masa orientasi siswa 4 tahun yang lalu.

Biarpun Aryan begitu cuek serta selalu bersikap dingin terhadapnya, Mika selalu memperlakukan Aryan dengan baik. Tidak perduli dengan apapun perkataan Aryan yang sudah menyapu indra pendengarannya dan terdengar sangat menyakitkan.

Bagi Mika, Aryan adalah sosok laki-laki idaman. Namun Mika sadar, Jika dia hanya bisa mengagumi tanpa bisa memiliki. Mika sadar akan posisinya dan bagaimana dirinya bisa sekolah di tempat elit seperti sekolahnya dulu. Mika hanya siswa dengan berbekal Beasiswa. Tidak ada hal yang bisa Mika unggulkan di sana, Apalagi harta. Karna Mika hanya Berasal dari keluarga yang tidak berpunya. Kedua orang tuanya sudah meninggal dunia akibat sebuah kecelakan beberapa tahun yang lalu.

Namun siapa sangka, Jika niat Mika untuk menolong Aryan malah berakhir membuat mereka terikat akan hubungan yang begitu sakral.

"Kenapa rasanya sesakit ini. Sudah dua tahun berlalu, Tapi kenapa mas Aryan sama sekali tidak bisa menganggap keberadaan ku" kata Mika yang terdengar sangat lirih sembari menundukkan wajahnya.

Hal itu membuat ingatan Mika kembali pada kejadian dua tahun yang lalu, Tepatnya malam di mana membuat status mereka berubah menjadi suami istri.

DUA TAHUN YANG LALU

Dua tahun yang lalu, Tepatnya saat Mika dan Aryan masih duduk di kelas 2 SMA.

"Mika, Kenapa kamu liatin Aryan seperti itu? Kamu menyukainya?" tanya Iris, Teman dekat Mika di sekolah

Mendengar suara Iris membuat Mika mengalihkan perhatiannya. Jujur saja, Setelah dua tahun sekolah di tempat ini, Membuat seorang Mika menaruh hati pada sosok Aryan. Laki-laki terpopuler yang selalu mampu menggemparkan sekolah dengan karisma yang dia miliki. Bahkan Mika tidak bisa membohongi akan hal itu.

Namun Mika sadar, Bagaimana posisinya. Apalagi setiap kali melihat tatapan sinis serta raut benci yang selalu di tampakkan oleh Aryan membuat Mika enggan untuk mengatakan yang sejujurnya. Wanita itu hanya bisa menjadi pengagum rahasia bagi sosok Aryan.

Tampan? Pasti. Pintar? Tentu. Kaya? Apalagi. Aryan memang berasal dari keluarga kaya yang sangat di segani di kota A. Orang tuanya memiliki bisnis yang sangat maju di dalam maupun luar negri.

"Nggak kok, Ris. Kamu ada-ada saja. Buat Aryan, Mungkin aku seperti serpihan debu yang tak kan pernah nampak"balas Mika sambil mengangkat kedua sudut bibirnya.

"Kamu gak mau pulang?" tanya Iris sambil menatap wajah Mika yang masih terdiam di tempat duduknya.

"Eeeemm enggak, Ris. Soalnya aku masih harus belajar untuk olimpiade minggu depan. Aku tidak boleh mengecewakan sekolah. Karna pak kepsek sudah mempercayakan semuanya terhadapku" Imbuh Mika sambil tersenyum lebar

"Ya sudah, Kalau begitu aku pamit pulang dulu ya, Mika. Semangat" kata Iris sambil mengangkat tangannya dan langsung berlalu dari hadapan Mika. Meninggalkan Mika hanya berdua dengan Aryan di perpustakaan itu. Karna memang Aryan juga ikut olimpiade matematika.

Sesekali Mika mencuri pandang serta menatap Aryan yang terlihat fokus dengan buku-buku yang ada di depannya. Sama sekali tidak melirik ke arah Mika sedikitpun. Hingga tanpa mereka sadari, Hari sudah berganti malam. Hari yang cerah sudah tergantikan oleh gelapnya malam.

Aryan merapikan buku-bukunya dan mengembalikan pada tempatnya. Begitu juga dengan Mika. Tanpa sengaja, Mika melihat lampu gantung yang ada di atas kepala Aryan akan jatuh, Membuat wanita itu berlari pada Aryan lalu mendorong tubuhnya. Membuat Aryan kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Hal itu membuat posisi mereka sangat dekat bahkan seperti sedang berciuman. Mika membuka lebar kedua matanya saat tanpa sengaja bibirnya bersentuhan dengan bibir Aryan. Mereka berdua tidak sadar jika ada seseorang yang baru saja masuk dan membuatnya salah paham.

"Apa-apaan ini!" ucap seorang yang baru saja masuk ke ruangan perpustakaan. Seketika membuat Mika dan Aryan menoleh ke arahnya.

"Ini tidak seperti yang bapak lihat. Bapak salah paham" ujar Aryan sambil mendorong tubuh Mika agar menjauh dari atas tubuhnya.

"Salah paham? Kalian ini mau berbuat mesum di sekolah? Sekarang kalian ikut saya ke ruangan BK" ucap Pak Ahmad dan langsung keluar dari ruangan itu.

Aryan menoleh ke arah Mika dengan tatapan tajamnya tanpa mengatakan sepatah katapun. Karna memang seperti itulah sosok Aryan. Cuek dan dingin.

Aryan keluar dari ruangan perpus dengan Mika yang mengekor di belakangnya. Setelah sampai di ruangan BK, Ternyata di sana bukan hanya ada pak Ahmad, Tapi juga pak Tio selaku kepala sekolah.

Pak Tio mengambil nafas panjang. Setelah apa yang dia dengar dari pak Ahmad, Membuatnya berpikir untuk mengeluarkan Mika serta Aryan dari sekolah. Karna di anggap sudah melanggar peraturan yang ada di sekolah ini. Bahkan bukan hanya itu, Pak Ahmad sudah menghubungi keluarga Aryan serta Mika untuk datang ke sekolah malam ini juga.

"Kalian duduk. Setelah ini akan ada wali kalian yang akan mengurus soal kejadian memalukan ini" kata pak Ahmad sambil menatap Aryan dan juga Mika secara bergantian.

30 menit kemudian, Orang tua Arya serta nenek dari Mika sudah sampai di sana. Hal itu tentu saja membuat wali dari Mika dan Aryan cukup penasaran kenapa harus di panggil ke sekolah malam-malam seperti ini.

"Maaf sebelumnya, Sebenarnya ada apa? Kenapa bapak meminta saya untuk datang ke sekolah malam-malam seperti ini?" tanya Alberto. Papa dari Aryan.

"Begini, Pak. Sebenarnya kami hanya mau mengatakan jika tadi saya menemukan Aryan dan juga Mika sedang melakukan hal yang tidak senonoh di dalam perpustakaan. Dan hal itu, Membuat kami memutuskan untuk mengeluarkan mereka dari sekolah"

Deg!!!

Mendengar kalimat yang terlontar dari mulut pak Ahmad membuat seorang Mika membuka lebar kedua matanya. "Tapi, Pak. Kami berdua tidak melakukan apa-apa. Bapak hanya salah paham. Tadi saya hanya ingin membantu Aryan yabg hampir tertimpa lampu gantung yang ada di perpustakaan" jelas Mika dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca. Jika sampai Mika di keluarkan, Apa kata orang-orang nanti. Dan bagaimana dengan masa depannya?

"Apa yang dia katakan itu benar, Pak. Kami tidak melakukan apa-apa" timpal Aryan

"Tapi saya melihat dengan mata kepala saya sendiri apa yang sudah kalian lakukan. Saya punya usulan, Jika kalian tidak mau di keluarkan dari sekolah ini, Kalian harus di nikahkan. Dengan catatan tetap di rahasiakan dari siapapun"

"Apa!!!" jawab Aryan dan Mika secara bersamaan.

"Kalau kalian tidak mau, Maka maaf, Kami tidak bisa lagi memberi toleransi. Hanya itu satu-satunya pilihan yang kalian miliki saat ini" kata pak Ahmad lagi

"Tapi, Pak. Apa tidak ada solusi lain? Mereka masih terlalu dini untuk menjalankan pernikahan" timpal Alberto

"Tidak ada, Pak. Hanya itu satu-satunya solusi yang kami miliki. Jika masih ingin bertahan sekolah di sini, Nikahkan mereka. Atau" belum sempat pak Tio selesai bicara, Alberto sudah menimpalinya.

"Baiklah, Saya setuju jika memang mereka harus menikah" kata Alberto yang terdengar sangat tegas.

Mereka benar-benar menikahkan Aryan dan Mika malam itu juga. Namun tidak ada satu orangpun yang tau tentang hubungan mereka hingga kelulusan tiba. Tepat setelah lulus SMA, Kedua orang tua Aryan meminta Mika untuk tinggal bersama, Selain agar Aryan dan Mika lebih dekat, Orang tua Aryan juga menginginkan kehadiran seorang cucu. Namun hingga detik ini Aryan belum pernah sama sekali menyentuh Mika yang sudah berstatus sebagai istrinya.

Sebatas Status

Ceklek

Suara pintu terbuka berhasil menyadarkan Mika yang sejak tadi sibuk dengan bayangan masalalu nya. Wanita itu menoleh ke arah pintu, Ternyata di sana ada Aryan yang baru saja pulang entah dari mana. Padahal ini adalah hari Weekend, Namun Aryan masih saja pergi ke kantor dengan alasan lembur.

Melihat kedatangan Aryan membuat Mika memejamkan kedua matanya sejenak, Mencoba melupakan rasa sakit yang sejak tadi dia renungi.

"Mas, Kamu sudah pulang? Kenapa sampai selarut ini?" tanya Mika sembari mengekor di belakang Aryan. Pasalnya saat ini jam sudah menunjukkan pukul 23:00. Ternyata sudah larut malam.

"Itu bukan urusan mu" balas Aryan dengan nada dingin seperti biasa.

Mendengar itu membuat Mika hanya mengambil nafas dalam lalu membuangnya kasar. Sudah tidak heran jika suaminya akan menjawab dengan nada dingin dan acuh seperti itu.

Namun Mika tidak pernah perduli dengan balasan yang Aryan berikan untuknya, Wanita itu masih terus mengekor di belakang Aryan hingga masuk ke dalam kamar mereka. Eh bukan...Bukan. Bukan kamar mereka, Lebih tepatnya kamar Aryan, Karna Mika hanya akan tidur di kamar itu pada saat kedua orang tua Aryan sedang menginap di sana.

"Mas, Aku sudah masak buat kamu. Sebentar aku hangatkan dulu ya" ujar Mika dengan suara lembutnya. Wanita itu membalikkan tubuhnya dan hendak pergi keluar dari dalam kamar Aryan, Namun langkahnya terhenti saat suara dingin Aryan kembali menerpa indra pendengarannya.

"Tidak perlu, Karna saya tidak sudih memakan masakanmu! Ingat ya Mika, Saya hanya mau makan masakanmu pada saat ada mama dan juga papa saya, Jadi jika tidak ada mereka, Jangan harap saya mau makan masakan mu yang tidak seberapa itu!" pekik Aryan tanpa rasa bersalah.

Kalimat itu bukan hanya sekali Mika dengar, Sudah sangat sering bahkan Mika sudah hafal dengan kalimat yang akan terlontar dari mulut suaminya setiap kali dia berusaha membuat makanan kesukaan Ayran. Mika tersenyum getir, Masih berusaha untuk tidak menjatuhkan air matanya di depan Aryan. Karna wanita itu tidak mau terlihat lemah. Apalagi saat teringat akan kata-kata Aryan ketika mereka baru saja tinggal satu atap.

"Sekuat apapun kamu berusaha, Saya tidak akan pernah bisa mencintai wanita lemah sepertimu. Jadi jangan pernah mengharapkan apa-apa dengan pernikahan ini!"

Kalimat itu selalu saja terngiang. Membuat Mika mengusap dada kirinya yang terasa sesak. Rasa sakit yang selama ini Aryan berikan sama sekali tidak berpengaruh pada sosok Mika. Karna bagi Mika, Rasa sakit yang sebenarnya adalah saat dimana dia melihat kedua orang tuanya di masukkan ke dalam liang lahat.

Mika membalikkan tubuhnya"Aku hanya ingin yang baik buat kamu, Mas. Masalah kamu mau memakannya atau tidak, Setidaknya aku sudah menjalankan tugasku sebagai istri" balas Mika sambil mengangkat kedua sudut bibirnya.

"Terserah. Cepat keluar dari dalam kamar saya" kata Aryan

Mika tak menjawab, Wanita itu hanya mengangguk serta kembali melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar Aryan. Mika menuruni anak-anak tangga di sana, Masuk ke dalam dapur lalu memanaskan makanan yang dia masak 3 jam yang lalu. Sudah seperti biasa, Mika selalu berusaha menyiapkan makanan untuk Aryan. Baik Aryan mau memakannya atau tidak.

Setelah selesai menyajikan semua masakannya di meja makan, Mika mengirim pesan pada Aryan.

[ Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu, Mas. Makanlah, Karna aku tau kamu pasti belum makan. Aku tidur dulu, Kalau butuh sesuatu, Kamu bisa langsung panggil aku di kamar ]

Pesan itu langsung dibaca oleh Aryan, Namun sama sekali tidak ada pesan balasan untuknya. Aryan memang suka mengabaikan pesan ataupun telpon dari Mika, Namun sekuat mungkin Mika berusaha sabar, Karna dia sadar bagaimana status mereka bisa berubah menjadi suami istri. Hanya sebatas status saja. Karna selebihnya, Mereka terlihat seperti orang asing saat sedang berdua. Lebih tepatnya Aryan yang tidak mau memberikan timbal balik untuk Mika.

Melihat pesannya centang dua dan biru, Mika tersenyum lebar, Biarpun Aryan tidak mau membalas pesannya, Setidaknya Aryan masih mau membaca pesan yang dia kirimkan. Hal itu sudah membuat Mika tersenyum.

DI KAMAR ARYAN

Setelah membaca pesan yang Mika kirimkan untuknya, Aryan terdiam sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang miliknya. Pria itu menatap langit-langit kamar sambil mengingat jaman saat dia masih smp.

"Hai, Kenalin nama aku Tama. Siswa baru di sekolah ini. Salah kenal, Semoga kita bisa berteman baik" Aryan mengulurkan tangannya pada sosok gadis yang duduk di sampingnya.

Seorang gadis cantik dengan rambut di ikat tinggi seperti ekor kuda dengan kedua mata indah yang membuat Tama memperhatikan gadis itu sejak tadi masuk ke dalam kelas itu.

Mendengar suara itu, Gadis yang sejak tadi sibuk dengan buku pelajaran yang ada di hadapannya pun mengangkat wajahnya. Mengalihkan perhatiannya dari buku yang ada di tangannya pada sosok pria cupu berkacamata yang ada di sampingnya.

"Aku, Mikayla. Kamu panggil saja aku Eyla. Semoga kita bisa berteman baik ya. Duduk saja di sini. Kebetulan aku hanya duduk sendiri" balas gadis itu dengan kedua sudut bibir yang terangkat sempurna. Membuat Tama mengusap dada kirinya yang berdebar saat melihat senyuman manis yang ditampakkan oleh gadis yang bernama Eyla.

Tama duduk tanpa menjawab. Jantungnya berdegup sangat kencang saat melihat senyuman yang terlukis indah dari bibir ranumnya yang berwarna merah ceri. Sangat terlihat manis dan membekas di benak Tama.

"Dia sungguh sangat cantik. Tapi ada apa dengan jantungku? Kenapa harus berdegup kencang seperti ini. Apa aku menyukainya? Atau aku mencintainya? debaran pertama yang aku rasakan saat berada di dekat seorang perempuan" batin Tama sambil menatap pada Eyla yang sudah kembali fokus dengan buku yang ada di hadapannya.

Hingga hari,bulan dan tahun berlalu, Tama diam-diam selalu memperhatikan Eyla dengan jantung yang terus bertalu-talu. Bahkan tak jarang Eyla membalas senyuman yang Aryan berikan untuknya. Bahkan bukan hanya itu, Eyla juga sering membalas perlakuan baik serta perhatian yang sering Tama berikan untuknya. Sehingga membuat Tama memutuskan untuk mengungkapkan perasaan yang sudah dia miliki sejak pertama kali melihat senyum Eyla saat sudah naik kelas dua.

Namun saat Tama sudah mengungkapkan perasaan nya, Kenyataan tak sesuai dengan harapan. Dia mendengar dari salah satu siswa yang mengatakan jika Eyla sama sekali tidak menyukai seorang Tama. Bahkan Tama juga mendengar jika perlakukan baik Eyla selama ini hanyalah bentuk kasihan. Karna tidak ada satu siswapun yang mau bergaul dengan Tama. Pria culun yang berasal dari kalangan bawah. Karna memang Tama belum mengatakan identitas aslinya jika dia adalah anak dari seorang pengusaha sukses yang bernama Alberto.

Aryan pergi begitu saja dengan membawa rasa luka serta kecewa yang begitu besar. Membawa rasa malu karna perasaan yang tak terbalas. Bahkan dia juga membiarkan kalung yang sudah dia persiapkan beberapa waktu lalu di lempar oleh salah satu siswa yang jatuh ke bawah salah satu kursi dan di temukan oleh seseorang.

Dttttttttt...... Dttttttttt

Suara alarm menyadarkan Aryan dari kejadian saat masih jaman smp. Jaman dimana dia bertemu dan jatuh cinta pada Eyla atau lebih tepatnya Mika, Istrinya.

Aryan kembali mengepalkan kuat kedua tangannya. Rasa sakitnya masih bisa dia rasakan. Antara cinta dan benci yang selalu membuat hari-harinya gelisah.

"Ingat, Aryan. Buang jauh-jauh perasaan itu, Ingat, Dia adalah gadis yang sudah melukai perasaanmu dan membuatmu malu beberapa tahun yang lalu. Tetaplah pada pendirian mu untuk membalaskan rasa sakit yang pernah dia berikan" ujar Aryan pada dirinya sendiri.

Aryan kembali menatap layar ponselnya yang masih menampakkan pesan yang baru saja masuk. Setelah membaca pesan yang Mika kirim untuknya, Aryan langsung menghapus pesan itu tanpa ada niatan untuk membalasnya"Ck! Mau bagaimanapun kamu berusaha menjadi istri yang baik, Itu tidak akan pernah bisa merubah perasaanku, Mika. Karna hingga detik ini buat saya kamu hanyalah benalu. Kamu masih menjadi orang asing dalam hidup saya, Dan mau sampai kapanpun, Kamu akan tetap menjadi orang asing. Orang asing yang sebenarnya sangat saya cintai dan saya benci" gumam Aryan serta langsung meletakkan ponselnya di atas Nakas.

"Arrrrgggg. Bagaimana caranya agar rasa cintaku terhadapnya benar-benar hilang dan berubah menjadi benci seterusnya. Seperti apa yang aku harapkan" Aryan mengusap kasar wajahnya. Setelah beberapa tahun berusaha, Entah kenapa Aryan masih di buat bingung oleh perasaannya sendiri. Aryan mencintai Mika, Tapi egonya selalu memaksa untuk Aryan membenci Mika. Dan sayangnya ego yang begitu besar sudah berhasil mengalahkan rasa cinta yang hingga detik ini dia miliki.

Setelah lulus sekolah, Arya memang sudah memutuskan untuk fokus belajar sembari bekerja. Menjadi pemimpin di perusahaan keluarganya. Karna memang Aryan adalah satu-satunya pewaris tunggal keluarga Alberto.

"Terlalu mengharapkan hal yang tidak akan pernah terjadi" kata Aryan pelan. Pria itu masuk ke dalam kamar mandi, Melakukan ritual mandinya dengan cepat. Kemudian menggunakan piyama tidur. Namun saat Arya hendak naik ke atas tempat tidurnya, Tiba-tiba saja terdengar suara perutnya. Karna memang apa yang Mika katakan benar, Aryan belum sempat makan sejak siang tadi.

Kruuukkkk

Kruuuukkk

Aryan mengusap perutnya yang mulai terasa kelaparan"Arrrrhhg, Ini semua karna Bianca. Karna terlalu sibuk menemaninya di salon, Sampai-sampai membuatku lupa makan" gumamnya.

Siang tadi, Aryan memang keluar dari rumah dengan alasan lembur terhadap Mika. Namun sebenarnya pria itu hanya sibuk menemani kekasihnya ke salon serta belanja ke Mall.

"Sepertinya aku tidak akan bisa tidur dalam keadaan perut kosong" Arya berjalan ke luar dari dalam kamarnya, Setelah tiba di bawah, Aryan memperhatikan makanan yang tersaji di meja makan.

Aryan menoleh ke arah kamar Mika yang sudah tertutup rapat. Membuatnya segera duduk lalu mengambil nasi serta lauk yang sudah Mika siapkan.

"Masakan Mika memang benar-benar enak" pekiknya. Aryan begitu lahan menikmati makanan yang sudah Mika siapkan.

Sedangkan Mika yang mendengar suara alat makan, Membuatnya segera keluar. Wanita itu memperhatikan Aryan yang terlihat sangat lahab dari celah pintu kamarnya. Mika memang sengaja tidak keluar dari sana, Karna dia tau bagaimana reaksi Aryan saat Mika memergokinya menikmati makanan yang Mika masak.

Mika hanya tersenyum lalu kembali menutup pintunya, Setidaknya Aryan mau memakan masakannya walaupun secara diam-diam.

Tanpa terasa malam sudah berlalu, Suara dering alarm serta sinar matahari sudah berhasil mengusik tidur Mika. Kedua matanya terbuka lebar ketika melihat jam di layar ponselnya"Astaga, Jam 05:00 Pagi. Kenapa aku bisa kesiangan" ujarnya sembari bangun dari tidurnya.

Saat sudah turun ke bawah, Ternyata di sana sudah ada Aryan yang sedang menikmati secangkir kopi susu. Setiap pagi, Aryan memang sangat jarang sarapan, Pria itu hanya akan meminum segelas kopi serta sehelai roti dengan selai coklat.

"Maaf, Mas. Aku bangunnya kesiangan. Mau aku masakin apa untuk sarapan?" tanya Mika sambil menatap Aryan.

"Mau kamu tidak bangun sekalipun, Saya tidak perduli. Ingat baik-baik, Jangan pernah mengharapkan lebih dari pernikahan ini, Karna bagi saya, Kita hanyalah orang asing yang terpaksa harus tinggal bersama" kata Aryan serta langsung pergi dari sana. Meninggalkan Mika yang sudah terdiam tanpa menjawab sepatah katapun.

Kata-kata menyakitkan yang menemani hari-harinya tak jarang membuat Mika ingin menyerah. Namun sayangnya rasa cinta yang begitu besar membuatnya selalu ingin bertahan di samping Aryan. Tak perduli dengan rasa sakit yang harus dia terima setiap hari, Yang terpenting Mika bisa terus bersama dengan Aryan hingga rasa lelah itu tiba dan membuatnya benar-benar menyerah.

Apa Mungkin ini saatnya menyerah?

"Maaf, Mas. Aku kesiangan" kata Mika yang baru saja sampai di meja makan.

"Mau kamu tidak bangun sekalipun, Saya tidak perduli. Ingat ya Mika, Buat saya, Kamu hanyalah orang asing yang terpaksa harus tinggal bersama denganku. Mau bagaimanapun kamu berusaha menjadi istri yang baik untuk saya, Saya tidak akan pernah luluh" kata Aryan dan langsung berlalu dari sana. Meninggalkan Mika yang sudah terpaku karna perkataan Aryan yang terdengar dangat menyakitkan.

Mika memejamkan kedua matanya yang terasa sangat panas. Wanita itu mengusap dada kirinya yang terasa berdenyut nyeri"Kenapa rasanya harus sesakit ini. Apa mungkin ini memang sudah saatnya aku menyerah. Menyerah memperjuangkan cintanya yang hingga detik ini masih belum bisa aku dapatkan" kata Mika yang terdengar sangat lirih.

Mika menatap punggung Aryan yang sudah keluar dari rumahnya. Sudah seperti biasa, Setiap pagi sebelum jam bekerja, Aryan memang akan melakukan olah raga rutin yang dia lakukan di taman samping rumahnya.

Setelah itu, Mika mengusap air matanya yang mengalir semakin deras. Wanita itu masuk ke dalam dapur lalu mengambil beberapa bahan yang bisa dia masak pagi ini. Ternyata di dalam kulkas hanya ada telur. Melihat itu membuat Mika memutuskan untuk membuat Nasi goreng.

Mika menyiapkan bumbu untuk nasi gorengnya. Kedua matanya masih saja terlihat sangat basah. Tidak bisa di pungkiri, Rasa sakit yang Aryan berikan memang luar biasa.

"Apa aku salah jika aku juga menginginkan cinta atas suamiku" kata Mika pelan. Kemudian wanita itu kembali melanjutkan pekerjaannya.

1 Jam kemudian, Aryan baru saja turun dari kamarnya. Pria itu hanya sekilas melirik pada Mika yang sedang duduk di meja makan "Sarapan dulu, Mas" ujarnya pada Aryan. Namun Aryan sama sekali tidak menggubris. Pria itu hanya sekilas menoleh pada Mika lalu berlalu dari sana tanpa menjawab sepatah katapun.

Namun langkahnya terhenti saat suara Mika kembali menerpa indra pendengarannya"Kenapa kamu tidak pernah bersikap baik terhadapku, Mas. Kenapa kamu sama sekali tidak pernah menghargai keberadaan ku di rumah ini?" tanya Mika yang sudah tidak kuat lagi dengan perlakuan Aryan terhadapnya.

Sudah lebih enam bulan mereka tinggal bersama, Namun apa yang Aryan lakukan. Pria itu sama sekali tidak pernah memberikan timbal balik atas apa yang sudah Mika lakukan padanya. Jangankan cinta, Perlakuan baik saja tidak pernah Mika rasakan. hanya karna perihal masalalu Aryan sampai benar-benar melukai perasaan Mika setiap hari.

Bahkan bukan hanya itu, Aryan juga selalu membuat Mika menangis karna ulahnya. Apalagi setelah pertemuannya dengan Bianca beberapa waktu yang lalu, Membuat Aryan semakin menjadi memperlakukan Mika seenaknya.

Aryan yang mendengar perkataan Mika seketika langsung membalikkan tubuhnya, Menatap pada Mika yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan sendu.

"Bukan kah sejak awal kamu juga sudah tau bagaimana konsekuensi yang harus kamu rasakan dengan pernikahan ini. Ingat ya Mika, Jangan pernah mengharapkan apapun dari pernikahan ini, Karna bagi saya, Kamu tidak lebih dari parasit." kata Aryan lalu langsung membalikkan tubuhnya dan kembali melangkahkan kakinya.

Kata-kata itu sungguh kalimat yang begitu menyakitkan. Membuat Mika mengambil nafas dalam sambil berusaha menahan agar air matanya tidak tumpah di depan Aryan.

Namun langkah Aryan kembali terhenti saat mendengar perkataan Mika lagi.

"Ajarkan aku bagaimana caranya agar aku bisa membuatmu jatuh cinta, Mas" tanya Mika sambil menatap Aryan.

Mendengar itu membuat Aryan tersenyum"Tidurlah, Siapa tau saja nanti kamu bisa bermimpi. Tapi jangan terlalu tinggi ya, Karna jatuh itu sakit" balasnya sambil menatap Mika yang sudah menahan air matanya."Ada-ada saja" gumamnya lagi lalu kembali melangkah kan kakinya keluar dari sana.

Lagi-lagi kata-kata yang sangat menyakitkan yang Aryan berikan pada Mika. Air mata yang sejak tadi dia tahan akhirnya meluruh deras. Hatinya terasa sangat sakit.

"Kenapa kamu selalu seperti itu, Mas."lirih Mika sambil menatap punggung Aryan yang sudah keluar dari dalam rumahnya. Hatinya berdenyut lebuh nyeri saat mendengar kalimat "Mimpi" apa memang tidak akan pernah ada secercah harapan untuknya?

Mika menatap nasi gorengnya yang lagi-lagi sama sekali tidak di lirik oleh Aryan. Wanita itu mengambil Tupperware lalu membungkus semua nasi gorengnya. Sudah seperti biasa Mika akan selalu memberikan masakannya yang tidak di lirik oleh Aryan pada anak-anak jalanan yang ada di bawah jembatan.

"Apa mungkin ini saatnya aku menyerah" kata Mika lirih

*

*

*

Aryan melajukan mobilnya dengan sangat cepat, Sesekali pria itu melihat jam di tangannya, Ternyata saat ini jam sudah menunjukkan pukul 06:50. "Arrrggghhhh kenapa sudah jam segini saja. Pasti Bianca sudah sejak tadi menunggu" kata Aryan sembari mempercepat laju mobilnya.

Ternyata benar saja, Tak berselang lama, Ponselnya berdering. Ada sebuah panggilan masuk serta beberapa pesan masuk dari nomor Bianca.

Melihat nomor yang tertera di layar ponselnya, Dengan cepat Aryan mengusap layar ponsel itu.

📱: Halo, Baby. Maafkan aku, Pasti kamu sudah lama menunggu ya

📱:Hmmm, Kamu itu kemana aja sih Aryan. Pasti ini lagi-lagi karna Mika.

📱:Maaf, Baby. Ini aku sudah jalan arah rumah kami. Bentar lagi sampai. Jangan marah-marah seperti itu dong, Baby. Nanti sebagai gantinya, Aku akan membelikan mu perhiasan yang kamu mau

📱:Benarkah? Ya sudah kalau begitu aku tidak jadi ngambek. Cepetan, Aku sudah sangat lama menunggu

📱: Ba-

Tut

Tut

Tut

Belum sempat Aryan menyelesaikan perkataannya, Bianca sudah memutuskan sambungan telponnya begitu saja. Membuat Aryan semakin melajukan cepat mobilnya.

20 Menit kemudian, Mobil Aryan sudah sampai di depan rumah Bianca. Dari dalam mobilnya, Aryan sudah bisa melihat keberadaan Bianca yang terlihat bete. Saat melihat mobil Aryan sudah terparkir di sana, Bianca langsung bangun dari duduknya serta berjalan menuju mobil Aryan.

"Maaf ya, Baby. Aku sudah buat kamu kelamaan menunggu" kata Aryan yang terdengar sangat lembut. Berbeda saat berbicara dengan Mika.

"Aku maafin kamu, Asal jangan lupa sama apa yang kamu katakan di telfon tadi" balas Bianca dengan bibir manyun.

"Iya, Baby. Aku tidak akan pernah lupa. Atau bagaimana jika kita langsung beli sekarang." ajar Aryan yang tentu saja seketika langsung membuat kedua mata Bianca berbinar.

"Mau. Tapi bagaimana kalau kita terlambat datang ke kantor?"

"Apa kamu lupa siapa direkturnya" balas Aryan lagi.

Bianca tak menjawab, Wanita itu hanya tersenyum senang saat mendengar perkataan Aryan. Memang selama ini Bianca mau menjalankan hubungan dengan sosok Aryan yang terkadang dingin hanya karna uangnya, Buka karna cinta.

Aryan kembali melajukan mobilnya berlalu dari halaman rumah Mika. Pria itu berbalik arah bukan ke kantor, Melainkan ke toko perhiasan langganan mereka selama ini.

"Asik, Ternyata dengan modal ngambek saja sudah bisa morotin Aryan secara tidak langsung. Dasar bodoh!" kata Bianca dalam batinnya sambil melirik pada Aryan yang sudah kembali fokus mengemudi.

25 menit kemudian, Mereka sudah sampai di toko perhiasan langganan mereka. Bianca dan Aryan turun dari mobilnya dengan bergandengan tangan seperti biasa. Mereka terlihat sangat mesra. Bianca tanpa malu bergelayut manja pada lengan Aryan di sana.

"Silahkan kamu pilih perhiasan mana saja yang kamu mau, Baby" kata Aryan lembut paca Bianca.

Mendengar suara Aryan membuat seorang wanita paruh baya yang sejak tadi sibuk mencoba perhiasan yang dia pesan mengalihkan perhatiannya. Wanita itu mencari sumber suara yang begitu familiar menerpa indra pendengarannya.

"Aryan" panggil wanita itu setelah menemukan sumber suara.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!