NovelToon NovelToon

BLUE EYES

Pertemuan Pertama

Hari sangat cerah dimana seorang Remaja tengah berlari menyusuri jalanan mengejar waktu jam perkuliahan di salah satu Universitas terkenal di kota London.

"My God, tolong jangan sampai aku telat lagi!" Teriaknya saat kakinya kini hampir saja tiba di halaman universitas yang sudah sangat ramai.

"Aww! Kak!" Teriak wanita itu saat tangannya di sabar begitu saja oleh seseorang.

"Tidak bisakah kamu berhati-hati, jangan membuat keributan lagi pagi-pagi, kemaren kamu sudah menabrak seseorang hingga jungkir balik tidak karuan" ucapnya.

"Hehe, sorry kak"

Laki-laki itu hanya menatap Wajah cantik wanita yang ditariknya dan kini berjalan berdampingan.

"Kak Aftan ada kuliah hari ini?" sebuah pertanyaan.

"Hem, Revisi hasil penelitian ku saja, sebentar lagi pendidikan ku disini hampir usai" jawab Aftan.

"Oh iya, aku lupa" sahut Ailina.

"Dan kamu harus belajar untuk mengatur waktu dengan baik Ai, aku akan kembali ke Indonesia setelah ini" ucap Aftan sambil menatap wanita cantik yang berada di sampingnya.

"Iya, aku tau" jawab Ailina santai dengan mengedarkan senyum seperti biasanya saat bertemu dengan orang-orang yang ada di kampus.

"Bisakah kamu tidak terlalu mengumbar senyuman?, Aku pusing karena hal itu" ucap Aftan.

"Apa?, Maksud kakak?" tanya Ailina.

"Banyak teman dan juga dosen disini yang menanyakan soal dirimu padaku, dan itu membuatku muak" jawab Aftan.

"Ck, kakak tinggal bilang saya aku adikmu selesai kan?" ucap Ailina memberi solusi.

"Bukan itu, mereka justru semakin mengejar ku untuk mendapatkan mu" balas Aftan teringat sesuatu yang menyebalkan.

"Maksud nya?" Ailina bertanya lagi dan masih juga tidak mengerti.

"Heh, sudahlah Ai, terkadang otak cerdas mu itu terlalu sulit mencerna sesuatu yang berhubungan dengan perasaan" jawab Aftan tak ingin berdebat lagi.

"Kak, apa sih maksudnya, makin gak jelas ngomongnya" ucap Ailina.

"Sudah-sudah, itu ruangan mu, belajar dengan baik dan jangan berpikir yang macam-macam" ucap Aftan yang kini melanjutkan langkah ke arah yang berbeda.

Sejenak Ailina menghentikan langkah, menatap pintu ruangan yang akan dimasukinya, teringat sebulan yang lalu di mana dirinya harus meninggalkan tanah kelahiran.

Pagi yang sangat sendu, semua keluarga besar dan sahabatnya mengantar kepergiannya untuk melanjutkan menuntut ilmu ke kota London, yang tentunya membutuhkan perjalanan panjang untuk sampai negara orang.

Nampak sosok wanita remaja yang belum genap 17 tahun dan tak lain adalah AILINA EAGLE NUGRAHA, harus pergi jauh meninggalkan keluarganya yang ada di Indonesia, yah di usia 16 tahun memaksanya harus bisa menjaga dirinya sendiri disana.

Beruntung disaat itu, AFTAN BRIAN NUGRAHA, yang tak lain adalah kakak sepupunya ada di kota dan universitas yang sama, menjalani Studinya yang tinggal beberapa bulan lagi selesai.

*

*

Ailina kini sudah duduk dan serius mendengarkan perkuliahan pagi ini, hingga tak terasa jam pelajaran harus berganti dengan selingan beristirahat sejenak untuk makan siang sebelum nanti akan berganti Materi.

Berjalan seperti biasanya, Ailina menuju ke sebuah pusat makanan yang memang disediakan di dalam tempat perkuliahan, hampir saja Ailina sampai ditempat.

BRUG

"Oh God!" Teriak Ailina melihat sosok wanita yang terjatuh karena dorongan seseorang.

Tak hanya itu, bahkan wanita itu menjerit menahan sakit saat salah satu kakinya diinjak dengan sengaja.

"Hei, stop!" Ucap Ailina berusaha menghentikan apa yang terjadi disana.

Bukanya berhenti dengan teriakan Ailina, justru ke tiga wanita yang tengah berdiri itu hanya tertawa melihat seseorang di bawahnya makin menjerit dan meringis kesakitan.

Ailina tak bisa tinggal diam, berjalan menghampiri dan menendang kaki salah satu wanita yang sengaja menginjak.

"You_!" Teriak ketiganya yang melihat dari perawakan wajahnya seperti dari negara yang sama.

Ailina tak memperdulikan. Lalu membantu wanita yang masih terduduk di tanah itu untuk berdiri.

"Are you okay?" Tanya Ailina.

"Yes, thanks" sahut wanita yang kini sudah bisa berdiri dengan terpincang.

Ada yang aneh dengan cara berpakaian wanita itu, rambut panjang yang tergerai begitu saja seolah sengaja untuk menutupi wajahnya hingga tidak nampak begitu jelas.

Ailina juga sempat terkejut saat ketiga wanita di depannya mengumpat dengan bahasa yang tentunya sangat dimengerti.

"Rupanya kalian dari Indonesia juga?" Ucap Ailina menatap satu persatu.

"Oh, Rupanya kau juga" sahut salah satu dari mereka.

"Iya, kenapa kalian melakukan hal ini?" Tanya Ailina.

"Justru kami yang harusnya bertanya hal itu, semua orang menjauhi wanita pembawa Sial itu, tapi kamu malah menolongnya, siap-siap saja kau akan bernasib sama dengan yang lainnya"

"Apa?!" Sahut Ailina tak mengerti.

Dan ketiga wanita itu pergi begitu saja, seolah tak ingin lagi berurusan dengan wanita yang kini berdiri di samping Ailina.

"Jadi kamu orang Indonesia?" Tanya wanita itu.

Ailina terkejut, tak menyangka kalau wanita yang di tolongnya barusan juga bisa dengan fasih berbahasa Indonesia.

"Iya, aku berasal dari sana, kau_?" Tanya Ailina.

"Aku berasal dari kedua negara, Inggris dan Indonesia" jawabnya dengan tak membenarkan rambutnya yg masih menutupi setengah wajahnya.

Ailina mengangguk, lalu tersenyum dan menjulurkan tangannya.

"Aku Ailina"

Wanita itu terdiam, lalu sedikit mundur kebelakang sengaja untuk menjaga jarak.

"Kau mahasiswa baru?" Tanyanya tak menyambut uluran tangan Ailina.

"Iya, baru satu bulan" jawab Ailina yang akhirnya menarik uluran tangannya kembali.

"Terimakasih" ucap wanita itu bergeser pergi.

"What?, Oh my God" Ailina menggelengkan kepala tak percaya, ada wanita sedingin dan seaneh itu.

Ailina melanjutkan kembali langkahnya, lalu menduduki sebuah kursi dan memesan makan siang untuk mengisi perutnya, seperti biasanya yang terjadi disana, kedatangan Ailina selalu menarik perhatian terutama lawan jenis.

"Ehem, jadi kamu dari Indonesia?" Ucap seseorang yang membuat Ailina akhirnya mendongak setelah memasukkan suapan pertama makan siangnya.

Ailina mengunyah perlahan dan menelan, lalu meminum jus buah miliknya.

"Hem, kamu siapa?" Tanya Ailina dengan santai dan tatapan mata birunya.

"Oh my God, matamu benar-benar indah seperti yang mereka bicarakan, kau_" tangan laki-laki itu hampir saja menyentuh.

"Akh!" Tiba-tiba saja laki-laki itu berteriak dengan keras.

"Pergi, atau tanganmu yang patah nanti" ucap seseorang yang tak lain adalah Aftan.

Laki-laki itu segera mundur tanpa berkata-kata lagi, siapa yang tak kenal dengan AFTAN di kampus itu, dia terkenal dengan Singa kampus yang sangat di segani dan ditakuti.

"Thanks kak" ucap Ailina tersenyum lalu melanjutkan makannya.

"Kenapa kamu tidak menghajarnya sendiri?" Sahut Aftan sedikit jengkel melihat Ailina hanya diam saja tadi.

"Hehe, aku harus terlihat kalem dan lembut sebagai perempuan kan?" Jawab Ailina.

"Dasar!" Ucap Aftan mendengar alasan lebay dari Ailina dengan sedikit manja.

Aftan kini duduk di depan Ailina, ikut memesan makan siang untuk mengobati perutnya yang sudah keroncongan dari tadi, sementara semua wanita yang berlalu lalang tentunya masih tidak jemu untuk mencari perhatian.

Ailina di buat senyum-senyum sendiri, dalam hati berkata, memang keturunan keluarga Nugraha tidak ada yang diragukan lagi dari segi Pesonanya.

"Kenapa?" Tanya Aftan melihat tingkah aneh Ailina.

"Tidak ada kak, hanya melihat para wanita yang sedang mencari perhatian kak Aftan" ucap Ailina.

"Apa?, Dasar, mereka kegatelan" Aftan menanggapi biasa saja.

"Garuk lah" sahut Ailina.

"Ai!" Seru Aftan tak suka.

"Sorry?!" Sahut Ailina sambil tertawa.

Aftan hanya menggelengkan kepala dan memulai makan saat pesanan sudah datang, begitulah interaksi kedua orang yang masih ada hubungan saudara, Aftan yang sangat melindungi dan Ailina yang suka sekali menjahili.

Bersambung.

Halo semua, selamat berjumpa kembali dengan karya Author Sinho, semoga bisa menghibur para pembaca semua.

Jangan lupa kasih dukungan HADIAH, VOTE, LIKE, KOMEN, dan jangan lupa tonton IKLAN untuk semangat Author ya.

Perkenalan dua Orang

Makan siang berlanjut dengan pandangan sekejab yang membuat Ailina merasa aneh.

"Ada apa?" Tanya Aftan.

"Kakak kenal dengan wanita itu?" Tanya Ailina.

Aftan menoleh sejenak, lalu kembali menatap Ailina yang masih menunggu jawaban.

"Kau mengenalnya?" Tanya Aftan.

"Hem, baru saja tadi aku membantunya" jawab Ailina.

"Sepertinya dia mahasiswa baru, sama dengan mu, hanya saja_" Aftan menghentikan ucapnya.

"Apa?" Tanya Ailina.

"Aku hanya mendengar kabar saja, kemunculannya di kampus ini di kaitkan dengan beberapa kematian dari mahasiswa yang pernah dekat dengannya" ucap Aftan.

"Maksudnya?" Sahut Ailina makin penasaran.

"Beberapa mahasiswa yang mengalami kecelakaan dan meninggal hampir semuanya adalah teman wanita itu, begitu yang aku dengar" jawab Aftan.

"Lucu sekali, memangnya kita manusia bisa menggantikan tugas malaikat pencabut nyawa?" Sahut Ailina.

"Tentu saja tidak, hanya saja, wanita itu sempat berbuat heboh saat berteriak kepada mereka sebelum terjadi kematian yang menjemputnya" Aftan menjelaskan.

"Maksudnya gimana sih kak?, Aku makin bingung" jawab Ailina terlihat berpikir keras.

"Intinya, mereka semua mengira, wanita itu adalah penyebab kematian orang-orang yang pernah dekat dan berteman dengannya" ucap Aftan memberikan penjelasan.

"Oh, begitu, aneh" sahut Ailina.

"Memang aneh, tapi aku tidak peduli, dan itu bukan urusan kita, memangnya kenapa kamu ingin tau?" tanya Aftan.

"Ck, aku hanya penasaran saja kak, tapi kasian juga, banyak yang memojokkannya, menganggapnya hanya pembawa sial, keterlaluan!" Ucap Ailina sambil menarik nafas dalamnya.

Aftan hanya melihat sejenak ke arah Ailina, melanjutkan kembali makan siangnya yang tinggal separuh lagi, begitu juga dengan Ailina yang menghabiskan sisa jus dalam gelasnya.

"Nanti pulang dengan ku saja" ucap Aftan setelah menyelesaikan makannya.

"Boleh, memangnya kak Aftan tidak sibuk?" Tanya Ailina.

"Tidak, aku bisa main ke tempatmu lebih lama" jawab Aftan.

"Baguslah, aku tidak kesepian" jawab Ailina.

Aftan hanya menarik nafas panjang melihat Ailina nampak kerasan di tempat yang sekarang, padahal sebenarnya dirinya bisa menempati Apartemen mewah milik keluarganya yang ada di dekat kampus.

"Kenapa?" Tanya Ailina saat melihat ekspresi aneh Aftan.

"Kenapa?" Balas Aftan bertanya.

"Kenapa Apanya?" Tanya Ailina lagi.

"Tempat tinggal mu, kenapa mencari di tempat seperti itu, terlalu sempit untuk mu Ai, itu hanya satu kamar dan ruang tamu bercampur dapur juga kamar mandi, tidak ada_"

"Sudah, aku duluan kak" Ailina tiba-tiba berdiri dan langsung pergi begitu saja, bukan tak ada niat, tapi di lakukan karena tidak ingin berdebat dengan Aftan kesekian kalinya soal tempat tinggal.

"Ai!" Teriak Aftan.

"Iya, nanti aku bareng kakak!" Sahut Ailina.

"Ck, dasar!" Ucap Aftan yang masih berdiri, lalu berjalan mendekat kasir dan membayar semua makanan yang bukan hanya memilikinya saja.

*

*

Seorang dosen yang terkenal cerdas dan juga dingin sudah ada di depan memberikan penjelasan, sosok laki-laki setengah baya yang banyak ditakuti banyak mahasiswa, tapi bukan Ailina tentunya.

Karena kecerdasannya, Ailina mendapat perlakuan khusus dari sang dosen yang tak lain adalah ilmuwan hebat di bidang tanaman herbal bernama Prof.ARIF MARK RUSLI, salah satu profesor yang mempunyai darah Campuran inggris dan Indonesia.

Seperti yang biasa di dapatkan, Ailina kembali harus menjawab beberapa pertanyaan yang di lontarkan, bukannya tidak ingin memberi kesempatan kepada teman yang lain, tapi justru banyak teman yang berharap Ailina segera mengatasi masalah, sebelum sang dosen murka.

"Thanks baby, love you!" Teriak teman-teman Ailina yang berasal dari berbagai negara.

Ailina tersenyum dan melambaikan tangan, rasanya senang sekali disaat keadaan kelasnya selalu ramai di saat jam menunjukkan waktunya pulang.

Dan lagi-lagi Ailina lupa akan janjinya, melangkah cepat menuju jalanan yang ada di depan kampus, karena letak tempat tinggal tak jauh jika berjalan kaki dan melewati beberapa gang, Ailina menikmati perjalanannya sambil mengenal orang-orang yang ada disekitar.

Namun saat melihat sosok yang baru saja dikenali, Ailina segera me nge rem langkahnya.

"Bukankah itu_?, Ish, siapa ya namanya?" Ailina sedikit kesal karena perkenalannya yang tak baik, lalu memastikan pandangannya lagi.

Ternyata benar apa yang dilihatnya, nampak perempuan misterius yang sempat ditolongnya tadi siang.

Ailina mendekat, dan kemudian memperhatikan apa yang di lakukan oleh wanita itu, rupanya tengah mencuci piring dan sesekali melayani pembeli di sebuah cafe yang sangat ramai.

"Rupanya dia bekerja disini" ucap Ailina lirih dan melanjutkan langkah.

Kini Ailina sudah duduk di salah satu kursi yang masih kosong, beberapa pemuda yang sudah ada disana tentu saja memerhatikan Ailina yang memang baru pertama kali masuk ke dalam cafe itu.

"Pesan apa?" Tanya wanita yang membuat Ailina penasaran.

"Ini" Ailina memilih beberapa makanan ringan dan minuman hangat.

Dan seperti yang di perkirakan, dengan wajah tanpa ekspresi wanita itu berlalu begitu saja.

"Tunggu!" Ucap Ailina sebelum wanita itu melangkah pergi.

"Ada apa?"

"Apa kau tak mengenalku?" Tanya Ailina penasaran.

"Aku sudah berterimakasih padamu" jawab wanita itu.

"Come on, setidak nya sebutkan namamu, sebagai balasan aku membantu mu tadi, Bagaimana?" Tanya Ailina bernegosiasi.

Wanita itu hanya menoleh sebentar, tetap diam tak menjawab, lalu pergi begitu saja untuk menyiapkan apa yang Ailina pesan, kebetulan juga Ailina perlu tambahan tenaga setelah menjawab semua tugas dari dosen Ter galaknya di materi terakhir.

Makanan yang di pesan sudah habis tak tersisa, Ailina celingukan mencari seseorang.

"Kau mencari ku?!"

"Astagfirullah!" Ailina Terkejut, dan perkataan Ailina membuat wanita itu mengerutkan kening, seolah tak tau apa arti lantunan ayat yang terucap.

"Kenapa kau terkejut?" Tanya wanita itu dan ternyata sudah didepan Ailina.

"Kau muncul tiba-tiba, seperti hantu saja" sahut Ailina masih mengelus dadanya pelan.

"Arsy" ucap wanita itu tanpa ekspresi dan ingin berlalu pergi.

"Eh, tunggu!" Teriak Ailina menghentikan apa yang akan dilakukan.

"Ada apa?"

"Ck, namamu Arsy?" Ailina mengulangi.

"Hem, jam kerjaku sudah habis, aku mau pulang" jawabnya.

"Hei, tunggu?!" Teriak Ailina.

"Habiskan dulu makanan mu" teriak Arsy yang tak peduli dengan teriakan Ailina dan pergi begitu saja.

"What?!, Oh my_" Ailina terheran melihat sikap Arsy yang begitu dingin dan tak peduli, tapi apa mau dikata, Ailina juga tak mungkin membuang makanan yang di pesannya begitu saja, Karena itu pantangan dan tidak pernah dia lakukan, mengingat ajaran agama orang tua yang selalu diingatnya.

Tak lama setelah itu kembali Ailina berjalan keluar menuju ke tempat tinggalnya, sedikit mengedarkan pandangan, berharap bertemu lagi dengan sosok Arsy yang masih membuatnya penasaran.

"Ck, kenapa juga aku repot-repot mencarinya" batin Ailina yang melanjutkan langkah karena merasa konyol.

Tinggal beberapa langkah lagi tiba di depan kamarnya, meraih pintu dan ingin segera membukanya.

"Dari mana?"

"Oh sh-it!" Teriak Ailina ter jingkat sangking kagetnya.

Dan tas Ailina yang hampir terjatuh disambar oleh seseorang itu begitu saja.

"Dasar ingkar janji" sahutnya.

Ailina hanya senyum pasrah karena memang merasa bersalah, begitulah dirinya yang terkadang sering lupa akan janjinya.

jangan lupa VOTE, HADIAH, LIKE, KOMEN, dan Tonton IKLANnya ya.

Bersambung.

Pertolongan Aftan

"Hehe, sorry kak" ucap Ailina nyengir merasa berdosa.

Aftan hanya menghela nafas, dan masuk mendahului sebelum Ailina seperti biasa akan banyak bicara dengan alasan yang tak sedikit tentunya.

"Sorry kak, aku tadi lupa dan ingin segera istirahat, jadi jalan kaki lebih cepat, maksudku begitu" Ailina memberikan alasan.

"Lalu, kenapa justru aku yang sampai lebih dulu?" Tanya Aftan sambil terus melangkah menuju dapur kecil untuk mengambil air minum.

"Di jalan aku bertemu dengan itu lo kak, wanita yang_"

"Sudah, aku lapar" sahut Aftan memotong pembicaraan.

"Ish, selalu saja seenaknya, dengarkan dulu ceritaku kak!" protes Ailina.

"Tidak perlu, kita makan dulu, aku beli makanan sebelum sampai sini" jawab Aftan lagi, lalu membuka makanan yang sudah diletakkan diatas meja.

"Aku kenyang, kak Aftan saja yang makan" ucap Ailina berjalan ke dapur mengambil tissue dan minuman untuk dirinya.

"Memangnya di jalan kamu sudah makan orang?" Tanya Aftan sebelum memasukkan makanan ke mulutnya.

Tentu saja Ailina tak mau menjawab pertanyaan macam itu, hanya melihat ke arah Aftan sejenak dan membersihkan Apartemen sederhana yang tak begitu luas tentunya, namun masih cukup lega untuknya beraktivitas.

Kembali duduk didepan Aftan, Ailina mengambil handphone dan berselancar disana, melihat beberapa pesan dari keluarga yang sering menanyakan keadaannya.

"Siapa?" Tanya Aftan.

"Siapa lagi, kak Evan tanya aku ada di mana" jawab Ailina.

"Hem, kabarkan aku juga bersamamu, jadi jangan khawatir" ucap Aftan.

"Sudah" jawab Ailina singkat tak ingin menganggu acara makan.

Setelah selesai makan, Aftan menyamankan diri duduk di sofa, mengambil laptop dan melanjutkan tugasnya yang tinggal sedikit lagi selesai.

"Kak!" Jerit Ailina tiba-tiba.

"Ada apa?" Sahut Aftan terkejut dan seketika berdiri menghampiri.

"laptop ku ketinggalan!" Jawab Ailina cepat.

"Apa?!" Sahut Aftan benar-benar tak mengerti kelakuan saudara wanitanya yang satu ini.

Ailina yang masih panik tak menghiraukan Aftan dengan wajah kesal lantaran terganggu mengerjakan tugas yang tinggal sedikit lagi.

"Eh mau kemana?" Tanya Aftan pada akhirnya, tak tega juga melihat Ailina kini berlarian menuju pintu.

"Ke Resto tadi, laptopku tertinggal di sana" jawab Ailina yang menghentikan langkah sejenak.

"Tunggu, aku antar, Ini sudah malam!" teriak Aftan berjalan cepat mendahului Ailina, menyambar gagang pintu dan_

"Sh-it!"

Aftan terkejut setengah mati saat membuka pintu mendapati wajah wanita dengan rambut terurai menutupi penuh misteri.

"Sorry, ini!"

BRUG

Kini benda pipih berselimut tas sudah berpindah ke tangan Aftan.

"Hei, tunggu!" Teriak Ailina yang masih berada di belakang Aftan.

"Ish, minggir kak!" Teriak Ailina melihat Aftan masih menghalangi.

Aftan tersadar, belum selesai dengan jantungnya yang di kejutkan dengan sosok misteri berambut panjang, kini Ailina sudah menerjangnya dan membuatnya hampir terjatuh.

"Ai!" Teriak Aftan kesal.

"Sorry kak!" Teriak Ailina sambil berlari mengejar wanita yang mengembalikan laptopnya.

Ailina berhasil mengejar, lalu berhenti sambil menahan lengannya.

"Tunggu Arsy!" ucapnya.

"Ada apa lagi, ini sudah malam" ucap Arsy sambil melepaskan lengannya.

"Sorry, aku hanya ingin berterimakasih, sudah mengembalikan dan mengantar Laptop ku sampai kesini" ucap Ailina.

"Hem, sama-sama, lain kali hati-hati lah" ucap Arsy berlalu pergi begitu saja, seperti yang sudah-sudah.

Sejenak Ailina terdiam, apa yang dilakukan Arsy mengingatkan dirinya akan seseorang, bertemu sejenak dan pergi begitu saja, sungguh membuat hatinya terasa nyeri dan akhirnya menarik nafas panjang untuk mengurangi.

"Sudahlah_" ucap Ailina lirih lalu berbalik kembali ke Apartemen nya.

Aftan menatap aneh melihat Ailina masuk dengan wajah malas nya, duduk begitu saja di sebelahnya dan menyandarkan kepalanya ke Sofa, berharap Aftan bertanya tapi kenyataannya sebaliknya.

"Ck, kak!" Ucap Ailina yang kesal karena Aftan cuek-cuek saja.

"Hem" jawab Aftan sekenanya.

"Masih repot?" Tanya Ailina.

"Kelihatannya?" Jawab Aftan sambil jarinya terus mengetik tanpa menoleh.

"Kak!" Teriak Ailina lagi.

Jari Aftan seketika berhenti bergerak, menarik nafas panjang dan meletakkan laptopnya diatas meja.

"Apa lagi, laptop mu sudah kembali dengan selamat, ada lagi yang masih ketinggalan?" tanya Aftan.

Ailina menatap Aftan dan mengangguk dengan wajah anehnya.

"Apa yang ketinggalan?" Tanya Aftan lagi.

"Hatiku" jawab Ailina membuat Aftan mengerutkan kening tak tau apa maksudnya.

"Rasanya disini sakit kak" tunjuk Ailina di dadanya.

"Ingat seseorang yang membuatku resah, benci tapi juga_" lanjutnya lagi.

"Kuliah kamu urusi, gak usah macem-macem" sahut Aftan lalu mengambil kembali laptopnya seolah tak mau tau perasaan Ailina.

"Iya!" Jawab Ailina menyambar laptopnya dan pergi masuk ke dalam kamar, rasanya juga percuma curhat dengan kakak sepupunya yang satu itu.

Aftan hanya menggelengkan kepala, ada sesuatu dihatinya yang sedikit terusik, namun berusaha dia tekan demi kebaikan.

Tugas berhasil di selesaikan, Aftan berdiri dan menghangatkan makannya kembali, tak ingin apa yg tersisa terbuang dengan cuma-cuma, karena setiap makanan ada berkah yang letaknya entah dimana.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat Ailina harus beranjak dari tempat belajarnya di dalam kamar.

"Ada apa kak?" Ucap Ailina saat membuka pintu dan mendapati Aftan sudah berdiri disana.

"Aku pulang dulu" ucap Aftan.

"Hem" jawab Ailina.

"Tidak mau mengantarku?" Tanya Aftan.

"Kakak kan bisa jalan sendiri" jawab Ailina.

"Terus yang mengunci pintu siapa?" Sahut Aftan.

"Iya" ucap Ailina lalu berjalan keluar dan berjalan berdampingan.

Aftan tak berkata apapun, dirinya sangat tau kalau Ailina masih badmood karena percakapan soal perasaan di hentikan, bukan tidak peduli, tapi entah kenapa dirinya tidak suka.

Setelah mengucap salam, Aftan akhirnya meninggalkan bangunan Apartemen sederhana yang berada di sekitar kampus, memandang sesaat letak tempat Ailina dan menghela nafas, masih merasa khawatir saja karena Ailina memilih tempat sederhana yang jauh dari miliknya dan juga keluarganya.

"Ada-ada saja" gumam Aftan, lalu masuk kembali ke dalam mobilnya dan meluncur ke jalanan untuk pulang.

Aftan berhenti sejenak saat melihat seseorang yang sepertinya pernah dilihatnya, lebih tepatnya dia baru saja di kagetkan olehnya.

"Apa yang di lakukan perempuan itu?" Dalam hati Aftan berkata.

Pandangan masih tertuju padanya, kendati perempuan yang tak lain adalah Arsy nampak tengah berjalan terburu seperti menghindari sesuatu, dan benar saja, ada beberapa orang jauh di belakangnya tengah berjalan cepat untuk mendekat.

Wajah ketakutan jelas terlihat, Aftan menghentikan mobilnya dan terus mengamati, di detik berikutnya tiga orang laki-laki itu sudah menghadang berada di depan sang perempuan.

"Apa mau kalian, lepaskan!" Terdengar teriakan.

Ketiga lelaki itu tak peduli, bersiap memukul dengan sebuah kayu yang sudah di persiapkan.

"Sial!" Ucap Aftan segera turun tergesa dan seketika ingin mengeluarkan kekuatannya untuk menolong.

"What!, Apa yang terjadi?!" Ucap Aftan terkejut setengah mati saat sesuatu terjadi.

Jangan lupa dukung Author dengan memberikan VOTE, HADIAH, LIKE, KOMEN, dan Tonton IKLANnya ya.

Hari ini Up dua kali, jangan sampai terlewatkan keseruannya.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!